Petunjuk Teknis - Teknologi Sederhana Budidaya Ikan Bagi Masyarakat Pesisir



dokumen-dokumen yang mirip
TEKNOLOGI SEDERHANA BUDIDAYA BAGI MASYARAKAT PESISIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Produksi rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 2: Metode long-line

- 3 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

Karamba jaring apung (KJA) kayu untuk pembesaran ikan kerapu di laut

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

MODUL: PEMANENAN DAN PENGEMASAN

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock)

Produksi bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) - Bagian 2: Metode longline

Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) Rumput laut segar

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada 17 Januari 2016 di UD.

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA

BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK. drh. Adil Harahap dokadil.wordpress.com

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Produksi bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 1: Metode lepas dasar

BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PEDOMAN UMUM BUDIDAYA RUMPUT LAUT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Budidaya Laut (BBL) stasiun

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing).

Bab 4 Hasil Dan Pembahasan

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2008 TENTANG


Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

PERKEMBANGAN KEGIATAN PERIKANAN IKAN BANDENG PADA KERAMBA JARING TANCAP DI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

CARA PENANGKAPAN IKAN HIAS YA NG RA MA H LINGKUNGA N

Lampiran 1. Peta Lokasi Peneliti. Peta Teluk Levun Kabupaten Maluku Tenggara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 45 hari dengan menggunakan 4 perlakuan yakni perlakuan A (Perlakuan dengan

3. METODE PENELITIAN

ASPEK PRODUKSI, BUDIDAYA IKAN KERAPU DENGAN KARAMBA JARING APUNG

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.06/MEN/2009 TENTANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Benur Udang Vannamei dan Pengemasan

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

PERENCANAAN DESA TAHUN 2015

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.39/MEN/2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA ACARA PENJELASAN DOKUMEN PENGADAAN. NOMOR : 173/POKJA VIII.ULPBJ/X/2016 TANGGAL : 19 Oktober 2016

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. lahan budidaya sehingga dapat meningkatkan jumlah lapangan kerja untuk

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2008 TENTANG

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

KJA OFFSHORE : MEMBANGUN INDUSTRI MARIKULTUR MODERN

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA RUMPUT LAUT

KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS. Oleh: Nama : Fandhi Achmad Permana NIM : Kelas : 11-S1TI-11 Judul : Bisnis Budidaya Ikan Nila

1. PENDAHULUAN. berkembang pada substrat dasar yang kuat (Andi dan Sulaeman, 2007). Rumput laut

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

PENGKAYAAN STOK TERIPANG PASIR (Holothuria scabra) DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

PEDOMAN TEKNIS PROYEK PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR (PMP)

USAHA PENGGELONDONGAN IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN BUDIDAYA LAUT DI SULAWESI TENGGARA

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN)

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

Pengemasan benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) pada sarana angkutan udara

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA KEDALAMAN PENANAMAN YANG BERBEDA

I. PENDAHULUAN. 1 dan Bisnis disektro Kelautan [10 Februari 2009].

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

VIII PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN PULAU WAIDOBA

MODUL: PENEBARAN NENER

Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sebagai acuan / pedoman pelaku percontohan budidaya lele dengan menggunakan pakan (pellet) jenis tenggelam.

PERIKANAN BUDIDAYA (AKUAKULTUR) Riza Rahman Hakim, S.Pi

REALISASI KEGIATAN CCDP-IFAD PIU YAPEN TAHUN 2013 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2014 OLEH WILLIAM MANOBI SEKERTARIS PIU YAPEN

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN. internasional. Menurut Aslan (1991), ciri-ciri umum genus Eucheuma yaitu : bentuk

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KELOMPOK SASARAN. 1. Nelayan-nelayan yang telah mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam pengoperasian jaring trammel.

Republik Indonesia BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PENYUSUNAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 16 KABUPATEN TAHUN Subsektor Perikanan - Budidaya

EFISIENSI PENGGUNAAN PLANKTON UNTUK PEMBENIHAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) PADA HATCHERI SKALA RUMAH TANGGA

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI TERPADU PERIKANAN BUDIDAYA 2017 Banten, 7-10 Mei 2017

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013

3.3 Teknik Budidaya Rumput Laut (Gracillaria verrucosa) dengan Metode Longline Rumput laut adalah salah satu hasil perikanan yang mempunyai nilai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

TABEL 5.1 TABEL RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF KABUPATEN SUMENEP DINAS PERIKANAN

MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN

V. KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2015 TENTANG

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

Kata kunci : pencahayaan matahari, E. cottonii, pertumbuhan

BUDIDAYA IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcalifer, Bloch) DI KERAMBA JARING APUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Transkripsi:

