: Physical environment, residents behavior, Malaria disease outbreak, Puskesmas Kokap II, Kulon Progo

dokumen-dokumen yang mirip
Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

PENGARUH PENGGUNAAN KELAMBsU, REPELLENT,

Hubungan Faktor Lingkungan Fisik Rumah, Keberadaan Breeding Places, Perilaku Penggunaan Insektisida dengan Kejadian DBD Di Kota Semarang

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

PENGARUH FAKTOR PRILAKU PENDUDUK TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBELANG KECAMATAN TOULUAAN SELATAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

Oleh: Roy Marchel Rooroh Dosen Pembimbing : Prof. dr. Jootje M. L Umboh, MS dr. Budi Ratag, MPH

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN KEI BESAR KABUPATEN MALUKU TENGGARA PROVINSI MALUKU

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2014

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAYUMBA PROVINSI SULAWESI TENGAH

Faktor-faktor kejadian malaria

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

Tingkat Kepatuhan Penderita Malaria Vivax... (M. Arie Wuryanto) M. Arie Wuryanto *) *) Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik FKM UNDIP ABSTRACT

PERANAN LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA

ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN KEPUALAUAN MENTAWAI SELAMA JANUARI-DESEMBER 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KEPERCAYAAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN KELAMBU BERINSEKTISIDA PADA MASYARAKAT (Observasi Analitik di Desa Gunung Raya)

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

Distribusi Prevalensi Malaria di Puskesmas Kokap I dan Girimulyo I Kabuapten Kulonprogo Tahun dan Hubungannya dengan Faktor-faktor Risiko

BEBERAPA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN NANGA ELLA HILIR KABUPATEN MELAWI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

ABSTRAK MANAJEMEN PENANGGULANGAN MALARIA DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN TAHUN

Yurike Gitanurani¹, Dina Dwi Nuryani² Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati

Faktor Risiko Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Kenanga Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka Propinsi Kepulauan Bangka Belitung

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa UKDW

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data)

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO KABUPATEN WONOGIRI PUBLIKASI ILMIAH

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh : JONATHAN EKO A J FAKULTAS KEDOKTERAN

I. PENDAHULUAN. dan ibu melahirkan serta dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja (Dinkes

ABSTRAK. Helendra Taribuka, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

STUDI KOMPARASI BEBERAPA FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU BTA POSITIF DI DAERAH PANTAI DAN DAERAH PEGUNUNGAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD DI DESA GONILAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

Hubungan Antara FaktorLingkungan Fisik Dalam Dan Luar Rumah Dengan Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Wolaang Kecamatan Langowan Timur

Relation of a Factor of Work and Environments with the Incidence of Malaria in Sub- District Jaro Tabalong Regency

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

FAKTOR RISIKO UPAYA MENGHINDARI GIGITAN NYAMUK TERHADAP KEJADIAN DBD DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. terkena malaria. World Health Organization (WHO) mencatat setiap tahunnya

Keywords: hormonal contraceptive pills, hypertension, women in reproductive age.

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis Univariat

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

ABSTRAK. Kata kunci : ISPA, angka kejadian.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SUHU, KELEMBABAN DAN PENGGUNAAN KELAMBU BERKAITAN DENGAN TINGGINYA KEJADIAN MALARIA DI DESA DURIAN LUNCUK

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya

Keywords : Knowledge, condition of physical environment, the existence of larvae.

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh TIWIK SUSILOWATI J

KUESIONER ANALISIS FAKTOR KEJADIAN RELAPS PADA PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2010

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO KABUPATEN WONOGIRI

Pengaruh Luas Ventilasi terhadap Kejadian TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013 BAB I NASKAH PUBLIKASI

DETERMINAN PERILAKU MASYARAKAT, LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KABUPATEN PESAWARAN

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Tingkat Pendidikan, Kontak Serumah, Kejadian Tuberkulosis Paru

IQBAL OCTARI PURBA /IKM

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

Faktor Perilaku yang Berpengaruh terhadap Kejadian Malaria di Daerah Endemis Malaria

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016

Penelitian. Vol. 4, No. 3, Juni Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonosis Journal) Hal :

FAKTOR RISIKO KONDISI HUNIAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT KUSTA DI KOTA MAKASSAR

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANAWANGKO

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di wilayah kerja puskesmas Motoboi Kecil

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT KONTAK, KELEMBABAN, PENCAHAYAAN, DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK DI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan

Keyword : PSN, Dengue hemorrhagic fever.

