Muhammad Syahrir R. Keywords: fish growth pattern, allometric, isometric, condition factor, Muara Ancalong, Muara Bengkal.

dokumen-dokumen yang mirip
Marsel Tandi Payuk, Mohammad Mustakim dan Akhmad Rafi i

PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH

3. METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN DAN MORTALITAS IKAN TAWES (Barbonymus gonionotus) DI DANAU SIDENRENG KABUPATEN SIDRAP Nuraeni L. Rapi 1) dan Mesalina Tri Hidayani 2)

3. METODE PENELITIAN

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

3. METODE PENELITIAN

Indeks Gonad Somatik Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr.) Yang Masuk Ke Muara Sungai Sekitar Danau Singkarak

PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN TERI PEKTO (Stolephorus Waitei) DI PERAIRAN BELAWAN KOTA MEDAN SUMATERA UTARA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

Length-Weight based Stock Assesment Of Round Scad ( Decapterus russelli ) From Mapur Fishing Ground and Landed at Pelantar KUD Tanjungpinang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 5 Peta daerah penangkapan ikan kurisi (Sumber: Dikutip dari Dinas Hidro Oseanografi 2004).

J. Aquawarman. Vol. 3 (1) : April ISSN : AQUAWARMAN

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

3. METODE PENELITIAN

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III

ASPEK REPRODUKSI IKAN LELAN (Osteochilus vittatus C.V) Di SUNGAI TALANG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM

2. TINJAUAN PUSTAKA Rajungan (Portunus pelagicus)

3. METODE PENELITIAN

Gambar 4. Peta lokasi pengambilan ikan contoh

3. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Metode dan Desain Penelitian

3. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Teknik Pengambilan Data Pengumpulan Data Vegetasi Mangrove Kepiting Bakau

Length-Weight based Stock Assessment Of Eastern Little Tuna (Euthynnus affinis ) Landed at Tarempa Fish Market Kepulauan Anambas

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR UKURAN DAN PARAMETER PERTUMBUHAN HIU MACAN (Galeocerdo cuvier Peron & Lesuer, 1822) DI PERAIRAN SELATAN NUSA TENGGARA BARAT

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. METODOLOGI PENELITIAN

Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 19 (3) Desember 2009: ISSN:

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS M.K: DINAMIKA POPULASI IKAN (MSP531) Oleh: Nuralim Pasisingi C

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

ANALISIS HUBUNGAN PANJANG BERAT IKAN HIMMEN (Glossogobius sp) DI DANAU SENTANI KABUPATEN JAYAPURA ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Desember 2013 di Sungai

LIRENTA MASARI BR HALOHO C SKRIPSI

Gambar 3 Peta Lokasi Penelitian

Growth Analysis and Exploitation rate of Tuna Fish (Auxis thazard) landed on Belawan Ocean Fishing Port Sumatera Utara

Study Programme of Management Aquatic Resources Faculty of Marine Science and Fisheries, University Maritime Raja Ali Haji

PERTUMBUHAN IKAN SEMAH (Tor tambra, Valenciennes, 1842) DI PERAIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN

3.3 Pengumpulan Data Primer

3. METODE PENELITIAN

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT

STUDI ASPEK PERTUMBUHAN UDANG NENEK (Harpiosquilla raphidea) DI PERAIRAN JUATA LAUT KOTA TARAKAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Study Programme of Management Aquatic Resource Faculty of Marine Science and Fisheries, University Maritime Raja Ali Haji

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sri Salmadinah 1, Farid Yasidi 2, Syamsul Kamri 3

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

oaj STUDI PERTUMBUHAN DAN BEBERAPA ASPEK REPRODUKSI

spesies yaitu ikan kembung lelaki atau banyar (Rastrelliger kanagurta) dan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)(sujastani 1974).