Coastal Community Development Project-IFAD ii

KATA PENGANTAR Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir (PPMP) atau disebut Coastal Community Development Project - International Fund for Agricultural Development (CCDP-IFAD) merupakan kerjasama Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan IFAD berdasarkan Financing Agreement antara Pemerintah Republik Indonesia, dengan President IFAD yang ditandatangani pada tanggal 23 Oktober 2012. CCDP-IFAD tersebut merupakan respon langsung terhadap kebijakan dan prakarsa Pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam hal pengentasan kemiskinan, penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan yang berkelanjutan (pro-poor, pro-job, pro-growth and pro-sustainability) yang sejalan dengan country strategy objective program CCDP-IFAD. CCDP-IFAD mulai efektif tahun 2013 dan akan berlangsung selama lima tahun hingga tahun 2017. Dalam implementasinya, CCDP-IFAD memberikan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) kepada Kelompok-Kelompok masyarakat pesisir yang menjadi sasaran proyek. Ada empat macam Kelompok yang dapat dibentuk, yaitu Kelompok Infrastruktur (Pembangunan Prasarana), Kelompok Pengelola Sumberdaya, Kelompok Usaha dan Kelompok Tabungan. Kelompok Usaha merupakan kelompok masyarakat pesisir miskin yang mempunyai semangat untuk meningkatkan usahanya, baik Coastal Community Development Project-IFAD ii

sebagai usaha utama ataupun usaha sampingan. Usaha yang dijalankan Kelompok ini masih dalam lingkup sektor Perikanan, yaitu usaha penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengolahan ikan dan lain sebagainya. Petunjuk Teknis (Juknis) Budidaya Ikan ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi Kelompok yang menjalankan usahanya dalam pembudidayaan ikan, yang sesuai dengan CCDP-IFAD. Dalam pelaksanaannya, mungkin Juknis ini perlu modifikasi sesuai dengan kondisi lapangan dan perkembangan teknologi maupun improvisasinya, namun demikian dapat dipakai sebagai rujukan yang sangat bermanfaat, baik bagi masyarakat pembudidaya maupun bagi pelaksana Proyek. Di waktu yang akan dating kiranya perlu juga disusun Juknis bagi usaha selain Perikanan Budidaya di sektor Perikanan. Jakarta, Januari 2014 Riyanto Basuki Direktur CCDP-IFAD Coastal Community Development Project-IFAD iii

DAFTAR ISI Bab Judul Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR I PENDAHULUAN 1.1 Masyarakat Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 1.2 Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir 1.3 Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) 1.4 Budidaya Ikan di Daerah Pesisir II TEKNOLOGI BUDIDAYA LAUT 2.1 Budidaya Ikan di Karamba 2.2 Budidaya Rumput Laut 2.3 Analisis Usaha 2.3.1 Analisis Usaha Budidaya Kerapu Bebek Dalam Karamba 2.3.2 Analisis Usaha Budidaya Kerapu Macan Dalam Karamba 2.3.3 Analisis Usaha Budidaya Kakap Putih Dalam Karamba 2.3.4 Analisis Usaha Rumput Laut Metode Lepas Dasar 2.3.5 Analisis Usaha Rumput Laut Metode Rakit Apung 2.3.6 Analisis Usaha Rumput Laut Metode Long-line III TEKNOLOGI BUDIDAYA AIR PAYAU 3.1 Budidaya Ikan Bandeng Semi Intensif 3.2 Budidaya Campuran (Polikultur) 3.2.1 Polikultur Bandeng dengan Udang Coastal Community Development Project-IFAD iv

3.2.2 Polikultur Bandeng, Udang dan Rumput Laut (Three in One) 3.2.3 Polikultur Bandeng dengan Kepiting 3.3 Analisis Usaha 3.3.1 Analisis Usaha Bandeng Semi Intensif 3.3.2 Analisis Usaha Polikultur Bandeng dengan Udang 3.3.3 Analisis Usaha Polikultur, Bandeng, Udang dan Rumput Laut Gracillaria 3.3.4 Analisis Usaha Polikultur Bandeng dengan Kepiting IV BUDIDAYA AIR TAWAR 4.1 Budidaya Ikan Lele (Clarias batrachus) 4.1.1 Budidaya Ikan Lele di Kolam Tanah 4.1.2 Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal 4.2 Budidaya Ikan Mas dan Nila 4.3 Analisis Usaha 4.3.1 Analisis Usaha Budidaya Ikan Lele di Kolam Tanah 4.3.2 Analisis Usaha Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal 4.3.3 Analisis Usaha Budidaya Ikan Mas di Kolam Tanah 4.3.4 Analisis Usaha Budidaya Ikan Nila di Kolam Tanah V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran DAFTAR PUSTAKA Coastal Community Development Project-IFAD v

DAFTAR TABEL Tabel Judul Halaman 1 Kriteria Kelayakan Kualitas Air Budidaya Laut 2 Parameter Kualitas Perairan Bagi Pertumbuhan Rumput Laut Kotoni 3 Analisis Usaha Budidaya Kerapu Bebek per Siklus per 1 Unit KJA 4 Analisis Usaha Budidaya Kerapu Macan per Siklus per 1 Unit KJA 5 Analisis Usaha Budidaya Kakap Putih per Siklus per 1 Unit KJA 6 Analisis Usaha Budidaya Rumput Laut Metode Lepas Dasar per Musim Tanam 7 Analisis Usaha Budidaya Rumput Laut Metode Rakit Apung per Musim Tanam 8 Analisis Usaha Budidaya Rumput Laut Metode Longline per Musim Tanam 9 Kriteria Kelayakan Kualitas Lingkungan Budidaya Bandeng di Tambak 10 Beberapa Macam Pestisida Untuk Tambak Bandeng 11 Jenis dan Dosis Pupuk Untuk Penumbuhan Klekap 12 Jenis dan Dosis Pupuk Untuk Penumbuhan Plankton dan/atau Lumut 13 Padat Tebar Ikan Bandeng Untuk Beberapa Tingkat Teknologi dan Keperluan 14 Analisis Usaha Budidaya Bandeng Semi Intensif 15 Analisis Usaha Polikultur Bandeng dengan Udang 16 Analisis Usaha Polikultur Bandeng, Udang dan Rumput Laut 17 Analisis Usaha Polikultur Bandeng dengan Kepiting Coastal Community Development Project-IFAD vi

