Kata Kunci : Tepung rajungan, efisiensi pakan, lemak feces, tikus putih.

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2006, VOL. 6 NO.1, 32 36

I. U. Warsono a), M. Fattah W. b), & A. Parakkasi c) a ABSTRACT

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest.

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

Performa Pertumbuhan Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Diberi Ransum Berbagai Taraf Limbah Udang

Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

Pengaruh Pemberian Zeolit dalam Ransum Terhadap Performans Mencit (Mus musculus) Lepas Sapih

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH MENGGUNAKAN SUPLEMEN KATALITIK

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

MATERI DAN METODE. Prosedur

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

Pengaruh Taraf Penambahan Zeolit dalam Ransum Terhadap Performa Produksi Mencit (Mus Musculus) Lepas Sapih Hasil Induk Litter Size Pertama dan Kedua

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 6. Kondisi Kandang Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

Lilis Suryaningsih 1) dan Aminuddin Parakkasi 2) Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 1) dan Institut Pertanian Bogor 2)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penampilan Kelinci Persilangan Lepas Sapih yang Mendapat Ransum dengan Beberapa Tingkat Penggunaan Ampas Teh

I. PENDAHULUAN. Peningkatan keberhasilan suatu usaha peternakan akan di pengaruhi oleh

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. selatan kota Gorontalo. Penelitian berlangsung selama dua bulan mulai dari bulan

RINGKASAN. : Ir. Anita S. Tjakradidjaja, MRur.Sc. : Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

PENGARUH PENGGUNAAN DAUN MURBEI (Morus alba) SEGAR SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN RANSUM TERHADAP PERFORMANS BROILER

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Kandang dan Peralatan Ransum

RESPON PENGGANTIAN PAKAN STARTER KE FINISHER TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAN PERSENTASE KARKAS PADA TIKTOK. Muharlien

MATERI. Lokasi dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

MATERI DAN METODE. Materi

BAB I PENDAHULUAN. Ayam broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang gemar

Pengaruh Penggunaan Rumput Kebar (Biophytum petsianum Clotzch) dalam Konsentrat Berdasarkan Kandungan Protein Kasar 19% terhadap Penampilan Kelinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari-Maret 2015 di Kandang

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH

TERHADAP PERBAIKAN KADAR LIPID SERUM DARAH MENCIT

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Materi

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

PROFIL KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA DARAH SERTA RESPON FISIOLOGIS TIKUS YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG SATE DAGING SAPI SKRIPSI ROHMAH RETNO WULANDARI

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

PROFIL TRIGLISERIDA DAN KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG GULAI DAGING DOMBA SKRIPSI ETIK PIRANTI APRIRIA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler. Oleh

PENGARUH TARAF PENAMBAHAN ZEOLIT DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA PRODUKSI MENCIT (Mus musculus) LEPAS SAPIH HASIL LITTER SIZE PERTAMA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

Peningkatan Indeks Warna Kuning Telur dengan Pemberian Tepung Daun Kaliandra (Calliandra calothyrsus) dan Kepala Udang dalam Pakan Itik

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Maret

PENGARUH PENGGUNAAN LEMAK SAPI DALAM RANSUM SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN ENERGI JAGUNG TERHADAP BERAT BADAN AKHIR DAN PROSENTASE KARKAS ITIK BALI

KELI NCI LOKAL. Oleh Bambang Hariadi, Kartiarso dan ~achmat 'Herman Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KETELA RAMBAT (Ipomea Batatas L) SEBAGAI SUMBER ENERGI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING FASE FINISHER

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

ABSORPSI MINERAL DAN KADAR LEMAK DARAH PADA TIKUS YANG DIBERI SERAT AMPAS TEH HASIL MODIFIKASI MELALUI FERMENTASI DENGAN Aspergillus niger

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

Transkripsi:

