BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Gangguan Hormon Pada wanita

METODE KALENDER METODE PANTANG BERKALA

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagian dari pemeliharaan kesehatan komperhensif bukan lagi hal yang baru.

Organ Reproduksi Perempuan. Organ Reproduksi Bagian Dalam. Organ Reproduksi Bagian Luar. 2. Saluran telur (tuba falopi) 3.

ISY ROYHANATY, S.SiT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

Anatomi/organ reproduksi wanita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan.

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2012).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah

Perdarahan dari Vagina yang tidak normal. Beberapa masalah terkait dengan menstruasi. Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan

BAB II TINJAUAN TEORI

Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan

UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di

Bab IV Memahami Tubuh Kita

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihasilkan indung telur. Berhentinya haid akan membawa dampak pada konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

KESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes**

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Tujuan. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri tiap fase siklus estrus pada mencit betina.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel

I. PENDAHULUAN. Selatan. Sapi pesisir dapat beradaptasi dengan baik terhadap pakan berkualitas

... Tugas Milik kelompok 8...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga bisa didapat dari tradisi (Prasetyo, 2007, hlm 3-4)

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Ovulasi Dalam Rangka Program Kehamilan Di Desa Jenggrik Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Siklus Menstruasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)

Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

MENYOAL INFERTILITAS PADA PASANGAN SUAMI ISTRI. Oleh : Andang Muryanta

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. porsio. Untuk mengetahui adanya tanda-tanda awal keganasan servik. rahim dengan menggunakan mikroskop (Supriyanto, 2010)

MENGAPA ISTRI MASIH BELUM HAMIL??

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA WANITA POST MENOPAUSE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak pada konsekuensi kesehatan baik fisik maupun psikis

The Spotting Risk in Using Depo Medroxy Progesterone Acetat (DMPA) Injection and Implan Contraception at Leyangan, Ungaran Timur, Semarang Regency

BAB I PENDAHULUAN. periode transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Dalam masa remaja ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu sapi yang banyak

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG SADARI

REPRODUKSI KESEHATAN REMAJA CREATED BY: MAHASISWA PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK USU 2009

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. semasa hidup dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri,

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kompleks. Setelah panca indra menerima rangsangan yang diteruskan kepusat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dimana remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia yang tercatat

Masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi berakhir pada awal senium umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dikatakan istemewa karena jumlah populasinya yang lebih besar dari pada

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

KESEHATAN REPRODUKSI. Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu. perkembangan tersebut adalah perkembangan hormone Gonadotropin

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL

TINJAUAN PUSTAKA. menopause (Kuncara, 2007).

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu (Maulana.2009.hlm 194). 1. Tingkat Pengetahuan Domain Di dalam Kognitif, yaitu : Tingkat pengetahuan didalam domain kognitif diklasifikasikan menjadi 6 tingkatan, yakni : a. Tahu (know) Tahu artinya mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan benar. c. Aplikasi (application) Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan real (sebenarnya). d. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu struktur orgnisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5

6 e. Sintetis (syntetis) Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek pengukuran pengetahuan. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya sebagai berikut : 1. Umur Umur adalah umur responden dalam tahun terakhir responden. Umur sangat erat hubungannya dengan pengetahuan seseorang, karena semakin bertambah usia maka semakin banyak pula pengetahuannya. 2. Pendidikan Tingkat pendidikan menentukan pola pikir dan wawasan seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan stok modal semakin meningkat.pendidikan memeliki peranan yang penting dalam kwalitas. Lewat pendidikan manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan. 3. Sumber informasi Informasi adalah data yang telah diproses kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat ini atau keputusan mendatang, informasi yang datang dari pengirim pesan yang ditujukan kepada penerima pesan.

7 Sumber informasi dapat diperoleh dari: 1. Media cetak, seperti booklet, leaflet, foster, rubrik, dan lain-lain. 2. Media elektronik, seperti televisi,video, slaide, radio, dan lain-lain. 3. Non-media, seperti didapat dari keluarga, teman, tenaga kesehatan. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo.2007.hlm.142). B. Pengertian Sikap Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat, tetapi dapat ditafsirkan. Sikap merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu untuk berkelakuan dengan pola-pola tertentu, terhadap suatu objek akibat pendirian dan perasaan terhadap objek tersebut (Azwar.2007.hlm.5) Menurut Maulana (2009, dalam Sarwono, 1997, hlm 196), sikap merupakan kecenderungan merespons (secara positif atau negatif) orang, situasi, atau objek tertentu. Sikap mengandung suatu penilaian emosional atau afektif (senang, benci, dan sedih), kognitif (kecenderungan bertindak). 1. Komponen Pokok Sikap Komponen pokok sikap meliputi hal-hal berikut : a. Kepercayaan, ide, dan konsep terhaap suatu objek b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek c. Kecenderungan bertindak (tend to behave)

