Profil Tata Ruang. Provinsi Jambi

dokumen-dokumen yang mirip
Profil Tata Ruang. Provinsi Gorontalo

Profil Tata Ruang. Provinsi Kalimantan Barat

Profil Tata Ruang. Provinsi Jawa Timur

Profil Tata Ruang. Provinsi Jawa Tengah

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

PELUANG IMPLEMENTASI REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation) DI PROVINSI JAMBI

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

PROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK)

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN

Tantangan Implementasi Peraturan Presiden No. 13/2012 tentang. RTR Pulau Sumatera dalam Upaya Penyelamatan Ekosistem Sumatera

MODUL 6 : PENILAIAN KELENGKAPAN SUBSTANSI MATERI TEKNIS, RAPERDA, DAN PETA UNTUK STANDAR REKOMENDASI GUBERNUR

PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PENATAAN KORIDOR RIMBA

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

Kerangka landasan pendekatan DAS: Merupakan ekologi bentang lahan (Landscape ecology), suatu subdisiplin ekologi yang mengamati sebab dan akibat

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MAJU, MANDIRI, ADIL DAN SEJAHTERA. RPJMD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Dasar Hukum

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA ( KEDEPAN)

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa tengah

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

Kementerian Kelautan dan Perikanan

Perencanaan dan Perjanjian Kerja

PERAN PEMERINTAH KOTA DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM

BAHAN INFORMASI RENCANA TATA RUANG SEBAGAI MATRA SPASIAL PENGEMBANGAN WILAYAH DAN ISU-ISU STRATEGIS PENATAAN RUANG

P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI MALUKU

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN Jl. Willem Iskandar No. 9 Telepon : (061) M E D A N

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jambi yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 54

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR : TAHUN 2011 TANGGAL :

PROGRAM PENGEMBANGAN KELAPA BERKELANJUTAN DI PROVINSI JAMBI

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991);

Disampaikan Pada Acara :

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kuesioner Pameran Musrenbangnas 2015: Hasil Pengolahan. Jakarta, April 2015

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

Click to edit Master title style

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

MEWUJUDKAN PENGEMBANGAN DESA YANG BERKELANJUTAN MELALAUI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN YANG BERKELANJUTAN (P2KPB)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

LAPORAN PENDAMPINGAN RZWP3K PROVINSI RIAU 2018

TABEL 4.1 TUJUAN DAN SASARAN JANGKA MENENGAH PELAYANAN SKPD

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tamba

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

INTEGRASI MUATAN RTRW DAN RPJM PROPINSI LAMPUNG SEKTOR LINGKUNGAN HIDUP. Oleh : Zumrodi

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan

Pentingnya Pemaduserasian Pola Pengelolaan Sumber Daya Air

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR : TAHUN 2011 TANGGAL :

Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi Sedang Membuka Rapat Koordinasi Perencanaan Pembangunan Kehutanan Daerah Provinsi Jambi Tahun /10/2014 2

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

Profil Tata Ruang Provinsi Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Profil Tata Ruang Provinsi Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Kata Pengantar

enataan ruang telah menjadi salah satu acuan pembangunan saat ini. Upaya penataan ruang telah didukung oleh ketersediaan regulasi mulai dari undang- Pundang hingga peraturan daerah. Saat ini, pelaksanaan penataan ruang telah menunjukkan hasil, salah satunya dengan tersedianya Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di sebagian besar provinsi, kabupaten dan kota. Namun demikian, dmasih banyak isu terkait upaya penataan ruang yang perlu ditangani. Isu di dalam penataan ruang diantaranya adalah panjangnya langkah penyelesaian RTRW dan rencana rincinya, konflik pemanfaatan ruang, belum harmonisnya berbagai peraturan perundangan sektor pengguna ruang, serta belum efektifnya kelembagaan penataan ruang. Sebagai langkah awal dari upaya untuk memahami dengan baik isu penataan ruang di pusat dan di derah tersebut, dibutuhkan data dan informasi yang handal, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional melakukan upaya untuk mendokumentasikan seluruh data dan informasi penataan ruang yang akan disajikan dalam bentuk Buku Profil Tata Ruang. Diharapkan pemahaman tehadap isu secara baik akan mampu meningkatkan kinerja para pemangku kepentingan di Bidang Tata Ruang dan Pertanahan. Jakarta, Agustus 2015 Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