PENGARUH TEPUNG CANGKANG RAJUNGAN (Portunus Pelagicus) SEBAGAI SUMBER KITIN DALAM RANSUM TERHADAP KANDUNGAN LEMAK FESES DAN EFISIENSI PAKAN TIKUS PUTIH (Rattus norvegiccus) STRAIN WISTAR Muhamad Fatah Wiyatna 1, Irba U. Warsono 2 dan Aminuddin Parakkasi 3 1. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 2. Mahasiswa Sekolah Pascasarjana IPB 3. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Abstrak. Cangkang rajungan mengandung kitin yang persentasenya paling besar berupa polisakarida. Kitin dan derivat-derivatnya telah banyak digunakan dalam berbagai keperluan terutama untuk kesehatan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung rajungan sebagai sumber kitin terhadap efisiensi pakan dan kandungan lemak feces tikus putih Rattus norvegicus) strain Wistar. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial 2x5 dengan tiga kali ulangan. Faktor pertama adalah jenis kelamin dan kedua level tepung rajungan yaitu 0%, 5%, 10%, 15%, and 20%. Hasilnya penelitian menunjukkan tidak ada interaksi antara jenis kelamin dengan kandungan teung rajungan dalam ransum. Kandungan lemak dalam feces tertinggi diperoleh dari perlakuan 10% yaitu 0.737%. Sedangkan efisiensi pakan tertinggi diperoleh dari penggunaan tepung rajungan 5% yaitu 13.1%. Penggunaan tepung rajungan dalam ransum mampu mningkatkan efisiensi pakan dan menurunkan kadar lemak tubuh tikus putih. Kata Kunci : Tepung rajungan, efisiensi pakan, lemak feces, tikus putih. Abstract. Crabs shells contain the largest percentage of chitin as a pollysaccarides in animal. Chitin and its derivaties have many properties that make them attractive for a wide variety of applications. This study want conducted to determine the effect of crabs shells (Portunus pelagicus) as a source of chitin in ration on feed efficiency and fats of feces in rat (Rattus norvegicus) strain Wistar. The study was carried out under a factorial experimental 2x5 with 3 replications. The first factor is sex (male and female) and the second factor is scrabs shells with 5 levels i.e. 0%, 5%, 10%, 15%, and 20% in ration. The study showed there were not interaction between sex and using scrabs shells in diet on parameters. The highest of fats contens in feces is 0.737% at level 10 %. The feed efficiency increased with using all levels of crabs shells in diet. The highest of feed efficiency level is 13,1% at using 5%, but the highest contens of fats feces at using 10% level of diet. The result suggest that crabs shells increased feed efficiency in diet and decreased fats absorbent on rat body. Key word: crabs shells, feed efficiency, fats of feces, rat.

2 PENDAHULUAN Kandungan lemak yang tinggi dalam makanan dan produk lainnya, sering diidentikan dengan tingginya kandungan kolestrol dari makanan tersebut. Kolestrol selama ini dianggap sebagai pemicu terjangkitnya penyakit jantung koroner. Bahan makanan asal hewan sering dituding sebagai pemicu penyakit tersebut yang sangat ditakuti oleh manusia. Selain itu gaya hidup manusia yang mengarah serba instan dalam mengkonsumsi makanan menyebabkan munculnya berbagai variasi makanan cepat saji (fast food) seperti fried chicken, yaitu daging ayam yang mengandung kolestrol 100 mg per 100 ml darah yang diolah dengan minyak goreng asal nabati yang diidentikan mengandung kolestrol yang membahayakan, sehingga produknya merupakan makanan yang mengandung kolestrol tinggi. Tingginya konsumsi makanan yang mengandung lemak tinggi sering dianggap penyebab terjadinya kegemukan (obesitas) pada manusia. Keadaan ini sangat dihindari terutama oleh kaum hawa karena dianggap menurunkan style (penampilan) secara umum, sehingga muncul gaya tubuh langsing. Dari fenomena ini banyak bermunculan penawaran produk-produk penurun lemak tubuh untuk mencapai badan langsing seperti vegeta, diet, dan sebagainya. Respon masyarakat terhadap penawaran penurun lemak cukup tinggi, mereka berharap bahwa produk-produk tersebut dapat menurunkan lemak tubuh sehingga terhindar dari kegemukan dan penyakit-penyakit yang ditimbulkannya. Kitin merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui kembali (renewable) dan dapat diekstrak dari limbah kepiting dan limbah udang. Kepiting mengandung persentase kitin paling tinggi (70%) diantara bangsa-bangsa krustasea, insekta, cacing maupun fungi. Kitin telah banyak digunakan untuk penjernihan air limbah, kosmetika, pengobatan dan kesehatan ternak serta berbagai feed addititive. Aktivitas kitin sebagai feed additive dapat meningkatkan kualitas makanan karena pengaruhnya berhubungan dengan serat makanan dan komponen fungsional. Selain itu kemampuannya dalam menurunkan kolestrol karena bersifat hipololestrolamik. Shahidi, dkk. (1999) melaporkan bahwa pemberian kitin 2% dalam ransum belum dalam mempertahankan rendahnya kolestrol serum dan triasilgliserol pada kelinci, ayam petelur dan ayam pedaging tetapi dapat meningkatkan konsentrasi HDL (high dencity lipoprotein) pada ayam pedaging pada ayam pedaging. Selanjutnya dilaporkan pula bahwa penambahan 2