18 Analisis Usaha Budidaya Ikan Lele di Kolam Tanah 19 Analisis Usaha Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal 20 Analisis Usaha Budidaya Ikan Mas di Kolam Tanah 21 Analisis Usaha Budidaya Ikan Nila di Kolam Tanah Coastal Community Development Project-IFAD vii

DAFTAR GAMBAR Gambar Judul Halaman 1 Jenis-Jenis Ikan Laut yang Dibudidayakan 2 Karamba Tancap dan Karamba Jaring Apung (KJA) 3 Satu Unit Karamba Tancap Sederhana 4 Satu Unit Rakit dan Jaring KJA 5 Posisi Jaring, Pelampung dan Jangkar 6 Rumput Laut Kotoni yang Berasal Dari Maumere NTT dan Madura Jatim 7 Pemasangan Patok Teknologi Lepas Dasar 8 Pemasangan Rakit Apung 9 Konstruksi Metode Long-line 10 Budidaya Rumput Laut Metode Kombinasi Longline dan Rakit 11 Kantong Rumput Laut 12 Cara-cara Penjemuran Rumput Laut 13 Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal) 14 Tata Letak dan Penataan Caren Tambak 15 Suplai Air Tambak Melalui Pintu Kayu dan Pompa Diesel 16 Pembuangan Air Model Pipa Goyang 17 Klekap Menempel Baik di Dasar dan Terapung di Permukaan 18 Jenis-Jenis Lumut yang Biasa Tumbuh di Tambak 19 Pembuatan Petak Adaptasi/Ipukan dari Hapa 20 Panen Ikan Bandeng dengan Menggunakan Jebakan dari Kere dan Jaring Krikit 21 Udang Windu dan Udang Vaname 22 Rumput Laut Gracillaria dan Metode Budidaya Long-line Coastal Community Development Project-IFAD viii

23 Kepiting Bakau, Scylla serrata dan Kondtruksi Tambak 24 Ikan Lele Lokal 25 Berbagai Wadah Budidaya Ikan Lele 26 Alat Pembuatan Pakan Mini 27 Dua Hasil Persilangan Ikan Mas 28 Beberapa Strain Ikan Nila (Oreochromis sp) 29 Wadah Budidaya Ikan Mas/Nila Coastal Community Development Project-IFAD ix

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Masyarakat Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Daerah pesisir merupakan kawasan yang meliputi wilayah administratif Kecamatan yang memiliki garis pantai sampai sejauh 12 mil laut dari garis pantai. Sebagai Negara kepulauan yang memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia, Indonesia memiliki lebih dari 6.600 Desa/Kelurahan pesisir. Pada umumnya desa tersebut merupakan kantung-kantung kemiskinan, ketertinggalan dan keterisolasian, yang sudah sewajarnya mendapat perhatian khusus dari Pemerintah. Berbagai program dan proyek telah diarahkan untuk memberdayakan kehidupan masyarakat pesisir, khususnya yang berada di Kawasan Timur Indonesia. Di sektor Kelautan dan Perikanan, di mana sebagian besar masyarakat pesisir menggantungkan hidupnya, perhatian Pemerintah ditunjukkan dengan dibentuknya Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Ditjen KP3K) pada Kementerian Kelautan dan Perikanan (K KP). Di Ditjen KP3K tersebut kemudian dibentuk Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha (Dit PM PPU) yang secara intensif melakukan kegiatan untuk memperbaiki kehidupan dan usaha masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil. Coastal Community Development Project-IFAD 1

Sebagaimana telah disebutkan, sebagian besar masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil menggantungkan hidupnya pada sektor Kelautan dan Perikanan. Pada mulanya, mata pencaharian mereka sangat tergantung pada kelimpahan sumberdaya ikan, yaitu sebagai nelayan. Dengan semakin intensifnya usaha penangkapan ikan yang berakibat semakin terbatasnya sumberdaya ikan di alam, maka semakin berkembang pula usaha-usaha lain yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan sektor Kelautan dan Perikanan, termasuk budidaya ikan, pengolahan dan pemasaran ikan, dan kegiatan usasa lainnya. Pengembangan usaha masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil tersebut harus terus mendapat pembinaan dari Pemerintah agar dapat dilakukan secara efektif, efisien serta tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Salah satu upaya pembinaan dan pengembangan usaha masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil adalah dengan dilaksanakannya Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir (Coastal Community Development) selama lima tahun dari 2013 2017. 1.2 Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir (PMP) atau disebut Coastal Community Development Project yang didanai dari International Fund for Agricultural Development (CCDP-IFAD) merupakan kerjasama Ditjen KP3K Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan IFAD berdasarkan Financing Agreement antara Pemerintah Republik Indonesia, Coastal Community Development Project-IFAD 2