ANALISIS FAKTOR PERILAKU YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA KEPUTIHAN PADA SISWI SMK NEGERI 8 MEDAN. Oleh : RONAULI AGNES MARPAUNG

Unnes Journal of Public Health

Faktor Risiko Kejadian Filarisis Limfatik di Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN KONDISI FISIK RUMAH PASIEN PENDERITA PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TASIKMADU KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS (TBC) PADA KELOMPOK USIA PRODUKTIF DI KECAMATAN KARANGANYAR, DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto terbentuk/lahir sejak tahun 1928 yang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA RANTAU PANJANG KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013

DESKRIPSI KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN CEMPAKA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PRANIKAH DI SMP 1 PARANG KABUPATEN MAGETAN

Distribution Distribution

TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN SUKABUMI PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN PEKERJAAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI DESA BANDAR KHALIPAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN TAHUN 2015 ABSTRACT

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Nitari Rahmi 1, Irvan Medison 2, Ifdelia Suryadi 3

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU DI KOTA MAGELANG

ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN CARA PENCEGAHAN MALARIA DI DESA JIKO UTARA KECAMATAN NUANGAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries,

LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagianpersyaratan guna mencapai derajat sarjana strata 1 kedokteran umum

Transkripsi:

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK DAN PERILAKU PENGHUNI RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOKAP II, KABUPATEN KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pratiwi Ika Noviarti, Tri Joko, Nikie Astorina Yunita Dewanti Bagian Kesehatan LIngkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email: pratiwi392@gmail.com Astrack : Malaria is still one of public health problems that is responsible for the high number of death in many countries all over the world until nowadays. It is a disease that threatens people, especially those who live in endemic area. High morbidity and other issues that arise as a result of malaria can impede the development in health field. In Kulon Progo Regency, the API (Annual Parasite Incidence) was,28 / in 213,,2 / in 214, and until February 215, it has been 29 cases with API,7 /. Some factors that influence malaria disease outbreak are physical environment and residents behavior. This research aims to analyze the relation between physical environment and residents behavior with malaria diseases outbreak in Puskesmas Kokap II working area. Observational analysis method was employed to do the research, with case control approach. The samples of the research were Malaria sufferers in January 212 up to February 215 in Puskesmas Kokap II working area, Kulon Progo Regency. There were 37 respondents in case group and also 37 respondents in control group. The data analysis used chi square test and odds ratio (OR). The result of the research showed that there were relations between the presence of ceilings (p value =, OR = 22,969), the types of the wall (p value =, OR = 8,488), the presence of breeding places, the presence of resting places (p value =, OR = 58,556), outdoor activities (p value =, OR = 1,828), the use of long clothes (p value =, OR = 16,74), the use of mosquito nets (p value =,7 OR = 5,22), and cleaning activities (p value =,1 OR = 5,317) with Malaria disease outbreak. However, the temperature inside the house, the humidity inside the house, the lighting intensity inside the house, the presence of wire gauzes, the presence of cages, and the use of drugs, had no relation with Malaria disease.the conclusion of the research is the presence of ceilings, the types of wall, the presence of breeding places, the presence of resting places, outdoor activities, the use of long clothes, the use of mosquito nets, and cleaning activities had relation with Malaria disease outbreak. Keywords : Physical environment, residents behavior, Malaria disease outbreak, Puskesmas Kokap II, Kulon Progo 417

PENDAHULUAN Latar Belakang Malaria merupakan salah satu permasalahan kesehatan masyarakat yang bertanggungjawab atas tingginya angka kematian di banyak Negara di Dunia.Penyakit malaria disebabkan oleh protozoa dari genus Plasmodium dengan sub species : Plasmodium falcifarum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. Angka kesakitan malaria yang masih tinggi, dan permasalahan lain yang timbul akibat malaria dapat menghambat pembangunan di bidang kesehatan, penyakit malaria dapat berlangsung berulang kali mengakibatkan kelemahan fisik bagi penderitanya, hal ini tentu mempengaruhi penurunan produktifitas kerja pada kelompok penderita malaria usia produktif, meningkatnya ketidakhadiran pada anak sekolah, kematian bayi, kematian ibu, dan kelahiran bayi premature bila menimpa ibu hamil. Lingkungan dan perilaku merupakan sesuatu yang berpengaruh besar bagi perkembangan kesehatan masyarakat, butuh adanya sebuah kajian bersama yang lebih mendalam antara faktor lingkungan dan perilaku.oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kondisi lingkungan fisik dan perilaku penghuni rumah terhadap kejadian penyakit malaria. METODE PENELITIAN Jenis dan rancangan penelitian menggunakan desain penelitian observasional, pendekatan yang digunakan yakni desain studi case control. Pada penelitian ini akan menganalisis lingkungan fisik dan perilaku penghuni rumah sebagai faktor risiko kejadian Penyakit Malaria di wilayah kerja Puskesmas Kokap II Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo, dengan membandingkan kelompok kasus meliputi orang yang menderita malaria dengan kelompok kontrol meliputi orang-orang yang tidak sakit malaria yang tinggal di dekat kelompok kasus. Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita positif malaria yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kokap II Kabupaten Kulon Progo pada tahun 214 hingga Februari 215. Untuk sampel kontrol, diambil dengan perbandingan kasus : kontrol sebanyak 1 : 1. sehingga sampel kontrol diambil sebanyak 37 responden. Sampel kontrol diambil dari tetangga penderita yang negatif Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner, lembar observasi dan 418

pengukuran.pengukuran yang dilakukan yaitu pengukuran suhu, kelembaban, dan pencahayaan dengan menggunakan lux meterdanthermohygrometer. Uji statistik yang digunakan adalah chi square karena untuk mengetahui hubungan antar variabel HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan di, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.Wilayah Kerja Puskesmas Kokap II meliputi 2 Desa yakni Desa Hargotirto dan Hargowilis. Desa Hargotirto meliputi 14 Dusun yang di bagi menjadi 3 RW dengan 7 RT, sedangkan Desa Hargowilis meliputi 13 Dusun dibagi menjadi 29 RW dengan 77 RT. Puskesmas Kokap II yang berada di bagian barat Kabupaten Kulon Progo.Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari empat kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Puskesmas Kokap II sendiri di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Girimulyo, sebelahtimur berbatasan dengan Kecamatan Pengasih, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Temon, dan sebelah barat berbatasan langsung dengan Kabupaten Purworejo. Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa subyek penelitian yang berjenis kelamin pria pada kelompok kasus dan kelompok kontrol masing-masing sebanyak 23 orang (62,2 %), sedangkan subyek penelitian yang berjenis kelamin perempuan masing-masing sebanyak 14 orang (37,8 %) pada kelompok kasus maupun kontrol. Pada variabel jenis kelamin sebelumnya telah dilakukan matching. Frekuensi umur dibedakan menjadi 5 kelompok, dengan frekuensi umur tertinggi pada kedua kelompok berada pada rentang 15 44 tahun. Pada kelompok kasus berjumlah 23 orang dengan prosentase 62,2 % dan pada kelompok kontrol berjumlah 25 orang dengan prosentase 67,6 %, sedangkan frekuensi terendah untuk masing-masing kelompok berada pada rentang umur -5 tahun sebanyak 1 orang ( 2,7 %) dari kelompok kasus, dan 1 orang lainnya (2,7%) dari kelompok kontrol. Frekuensi tingkat pendidikan tertinggi responden pada kelompok kasus memiliki jumlah yang sama antara SD,SMP dan SMA yakni masing-masing sebanyak 11 orang (29,7 %) sedangkan pada kelompok kontrol, frekuensi tingkat pendidikan tertinggi responden SMP yakni sebanyak 13 orang (35,1 %). Frekuensi terendah kedua kelompok ada pada tingkat Sarjana, sebesar % untuk kelompok Kasus dan 1 orang (2,7 %) pada kelompok control. Selanjutnya, untuk frekuensi jenis pekerjaan subyek penelitian tertinggi dari kedua kelompok adalah Petani yakni untuk kelompok kasus sebanyak 13 419