3 kitin 10% dalam ransum ikan dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan paling tinggi. Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan salahsatu jenis kepiting laut yang banyak terdapat diperairan di Indonesia dan menjadi salahsatu komoditas unggulan untuk ekspor. Permintaan komoditi ini dalam bentuk segar, beku, maupun produk kalengan terus meningkat setiap tahun. Pada Tahun 1998 produk ekspor rajungan telah mencapai 9.162 ton dalam bentuk daging (BPS, 1998). Limbah rajungan cukup tinggi berupa 57% cangkang dan 3% body reject atau rata-rata 27.360 kg cangkang kering per bulan (Sugihartini 2001). Kemudian Angka dan Suhartono (2000) menambahkan bahwa limbah rajungan mengandung 25% bahan padat dan 25% dari padatan tersebut adalah kitin. Tikus putih (Rattus norvegicus) strain Wistar merupakan salah satu hewan percobaan yang biasa digunakan dalam berbagai penelitian. Hewan ini telah banyak diketahui baik sifat, karakteristik, serta struktur anatominya dan zat gizi yang diperlukannya hampir sama dengan manusia (Smith 1998; Malole, dkk. 1989; dan Muhtadi 1989). Dengan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh tepung cangkang rajungan (Portunus pelagicus) sebagai sumber kitin dalam ransum terhadap kadar lemak feses dan efisiensi pakan tikus putih (Rattus norvegicus) strain Wistar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan manfaat dan nilai ekonomis limbah cangkang rajungan sebagai feed additive dan secara langsung dapat meningkatkan pendapatan nelayan serta mengurangi pencemaran lingkungan. METODE PENELITIAN Bahan dan Alat Pada penelitian ini digunakan 30 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) strain Wistar berumur 6 minggu, terdiri dari 15 ekor jantan dan 15 ekor betina. Berat awal rata-rata tikus jantan 114,48 ± 21.67 gram dan betina 105.76 ± 13.11 gram. Tikus-tikus ini dimasukan ke dalam kandang individu berukuran 39 cm x 21 cm x 15 cm, yang diberi alas litter dan dilengkapi tempat pakan dan minum. Pakan dan air minum 3