dengan President IFAD yang ditandatangani pada tanggal 23 Oktober 2012. CCDP-IFAD tersebut merupakan respon langsung terhadap kebijakan dan prakarsa Pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam arah kebijakan pembangunan untuk mensejahterakan masyarakat pesisir melalui upaya antara lain; pengentasan kemiskinan, peningkatan pendapatan, penyediaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan yang berkelanjutan (pro-poor, pro-job, pro-growth and pro-sustainability) yang sejalan dengan country strategy objective program CCDP-IFAD. CCDP-IFAD ini melibatkan kerjasama Pemerintah, baik pada tingkat nasional maupun Kabupaten/Kota dalam hal pendanaan proyek. Pendanaan proyek bersumber dari pinjaman dan juga hibah dari IFAD, dana bantuan Pemerintah Spanyol yang dikelola oleh IFAD, juga dari APBN, APBD, serta kontribusi inkind masyarakat pesisir terkait, yang kesemuanya berjumlah total US$ 43,219 juta. Ada empat kriteria yang menjadi pertimbangan untuk didanai IFAD, yaitu : (i) masyarakat yang tinggal di pesisir dan pulau-pulau kecil pada umumnya termasuk kelompok masyarakat pesisir yang berada dibawah garis kemiskinan sampai sangat miskin; (ii) banyak masyarakat yang memiliki motivasi yang baik dan berkomitmen untuk memperbaiki tingkat ekonomi mereka dan bertanggung jawab dalam pembangunan; (iii) adanya peluang-peluang ekonomi yang baik dengan potensi pasar Coastal Community Development Project-IFAD 3

yang kuat terutama untuk produk kelautan dan perikanan bernilai tinggi; dan (iv) secara konsisten mendukung kebijakan dan prioritas Pemerintah. CCDP-IFAD ini juga akan merespon pentingnya mengatasi masalah degradasi sumberdaya pesisir dan perubahan iklim serta memberi pengalaman kepada pemerintah dalam mereplikasi keberhasilan dan merencanakan kegiatan yang lebih baik lagi (scaling up). Lokasi CCDP-IFAD diarahkan untuk Kawasan Timur Indonesia, yang sesuai dengan Country Strategic Opportunities Programme (COSOP) dari IFAD untuk memfokuskan pada desa pesisir dengan tingkat kemiskinan yang tinggi minimal 20 persen per desa. Proyek ini terkonsentrasi pada 13 kabupaten/kota yang memiliki wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dengan kondisi sosial/budaya beragam, merupakan masyarakat miskin marjinal produktif namun memiliki potensi sumber daya dan akses pasar yang baik. Dua belas Kabupaten/Kota ditambah satu Kabupaten sebagai Learning Center, dalam sepuluh Propinsi, telah terpilih untuk menjadi lokasi proyek ini berdasarkan keberhasilan daerah dalam berpartisipasi melakukan kegiatan PEMP, MCRMP, PLPBM, PNPM MKP dan kegiatan Kelautan dan Perikanan sebelumnya. Hal ini termasuk komitmen dan dukungan keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota tersebut untuk meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil berdasarkan potensinya dalam meningkatkan nilai tambah dari hasil Coastal Community Development Project-IFAD 4

produk Kelautan dan Perikanan lainnya, dan meningkatkan kegiatan dari proyek tersebut untuk didiseminasi ke Kabupaten/Kota lainnya. Kabupaten/Kota yang terpilih menjadi lokasi CCDP-IFAD mewakili berbagai karakteristik Kabupaten/Kota dari Indonesia bagian timur, di masa yang akan datang Kabupaten/Kota tersebut diharapkan menjadi contoh atau tempat pembelajaran dalam memprakarsai sejenis proyek pembangunan masyarakat pesisir lainnya. Pemanfaatan beragam sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil memungkinkan proyek ini untuk memperkenalkan proses yang berbeda-beda terhadap pengelolaan sumber daya, yang dikombinasikan dengan pembangunan ekonomi yang berkesinambungan untuk budidaya ikan, penangkapan ikan, pengolahan, pemasaran dan kegiatan Kelautan dan Perikanan lainnya. Dari setiap Kabupaten/Kota akan dikembangkan 15 Desa/Kelurahan pesisir berdasarkan kriteria, antara lain : (i) tingkat kemiskinan tiap lokasi minimal 20%; (ii) motivasi dan kesuksesan berpartisipasi dalam program-program sebelumnya; (iii) potensi untuk produksi dan pertambahan nilai (value added) Kelautan dan Perikanan; dan (iv) dimasukkannya pulau-pulau kecil di setiap lokasi Kabupaten/Kota yang memiliki pulau. Dengan demikian sasaran CCDP-IFAD ini mencakup 180 Desa/Kelurahan, yang akan dibina selama 5 tahun kegiatan. Diperkirakan sebanyak 660 rumah tangga akan ikut terlibat dalam proyek di setiap Desa/Kelurahan, dan sekitar 60% akan terlibat langsung ataupun Coastal Community Development Project-IFAD 5