8 2. Tingkatan Sikap a. Menerima (receiving) Menerima berarti mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan/objek. b. Merespon (responding) Memberikan jawaban jika ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan indikasi sikap. c. Menghargai (valuing) Pada tingkat ini, individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. d. Bertanggung jawab (responsible) Merupakan sikap yang paling tinggi, dengan segala resiko bertanggung jawab terhadap sesuatu yang telah dipilih. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap a. Faktor internal Faktor yang terdapat dalam diri pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa selektivity (daya pilih seseorang) untuk menerima atau menolak pengaruhpengaruh yang datang dari luar. b. Faktor eksternal Faktor yang terdapat dari luar manusia itu sendiri. Faktor ini berupa interaksi sosial di luar kelompok. Misalnya interaksi antarmanusia dalam bentuk kebudayaan yang sampai kepada individu melalui surat kabar, televisi, majalah, dan sebagainya.

9 C. Pengertian Masa Subur Masa subur adalah suatu masa dalam siklus menstruasi perempuan dimana terdapat sel telur matang yang siap dibuahi, sehingga bila perempuan tersebut melakukan hubungan seksual maka dimungkinkan terjadi kehamilan. Masa subur merupakan rentang waktu pada wanita yang terjadi sebulan sekali (Indiarti. 2008. hlm. 32). Masa subur wanita adalah masa di mana ada satu sel telur yang siap untuk dibuahi oleh sel sperma di saluran telur (tuba fallopi) yang terjadi satu bulan sekali. Sel telur ini mampu bertahan hidup dalam keadaan siap dibuahi hanya selama 1-2 hari (Dewi. 2009. hlm 17), D. Hormon yang Mempengaruhi Masa Subur Masa subur berkaitan erat dengan siklus menstruasi yang ditandai dengan peningkatan Luteinizing Hormone (LH), dan Folicle Stimulating Hormone (FSH), selain itu kondisi kejiwaan wanita juga turut mempengaruhi siklus sehingga bisa mengakibatkan siklus maju atau mundur (Kurnia.2009.hlm 27). Siklus menstruasi dikendalikan oleh lingkaran siklus hormon seks wanita. Untuk memudahkan, siklus ini dibagi dalam 2 fase yaitu fase sebelum ovulasi dan fase setelah ovulasi. Pada fase sebelum ovulasi dikontrol oleh folicle stimulating hormone (FSH) dan estrogen. Kelenjar pituitari pada dasar otak akan mengeluarkan FSH yang akan merangsang pematangan folikel di ovarium (indung telur). Pematangan folikel ini akan meningkatkan produksi estrogen.

10 Ketika estrogen mencapai tingkat tertentu dalam darah, kelenjar pituitari distimulasi untuk menghasilkan luteinizing hormone (LH) yang meningkat cepat yan kemudian akan menimbulkan ovulasi (pecahnya folikel yang matang dan mengeluarkan ovum) dalam 36 jam kemudian. Kenaikan kadar LH yang tinggi sesaat sebelum ovulasi dapat digunakan sebagai indikator untuk mengetahui masa sebelum ovulasi terjadi. Kadar LH dapat dideteksi melalui darah dan urin. Fase setelah ovulasi dikontrol oleh progesteron. Setelah ovulasi, Lh menyebabkan pecahnya folikel yang kemudian folikel tersebut akan berkembang menjadi korpus luteum, yang memproduksi progesteron. Di bawah pengaruh progesteron terjadi perubahan-perubahan yang menunjukkan masa tidak subur seperti hilangnya lendir (Dewi 2009). E. Syarat-syarat Kesuburan Menurut Indiarti (2009), syarat-syarat kesuburan adalah sebagai berikut : 1. Ovulasi yang memuaskan 2. Saluran-saluran telur yang sehat sehingga memungkinkan perjalanan sel-sel sperma untuk bertemu dengan sel telur 3. Selaput dinding rahim yang sehat bagi proses implantasi 4. Fungsi leher rahim yang memadai untuk menghasilkan lendir yang melancarkan perjalanan sel-sel sperma sehat sampai saluran telur 5. Keharmonisan hubungan antara suami-istri yang menunjang pembuahan