4 diberikan secara ad libitum. Pakan percobaan yang diberikan berbentuk pellet dengan komposisi bahan dan kandungan gizi seperti terlihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Rancangan Penelitian Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial 2x5 dengan 3 ulangan untuk setiap kombinasi perlakuan sehingga terdapat 30 unit percobaan. Faktor pertama adalah jenis kelamin dengan 2 taraf yaitu jantan dan betina. Faktor kedua adalah ransum dengan 5 taraf dengan kandungan cangkang rajungan yaitu O% (kontrol), 5% (P1), 10% (P2), 15% (P3), dan 20% (P3). Setiap unit percobaan menggunakan 1 ekor tikus putih. Masa adaptasi tikus pada kandang percobaan selama 1 minggu dan masa preliminary ransum percobaan dilakukan selama 1 minggu. Parameter yang diukur dalam percobaan ini adalah konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan kandungan lemak feses. Pengukuran konsumsi pakan dilakukan selama 1 minggu pada minggu ke-4, yaitu diberikan ransum secara adlibitum dan setiap 2 hari dihitung sisanya sehingga dapat terukur konsumsi pakan harian. Bobot badan dihitung setiap minggu selama 6 minggu pengamatan. Pengambilan data lemak feses dilakukan pada dua minggu akhir penelitian dari seluruh hewan percobaan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam sesuai dengan rancangan yang digunakan. Apabila terdapat perbedaan yang signifikan diantara nilai tengah perlakuan, dilanjutkan dengan Uji Tukey (Steel and Torrie, 1991). Tabel 1. Komposisi Ransum Percobaan Bahan Pakan P0 P1 P2 P3 P4 Tepung cangkang rajungan 0 5 10 15 20 Bungkil kedele 28.81 27.29 25.77 24.25 24.25 Jagung kuning 31.57 30.93 30.28 29.64 13.94 Dedak halus 25.73 27.11 28.49 29.87 37.08 Premik 12.64 8.50 4.37 0.24 0.40 Tabel 2. Komposisi Nutrisi Ransum Percobaan Bahan Pakan P0 P1 P2 P3 P4 Protein Kasar (%) 18.0 18.0 18.0 18.0 18.0 Serat Kasar (%) 5.067 5.067 5.067 5.067 5.067 Lemak (%) 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 Kalsium (%) 0.443 1.653 2.863 4.073 5.551 Posfor (%) 0.432 0.574 0.715 0.857 1.07 4

5 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Terhadap Kandungan Lemak Feses Rataan variabel respon yang menggambarkan kandungan lemak feses pada tikus jantan dan betina pada berbagai tingkat pemberian tepung cangkang rajungan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan Kandungan Lemak Feses Tikus Putih (Rattus norvegicus) jantan dan betina pada tingkat pemberian tepung rajungan yang berbeda Tingkat pemberian tepung rajungan 0% 5% 10% 15% 20% Jantan 0.69 0.51 1.07 0.85 0.71 Betina 0.68 0.43 0.40 0.60 0.47 Rataan 0.685 0.47 0.735 0.725 0.59 Daftar sidik ragam menunjukan bahwa faktor jenis kelamin dan tingkat pemberian tepung rajungan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan lemak feses tikus putih. Kandungan lemak feses terendah diperoleh pada level 5 % (0,47%) dan lebih rendah dari ransum kontrol, hal ini disebabkan jumlah nutrien yang dimanfaatkan oleh tubuh paling tinggi yaitu dengan melihat nilai efisiensi pakan (13,1 %) paling tinggi dibanding dengan level lainnya. Jadi jika jumlah nutrien yang diserap tubuh optimal, maka nutrien yang terbuang melalui feses akan rendah (lemak). Pada Gambar 1 terlihat bahwa tikus jantan tidak banyak mendepositkan lemak yang berasal dari pakan ke dalam tubuh, tetapi mengeluarkannya melalui feses. Hal ini disebabkan pada tikus jantan terdapat hormon testosteron yang dianataranya berfungsi untuk mensintesa otot tanpa lemak sehingga lemak tubuh jantan berkurang dan menjadi bertambah tinggi lemak tersebut pada feses. Sedangkan pada tikus betina sebaliknya, dimana lemak yang berasal dari pakan banyak diserap dan didepositkan menjadi lemak tubuh, akibatnya jumlah lemak yang terdapat dalam feses menjadi sedikit. Penambahan tepung rajungan sebagai sumber kitin dalam ransum dapat menghambat penyerapan lemak oleh tubuh dan mempercepat berlalunya lemak tersebut 5