tidak langsung seperti kegiatan penangkapan, pembudidayaan ikan dan kegiatan berbasis Kelautan dan Perikanan lainnya, sehingga sebanyak 70.000 rumah tangga atau 320.000 orang sebagai sasaran dari proyek ini. Dalam implementasinya, CCDP-IFAD terdiri atas tiga komponen kegiatan, yaitu : a. Komponen-1 : Pemberdayaan Masayarakat, Pembangunan dan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir, yang merupakan inti dari Proyek yang menyediakan dana lebih dari dua pertiga investasi Proyek. Semua kegiatan dipusatkan pada masyarakat sasaran dan didorong oleh proses partidipatif dan penentuan Desa/Kelurahan prioritas untuk pembangunan Kelautan dan Perikanan termasuk pengelolaan sumberdaya secara berkelanjutan. b. Komponen-2 : Pengembangan Ekonomi Berbasis Kelautan dan Perikanan, membangun kapasitas Kabupaten/Kota sasaran untuk mendukung kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat sasaran melalui (i) dukungan di bidang prasarana utama, inovasi, keterampilan dan kepemimpinan, dan (ii) dukungan untuk pembangunan rantai pasok ( value chain) berdasarkan kegiatan ekonomi Kelautan dan Perikanan. c. Komponen-3 : Pengelolaan Proyek, di mana dilakukan koordinasi pelaksanaan menyeluruh di tingkat pusat melalui kantor Pengelola Proyek (PMO) yang berbasis di Ditjen KP3K -KKP, layanan konsultan Coastal Community Development Project-IFAD 6

terkait, berikut pelatihan, pemantauan dan evaluasi serta penyusunan kegiatan, anggaran biaya dan pelaksanaan di tingkat Kabupaten/Kota melalui tiga belas Unit Pelaksana Proyek (PIU). 1.3 Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Pembinaan dan pengembangan usaha diberikan kepada masyarakat pesisir yang menjadi sasaran melalui paket BLM yang disalurkan kepada kelompok-kelompok yang dibentuk. Ada beberapa kelompok yang dibentuk di setiap Desa/Kelurahan sasaran, yaitu : a. Kelompok Infrastruktur (Pembangunan Prasarana) Di setiap Desa/Kelurahan akan dibentuk 1 Kelompok Pembangunan Prasarana. Kelompok ini bertanggung jawab untuk penyelenggaraan kegiatan pembangunan prasarana yang konsisten dengan pagu anggaran yang tersedia dan terhadap komitmen untuk memberikan kontribusi inkind dalam bentuk lahan barang, jasa, dan tenaga yang diperkirakan sebesar 20% dari perkiraan biaya pembangunan prasarana. Komitmen 20% tersebut dapat berasal dari masyarakat, Desa/Kelurahan atau sumber lain. Setelah pemilihan kebutuhan prasarana Desa/Kelurahan disepakati, maka Kelompok ini akan bekerja sama dengan TPD, konsultan, dan staf teknis PIU untuk menyusun rincian biaya, rancangan kegiatan, pengadaan barang, kontribusi barang dan jasa dan modalitas pemeliharaan. Kelompok Coastal Community Development Project-IFAD 7

ini akan berkoordinasi dengan Village Working Group (VWG) atau Kelompok Kerja Desa/Kelurahan yang dentuk oleh PIU. Prasarana yang akan dipilih dan dibangun harus mempertimbangkan : (i) memberikan manfaat atau peran langsung maupun tidak langsung dalam penggunaan sumberdaya pesisir yang berkelanjutan di Desa/Kelurahan itu, dan/atau (ii) memberikan kontribusi langsung maupun tidak langsung dalam meningkatkan pendapatan Kelompok sasaran. Contoh kegiatan pembangunan prasarana meliputi : pembangunan atau perbaikan dermaga; sarana air bersih dan higienis (yang dapat mendukung pengolahan ikan); jalan produksi; listrik tenaga surya untuk meningkatkan komunikasi (penerangan, ramalan cuaca, informasi harga pasar, peringatan untuk penangkapan ikan yang merusak). b. Kelompok Pengelola Sumberdaya Pesisir VWG memfasilitasi pembentukan Kelompok Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dibantu oleh konsultan PIU dan TPD. Kelompok ini dibentuk melalui pendekatan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu dan berkelanjutan (Marine Resource Co-management Group atau MRCG). MRCG mempersiapkan perencanaan awal Desa/Kelurahan dan pemetaan sumber daya pesisir, dengan mempertimbangkan pemetaan kemiskinan rumah tangga dan Dusun (atau Desa/Kelurahan kecil), kegiatan ekonomi Kelautan dan Coastal Community Development Project-IFAD 8

