PENDAPAT FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DPR-RI ATAS USUL INISIATIF ANGGOTA DPR-RI MENJADI RANCANGAN UNDANG-UNDANG DPR-RI TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NOMOR 17 TAHUN 2003 MENGENAI KEUANGAN NEGARA DAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA Disampaikan oleh : Dr. Nursanita Nasution, SE., ME. Nomor Anggota : A 252 Bismillahirrahmaanirrahiim. Yang kami hormati, Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia; Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia; dan Hadirin sekalian yang berbahagia, Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan nikmat-nya berupa keimanan, kesehatan dan kesempatan kepada kita, sehingga sampai hari ini dengan taufik dan hidayah-nya kita dapat melaksanakan tugas kenegaraan dengan sebaik-baiknya. Shalawat dan salam tercurah ke haribaan Rasulullah SAW, insan yang mengajarkan kepada kita semua tentang arti perdamaian dan cinta yang ditegakkan selaras dengan harga diri dan kemuliaan umat yang dipimpinnya. Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat, Transformasi dan konsolidasi lembaga-lembaga negara adalah salah satu agenda penting demokratisasi di Indonesia. Penguatan lembaga-lembaga tersebut tidak hanya berhubungan dengan soal penguatan wewenang yang dimilikinya, tetapi juga mencakup penguatan independensi keuangannya. Studi yang dilakukan terhadap berbagai praktek penguatan independensi keuangan lembaga legislatif atau parlemen di berbagai negara menunjukkan korelasi yang signifikan dengan kualitas kinerja lembaga legislatif tersebut. Dalam hal ini, usul inisiatif Badan Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk mengamandemen UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara maupun Rancangan Undang-Undang tentang Jamsostek tentunya juga didasarkan pada kerangka pikir yang sama, bahwa kebutuhan untuk mendorong penguatan yang lebih signifikan atas keberadaan lembaga-lembaga negara beserta segenap jajarannya dirasa mendesak, terutama dalam mengantisipasi perubahan paradigma kekuasaan dan keterlibatan negara dalam urusan publik.
Sidang Dewan yang terhormat, Untuk mempermudah sistematika penyampaian pendapat ini, maka kami akan memberikan uraian secara berurutan dimulai dari perubahan terhadap UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan dilanjutkan dengan perubahan terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. a. Perubahan terhadap UU Nomor 17 Tahun 2003 Fraksi Partai Keadilan Sejahtera DPR-RI memandang usaha untuk mengamandemen UU No. 17 Tahun 2003 tidak bisa dilepaskan dari konteks penataan hubungan antara lembaga tinggi negara yang merepresentasikan prinsip-prinsip pemisahan kekuasaan negara atau Trias Politika. Tidak hanya itu saja, amandemen Undang-Undang ini juga sudah seharusnya merefleksikan upaya untuk memperbaiki struktur dan praktek pengelolaan keuangan negara. Misalnya dengan melakukan elaborasi lebih dalam, salah satunya dengan cara menghubungkan amanat konstitusi UUD 1945 mengenai jaminan terhadap hajat hidup orang banyak, keberadaan fakir miskin dan orang terlantar, peningkatan kualitas pendidikan dan semacamnya, yang secara eksplisit diamanatkan dalam konstitusi Republik Indonesia. Berdasarkan atas semangat perubahan dan amanat konstitusi kita, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera beranggapan bahwa cerminan perubahan UU tentang Keuangan Negara ini harus menghasilkan suatu peraturan strategis yang sesuai dengan kebutuhan guna memperbaiki praktek kehidupan berbangsa dan bernegara. Pimpinan Sidang dan Anggota Dewan serta hadirin yang kami hormati, Ada banyak persoalan keuangan negara yang mestinya dapat kita tata dan pecahkan dengan memperbaiki hulu dari semua peraturan perundang-undangan yang terkait dengan keuangan negara. Amandemen terhadap Undang-Undang ini tentunya akan berdampak luas terhadap perundang-undangan lainnya. Oleh karena itu, selain melakukan pendalaman dan penajaman hendaknya Rancangan Undang-Undang ini tetap disinkronisasikan dan diharmonisasikan dengan Rancangan Undang-Undang lainnya yang tengah dibahas di lembaga yang terhormat ini, misalnya saja dengan RUU Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang Pansusnya sedang berjalan. Fraksi PKS telah melakukanidentifikasi dan pendalaman terhadap materi perubahan atas UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang telah disiapkan oleh Badan Legislasi (BALEG) DPR-RI. Pada prinsipnya kami dapat memahami nafas yang dikehendaki oleh rancangan tersebut, tentu dengan tidak menafikan kebutuhan untuk melakukan penyempurnaan lebih jauh terhadap materi RUU ini. Sidang Paripurna Dewan yang terhormat, Fraksi PKS melihat bahwa definisi tentang pengelolaan keuangan negara sudah tepat dan perlu dipertahankan. Definisi ini mencerminkan pada kita bahwa setiap penyelenggara negara yang melakukan kegiatan penyelenggaraan keuangan negara memiliki kedudukan dan