6 keluar melalui feses. Hal ini terlihat dari jumlah lemak feses dari tikus yang diberi tepung rajungan 10% (0,737%) lebih tinggi dari kontrol (0,688%) Lemak Feses (%) 1.5 1 0.5 0 0 5 10 15 20 jantan 0.69 0.51 1.07 0.85 0.71 betina 0.68 0.43 0.4 0.6 0.47 Tepung cangkang rajungan (%) Gambar 1. Grafik kandungan lemak dalam feses tikus putih (Rattus norvegicus) Jantan dan betina pada tingkat penggunaan tepung rajungan yang berbeda Peningkatan jumlah lemak dalam feses yang berasal dari tikus dengan ransum yang mengandung tepung rajungan 10% (0,737%) dan 15 % (0,725%) merupakan indikasi adanya pengurangan lemak tubuh yang diduga disebabkan adanya penambahan kitin dalam ransum, meskipun perbedaan dengan kandungan lemak feses dari tikus yang diberi ransum kontrol tidak signifikan. Sebagaimana yang disampaikan oleh Shahidi, dkk., (1999) bahwa kitin dan derivat-derivatnya dapat menurunkan kemampuan terhadap penyerapan lemak oleh tubuh dan mempercepat berlalunya lemak dalam melewati usus halus, sehingga lemak yang diserap oleh tubuh menjadi tidak berlebihan. Tidak ada perbedaan yang nyata terhadap penurunan kolesterol darah (Tabel 5) dan kandungan lemak feses tikus akibat penambahan tepung rajungan sebagai sumber kitin diduga karena kondisi fisiologis tikus yang mempunyai kelebihan dibanding hewan lainnya yaitu dapat merecycling lemak tubuh dan memanfaatkan untuk proses metabolisme. Untuk membuktikan dugaan tersebut, maka perlu adanya penelitian serupa dengan menggunakan hewan lainnya sebagai objek percobaan. 6

7 Pengaruh Perlakuan Terhadap Efisiensi Pakan Konsumsi Pakan Rataan variabel respon yang menggambarkan konsumsi pakan pada tikus jantan dan betina pada berbagai tingkat pemberian tepung cangkang rajungan dalam ransum sebagai sumber kitin disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Konsumsi ransum Tikus Putih (Rattus norvegicus) jantan dan betina pada tingkat pemberian tepung rajungan yang berbeda Tingkat pemberian tepung rajungan 0% 5% 10% 15% 20% Jantan 10.27 15.02 15.01 13.41 13.53 Betina 10.89 13.37 14.17 14.95 12.74 Rataan 10.58 14.19 14.59 14.18 13.14 Daftar sidik ragam menunjukan bahwa tidak ada interaksi antara faktor pemberian tingkat pemberian tepung cangkang rajungan dalam ransum dan jenis kelamin terhadap konsumsi pakan. Faktor jenis kelamin tidak memberikan pengaruh nyata terhadap konsumsi pakan, tetapi faktor tunggal tingkat pemberian tepung rajungan nyata (P>0.05) berpengaruh terhadap konsumsi ransum. Pada Tabel 4 terlihat bahwa konsumsi pakan pada level tepung rajungan 10% (14.59 gram/ekor/hari) sangat nyata (P<0,01) lebih tinggi dibandingkan ransum kontrol (10.58 gram/ ekor/hari), tetapi tidak berbeda nyata dengan tingkat pemberian tepung rajungan 5% (14.19 gram/ekor/hari), 15% (14.18 gram/ekor/hari) dan 20% (13.14 gram/ekor/hari). Tetapi pada ransum dengan tingkat penggunaan tepung rajungan 20% (13.14 gram/ekor/hari) tidak berbeda nyata dengan ransum kontrol (10.58 gram/ ekor/hari). Dari Tabel 5 terlihat bahwa pemberian tepung rajungan dalam ransum tikus ternyata dapat meningkatkan konsumsi pakan sampai dengan tingkat penggunaan 10 % dan kemudian menurun kembali pada tingkat 15 % dan 20%. Hal ini dikarenakan bahwa kitin yang terdapat dalam tepung rajungan berperan meningkatkan kualitas makanan terutama palatabilitasnya sehingga jumlah konsumsi ransum dapat meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Church (1979) bahwa palatabilitas merupakan faktor penting yang menentukan tingkat konsumsi ransum, palatabilitas yaitu tingkat kesukaan atau kegemaran ternak terhadap pakan dengan melihat konsumsi ransum. 7