Perikanan Desa/Kelurahan, serta potensi Desa/Kelurahan. MRCG akan membangun konsensus dan kesadaran terhadap penggunaan sumber daya pesisir yang berkelanjutan, selain itu MRCG juga mengusulkan kegiatan dan investasi yang akan didanai oleh dana BLM. BLM digunakan dengan tujuan menyelesaikan inventarisasi sumber daya pesisir, mengembangkan pengelolaan pesisir terpadu berbasis Desa/Kelurahan, mendorong dialog dan konsensus dengan Desa/Kelurahan yang berdekatan serta pengguna sumber daya pesisir, termasuk penegakan hukum dan pengembangan peraturan yang mungkin diperlukan. c. Kelompok Usaha Kelompok Usaha akan dibentuk untuk kegiatan ekonomi tertentu, misalnya budidaya laut, perikanan tangkap, pengolahan dan pemasaran oleh rumah tangga masyarakat pesisir yang berminat. Keanggotaannya berdasarkan rumah tangga, dan satu Kelompok Usaha akan terdiri atas 8-12 rumah tangga atau rata-rata sepuluh rumah tangga. CCDP-IFAD dapat bekerja sama dengan Kelompok yang sudah ada dan dapat mengembangkan usaha yang sukses atau membentuk Kelompok baru, selama kegiatan usaha yang diusulkan layak dan konsisten dengan pengelolaan sumber daya pesisir dan perencanaan pembangunan Desa/Kelurahan pesisir ( Village Development Plan VDP) yang masuk dalam koridor dokumen CCDP. Coastal Community Development Project-IFAD 9

Pada tahun pertama, Kelompok yang ada dengan kinerja dan prospek yang baik akan beradaptasi sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan. Pada tahun kedua akan lebih banyak Kelompok Usaha yang muncul dari masyarakat setelah mendapat pengalaman dan pembelajaran dari Kelompok Usaha tahun pertama. Proyek ini akan membuka peluang baru untuk proses adopsi terakhir di tahun ketiga dari siklus pembangunan masyarakat Desa/Kelurahan pesisir. Wanita sangat didorong untuk berpartisipasi dalam kegiatan usaha perikanan budidaya, pengolahan dan pemasaran, pembangunan prasarana masyarakat, dan penggalangan tabungan. Sebagai pedoman, untuk Kelompok Usaha, dua anggota Kelompok Usaha atau minimal 20% adalah perempuan. Hal ini untuk mendorong agar mainstream gender dapat dilaksanakan. Namun keterlibatan wanita dalam kegiatan usaha tersebut akan menjadi tantangan bagi Kelompok Usaha yang terlibat dalam kegiatan penangkapan ikan. Untuk mengatasi hal tersebut, dapat diusahakan agar proporsi jumlah wanita mencapai 20% dari seluruh anggota Kelompok Usaha yang ada. d. Kelompok Tabungan Kelompok Tabungan dapat terdiri atas anggota rumah tangga miskin yang belum mampu untuk menjadi anggota Kelompok yang lain. Coastal Community Development Project-IFAD 10

Rumah tangga ini belum memenuhi persyaratan untuk membentuk Kelompok Usaha sebagaimana telah disebutkan, akan tetapi mereka adalah Kelompok marginal yang harus diperhatikan. Untuk itu dilakukan upaya persuasi dan pendekatan agar individu-individu yang belum memenuhi persyaratan ini mau bergabung dalam satu Kelompok yang disebut Kelompok Tabungan. Kelompok Tabungan ini, apabila dipandang perlu dapat dibentuk, diharapkan dapat mendorong rumah tangga pesisir untuk mengembangkan budaya menabung dan mengumpulkan modal awal yang dapat digunakan sebagai kontribusi yang secara bertahap akan berevolusi membentuk Kelompok Usaha baru. Dalam perkembangan selanjutnya, pembinaan kelompok tabungan ini kurang responsif, sehingga kelompok tabungan tersebut dimodifikasi untuk pengembangan grameen bank dengan target kelompok usaha wanita, dan/atau pengembangan cabang dari lembaga keuangan mikro (LKM dan BPR Pesisir) yang dibentuk dari program PEMP dan diperluas ke lokasi CCDP. 1.4 Budidaya Ikan di Daerah Pesisir Di setiap Desa/Kelurahan akan terbentuk sepuluh Kelompok Usaha, yang rata-rata beranggotakan sepuluh orang, sehingga akan ada Coastal Community Development Project-IFAD 11

seratus rumah tangga terlibat Proyek. Jenis usaha yang dikembangkan berbagai macam, tergantung pada kondisi dan potensi daerah, namun masih terkait dengan sector Kelautan dan Perikanan, antara lain penangkapan ikan, budidaya ikan, pengolahan dan pemasaran, kerajinan hasil perikanan dan lain sebagainya. Khusus untuk usaha budidaya ikan di daerah pesisir, sesuai dengan wilayah daratannya yang sebatas wilayah administratif Kecamatan berpantai, maka jenis usaha budidaya ikan yang dilakukan dapat meliputi : (i) budidaya laut, dengan komoditas beragam, misalnya ikan kerapu, kakap, ikan-ikan karang dan rumput laut kotoni, (ii) budidaya air payau di tambak dengan komoditas ikan bandeng, nila, udang, kepiting dan juga rumput laut Gracilaria, serta (iii) budidaya air tawar dengan komoditas ikan lele, mas, nila, gurame dan lain sebagainya. Pada umumnya usaha budidaya ikan dilakukan dengan teknologi sederhana yang membutuhkan keterampilan tidak terlalu tinggi, modal tidak terlalu besar, maupun waktu tidak terlalu lama, sehingga dapat dilakukan secara berkelompok. Dalam tahun pertama CCDP-IFAD, telah terbentuk 340 Kelompok, termasuk di dalamnya 268 Kelompok Usaha, dimana kelompok usaha terdiri atas 119 kelompok usaha perikanan tangkap, 114 kelompok usaha pengolahan dan pemasaran, dan 35 kelompok usaha perikanan budidaya. Coastal Community Development Project-IFAD 12