kewenangan yang integral. Seiring dengan perkembangan arus demokratisasi dan informasi saat ini, kepercayaan publik yang diberikan kepada pengelola keuangan negara harus dilakukan secara terencana, efisien, transparan dan bertanggung jawab. Khusus Pasal 1 ayat (12) UU No. 17 Tahun 2003 tentang Definisi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menurut kami sudah cukup baik. Tetapi di dalam ayat (12) RUU ini, negara juga perlu mendefinisikan kepemilikan saham minoritas di dalam BUMN atau BUMD. Sebab penting pula digarisbawahi mengenai otoritas yang paling berhak dalam mengendalikan dan mewakili negara dalam penguasaan dan pengelolaan keuangan negara. Oleh karena itu, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera DPR-RI memandang perlu dilakukannya amandemen UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Untuk itu, kami memberikan apresiasiyang tinggi kepada sejumlah Anggota DPR-RI yang terhormat atas inisiatifnya mengajukan perubahan atas UU Nomor 17 Tahun 2003. b. Rancangan Undang-Undang tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja Semangat yang agak berbeda justru lahir dari usulan penggantian terhadap UU Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Keberadaan UU Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek selama ini menurut Fraksi Partai Keadilan Sejahtera cenderung melakukan justifikasi terhadap eksploitasi negara terhadap warga negaranya. Kita semua sangat paham bahwa nyaris setiap saat Jamsostek mendapatkan setoran modal dari keringat yang menetes dari para buruh di seluruh negeri ini, namun faktanya kemudian adalah apa yang telah diterima oleh mereka sebagai pemilik modal yang sesungguhnya adalah sangat tidak signifikan. Pimpinan Sidang dan Anggota Dewan serta hadirin yang kami hormati, Kenyataan di lapamham Jamsostek tidak memiliki daya tekan bagi perusahaan untuk mengikutsertakan karyawannya pada program Jamsostek ini. Peraturan Pemerintah dan Undang-Undang yang mewajibkan pengusaha untuk mendaftarkan para buruhnya pada program Jamsostek ini tidak diindahkan oleh para pengusaha. Padahal uang yang dihimpun oleh PT. Jamsostek tidak kurang dari Rp 30 trilyun dengan cadangan teknis berjumlah Rp 2,6 trilyun dan aset sekitar Rp 2 trilyun. Bisa kita bayangkan kalau kemudian pengelolaan dana sebesar ini tidak mencerminkan profesionalisme, maka akan berdampak negatif bagi masyarakat luas. Belum lagi pelanggaran masalah iuran. Peserta Jamsostek saat ini lebih kurang 25 juta anggota, namun yang aktif membayar iuran pada setiap bulannya kurang dari 7 juta saja. Bentuk pelanggaranpelanggaran masalah iuran bermacam-macam pula ditemukan di lapangan. Namun terlepas dari munculnya banyak permasalahan Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera tetap berpikir secara optimis bahwa Rancangan Undang-Undang Jamsostek memberikan
proporsi yang seimbang baik hak maupun kewajiban bagi pengusaha maupun tenaga kerja itu sendiri. Sidang Paripurna yang terhormat, Dengan mengucapkan Bismillahirrahmaanirrahiim, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera DPR-RI menyetujui Usul Inisiatif Anggota DPR-RI untuk melakukan perubahan atas UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Rancangan Undang-Undang tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja dinyatakan menjadi Rancangan Undang-Undang DPR dan diserahkan lebih lanjut kepada Badan Musyawarah DPR-RI untuk memutuskannya dan dijadikan prioritas pembahasan di tahun ini dan kemudian dapat diambil keputusan mengenai pengesahan RUU menjadi Undang-Undang. Demikian pendapat Fraksi Partai Keadilan Sejahtera DPR-RI. Atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih. Billahi taufiq wal hidayah, Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Jakarta, 19 Rabiul Tsani 1427 H 16 Mei 2006 PIMPINAN FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DPR-RI Ketua, Sekretaris, Drs. MAHFUDZ SIDDIQ, M.Si. No. Angg : A - 265 MUSTAFA KAMAL, SS. No. Angg : A - 248