The study of Sardinella fimbriata stock based on weight length in Karas fishing ground landed at Pelantar KUD in Tanjungpinang

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Octinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Osteochilus vittatus ( Valenciennes, 1842)

EVALUASI TINGKAT EKSPLOITASI SUMBERDAYA IKAN GULAMAH (Johnius sp) BERDASARKAN DATA TPI PPS CILACAP

PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp.) DI PERAIRAN SELAT MALAKA PROVINSI SUMATERA UTARA

KAJIAN STOK IKAN LAYANG (Decaterus ruselli) BERBASIS PANJANG BERAT YANG DIDARATKAN DI PASAR IKAN TAREMPA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

Abstrak. Kata Kunci : Ikan ekor Kuning, pertumbuhan, laju mortalitas, eksploitasi. Abstract

Hubungan Panjang Berat,...Mirna Dwirastina dan Makri,...Sainmatika,...Volume 10,...No.2,...Desember 2013,

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Pertumbuhan Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker) Di perairan Sungai Aek Alian Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara

PERBANDINGAN RASIO KELAMIN, MORTALITAS DAN PERTUMBUHAN IKAN NOMEI (Harpadon nehereus) YANG BERASAL DARI HASIL PENANGKAPAN NELAYAN JUATA KOTA TARAKAN

Titin Herawati, Ayi Yustiati, Yuli Andriani

3. METODE PENELITIAN

Estimasi parameter populasi ikan lencam (Lethrinus lentjan) di sekitar perairan Kotabaru (P. Laut) Kalimantan Selatan

6 PEMBAHASAN 6.1 Produksi Hasil Tangkapan Yellowfin Tuna

HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2

PERUBAHAN KONDISI TUBUH IKAN PAYANGKA (Ophieleotris aporos Bleeker) DI DANAU TONDANO

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

KAJIAN ASPEK PERTUMBUHAN POPULASI POKEA (Batissa violacea celebensis Martens, 1897) DI SUNGAI POHARA SULAWESI TENGGARA 1

Hardiyansyah Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP, UMRAH,

Raja Hasnawati, Andi Zulfikar and Tengku Said Raza'i

HUBUNGAN PANJANG DAN BERAT IKAN

3.3. Pr 3.3. P os r ed e u d r u r Pe P n e e n l e iltiitan

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 4(1) :22-26 (2016) ISSN :

The Growth and Exploitation of Tamban (Sardinella albella Valenciennes, 1847) in Malacca Strait Tanjung Beringin Serdang Bedagai North Sumatra

FAKTOR KONDISI DAN HUBUNGAN PANJANG BERAT IKAN SELIKUR (Scomber australasicus) DI LAUT NATUNA YANG DIDARATKAN DI PELANTAR KUD KOTA TANJUNGPINANG

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 18. No. 2, April 2013 ISSN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp.) DI PERAIRAN SELAT MALAKA PROVINSI SUMATERA UTARA YULI WULANDARI

Elrifadah. Program Studi Budi Daya Perairan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Achmad Yani Banjarmasin. Abstract

PERTUMBUHAN, LAJU EKSPLOITASI, DAN POLA REKRUTMEN IKAN BARONANG (Siganus canaliculatus Park, 1797) DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA

PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI UDANG KELONG (Penaeus merguiensis) DI PERAIRAN KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA

Pola Rekrutmen, Mortalitas, dan Laju Eksploitasi Ikan Lemuru (Amblygaster sirm, Walbaum 1792) di Perairan Selat Sunda

structure Population of Indian Mackerel, Rastrelliger kanagurta Catch in Pancana Waters, Barru District

METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Pengambilan Data

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JUARO (Pangasius polyuranodon) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN ABDUL MA SUF

PENDUGAAN BEBERAPA PARAMETER DINAMIKA POPULASI IKAN LAYANG (Decapterus macrosoma, BLEEKER 1841) DI PERAIRAN TELUK BONE, SULAWESI SELATAN