DaftarTabel Tabel 1 Tabel II Tabel III Penggunaan Lahan Eksisting Provinsi Status Penetapan RTRW Provinsi Status Penetapan BKPRD Provinsi 7 9 12 DaftarGambar Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6 Peta Rencana Struktur Ruang Provinsi Peta Rencana Pola Ruang Provinsi i Status Penetapan Perda RTRW di Provinsi Status Penetapan BKPRD di Provinsi Kebutuhan dan Kesediaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Provinsi Kebutuhan dan Kesediaan SDM Penataan Ruang di Provinsi 3 5 8 11 13 13 iv Daftar Isi

Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Profil Penataan Ruang Provinsi I Kondisi Eksisting II Lingkungan Strategis III Pelaksanaan Penataan Ruang - Penetapan Perda RTRW - Penetapan Rencana Rinci Tata Ruang - Konflik Penataan Ruang - Sinkronisasi Rencana Tata Ruang dengan Program Rencana Pembangunan IV Pembinaan Penataan Ruang - Kelembagaan Penataan Ruang - Jumlah PPNS - Jumlah SDM - Partisipasi Masyarakat dan Dunia Usaha - Sistem Informasi Penataan Ruang i iii iv iv 2 7 8 8 10 10 10 11 11 12 13 14 14 Profil Penataan Ruang

Profil Tata Ruang Provinsi Profil Penataan Ruang

I Kondisi Eksisting Provinsi terletak di bagian tengah Pulau Sumatera dan tepat berhadapan langsung dengan kawasan pertumbuhan ekonomi yaitu IMS-GT (Indonesia-Malaysia- Singapura Growth Triangle). Secara administratif Provinsi terdiri dari sebelas kabupaten/kota yaitu sembilan kabupaten dan dua kota. Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi sudah ditetapkan dan terdiri atas Rencana Pola Pemanfaatan Ruang, Rencana Struktur Ruang dan Rencana Kawasan Strategis Provinsi.memiliki wilayah seluas 53.435,92 km2dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Ÿ Bagian barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat Ÿ Bagian utara berbatasan dengan Provinsi Riau Ÿ Bagian selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan Ÿ Bagian timur berbatasan dengan Laut Cina Selatan Provinsi Kepulauan Riau Penataan ruang wilayah Provinsi bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah yang harmonis dan merata berbasis pengelolaan sumber daya alam dan infrastruktur secara optimal dan berkelanjutan. Provinsi juga memiliki Kawasan Strategis Nasional yang penataan ruangnya diprioritaskan pada fungsi dan daya dukung lingkungan hidup berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008, yakni: Ÿ Kawasan Lingkungan Hidup Taman Nasional Kerinci Seblat yang juga melibatkan sebagian wilayah Provinsi Bengkulu, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan. Ÿ Kawasan Taman Nasional Berbak Ÿ Kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh Ÿ Kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas Sebagian besar wilayah Provinsi berada di dataran rendah (69,1%), yakni bagian timur hingga tengah.sedangkan sedikit daerah dataran sedang berada di bagian tengah dan dataran tinggi di bagian timur provinsi (Gambar 7). Jenis Tanah di provinsi ini didominasi oleh tanah podzolik merah kuning (39,93%) yang tingkat kesuburannya rendah. Oleh karena itu, rawan mengalami banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Perbedaan debit air di sungai bahkan mencapai tujuh meter. Selain itu, juga memiliki Gunung berapi Kerinci yang merupakan tuntutan untuk peencanaan mitigasi bencana yang lebih matang untuk provinsi ini. Berdasarkan penunjukan kawasan hutan dari Menteri Kehutanan yang dituangkan dalam SK Menteri Kehutanan Nomor 421/Kpts-II/1999, kawasan hutan Provinsi meliputi 2.179.440 hektar atau 42,73 persen dari luas keseluruhan Provinsi. Luasan tersebut merupakan hasil dari pemaduserasian Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi 2