PENDAPAT FRAKSI BINTANG PELOPOR DEMOKRASI TERHADAP 2 (DUA) RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG KEUANGAN NEGARA; DAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA Disampaikan oleh : H. Nur Syamsi Nurlan, SH. Anggota No. A 03 Bismillahirrahmaanirrahiim, Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Yth. Sdr. Pimpinan Sidang dan Rekan-rekan Anggota Dewan; Para hadirin sekalian yang kami hormati, Perkenankan kami mengawali penyampaian pendapat fraksi ini, dengan mengucap puji syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT atas ridho dan barokah-nya yang senantiasa dikaruniakan kepada kita dalam melaksanakan fungsi legislasi, pengawasan, anggaran. Semoga amanah rakyat yang kita jalankan dalam rangka membangun kehidupan berbangsa dan bernegara yang berlandaskan hukum untuk mewujudkan masyarakat adil, makmur, tertib, aman dan sejahtera senantiasa mendapat ridho Allah SWT. Amin. Pada Rapat Paripurna ini, Fraksi Bintang Pelopor Demokrasi setelah menelaah substansi Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan atas UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Rancangan Undang-Undang tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja memandang perlu menyampaikan pokok-pokok pikiran sebagai pendapat fraksi kami sebagai berikut : 1. RUU tentang Perubahan atas UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Penyelenggaraan kekuasaan negara dalam kerangka rechstaat (negara berdasarkan hukum) sebagaimana diatur dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri dari kekuasaan eksekutif (pemerintahan), kekuasaan legislatif, dan kekuasaan yudikatif (kehakiman). Penyelenggaraan kekuasaan negara ini dalam kaitan dengan sistem pengelolaan keuangan Negara Kesatuan Republik Indonesia telah ditetapkan dalam UUD 1945 Bab VIII Keuangan, Pasal 23. Namun demikian dalam kerangka kemandirian masing-masing lembaga negara (Presiden, DPR, Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi) dalam penyelenggaraan kekuasaan negara untuk pengelolaan keuangan negara belum diatur secara tegas pada tataran Undang-Undang. Pelaksanaan fungsi dan tugas Presiden, DPR, Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi memiliki arti penting dan strategis berkenaan dengan hubungan antar lembaga negara berdasarkan prinsip
kemandirian dan menjaga kedaulatan demokrasi maupun kedaulatan hukum nasional, sehingga pengaturan keuangan negara dirasakan perlu adanya pembaharuan hukum yang menjamin kepastian hukum dan tertib pengelolaan keuangan negara negara seiring dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Sebelum perubahan UUD 1945 kekuasaan pembentukan Undang- Undang berada pada Presiden (Pasal 5) setelah perubahan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Pasal 20 (1) ditegaskan kewenangan pembentukan Undang-Undang berada pada DPR, bukan lagi pada Presiden. Sebagai konsekuensinya adalah anggaran pembentukan Undang-Undang yang selama ini berada pada eksekutif sudah seharusnya dilimpahkan kepada DPR. Maka dari itu terlihatlah urgensinya perubahan UU No. 17 Tahun 2003 tersebut di atas. Begitu juga dengan pihak yudikatif, Mahkamah Agung saat ini sudah menjadi dan memegang kekuasaan tertinggi di bidang yudikatif. Seluruh peradilan yang ada yaitu peradilan militer, peradilan umum, peradilan tata usaha negara dan peradilan agama berada di bawah satu atap, yaitu Mahkamah Agung, tidak ada lagi campur tangan eksekutif --dalam hal ini di masa lalu--, Departemen Kehakiman dan HAM dalam bidang yudikatif. Dengan demikian diperlukan aturan yang mengatur tentang kewenangan mandiri bagi Mahkamah Agung untuk mengatur keuangannya. Untuk itu pulalah perlunya UU No. 17 Tahun 2003 ini direvisi. Berkenaan dengan kemandirian lembaga negara dalam penyelenggaraan kekuasaan negara tersebut dirasakan perlnya pembaharuan hukum keuangan negara, mengingat selama ini terdapat masalah utama dalam penyelenggaraan keuangan negara yang menyangkut : pertama, regulasi keuangan negara; kedua, akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan negara. Karena itu, kedua masalah tersebut perlu kita kaji bersama secara komprehensif dan mendalam pada pembahasan RUU ini nantinya, mengingat rumusan naskah RUU ini, antara lain : a. Belum memuat ketentuan mengenai kekuasaan pengelolaann keuangan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Hal ini perlu mendapat perhatian serius kita bahwa dalam kerangka akuntabilitas dan transparansi keberadaan BPK memiliki posisi strategis dalam pengawasan pengelolaan keuangan negara, mengingat selama ini titik lemah pencegahan dan penangkalan terhadap kebocoran keuangan negara terletak pada pengawasan. b. Pada Bab II A Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara pada Dewan Perwakilan Rakyat, belum mengatur mekanisme pengawasan pengelolaan keuangan oleh BPK dan hanya menyebutkan dilakukan oleh alat kelengkapan khusus di bidang pengawasan dan akan diatur dalam peraturan DPR. Hal ini perlu kita kaji secara serius dan mendalam agar jangan sampai terjadi abuse of power, mengingat DPR memiliki fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan, sehingga persoalan mendasarnya adalah bagaimana mekanisme pengawasan terhadap pengelolaan keuangan negara pada DPR sesuai dengan asas-asas good governance. 2. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) merupakan hak asasi para pekerja untuk memperoleh perlindungan, keamanan,