Bab II TEKNOLOGI BUDIDAYA LAUT Sebagai daerah yang berbatasan dengan garis pantai, pada umumnya penduduknya cukup akrab dengan laut, sehingga usaha budidaya laut ini sesuai bagi mereka, baik sebagai usaha sampingan (alternative livelihood) ataupun usaha utamanya. Pada kesempatan ini akan dikemukakan beberapa teknologi budidaya ikan sederhana yang membutuhkan keterampilan tidak terlalu tinggi, modal tidak terlalu besar, maupun waktu tidak terlalu lama, sehingga dapat dilakukan secara berkelompok. Teknologi yang demikian dipandang sesuai untuk dilaksanakan masyarakat pesisir yang menjadi sasaran CCDP-IFAD. Ada dua teknologi sederhana yang akan dikemukakan di sini, yaitu budidaya ikan di karamba dan budidaya rumput laut. 2.1 Budidaya Ikan di Karamba Jenis Ikan Jenis ikan yang biasa dibudidayakan dapat bermacam-macam, tergantung pada potensi daerah yang bersangkutan dan permintaan pasar. Jenis-jenis ikan tersebut antara lain ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscogutattus), Kerapu Lumpur (Epinephelus malabaricus, E. coioides, E. tauvina), Kerapu Bebek/Tikus ( Cromileptes altivelis), Kerapu Sunu ( Plectropomus leopardus), ikan Kuweh ( Charanx spp), ikan Kakap Coastal Community Development Project-IFAD 13

Putih ( Lates calcarifer), ikan Kakap merah ( Lutjanus spp). Sebagai ilustrasi, berikut gambar beberapa jenis ikan yang umum dipelihara (Gambar 1). Ikan Kerapu Bebek/Kerapu Tikus Humpback Grouper (Cromileptes altivelis) Ikan Kerapu Lumpur Greasy Grouper (Epinephelustauvina) Ikan Kerapu Macan Brown-marbled Grouper (Epinephelusfuscogutattus) Ikan Kerapu Sunu Leopard Coral Grouper (Plectropomus leopardus) Ikan Kakap Putih Barramundi, Asian Seabass (Lates calcarifer) Coastal Community Development Project-IFAD 14

Ikan Kakap Merah Red Snappers (Lutjanus spp) Ikan Kuweh Pompano (Charanx spp, Trachinotus spp) Gambar 1. Jenis-Jenis Ikan Laut yang Dibudidayakan Persyaratan Lokasi Budidaya Pemilihan lokasi untuk merupakan faktor yang sangat penting yang akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha budidaya laut. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi ini antara lain (Anonim, 2011) : a. Rencana Tata Ruang/ Rencana Zonasi Usaha budidaya laut dilakukan di perairan umum yang sangat memungkinkan terjadinya konflik kepentingan. Untuk menghindari terjadinya konflik kepentingan tersebut, maka penempatan karamba untuk usaha budidaya harus memperhatikan perencanaan tata ruang/ Rencana Zonasi di daerah yang bersangkutan, yang dilakukan dalam rangka pemanfaatan kawasan perarian pesisir secara terpadu antar berbagai sektor agar tidak saling tumpang tindih. Coastal Community Development Project-IFAD 15

Perencanaan CCDP berbasis desa harus mengintegrasikan berbagai aktivitas pembangunan dalam satu desa dan mengalokasikan ruang untuk kegiatan budidaya, indfrastruktur desa, pondok informasi dan kegiatan lainnya yang ditunjukkan dalam peta rencana zonasi desa. Dalam perencanaan desa tersebut, perlu dipertimbangkan agar keramba, rakit rumput laut dan bangunan budidaya lainnya berada dalam satu hamparan yang tidak dilalui lalulintas perahu atau kapal, dan jauh dari outlet pembuangan air limbah domestik (rumah tangga). Sehingga kualitas airnya baik dan tidak tercemar. Sebaiknya, lokasi kegiatan budidaya dan Daerah Perlindungan Laut (DPL), bersinergi. Beberapa aspek yang dipertimbangkan dalam perencanaan tata ruang/rencana zonasi antara lain : (i) kesesuaian lokasi untuk kegiatan budidaya ikan, baik secara fisik maupun kimia, (ii) luas areal potensial, yang sesuai untuk budidaya ikan dan luas areal efektif yang dapat dimanfaatkan dengan mempertimbangkan adanya buffer zone (zona pendukung), (iii) tersedianya sarana pendukung seperti akses jalan, jalur pelayaran, dan (iv) pertimbangan lain yang diperlukan. Coastal Community Development Project-IFAD 16