orang (35,1 %) dan untuk kelompok kontrol sebanyak 17 orang (4,5 %). Sedangkan frekuensi terendah pada kelompok kasus adalah pedagang ( %) dan pada kelompok kontrol adalah tukang (%). Untuk status perkawinan subyek penelitian dibedakan menjadi kawin dan belum kawin, pada kedua kelompok, jumlah masing-masing hampir sama, pada JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) kelompok kasus, jumlah responden yang telah kawin(menikah) sebanyak 2 orang (54,1 %) sedangkan pada kelompok kontrol jumlahnya sedikit lebih banyak yakni sebanyak 26 orang (7,3%). Sedangkan responden yang belum kawin (menikah) pada kelompok kasus sebanyak 17 orang (45,9 %) dan pada kelompok kontrol sebanyak 11 orang (29,7%). Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Wilayah Kabupaten Kulon Progo No. Karakteristik Kategori Responden n % n % 1. Jenis Kelamin Pria Wanita 23 14 62,2 37,8 23 14 62,2 37,8 2. Umur 4 tahun 5 14 tahun 15 44 tahun 45 64 tahun 65 > tahun 1 5 23 6 2 2,7 13,5 62,2 16,2 5,4 1 2 25 7 2 2,7 5,4 67,6 18,9 5,4 3. Tingkat Pendidikan Tidak Tamat SD SD SMP SMA / SMK Sarjana 4. Pekerjaan Pelajar Petani Tukang Wiraswasta Pedagang IRT Lain-lain 5. Status Perkawinan Kawin Belum Kawin 4 11 11 11 9 13 2 5 5 3 2 17 1,8 29,7 29,7 29,7 24,3 35,1 5,4 13,5 13,5 8,1 54,1 45,9 3 1 13 1 1 6 17 3 1 4 6 26 11 8,1 27, 35,1 27, 2,7 16,2 4,5 8,1 2,7 1,8 16,2 7,3 29,7 Tabel 3 Hubungan antara kondisi suhu dalam rumah dengan kejadian penyakit malaria di Suhu Udara dalam rumah Tidak Memenuhi Syarat 4 1,8 1 6,8,358 4,364,464-41,56 Memenuhi Syarat 33 89,2 36 97,3 42

Tabel 4 Hubungan antara kondisi kelembaban udara dalam rumah dengan kejadian penyakit malaria di Kelembaban Udara Tidak Memenuhi Syarat 23 62,2 21 56,8,813 1,252,494-3,172 Memenuhi Syarat 14 37,8 16 43,2 Tabel 5 Hubungan antara pencahayaan dalam rumah dengan kejadian penyakit malaria di Pencahayaan Tidak Memenuhi Syarat 3 8,1 4 1,8 1,,728,151 3,55 Memenuhi Syarat 34 91,9 33 89,2 Tabel 6 Hubungan antara keberadaan kassa pada ventilasi rumah dengan kejadian penyakit malaria di Keberadaan Kassa Buruk 35 94,6 33 89,2,674 2,121,364-12,363 Baik 2 5,4 4 1,8 Tabel 7 Hubungan antara keberadaan langit-langit rumah dengan kejadian penyakit malaria di Keberadaan Langit-Langit Buruk 35 94,6 16 43,2, 22,969 4,796-11,2 Baik 2 5,4 21 56,8 Tabel 8 Hubungan antara jenis dinding rumah dengan kejadian penyakit malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Kokap II Jenis Dinding Tidak Rapat 23 62,2 6 16,2, 8,488 2,831-25,448 Rapat 14 37,8 31 83,8 Tabel 9 Hubungan antara keberadaan kandang ternak disekitar rumah dengan kejadian penyakit malaria di Keberadaan Kandang Ternak Ada 27 73, 3 81,1,47,63,21-1,887 Tidak Ada 1 27, 7 18,9 421