keselamatan kerja yang memadai guna menjaga harkat dan martabat pekerja dalam menghadapi hilangnya kemampuan bekerja untuk memperoleh penghasilan dan biaya pelayanan kesehatan. Pada prinsipnya Jamsostek ini sejalan dengan prinsip umum jaminan sosial yang tertuang dalam dalam Konvensi ILO Nomir 102 Tahun 1952. Namun yang perlu kita cemati dan telaah lebih dalam adalah apakah pengelolaan program Jamsostek selama ini sudah berkeadilan bagi tenaga kerja? Menurut fraksi kami tidak adil, mengingat dengan dikelolanya dana Jamsostek selama ini oleh BUMN, maka modal yang didapat dari pengusaha maupun pekerja dan yang terakumulasi menjadi milik Pemerintah dan orientasi penggunaan dana Jamsostek untuk investasi dan keuntungannya semata, sehingga peningkatan manfaat langsung bagi tenaga kerja terabaikan. Pengelolaan dana Jamsostek semacam ini harus diperbaiki dan diubah berdasarkan prinsip dari, oleh dan untuk pekerja. Karena itu UU UU Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja dirasa perlu diperbaharui seiring dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat khususnya pekerja, sebagaimana tercantum dalam rumusan RUU ini tentang keberadaan Dewan Wali Amanat yang memiliki tugas dan wewenang dalam pengelolaan dana Jamsostek. Namun demikian, menurut fraksi kami naskah RUU ini perlu menjelaskan apa tugas dan wewenang keanggotaan Dewan Jaminan Sosial Nasional, karena keberadaan Dewan Jaminan Sosial Nasional ini hanya disebutkan pada Pasal 35 ayat (3) naskah akhir RUU, tapi tidak ada pengaturan lebih lanjut dalam pasal-pasal RUU. Pokok-pokok pikiran fraksi kami ini disampaikan untuk menjadi bahan masukan bagi seluruh Anggota Dewan, sehingga 2 (dua) RUU usul inisiatif DPR-RI ini dalam pembahasan selanjutnya dapat menghasilkan sebuah UU yang tidak multi tafsir dan dapat dilaksanakan sebagai landasan hukum yang memberi jaminan kepastian hukum dalam penegakan hukum di Indonesia. Yth. Sdr. Pimpinan Sidang dan Rekan-rekan Anggota Dewan;\ Hadirin yang kami muliakan, Perkenankan kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada rekan-rekan Anggota yang terhormat atas jerih payah dan kerja kerasnya dalam menyusun kedua RUU ini, dan Fraksi Bintang Pelopor Demokrasi memandang bahwa 2 (dua) Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan atas UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Rancangan Undang-Undang tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja ini sangat penting dan strategis untuk tertib hukum dan tertib masyarakat, sehingga cukup alasan untuk dipertimbangkan dan dibahas lebih lanjut. Oleh karena itu, fraksi kami menyetujuiu 2 (dua) Rancangan Undang-Undang ini disahkan menjadi Rancangan Undang-Undang yang untuk selanjutnya dibahas secara bersama dengan Pemerintah dan nantinya ditetapkan menjadi Undang-Undang. Akhirul kata, fraksi kami menghaturkan terima kasih atas perhatian dan partisipasi Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang terhormat. Jakarta, 16 Mei 2005
PIMPINAN FRAKSI BINTANG PELOPOR DEMOKRASI DPR-RI Ketua, Sekretaris, Ttd, Ttd. JAMALUDDIN KARIM, SH. RAPIUDDIN HAMARUNG PENDAPAT FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ATAS PENJELASAN PENGUSUL USUL INISIATIF MENGENI RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG KEUANGAN NEGARA Disampaikan oleh : Olly Dondokambey Nomor Anggota : A 400 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Salam sejahtera bagi kita semua. M e r d e k a!!! Yang terhormat Saudara Ketua dan para Wakil Ketua; Yang terhormat Saudara Anggota Dewan; dan Sidang Dewan yang kami muliakan, Marilah kita memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya kepada kita semua dan segenap bangsa Indonesia, sehingga kita bisa bertemu dan melaksanakan Sidang hari ini. Sidang Paripurna saat ini berlangsung di tengah-tengah suasana bangsa yang sedang mengalami berbagai cobaan dan kondisi perekonomian nasional yang masih memprihatinkan sebagai konsekuensi belum mampunya