Gambar 1. Peta Rencana Struktur Ruang Provinsi Sumber: Lampiran Perda Provinsi Nomor 10 Tahun 2013 Tentang RTRW Provinsi Profil Penataan Ruang

4

Gambar 2. Peta Rencana Pola Ruang Provinsi Sumber: Lampiran Perda Provinsi Nomor 10 Tahun 2013 Tentang RTRW Provinsi Profil Penataan Ruang

6

Tabel 1. Penggunaan Lahan Eksisting Provinsi No Penggunaan Lahan Eksisting (Ha) Presentase A KAWASAN LINDUNG 1 Hutan Lindung 191.130 3,56 2 Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam 2) Cagar Alam 3) Taman Nasional 4) Taman Hutan Raya 5) Taman Wisata Alam 30.400 0,57 608.630 11,35 36.660 0,68 430 0,01 B KAWASAN BUDIDAYA 1 2 TOTAL Kawasan Pertanian 1) Pertanian Lahan Basah 2) Pertanian Lahan Kering/ Tegalan/ Kebun Campur Kawasan Permukiman 684.060 12,76 3.767.801 70,26 43.631 0,81 5.362.742 100,00 Sumber: Hasil Analisis Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2010-2015 Provinsi II Lingkungan Strategis Provinsi memiliki Isu Strategis yaitu : Ÿ Wacana pembukaan Terusan Thai (sebelumnya disebut Terusan Kra atau Terusan Tanah Genting Kra) yaitu terusan yang akan melewati Thailand Selatan untuk mempersingkat transportasi di wilayah tersebut. Pembukaan Terusan Kra ini akan merubah geo-ekonomi global (khususnya Asia Timur) dalam rute pelayaran yang dulunya melalui Selat Malaka berubah melalui Terusan Kra. Hal ini akan membuka peluang ekonomi bagi Provinsi yang menghadap langsung ke Laut Cina Selatan. Ÿ Program pengurangan emisi karbon akibat deforestasi dan degradasi hutan dan lahan dunia. Provinsi berpotensi menjadi daerah yang potensial untuk menjaga keseimbangan lingkungan, dengan pertimbangan bahwa sekitar 70 persen hutan masih memiliki tutupan hutan dengan kategori baik. Sebagai jantung Pulau Sumatera, posisi hutan sangat strategis sebagai rumah terakhir dari keanekaragaman hayati Sumatera. Profil Penataan Ruang

III Pelaksanaan Penataan Ruang A. Penetapan Perda RTRW 10 11 Gambar 3. Status Penetapan Perda RTRW di Provinsi Sudah ditetapkan Belum ditetapkan Sumber: Kuesioner Profil Penataan Ruang Jawa Timur 2015 8

Provinsi telah menyusun dan menetapkan RTRW Provinsi dengan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2013.RTRW Provinsi ini telah mengakomodir Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), namun belum mengintegrasikan Rencana Zonasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K). Ada pula beberapa Isu yang terdapat dalam Naskah Sementara RTRW, antara lain: ŸKebutuhan akan SDM bidang penataan ruang yang kompeten dan handal ŸPenetapan Kawasan Budidaya yang dikendalikan, ŸPenetapan kawasan budidaya yang didorong perkembangannya ŸPengembangan kawasan secara terpadu ŸPenetapan peraturan zonasi ŸPerizinan ŸPemberian Insentif dan Disinsentif, dan ŸPengenaan Sanksi. Dari 11 kabupaten/kota di hanya 1 kabupaten/kota yang belum menetapkan RTRW yakni Kabupaten Sarolangun. Rincian kabupaten/kota dan nomor peraturan daerah yang menetapkan RTRW dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Status Penetapan RTRW di Provinsi BKPRD Kabupaten SK. Nomor BKPRD Kabupaten SK. Nomor Batanghari 16 Tahun 2013 Bungo 9 Tahun 2013 Sarolangun - Merangin 4 Tahun 2014 Muaro 4 Tahun 2013 Kerinci 24 Tahun 2012 Tebo 6 Tahun 2013 Kota Tj. Jabung Timur 11 Tahun 2012 Sungai Penuh 5 Tahun 2012 Tj. Jabung Barat 12 Tahun 2013 9 Tahun 2013 Sumber: Jawaban Kuisioner Profil Penataan Ruang 2015 Profil Penataan Ruang