III. METODOLOGI. Bawang, Provinsi Lampung selama 6 bulan dimulai dari bulan April 2013 hingga

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

KAJIAN ASPEK PERTUMBUHAN IKAN DI PERAIRAN PEDALAMAN KABUPATEN KUTAI TIMUR (Study on The Aspect of Fish Growth at Inland Waters of East Kutai Regency) MUHAMMAD SYAHRIR R. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman Jl. Gunung Tabur No. 1. Kampus Gn. Kelua Samarinda 76123 E-mail: msr_arm@yahoo.com ABSTRACT The study was conducted from October until November in 2012 at the Muara Bengkal and Muara Ancalong Sub District, East Kutai Regency. This study aims to determine the biological aspects of freshwater fish. The results showed that the growth pattern of fish species that positive allometric are repang (Osteochilus repang) and lepo (Ompok sabanus), while isometric growth pattern is fish giant sharkminnow (Osteochilus schlegelii) and the negative allometric pattern are climbing perch (Anabas testudineus), kelebere (Leiocassis stenomus) and kendia (Thynichthys vaillanti). Highest condition factor found in Lepo fish with 1:04 and lowest values found in climbing perch (Anabas testudineus) and giant sharkminnow (Osteochilus schlegelii) with a value of 1.01. Length of the growth equation, namely the collected climbing perch Lt = 226,8 (1-e -1,6(t+1,25) ), giant sharkminnow (Osteochilus schlegelii)lt = 189,5 (1-e -1,8(t+1,28) ) kendia fish Lt = 163,23 (1-e -0,29(t+0,44) ), repang fish 274,05 (1-e -0,79(t+0,96) ), kelebere fish L t = 221,03 (1-e -0,25 (t+0,41) ), and Lepo fish Lt = 259,88 (1-e - 0,63(t+0,85) ). Keywords: fish growth pattern, allometric, isometric, condition factor, Muara Ancalong, Muara Bengkal. PENDAHULUAN Lingkungan perairan umum di wilayah Kecamatan Muara Ancalong dan Kecamatan Muara Bengkal Kabupaten Kutai Timur merupakan salah satu tipe ekologi lahan basah. Daerah tersebut mempunyai ekosistem yang sangat beragam, baik secara spasial maupun temporal. Sebagai bagian dari ekosistem sungai, daerah ini dicirikan oleh fluktuasi air antara musim kemarau dan penghujan yang sangat bervariasi sepanjang tahun. Habitat yang ada di sekitar perairan umum terdiri dari daerah lothik, yaitu alur sungai baik yang besar maupun yang kecil; daerah lenthik yaitu daerah rawa, dan danau atau genangan yang semi permanen maupun permanen. Beragamnya habitat yang ada, akan memberikan relung yang luas bagi tingginya keanekaragaman dan populasi ikan, sehingga sumberdaya ikan di wilayah perairan daratan Kecamatan Muara Ancalong dan Kecamatan Muara Bengkal cukup berlimpah. Kondisi ini memicu terjadinya tingkat eksploitasi ikan yang cukup tinggi, apabila tidak diantisipasi maka akan terjadi menurunnya keanekaragaman dan populasi ikan yang ada. Sebagai bentuk antisipasi maka penelitian terkait umur dan pertumbuhan ikan dapat memberikan informasi tentang produksi suatu jenis ikan (Effendie, 1997 dan Tesch, 1971) hal ini juga sangat penting sebagai dasar informasi guna pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan (Lagler. et al. 1977). METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Oktober hingga November 2012 di wilayah perairan daratan di Kecamatan Muara Bengkal dan Muara Ancalong, Kabupaten Kutai Timur. 8 Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 18. No. 2, April 2013 ISSN 1402-2006