Pemerintah melaksanakan strategi-strategi yang tepat dalam pengelolaan ekonomi nasional, sehingga masih sangat memerlukan kerja keras dan kerja sama dari semua pihak baik institusi-institusi di dalam pemerintahan maupun antara Pemerintah dan lembaga negara yang ada. Untuk menanggapi usul inisiatif Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI berupaya melihat permasalahan secara jernih bahwa Undang-Undang tentang Keuangan Negara adalah sebagai penjabaran dari Undang-Undang Dasar 1945 untuk pengelolaan keuangan negara, termasuk perlu tergambarnya secara jelas dalam Undang-Undang tersebut mengenai pemisahan kekuasaan Pemerintah dengan lembaga negara MPR, DPR, DPD, MK, BPK serta MA sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945. Selanjutnya Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI akan menyampaikan pendapat terhadap RUU
Perubahan UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara adalah sebagai berikut : Pengertian keuangan negara yang diatur dalam UU ini adalah sebagai penjabaran dari keuangan negara yang tersurat dan tersirat pada Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 ayat (1), yang berbunyi anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan Undang-Undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, penyelenggaraan negara dalam mewujudkan tujuan bernegara yang menimbulkan hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang diperlukan kepastian arah dan hukum. Untuk mencapai tujuan bernegara mutlak diperlukan sistem pengelolaan hak dan kewajiban yang sesuai dengan azas tentang pengelolaan keuangan negara antara lain akuntabilitas berorientasi pada hasil, profesionalistis, proporsionalistis, keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara dan pemeriksa keuangan oleh Badan Pemeriksa yang bebas dan mandiri. Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI menyadari bahwa tujuan pengelolaan keuangan negara adalah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dan harus dilaksanakan secara terbuka dan bertanggungjawab, dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara direncanakan dan diajukan oleh Pemerintah, namun persetujuan tetap ada pada DPR-RI sesuai dengan amanat UUD 1945. Ada beberapa hal yang memang memerlukan perubahan yaitu : pertama, perlunya pengelolaan belanja negara secara independen pada lembaga negara diluar Pemerintah yang merupakan lembaga negara dalam susunan ketatanegaraan Republik Indonesia yaitu MPR, DPR, DPD, MK, BPK dan MA biarpun tetp berfungsi sebagai pengguna anggaran yang selama ini belum secara jelas diatur dalam Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, namun pelaksanaannya tetap secara terbuka dan bertanggungjawab sesuai amanat UUD 1945, serta perubahan kedua mengenai pertanggungjawaban pelaksanaan belanja negara untuk lembaga negara di luar Pemerintah yaitu MPR, DPR, DPD, MK, BPK dan MA laporan yang disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi Pemerintah tetap dipertanggungjawabkan sesuai perundang-undangan yang ada dan pemeriksaan tetap dilakukan secara reguler oleh BPK sebagaimana diamanatkan UUD 1945. Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI juga mengingatkan agar dalam pembahasan lebih lanjut tidak terjadi penyimpangan dari RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang diusulkan sebagai hak inisiatif DPR-RI. Apalagi perlu dihindari upaya untuk mengubah Pasal 8 butir b Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara tersebut. Untuk itu, Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI berpendapat Perubahan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara harus dilakukan secara cermat, dengan tetap didalam kerangka untuk mendukung lebih efektifnya perwujudan kepentingan penyelenggaraan negara sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945. Yang terhormat Saudara Ketua dan para Wakil Ketua; Yang terhormat Saudara Anggota Dewan;
Sidang Dewan yang kami muliakan, Dari uraian di atas, maka Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI dapat menyetujui RUU Usul Inisiatif Perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Demikianlah pendapat Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI terhadap usul inisiatif mengenai Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Dan atas perhatiannya kami ucapkan banyak terima kasih. Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh M e r d e k a!!! Jakarta, 16 Mei 2006 PIMPINAN FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Ketua, Sekretaris, TJAHJO KUMOLO A - 340 ZAINAL ARIFIN A - 325