11 F. Cara Menentukan Masa Subur 1. Deteksi Suhu Basal Alat yang digunakan yakni termometer suhu. Peningkatan suhu menunjukkan adanya ovulasi. Peningkatan suhu yang menetap selama 3 hari mengindikasikan 48 jam setelah ovulasi dan menandakan dimulainya masa tidak subur setelah ovulasi. Lazimnya menjelang ovulasi, suhu tubuh akan meningkat yakni sekitar 0,5º Celcius. Cara untuk menggunakan indikator ini adalah : a. Suhu diukur segera setelah bangun tidur sebelum bangkit dari tempat tidur dan melakukan aktivitas. b. Suhu diukur lewat mulut, vagina, atau anus. c. Grafik dibuat dengan menggambarkan hasil pembacaan suhu dengan sebuah titik pada lokasi yang sesuai. Titik-titik ini kemudian dihubungkan untuk membentuk sebuah grafik. Jika terjadi kelupaan pengukuran, titik-titik tersebut tidak boleh disambung. 1) Termometer manual, jika air raksa berhenti diantara dua angka, angka yang terendah yang dicatat. 2) Termometer digital, hanya mencatat satu angka desimal. d. Segala sesuatu yang tidak biasa seperti demam, tidur larut, kondisi sedang stres sebaiknya dicatat. 2. Deteksi Lendir Leher Rahim Lendir leher rahim melindungi sel-sel sperma sehingga sperma dapat mempertahankan daya pembuahan tiga sampai lima hari, hanya jika ada lendir (Billings & Westmore.2008.hlm.19).

12 Perubahan lendir serviks dapat diamati melalui vulva dan dicatat setiap hari. Lendir serviks ini dapat dikenali dengan rasa/sensasi, penampakan, dan tes dengan jari tangan. a. Sensasi Ada atau tidaknya lendir dikenali dengan sensasi pada vulva. Sensasi mungkin merupakan rasa yang jelas tentang kering, lembab, lengket, basah, licin, atau lubrikasi. b. Penampakan Kertas tisu putih dan lembut diusapkan pada vulva. Tisu akan basah dan bila ada lendir serviks, lendir akan terlihat menggumpal pada tisu. Warna lendir dicatat, mungkin putih, krem, buram, atau transparan. Lendir sering terlihat pula pada celana dalam, dalam kondisi kering sehingga karakteristiknya telah berubah. c. Tes jari Tes ini dilakukan dengan cara mengambil lendir tersebut memakai ujung jari telunjuk dan ibu jari. Secara perlahan, jari telunjuk ditarik, untuk melihat elastisitas lendir. Elastisitas ini dikenal dengan nama Efek Spin dan menunjukkan bahwa lendir subur. 3. Pemeriksaan Melalui Air Seni Pada pemeriksaan ini menggunakan alat test pengukuran kesuburan, bentuknya hampir sama dengan alat pengukuran kehamilan. Alat ini cukup akurat untuk memperkirakan masa subur, yakni dengan melihat kadar LH sebagai pertanda akan terjadinya ovulasi dalam 24-36 jam.

13 Lazimnya, bereaksi seperti berubah warna, atau memunculkan tanda, satu hari sebelum masa subur. Pemeriksaan ini bisa dilakukan pada pertengahan siklus haid. Adapun cara pemakaiannya : a. Tampung urin pertama pada tempat yang bersih dan kering, gunakan urin pertama setelah bangun tidur. b. Masukkan ujung penyerap alat test pada penampung urin selama 5 detik. c. Tunggu sampai muncul garis warna (3 menit). Jika positif, berarti dalam masa subur, ditandai dengan munculnya dua garis warna pada daerah test (T) lebih gelap atau sama dengan garis daerah control (C). Ovulasi akan terjadi dalam waktu 24-48 jam berikutnya, hubungan seksual sebaiknya dilakukan sebelum 48 jam dari waktu test. Jika negatif, berarti masa tidak subur, ditandai dengan munculnya satu garis warna atau jika garis warna daerah test (T) lebih muda dari garis warna dari daerah control (C). 4. Kalender Menstruasi Cara ini lebih sederhana, karena hanya bergantung pada siklus menstruasi. a. Pada siklus menstruasi ideal, yaitu 28 hari masa subur adalah 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. b. Pada siklus yang tidak ideal, tentukan lama siklus terpendek dan terpanjang. Kemudian siklus terpendek dikurangi dengan 18 hari dan siklus haid terpanjang dikurangi dengan 11 hari. Dua angka yang diperoleh merupakan batasan masa subur (Simanungkalit & Bien. 2008. hlm 48)

14 G. Kegunaan Mengetahui Masa Subur Dengan mengetahui masa subur dan tidak subur, maka dapat membantu pasangan suami-istri dalam mengambil keputusan untuk hamil atau tidak hamil. Kemungkinan terjadinya kehamilan pada masa subur sangatlah besar sehingga kalau ingin hamil hendaknya melakukan hubungan seksual pada masa subur (Aulia. 2009. hlm 110)