B. Penetapan Rencana Rinci Tata Ruang Rencana Rinci Tata Ruang Provinsi (KSP) yang akan dibuat di sebanyak 7 rencana. Jumlah Rencana Rinci Tata Ruang Kabupaten/Kota yang akan dibuat yakni sebanyak 233 rencana. memprioritaskan penyelesaiantujuh KSP Provinsi dan KSK/RDTR berdasarkan hierarkhi perkotaan dalam lima tahun kedepan. C. Konflik Pemanfaatan Ruang Provinsi memiliki konflik penataan ruang yang harus diselesaikan secara nasionalantara lain: 1. Konflik Kawasan Lindung: Adanya pemukiman warga di dalam kawasan hutan lindung dan menolak untuk dilakukan tata batas oleh Kementerian Kehutanan. 2. Konflik Kawasan Budidaya: Konflik petani dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit dan industri perkayuan yang menimbulkan spekulasi tanah dan perebutan hak milik lahan Selain itu, provinsi ini juga belum memiliki sistem insentif/disinsentifdan peta rencana skala 1:5.000 karena masalah pendanaan untuk pengadaannya sehingga sulit untuk menyelenggarakan pengendalian pemanfaatan ruang. D. Sinkronisasi Rencana Tata Ruang (RTR) dengan Program Rencana Pembangunan Provinsi sejauh ini sudah melakukan penyerasian antara RTRW, RPJPD dan RPJMD yang dilakukan melalui integrasi substansi perencanaan kebijakan di RTRW ke dalam RPJMD. Penyerasian muatan RTRW dengan rencana sektoral juga telah dilakukan melalui paduserasirencana sektoral dalam rencana tata ruang. 10

IV Pembinaan Penyelenggaraan Penataan ruang A. Kelembagaan Penyelenggaraan Penataan Ruang Gambar 4. Status Penetapan BKPRD di Provinsi Belum ditetapkan Sudah ditetapkan 8 11 Sumber: Kuesioner Profil Penataan Ruang 2015 Provinsi merupakan Provinsi yang telah menyusun dan menetapkan BKPRD Provinsi dengan Surat Keputusan No.296/Kep.Gub/Bappeda/2014. Meskipun demikian, Badan Koordinasi Pembangunan Regional Daerah (BKPRD) di belum mencakup koordinasi adhoc antar SKPD untuk penyelesaian masalah tata ruang. Koordinasi penataan ruang lintas sektor diambil alih oleh Bappeda Provinsi.BeberapaKota dan Kabupaten di Provinsi telah membentuk BKPRD. Status penetapannya dapat dilihat pada Tabel 3. Profil Penataan Ruang