8 Tabel 5. Konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, efisiensi pakan, persentase karkas, kadar lemak feces, kadar kalsium feces Tikus Putih (Rattus norvegicus) Strain Wistar Variabel Tepung cangkang rajungan (%) Pengamatan 0 5 10 15 20 Konsumsi pakan 10.58 a 14.19 b 14.59 b 14.18 b 13.14 ab Pertambahan bobot badan 0.51 a 1.85 c 1.58 bc 1.46 bc 1.0 ab (gram/ekor/hari) Efisiensi pakan (%) 4.8 a 13.1 c 11.9 bc 11.6 bc 7.7 ab Persentase karkas (%) 0.55 a 0.535 a 0.535 a 0.505 a 0.507 a Kadar lemak feses (%) 0.688 a 0.472 a 0.737 a 0.725 a 0.592 a Kadar Kalsium feses (%) 1.62 a 8.21 b 9.5 c 11.89 d 13.38 e Keterangan : Huruf yang sama ke arah baris menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P>0.01) Tingginya pertambahan bobot badan pada pemberian tepung rajungan 5 % (1,85 gram/ekor/hari) ditunjukkan pula dengan tingginya efisiensi penggu- naan pakan yaitu 13,1 %. Hal ini menggambarkan pakan yang dikonsumsi pada level tersebut paling banyak dicerna dan dimanfaatkan oleh tubuh. Pernyataan tersebut didukung oleh kandungan lemak feses yang terkecil yaitu 0,472%. Kandungan lemak feses meningkat pada level tepung rajungan 10 % (0,737%) dan level 15 % (0,725%) yang mengakibatkan menurunnya pertambahan bobot badan tikus dan efisiensi pakan, artinya jumlah nutrisi yang dapat diserap tubuh tikus menjadi berkurang dengan semakin meningkatnya tingkat pemberian tepung rajungan dalam pakan. KESIMPULAN DAN SARAN Dari pembahasan hasil percobaan tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Penambahan tepung rajungan dalam ransum tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan lemak feses tikus putih 2. Kandungan lemak feses tikus yang paling tinggi diperoleh dari tingkat penggunaan tepung rajungan 10% (0.737%) yang diikuti level 15%(0.725%) 3. Efisiensi pakan tertinggi diperoleh pada penambahan tepung rajungan 5% (13,10%) 8

9 SARAN Tepung rajungan sebagai sumber kitin untuk menekan tingginya deposit lemak dalam tubuh dapat digunakan pada level 10 % dalam ransum. Sebaiknya ada penelitian lanjutan yang serupa dengan menggunakan hewan yang lainnya. DAFTAR PUSTAKA Angka, S.L. dan M.T. Suhartono. 2000. Bioteknologi Hasil Laut. Pusat Pengkajian Sumberdaya dan Pesisir Lautan, IPB. Bogor BPS, 1998. Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia. Ekspor II. Biro Pusat Statistik, Jakarta Chruch, D.C. and W.G. Pond. 1979. Basic Animal Nutrition and Feeding. Third edition. John Wiley and Sons. 308-310 Linder, M.C. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Muchtadi, D. 1989. Evaluasi Nilai Gizi Pangan. PAU Ilmu Hayati, IPB Bogor. Shahidi, F., J.K. V Arachchi and Y. J Jeon. 1999. Food Applications of Chitin and Chitosan. Trends in Food Science and Technology, 10:37-51. Smith, J.B. dan S. Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. UI Press, Jakarta. Steel, R G D and J.H Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan Biometrika. Alih Bahasa: Bambang Sumantri. Cetakan ke 2. PT Gramedia Jakarta. William, S.R. 1985. Nutrition and Diet Theraphy. Times Mirrir Mosby College Publishing. St. Louis. Sugihartini, L. 2001. Pengaruh Konsentrasi Asam Klorida dan Waktu Demineralisasi Khitin terhadap Mutu Khitosan dari Cangkang Rajungan (Portunus pelagicus). Skripsi Fak. Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB Bogor. 9