Bahan dan Alat penelitian Bahan yang dibutuhkan dalam penilitian ini adalah ikan sampel, formalin, dan alkohol, sedangkan peralatan yang diperlukan adalah mistar ukur dengan ketelitian 0,1 cm, alat bedah, timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram, alat tangkap ikan, kamera digital, alat tulis menulis dan kapal motor Prosedur Pengambilan Sampel Koleksi ikan dilakukan dengan menggunakan alat tangkap yang tidak selektif untuk mendapatkan ikan dari semua ukuran, selanjutnya ikan terkoleksi diawetkan dengan menggunakan formalin berkisar antara 4-10% dan dimasukkan kedalam wadah kedap udara yang sudah diberi label untuk kemudian dilakukan identifikasi dan pengukuran di laboratorium. Pengamatan di laboratorium meliputi pengukuran panjang total dan bobot ikan dengan menggunakan papan ukur dengan ketelitian 0,01 mm dan timbangan dengan ketelitian 0,01 gram. Analisis Data Hubungan Panjang Berat dan Faktor Kondisi Analisis hubungan panjang berat menggunakan uji regresi, dengan rumus sebagai berikut (Effendie, 1979): W = al b Keterangan: W = Berat tubuh ikan (gram) L = Panjang ikan (mm), a dan b = konstanta Uji t dilakukan terhadap nilai b untuk mengetahui apakah b=3 (isomertik) atau b 3 (alometrik). Faktor kondisi dihitung dengan menggunakan persamaan Ponderal Index, untuk pertumbuhan isometrik (b=3) faktor kondisi (K TL ) dengan menggunakan rumus (Effendie, 1979): 5 10 W K TL = 3 L Sedangkan jika pertumbuhan tersebut bersifat allometrik (b 3), maka faktor kondisi dapat dihitung dengan rumusnya (Effendie, 1979): W K n = b al Dugaan pertumbuhan Pertumbuhan panjang ikan dapat dihitung dengan model von Bertalanffy sebagai berikut (Sparre dan Venema, 1999). L = L (1 e ) K ( t t0 ) t Keterangan: L t = Panjang ikan pada umur ke-t (mm) L = Panjang maksimal (mm) K = Koefisien pertumbuhan (t 1 ) t 0 = Umur hipotesis ikan pada panjang nol (tahun) Nilai L dan K didapatkan dari hasil penghitungan dengan metode ELEFAN 1 yang terdapat dalam program FISAT II. Nilai t 0 dapat diduga dengan persamaan berikut (Utomo, 2002). Log (t 0 ) = -0,3922-0,2752 Log L - 1,038 Log K HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan Panjang Berat Analisis hubungan panjang berat ikan di Stasiun pengambilan sampel di Mesangat, Muara Sui dan Padang Api hanya dilakukan pada ikan-ikan yang terkoleksi dengan jumlah yang diperkirakan bisa Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 18. No. 2, April 2013 ISSN 1402-2006 9

memberikan gambaran aktual secara statistic. Adapun jenis ikan dan pola persamaan regresi hubungan panjang dan bobot ikan di setiap stasiun pengambilan sampel ditampilkan pada Tabel 1 berikut: Tabel 1. Hasil Analisis Hubungan Panjang Berat No Stasiun dan Jenis ikan W = al b Pola Nilai (R²) Pertumbuhan A Stasiun Sungai Muara Mesangat (Muara Ancalong) 1 Pepuyu (Anabas testudineus) W=0,0398 L 2, 67 Allometrik 0,91 B Stasiun Sungai Muara Suwi (Muara Ancalong) Puyau mata Merah (Osteochilus 1 schlegelii) W= 0,0102 L 3, 02 Isometrik 0,97 C Stasiun Danau Padang Api (Muara Bengkal) 1 Kelebere (Leiocassis stenomus) W= 0,0097 L 2, 84 Allometrik 0,91 2 Repang (Osteochilus repang) W= 0,0055 L 3, 26 Allometrik 0,97 3 Kendia (Thynichthys vaillanti) W= 0,0198 L 2, 69 Allometrik 0,67 4 Lepo (Ompok sabanus) W= 0,0027L 3, 37 Allometrik 0,91 Hubungan panjang dan bobot jenis ikan yang terkoleksi menunjukkan pola pertumbuhan yang berbeda, asumsi pola pertumbuhan dapat diketahui dengan membandingkan nilai b dari analisis uji t (Tabel 2). Pola pertumbuhan jenis ikan bersifat allometrik positif, terlihat dari nilai b yang lebih besar dari 3 (b>3). Jenis ikan tersebut antara lain ikan, Repang dan Leppo. Sifat pertumbuhan allometrik positif memberi arti bahwa, indikasi pertumbuhan panjang lebih lambat dibandingkan pertumbuhan bobot ikan. Pertumbuhan allometrik negatif ditemui pada ikan Betok, kelebere dan Kendia, dengan nilai (b < 3) artinya, pertumbuhan ikan Betok, Kelebere dan kendia cenderung pertumbuhan bobotnya lebih lambat dibandingkan pertumbuhan panjang, sedangkan untuk pertumbuhan isometrik ditemui pada ikan puyau mata merah, sehingga dapat dinyatakan kalo pertumbuhan panjang sebanding dengan pertumbuhan bobotnya. Perbedaan ini diduga dipengaruhi oleh perbedaan kelompok ukuran yang disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan (Sparre & Venema 1999). Hubungan panjang dan bobot ikan terkoleksi memiliki nilai determinan (R²) sebesar 0,91 untuk ikan betok, ikan puyau mata merah sebesar 0,97, ikan kelebere sebesar 0,91, ikan repang sebesar 0,97, ikan kendia sebesar 0,67, dan ikan lepo sebesar 0,91. Nilai (R²) dari hubungan panjang dan bobot ikan terkoleksi relatif cukup besar, besarnya nilai tersebut yang mendekati 1, menunjukkan bahwa keragaman yang dipengaruhi oleh variabel lain cukup kecil dan hubungan antara panjang total dan bobot ikan sangat erat. Tabel 2. Hasil Uji t Terhadap Nilai b Hubungan Panjang Berat Ikan di Masing-Masing Lokasi Stasiun dan Jenis Ikan Nilai b t hit t tab (0,05) Kesimpulan A. Stasiun Sungai Muara Mesangat Betok 2,67 1,68 1,645 * B. Stasiun Sungai Muara Suwi Puyau mata Merah 3,02 1,54 1,645 tn C. Stasiun Danau Padang Api Kelebere 2,84 2,23 1,645 * Repang 3,26 1,78 1,645 * Kendia 2,69 2,02 1,645 * Lepo 3,37 2,13 1,645 * Keterangan: tn = tidak berbeda nyata, * = beda nyata 10 Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 18. No. 2, April 2013 ISSN 1402-2006