Tabel 3. Status Penetapan BKPRD di Provinsi BKPRD Kabupaten SK. Nomor BKPRD Kabupaten SK. Nomor Batanghari 14 Tahun 2014 Bungo 398/Bappeda/2014 Sarolangun 13/Bappeda/2014 Merangin 102/Bappeda/2014 Muaro 454/Kep.Bup/Bappeda/2014 Kerinci - Tebo 266 Tahun 2014 Kota Tj. Jabung Timur 212 Tahun 2014 Sungai Penuh - Tj. Jabung Barat 176 Tahun 2012 - Sumber: Jawaban Kuisioner Profil Penataan Ruang 2015 Permasalahan kelembagaan dalam penyelenggaraan tata ruang yang dihadapi oleh BKPRD Provinsi adalah mekanisme koordinasi antar anggota BKPRD belum ditetapkan dan penetapan anggaran penyelenggaraan penataan ruang. BKPRD belum memiliki mekanisme koordinasi antara BKPRD Provinsi dengan Kabupaten/Kota dikarenakan telah dilakukan koordinasi oleh Bappeda. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah menyarankan agar BKPRD ditingkatkan menjadi struktural sendiri dan terikat sehingga dapat berjalan lebih efektif. B. Jumlah Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Jumlah PPNS pada Provinsi yang tersedia saat ini dirasa masih sangat kurang dan jauh dari jumlah kebutuhan ideal Provinsi. Jumlah kebutuhan tersebut didapatkan dari informasi pemerintah daerah, dimana jumlah PPNS yang ada hanya satu orang sedangkan idealnya Provinsi memerlukan setidaknya sembilan orang PPNS. Jumlah tersebut tentu belum mampu mendukung kinerja PPNS dalam pengendalian pemanfaatan ruang di. Ada pula kendala lainnya dalam kinerja PPNS di yakni: Ÿ Kuantitas PPNS belum memadai Ÿ Kualitas PPNS belum memadai Ÿ Kesulitan mencari kandidat PPNS yang memenuhi persyaratan ŸPendanaan 12

B. Jumlah Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) 1 9 Gambar 5. Kebutuhan dan Kesediaan PPNS di Provinsi C. Jumlah Sumber Daya Manusia 3 10 Gambar 5. Kebutuhan dan Kesediaan PPNS di Provinsi Profil Penataan Ruang

Untuk menjalankan tugas pokok dan fungsi penataan ruang, Bappeda Provinsi memerlukan sejumlah sumber daya manusa yang ahli didalam bidang penataan ruang. Jumlah ideal ahli bidang penataan ruang yang dibutuhkan oleh Bappeda Provinsi adalah sepuluh orang, sedangkan saat ini hanya berjumlah empat orang. Jumlah ideal ini merupakan usulan dari pemerintah daerah karena dirasa pembebanan pekerjaan bidang penataan ruang terlalu berat jika hanya dilakukan oleh tiga orang ahli. D. Partisipasi Masyarakat dan Dunia Usaha Partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam penataan ruang di Provinsi belumbegitu terlihat kecuali dari kegiatan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Hal ini dikarenakan beberapa hal sebagai berikut: Ÿ Minimnya pemahaman masyarakat dan dunia usaha mengenai penyelenggaraan penataan ruang Ÿ Tidak adanya pedoman mengenai peran masyarakat dan peran dunia usaha dalam pemanfaatan ruang Ÿ Tidak adanya pedoman mengenai peran masyarakat dan peran dunia usaha dalam pengendalian pemanfaatan ruang Ÿ Pendanaan Ÿ Tidak ada unit kerja pemerintah daerah yang memiliki tugas dan fungsi melakukan pembinaan untuk forum masyarakat dan forum dunia usaha E. Sistem Informasi Penataan Ruang Provinsi belum memiliki Sistem Informasi Penataan Ruang (SITR). Belum tersusunnya SITR dikarenakan Minimnya Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan tidak ada unit kerja yang bertanggungjawab terhadap SITR. Hal ini digambarkan dari kedudukan penataan ruang di Bappeda hanya berada pada level esselon IV di sub bidang sarana prasaranadan tata ruang wilayah dengan hanya dua SDM penataan ruang sehingga membatasi lingkup gerak penyediaan SITR. SITR yang tersedia di pusat belum terintegrasi dengan Provinsi dikarenakan belum adanya instansi vertikal BIG di daerah. 14

Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional