IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Bobot Badan Bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh dapat menjadi acuan untuk mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh mempunyai kegunaan untuk menaksir bobot badan dan persentase karkas, sehingga dapat menunjukkan nilai pada seekor ternak (Cole,1970). Hasil pengamatan dalam pengukuran bobot badan domba dapat dilihat dalam Tabel berikut. Tabel 1. Bobot Badan Domba Lokal Betina Dewasa Nilai Umur 3 tahun Rata-rata (kg) 24,78 Minimum (kg) 21,50 Maksimum (kg) 29,00 Simpangan Baku 2,31 Koefisien Variasi (%) 9,32 Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa rata-rata bobot badan pada 20 ekor domba lokal betina adalah 24,78 kg dengan bobot badan terendah 21,50 kg dan bobot badan tertinggi 29,00 kg, memiliki simpangan baku 2,31 serta memiliki koefisien variasi 9,32 %. Koefisien variasi menunjukan bahwa data populasi yang diamati hampir seragam, sesuai pendapat Nasoetion (1992) yang menyatkan bahwa koefisien variasi kurang dari 15% menunjukan bahwa populasi yang diamati seragam.
Bobot badan domba berbeda-beda tergantung dengan umur dan bangsanya. Faktor lingkungan dan manajemen pemeliharaan akan sangat mempengaruhi besarnya bobot badan domba, sesuai dengan pendapat Tomaszewska dkk., (1993) bahwa laju pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan, genetik, dan faktor lain seperti manajemen atau pengelolaan yang diterapkan, tingkat nutrisi pakan yang tersedia, kesehatan serta iklim. 4.2 Ukuran-ukuran Tubuh Hasil perhitungan ukuran-ukuran tubuh yang dilakukan terhadap domba lokal betina dewasa di DesaBuninagara Kecamatan Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat dengan jumlah populasi sebanyak 20 ekor dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Ukuran-ukuran Tubuh Domba Lokal Betina Dewasa Umur 3 Tahun Peubah Umur 3 Tahun Rata-rata Min Max SD KV..... cm......%... Tinggi Pundak 59.25 52,00 68,00 3,34 5,65 Panjang Badan 62,20 56,00 70,00 3,71 5,96 Lingkar Dada 71,45 66,00 81,00 3,22 4,50 Lebar Dada 16,58 14,00 19,00 1,43 8,60 Dalam Dada 26,85 22,00 30,00 1,96 7,29 Lebar Pinggul 15,10 12,00 17,00 1,26 8,35 Tinggi Pinggang 56,25 50,00 61,00 3,18 5,56 Panjang Pinggang 16,65 15,00 18,00 0,96 5,78
Tinggi Pundak Tinggi pundak merupakan hasil pengukuran dari titik tertinggi pundak sampai ke permukaan tanah, diukur lurus menggunakan tongkat ukur dalam satuan cm (Heriyadi, 2012). Berdasarkan tabel 2, terlihat bahwa tinggi pundak pada domba lokal betina dewasa di Kelompok Peternak Desa Buninagara, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat memiliki nilai rata-rata tinggi pundak sebesar 59,25±3,34 cm, nilai tersebut tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Saptaria, 2013) yaitu dengan tinggi pundak sebesar 62,34 cm. Simpangan baku sebesar 3,34 cm, dan koefisen variasi 5,65 % menunjukan bahwa data populasi yang diamati hampir seragam, sesuai pendapat Nasoetion (1992) yang menyatkan bahwa koefisien variasi kurang dari 15% menunjukan bahwa populasi yang diamati seragam. Panjang Badan Berdasarkan tabel 2, terlihat bahwa panjang badan pada domba lokal betina dewasa di Kelompok Peternak Desa Buninagara, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat memiliki nilai rata-rata panjang badan sebesar 62,20±3,71 cm, nilai tersebut tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Saptaria, 2013) yaitu dengan panjang badan sebesar 59,89 cm. Simpangan baku sebesar 3,71 cm, dan koefisen variasi 5,96 % menunjukan bahwa data populasi yang diamati hampir seragam, sesuai pendapat Nasoetion (1992) yang menyatkan bahwa koefisien variasi kurang dari 15% menunjukan bahwa populasi yang diamati hampir seragam. Panjang badan merupakan salah satu ukuran tubuh yang paling erat kaitannya dengan kinerja produksi ternak, sehingga panjang badan sering dijadikan sebagai parameter dalam menduga bobot badan. Hal tersebut
bersesuaian dengan pendapat Ashari dkk., (2015) dan Rehfeldt dkk., (2004) bahwa panjang badan dijdikan parameter dalam pendugaan bobot badan seekor ternak. Lingkar Dada Lingkar dada adalah bagian antara leher dan perut. Lingkar dada diukur melingkar dada dibelakang siku menggunakan pita ukur dalan satuan cm (Santosa,1995). Berdasarkan table 2, terlihat bahwa lingkar dada pada domba lokal betina dewasa di Kelompok Peternak Desa Buninagara, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat memiliki nilai rata-rata lingkar dada sebesar 71,45±3,22 cm,simpangan baku sebesar 3,22 cm, dan koefisen variasi 4,50% menunjukan bahwa data populasi yang diamati hampir seragam, sesuai pendapat Nasoetion (1992) yang menyatkan bahwa koefisien variasi kurang dari 15% menunjukan bahwa populasi yang diamati hampir seragam. Lingkar dada memiliki pengaruh yang besar terhadap bobot badan karena dalam rongga dada terdapat organ-organ seperti jantung dan paru-paru. Pertambahan lingkar dada menyebabkan bertambahnya bobot badan, daerah badan akan semakin dalam dan meluas yang akhirnya bagian tersebut tertimbun oleh otot daging maupun lemak (Diwyanto, 1982). Lebar Dada Lebar dada adalah jarak penonjolan sendi bahu kanan (sendi antara os. Scapula kanan dengan Os. Humesrus kanan) dan penojolan sendi bahu kiri (sendi antara Os. Scapula kiri dengan Os. Humerus kiri). Menurut Newhanm (1994) bahwa ukuran lebar dada sangat penting untuk memberikan informasi tentang kapsitas tubuh ternak dalam memanfaatkan pakan dan mengkonversikan pakan menjadi daging dan otot. Berdasarkan table 2, diketahui bahwa nilai rata-rata lebar
dada domba lokal betina dewasa di Kelompok Peternak Desa Buninagara, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat sebesar 16,58±1,43 cm, nilai tersebut tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Saptaria,2013) dengan nilai lebar dada sebesar 14,84 cm. Simpangan baku sebesar 1,43 cm, dan koefisien variasi 8,60% menunjukan bahwa data populasi yang diamati hampir seragam, sesuai pendapat Nasoetion (1992) yang menyatkan bahwa koefisien variasi kurang dari 15% menunjukan bahwa populasi yang diamati hampir seragam. Dalam Dada Dalam dada di ukur dari titik tertingi pundak (os scapule) sampai tulang dada (os sternum) bagian bawah di belakang kaki depan. Berdasarkan tabel 2, terlihat bahwa dalam dada pada domba lokal betina dewasa di Kelompok Peternak Desa Buninagara, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat memiliki nilai rata-rata dalam dada sebesar 26,85±1,96 cm, nilai tersebut tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Saptaria, 2013) yaitu dengan dalam dada sebesar 27,86 cm. Simpangan baku sebesar 1,96cm, dan koefisen variasi 7,29 % menunjukan bahwa data populasi yang diamati hampir seragam, sesuai pendapat Nasoetion (1992) yang menyatkan bahwa koefisien variasi kurang dari 15% menunjukan bahwa populasi yang diamati hampir seragam. Lebar Pinggul Lebar pinggul akan bertambah besar sejalan bertambahnya umur. Berdasarkan table 2, terlihat bahwa lebar pinggul pada domba lokal betina dewasa di Kelompok Peternak Desa Buninagara, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat memiliki nilai rata-rata lebar pinggul sebesar 15,10±1,26 cm, nilai tersebut tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Saptaria,
2013) yaitu dengan nilai lebar pinggul sebesar 18,00 cm. Simpangan baku sebesar 1,26 cm, dan koefisen variasi 8,35% menunjukan bahwa data populasi yang diamati hampir seragam, sesuai pendapat Nasoetion (1992) yang menyatkan bahwa koefisien variasi kurang dari 15% menunjukan bahwa populasi yang diamati seragam. Lebar pinggul berkaitan dengan tumbuh kembang tulang dan otot pada domba. Lebar pinggul penting untuk domba pedaging karena otot daging paling banyak menempel pada tulang paha atas serta dalam penentuan kualitas karkas. Tinggi Pinggang Variabel tinggi pinggang dan bobot badan dipengaruhi oleh aksi gen-gen tertentu yang mempengaruhi dua sifat atau lebih (Martojo, 1990) sehingga menyebabkan adanya hubungan antara variabel tinggi pinggang dan bobot badan. Rataan tinggi pinggang hampir mendekati rataan tinggi pundak domba yang diteliti, hal tersebut menunjukkan bahwa konformasi tubuh domba yang diteliti mendekati tipe domba pedaging karena memiliki garis yang sejajar antara tinggi pundak dengan tinggi pinggang. Berdasarkan tabel 2, terlihat bahwa tinggi pinggang pada domba lokal betina dewasa di Kelompok Peternak Desa Buninagara, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat memiliki nilai rata-rata tinggi pinggang sebesar 56, 25±3,18 cm. Simpangan baku sebesar 3,18 cm, dan koefisen variasi 5,56 % menunjukan bahwa data populasi yang diamati hamper seragam, sesuai pendapat Nasoetion (1992) yang menyatkan bahwa koefisien variasi kurang dari 15% menunjukan bahwa populasi yang diamati hampir seragam.
Panjang Pinggang Panjang pinggang diukur dari pin bone sampai hip, diukur dengan menggunakan pita ukur. Berdasarkan table 2, terlihat bahwa tinggi pinggang pada domba lokal betina dewasa di Kelompok Peternak Desa Buninagara, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat memiliki nilai rata-rata panjang pinggang sebesar 16,65±0,96 cm, nilai tersebut tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Saptaria, 2013) yaitu dengan nilai panjang pinggang sebesar 18,00 cm. Simpangan baku sebesar 0,96 cm, dan koefisen variasi 5,78% menunjukan bahwa data populasi yang diamati hampir seragam, sesuai pendapat Nasoetion (1992) yang mengatakan bahwa koefisien variasi kurang dari 15% menunjukan bahwa populasi yang diamati hampir seragam. 4.3 Indeks Morfologi Hasil perhitungan indeks morfologi terhadap bobot badan dan ukuranukuran tubuh domba lokal betina dewasa dengan jumlah populasi sebanyak 20 ekor dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Analisis Indeks Morfologi Domba Lokal Betina Dewasa Indeks Morfologi Umur 3 tahun Weight index 70668,83 Height slope index 3,00 Length index 1,05 Width slope index 0,92 Depth index 0,45 Foreleg length index 32,40 Balance 0,57 Cumulative index 2,62
Weight index merupakan indeks untuk menduga bobot badan. Weight yang di dalamnya terdapat empat pengukuran tubuh meliputi panjang badan, lingkar dada, lebar dada dan lebar pinggul merupakan hal penting dalam pendugaan bobot badan ternak. Hasil yang diperoleh dari perhitungan weight indext domba lokal betina yaitu 70668,83, dibandingkan dengan penelitian (Saptaria, 2013) nilai weight index sangat berbeda yaitu 24733,90. Height slope index merupakan pengukuran dalam penaksiran tipe ternak. Semakin kecil nilai height slope index dapat dikatakan semakin baik, karena nilai height slope index yang mendekati 0 atau sama dengan 0 artinya ternak tersebut memiliki tinggi pundak dan tinggi pinggang yang sama membentuk garis lurus sejajar. Garis pundak yang garis lurus sejajar merupakan salah satu ciri dari domba pedaging. Hasil height slope index yang diperoleh dari penelitian ini yaitu 3,00. Length index didapat dari hasil pembagian panjang badan dengan tinggi badan. Length index dapat menjelaskan tipe ternak domba apakah tubuhnya berkaki pendek atau berkaki panjang. Nilai length index dibawah 1 atau sama dengan 1 menunjukkan ternak tersebut berkaki pendek, sedangkan bila nilai length index diatas 1 menunjukkan ternak tersebut berkaki panjang. Hasil penelitian pada domba lokal betina dewasa nilai length index yang didapat yaitu 1,04. Berdasarkan nilai tersebut maka domba lokal betina di Kelompok Ternak Palasidin Desa Buninagara, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat berkaki panjang. Nilai width slope index diperoleh dari hasil perhitungan lebar pinggul dibagi dengan lebar dada. Hasil yang didapat pada penelitian domba lokal betina yaitu dengan rata-rata nilai width slope sebesar 0,92, nilai tersebut tidak berbea
jauh dengan penelitian yang dilakukan oleh (Saptaria, 2013) yaitu dengan nilai width slope sebesar 0,99. Depth index domba lokal betina pada peneltian ini yaitu 0,45. Depth index terdiri dari dua pengukuran tubuh dalam dada dibagi tinggi pundak. Menurut Hafiz (2009) nilai depth index diatas 0,5 ternak tersebut dapat dikatakan bertipe gemuk dan berkaki pendek dan jika nilai depth index dibawah 0,5 maka ternak tersebut bertipe gemuk dan berkaki panjang. Maka dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa domba lokal betina bertipe gemuk dengan kaki pendek karena nilai Depth index berada dibawah 0,5 Nilai foreleg length pada domba lokal betina yaiu 32,40. Nilai yang didapat yaitu dari hasil pengurangan tinggi pundak dikurangi dalam dada. Nilai foreleg length index hingga saat ini belum ada penjelasan yang pasti sebagai penentuan tipe ternak. Jika dibandingkan dengan penelitian Saptaria (2013) foreleg length pada domba lokal yaitu 32,47, dari hasil ini dapat dikatankan bahwa domba tersebut mempunyai kaki bertipe pendek. Balance merupakan indeks yang sangat penting dalam penentuan nilai cumulative index, karena melibatkan keseluruhan indeks yang dihitung. Menurut Salako and Ngere (2002), nilai balance menentukan keseimbangan antara ukuranukuran tubuh, dan dapat menjadi indikator dari kuantitas daging yang dimiliki seekor ternak. Hasil perhitungan balance yaitu sebesar 0,57. Nilai balance hingga saat ini belum memiliki angka sebagai patokan untuk menentukan tipe ternak. Cumulative index adalah pengukuran terbaik untuk menilai tipe dan fungsi dari ternak domba (Alderson, 1999). Cumulative index merupakan indeks yang penting dalam penentuan tipe suatu ternak. Cumulative index merupakan nilai indeks yang didapat hasil perhitungan bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh
domba. Menurut Alderson (1999) cumulative index berkorelasi dengan umur ternak sehingga dapat digunakan untuk memprediksi tingkat pertumbuhan ternak, sehingga semakin besar nilainya, akan menunjukkan tingkat pertumbuhan ternak yang baik. Nilai cumulative index domba lokal betina yang didapatkan pada penelitian ini yaitu sebesar 2,62. Sampai saat ini cumulative index belum dapat menjelaskan tipe dari ternak domba, namun jika meilihat dari hasil cumulative index domba lokal betina dewasa merupakan hasil perkawinan dari tertua domba pedaging. Nilai cumulative index 2,62 termasuk ke dalam kategori domba tipe pedaging dengan mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Saptaria (2013) dengan nilai index cumulative domba lokal betina yaitu sebesar 2,60.