Faktor Kondisi Faktor kondisi adalah derivat penting dari pertumbuhan. Faktor kondisi atau Indeks Ponderal sering disebut faktor K. Faktor kondisi ini menunjukkan keadaan baik dari ikan dilihat dari segi kapasitas fisik untuk survival dan reproduksi (Effendie, 2002). Di dalam penggunaan secara komersil, kondisi ini mempunyai arti kualitas dan kuantitas daging yang tersedia. Jadi kondisi ini dapat memberikan keterangan baik secara biologis maupun secara komersil. Secara detail hasil perhitungan faktor kondisi ikan terkoleksi disajikan pada Tabel 3. Faktor kondisi tertinggi ditemukan pada ikan lepo dengan nilai 1.04 dan terendah ditemukan pada ikan Betok dan Puyau mata merah dengan nilai 1,01. Faktor kondisi setiap jenis ikan secara umum relatif tidak berbeda jauh. Sebaran nilai faktor kondisi relatif seragam, hal ini ditunjukkan dari nilai simpangan deviasi yang relatif kecil dari hasil perhitungan yang dilakukan (Tabel 3),. Kondisi ini diperkuat dari sebaran ukuran ikan terkoleksi selama penelitian juga relatif seragam. Hal lain yang cukup menarik ditelaah adalah sebaran nilai faktor kondisi setiap jenis ikan di Stasiun Danau Padang Api relatif sama, dengan kisaran nilai yang menunjukkan kondisi fisik ikan yang masuk pada golongan montok, hal ini juga ditemui di stasiun lainnya. Sebaran nilai faktor kondisi yang relatif seragam dengan status kategori montok diduga disebabkan karena faktor musim, dimana pada saat survey dilakukan bertepatan pada awal musim penghujan yang berpengaruh pada melimpahnya makanan alami sehingga ketersediaan makanan untuk pertumbuhan somatik terpenuhi. Disamping itu ikan yang tertangkap banyak jenis ikan jantan, sehingga sebaran faktor kondisi relatif seragam masuk pada golongan montok, karena menurut (Mayekiso dan Hecht, 1990) Secara umum faktor kondisi ikan jantan lebih besar dibandingkan ikan betina karena energi yang diperoleh ikan betina diinvestasikan lebih besar untuk perkembangan gonad. Tabel 3. Faktor Kondisi Ikan Terkoleksi di Stasiun Pengambilan Sampel Stasiun Jenis Ikan Rerata Faktor Kondisi SD Mesangat Betok 1,01 0,12 Sui Puyau Mata Merah 1,01 0,09 Kelebere 1,014 0,07 Repang 1,023 0,15 Padang Api Kendia 1,02 0,119 Lepo 1,04 0,14 Dugaan Pertumbuhan Perhitungan dugaan pertumbuhan hanya dilakukan pada jenis ikan Betok puyau mata merah, kendia, repang, kelebere dan ikan lepo. Hal ini dilakukan berdasarkan, jumlah hasil tangkapan yang diperoleh untuk jenis ikan tersebut relatif lebih banyak dibandingkan jenis ikan lainnya. Dugaan pertumbuhan Akurasi perhitungannya didukung oleh jumlah sampel yang diuji. Pada Gambar berikut, secara umum terlihat ada kecenderungan pertumbuhan yang meningkat pesat pada umur antara 0-1 tahun. Pada umur 0-1 setelah fase pasca larva, pertumbuhan pada setiap jenis ikan memasuki pertumbuhan somatik dimana energi yang diperoleh dari makanan terdistribusi hanya untuk pertumbuhan panjang dan bobot ikan serta metabolisme basal untuk proses pemeliharaan organ-organ dalam ikan. Pertumbuhan somatik, mulai mengalami penurunan laju perkembangan ketika ikan masuk ke fase dewasa. Karena pada fase dewasa energi yang diperoleh dipergunakan untuk pertumbuhan somatik, gonadik, dan metabolisme basal. Nilai t 0 ikan yang peroleh dari hasil perhitungan persamaan Pauly cukup variatif. Ikan Betok sebesar -1,25/tahun, puyau mata merah -1,28/tahun, ikan kendia sebesar 0,44/tahun, ikan repang sebesar -0,96/tahun, ikan kelebere sebesar -0,41/th dan ikan lepo t0 yang ditemukan sebesar -0,85/th. Dari hasil perhitungan dugaan pertumbuhan panjang (K, L dan t 0 ) didapat persamaan pertumbuhan panjang ikan terkoleksi yaitu ikan Betok L t = 226,8 (1-e -1,6(t+1,25) ), puyau mata Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 18. No. 2, April 2013 ISSN 1402-2006 11