b. Daya Dukung Perairan Daya dukung lahan budidaya dapat diartikan sebagai kemampuan suatu habitat atau kawasan budidaya yang dinyatakan dalam jumlah individu ikan yang mampu hidup normal dan berkelanjutan. Sehingga dalam hal ini kita harus mampu memprediksi secara ilmiah jumlah karamba dan jumlah ikan yang diijinkan untuk keberlanjutan usaha budidaya ( sustainable aquaculture). Pada umumnya perairan laut Indonesia masih sangat terbuka untuk usaha budidaya laut, karena baru kurang dari.. 10 % potensinya yang sudah dimanfaatkan. c. Kelayakan Fisik Kualitas perairan yang perlu diperhatikan bagi kelayakan usaha budidaya laut antara lain : (i) Terlindung dari angin dan gelombang besar. Sebaiknya tinggi gelombang tidak lebih dari 0,5 meter, baik pada musim barat maupun timur. Hal ini untuk menghindari kerusakan sarana budidaya dan terganggunya kegiatan usaha. Perlu dihindari perairan yang terlalu terbuka, sebaiknya berupa teluk atau yang terlindung oleh gugusan pulau. (ii) Kedalaman perairan. Untuk usaha budidaya dalam karamba jaring apung (KJA), kedalaman yang ideal adalah antara 7-15 meter pada saat surut terrendah. Perairan yang terlalu dangkal dapat memperoleh kualitas air yang buruk akibat pembusukan Coastal Community Development Project-IFAD 17

kotoran dan sisa pakan ikan. Sebaliknya jika terlalu dalam akan membutuhkan tali jangkar yang terlalu dalam. Untuk usaha budidaya dalam karamba tancap (pen culture), dapat dilakukan di tepi pantai yang tidak terlalu dalam. (iii) Dasar perairan. Pada umumnya jenis ikan yang dibudidayakan berhabitat asli perairan karang, sehingga dasar perairan yang demikian dan berpasir putih adalah yang paling baik. (iv) Tidak menghalangi alur pelayaran. Lokasi yang dekat atau berada di alur pelayaran, selain dapat mengganggu kegiatan pelayaran, juga mendapat gangguan akibat suara mesin motor perahu, pusaran air akibat gerakan perahu, serta kemungkinan terjadinya tumpahan minyak. (v) Sarana dan prasarana transportasi. Tersedianya sarana transportasi menuju lokasi perlu, terutama untuk kemudahan pengangkutan hasil panen. (vi) Keamanan. Gangguan keamanan, misalnya pencurian atau persaingan tidak sehat harus dihindari, untuk itu perlu dijalin kerjasama dalam kelompok antar pembudidaya. d. Kelayakan Kualitas Air Coastal Community Development Project-IFAD 18

Untuk memberikan kondisi yang optimal bagi kehidupan ikan yang dibudidayakan, beberapa kriteria kualitas air seperti pada Tabel 1 berikut ini perlu diperhatikan. Tabel 1. Kriteria Kelayakan Kualitas Air Budidaya Laut No Kriteria Satuan Batas Kelayakan 1 Kecepatan Arus cm/detik 15-30 2 Kecerahan meter lebih dari 5 3 Salinitas ppt 31-34 4 Suhu 0 C 26-32 5 ph - 7,0-8,5 6 Oksigen Terlarut (DO) ppm lebih dari 5 Sarana Budidaya Budidaya ikan laut dapat dilakukan dalam karamba tancap (pen culture) di perairan yang tidak terlalu dalam di tepi pantai ataupun dalam karamba jaring apung (KJA, floating net culture) di perairan yang cukup dalam (Gambar 2). Karamba Tancap Karamba Jaring Apung Gambar 2. Karamba Tancap dan Karamba Jaring Apung (KJA) Coastal Community Development Project-IFAD 19

Tipe Karamba Tancap paling sederhana adalah yang disebut fexible enclosure (kurungan fleksibel) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2 tersebut. Bentuk kurungan dapat dibuat persegi atau bulat dengan ukuran yang dapat disesuaikan dengan kondisi dan dasar perairan. Bahannya terdiri atas bambu/kayu/pipa PVC yang ditancapkan di dasar perairan sebagai pagar keliling, kemudian dikelilingi dengan jaring nilon. Dalam satu unit karamba tancap dapat dilengkapi dengan : (i) kurungan utama yang besar sebagai petak pembesaran ikan, (ii) kurungan kecil yang dapat diletakkan di dalam atau di luar kurungan utama yang berfungsi sebagai petak pendederan dan/atau aklimatisasi ikan sebelum ditebarkan ke dalam petak utama dan/atau penyembuhan ikan yang sakit, (iii) rumah jaga yang dapat digunakan pula sebagai gudang pakan dan/atau peralatan lapangan, dan (iv) sebuah rakit bambu/kayu yang dapat digunakan untuk mengelilingi karamba, misalnya untuk pembersihan jaring dan mengawasi kondisi ikan. Contoh unit Karamba Tancap dapat dilihat pada Gambar 3. Coastal Community Development Project-IFAD 20