merah L t = 189,5 (1-e -1,8(t+1,28) ), ikan kendia L t = 163,23 (1-e -0,29(t+0,44) ), ikan repang L t = 274,05 (1-e - 0,79(t+0,96) ), ikan kelebere L t = 221,03 (1-e -0,25 (t+0,41) ), dan ikan lepo L t = 259,88 (1-e -0,63(t+0,85) ). Panjang Ikan (mm) 300 250 200 150 100 Betok Puyau Mata Merah Kendia Repang Kelebere Lepo 50 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Umur Ikan (th) Gambar 1. Dugaan Pertumbuhan Jenis Ikan di Lokasi Penelitian. Persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy yang ditampilkan dalam bentuk kurva pertumbuhan ikan Betok, puyau mata merah, kendia, repang, kelebere dan lepo di perairan umum Kecamatan Muara Ancalong dan Muara Bengkal Kabupaten Kutai Timur mencapai ukuran panjang maksimum dan koefisien pertumbuhan yang berbeda-beda. Berdasarkan analisis ELEFAN 1 Panjang asimtotik (L ) untuk ikan betok 226,8 mm di capai pada umur 4 tahun, puyau mata merah panjang asimtotik (L ) adalah 189,5 mm dicapai pada umur 3 tahun, kendia panjang asimtotik (L ) adalah 163,23 mm dicapai pada umur 8 tahun, repang panjang asimtotik (L ) adalah 274,05 mm dicapai pada umur 5 tahun, kelebere panjang asimtotik (L ) adalah 221,03 mm dicapai pada umur 9 tahun dan ikan lepo panjang asimtotik (L ) adalah 259,88 mm dicapai pada umur 6 tahun. Detail sebaran ukuran panjang maksimum dan koefisien pertumbuhan dijadikan pada Tabel berikut: Tabel 4. Sebaran Nilai Panjang Maksimal dan Koefisien Pertumbuhan Jenis Ikan Parameter pertumbuhan Puyau Mata Betok Kendia Repang kelebere Lepo merah L (mm) 226,8 189,5 163,23 274,05 221,03 259,88 K 1,6 1,8 0,29 0,79 0,25 0,63 Berdasarkan nilai koefisien pertumbuhan (K), ikan puyau mata merah dan betok memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan jenis ikan lainnya seperti kendia, repang, kelebere dan lepo. Tingginya nilai k pada ikan puyau mata merah dan betok termanifes dari pertumbuhannya yang lebih cepat mencapai panjang asimtot. Nilai koefisien pertumbuhan (K) secara berturut adalah sebagai berikut: ikan puyau mata merah nilai K sebesar 1,8/th, ikan Betok sebesar 1,6/th, ikan repang sebesar 0,79/th, ikan lepo 0,63/th dan ikan kendia 0,29/th. 12 Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 18. No. 2, April 2013 ISSN 1402-2006

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pola pertumbuhan jenis ikan bersifat yang allometrik positif adalah ikan, Repang dan Leppo, Pola Pertumbuhan Isometrik adalah ikan Puyau Mata Merah dan Pola allometrik negatif adalah ikan Betok, kelebere dan kendia. 2. Faktor kondisi tertinggi ditemukan pada ikan lepo dengan nilai 1.04 dan terendah ditemukan pada ikan Betok dan Puyau mata merah dengan nilai 1,01. 3. Dugaan pertumbuhan panjang (K, L dan t 0 ) didapat persamaan pertumbuhan panjang ikan terkoleksi yaitu ikan Betok L t = 226,8 (1-e -1,6(t+1,25) ), puyau mata merah L t = 189,5 (1-e -1,8(t+1,28) ), ikan kendia L t = 163,23 (1-e -0,29(t+0,44) ), ikan repang L t = 274,05 (1-e -0,79(t+0,96) ), ikan kelebere L t = 221,03 (1-e -0,25 (t+0,41) ), dan ikan lepo L t = 259,88 (1-e -0,63(t+0,85) ) Saran Perlu adanya pembatasan penangkapan ikan terutama pada bulan Oktober hingga November karena pada bulan tersebut mulai ditemukan jenis-jenis ikan yang masuk pada ukuran pertama kali matang gonad. Hal ini dilakukan sebagai upaya pemanfaatan sumberdaya ikan bisa berjalan secara optimal dan berkesinambungan. DAFTAR PUSTAKA Effendie. M.I. 1979. Metode biologi perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 h Effendie, M.I 1997. Biologi Perikanan. Yayasan pustaka Nusatama. Yogyakarta 163 h. Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. Mayekiso M, Hecht T. 1990.The feeding and reproductive biology of a South African Anabantid fish Sandelia bainsii. Hydrobiol. Trop. 23 (3): 219-230 Sparre P, Venema SC. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Buku 1: Manual. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, penerjemah. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Utomo AD. 2002. Pertumbuhan dan biologi reproduksi udang galah (Macrobrachium rosenbergii) di sungai Lempuing Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 8(1):15-26. Tesch, F, W. 1971. Ageand growth. p:98-130 in W.E. Ricker (ed.). Method for assessment of fish production in fresh Waters. Blackwell Scientific Publications. Oxford. Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 18. No. 2, April 2013 ISSN 1402-2006 13