Tabel 1 Hubungan antara keberadaan breeding place dengan kejadian penyakit malaria di Breeding Place Ada 28 75,7 5 13,5, 19,911 5,966-66,448 Tidak Ada 9 24,3 32 86,5 Tabel 11 Hubungan antara keberadaan resting place (semak-semak) dengan kejadian penyakit malaria di Resting Place Ada 34 91,9 6 16,2, 58,556 13,478-254,389 Tidak Ada 3 8,1 31 83,3 Tabel 12 Hubungan antara aktifitas luar rumah dengan kejadian penyakit malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Kokap II Aktifitas Luar Rumah Ya 33 89,2 16 43,2, 1,828 3,182-36,848 Tidak 4 1,8 21 56,8 Tabel 13 Hubungan antara penggunaan pakaian panjangdengan kejadian penyakit malaria di Penggunaan Pakaian Panjang Tidak 31 83,3 9 24,3, 16,74 5,7-5,891 Ya 6 16,2 28 75,7 Tabel 14 Hubungan antara penggunaan obat nyamukdengan kejadian penyakit malaria di Obat Nyamuk Tidak 3 81,1 34 91,9,174,378,9-1,594 Ya 7 18,9 3 8,1 Tabel 15 Hubungan antara penggunaan kelambudengan kejadian penyakit malaria di Penggunaan Kelambu Tidak 14 37,8 4 1,8,7 5,22 1,465-17,217 Ya 23 62,2 33 89,2 422

Tabel 16 Hubungan antara kegiatan bersih lingkungan dengan kejadian penyakit malaria di Bersih Lingkungan Tidak Rutin 22 59,5 8 21,6,1 5,317 1,914-14,766 Rutin 15 4,5 29 78,4 Dari hasil uji chi square tabel 3didapatkan nilai p sebesar,358 yang artinya tidak terdapat hubungan antara suhu udara dalam rumah dengan kejadian malaria. Selanjutnya uji chi square dari tabel 4, didapatkan nilai p sebesar,813 yang artinya tidak terdapat hubungan antara kelembaban udara dalam rumah dengan kejadian malaria.selanjutnya uji chi square dari tabel 5, didapatkan nilai p sebesar 1, yang artinya tidak terdapat hubungan antara intensitas pencahayaan dalam rumah dengan kejadian malaria. Tidak terbuktinya ketiga variabel di atas disebabkan adanya hasil yang relative sama antara kelompok kasus dan kelompok kontrol sehingga tidak dapat dianalisis hubungannya. Dari hasil uji chi square tabel 6 didapatkan nilai p sebesar,674 yang artinya tidak terdapat hubungan antara keberadaan kawat kassa dengan kejadian malaria.hal ini dimungkinkan karena sebagian besar responden baik kelompok kasus maupun kelompok kontrol samasama tidak memasang kawat kassa, sehingga hubungannya tidak dapat dianalisis. Selanjutnya uji chi square tabel 7 didapatkan nilai p sebesar, yang keberadaan langit-langit dengan kejadian malaria.perhitungan risk estimate didapatkan OR 22,979 dengan 95%CI=4,796-11,2 yang menunjukkan bahwa subyek penelitian yang tidak memiliki langit-langit rumah 22,9 kali lebih besar menderita Malaria dibanding subyek penelitian yang pada rumahnya dipasang langit-langit. Dari hasil uji chi square tabel 8didapatkan nilai p sebesar, yang jenis dinding dengan kejadian malaria.perhitungan risk estimate didapatkan OR 8,488 dengan 95%CI 2,831-25,448 yang menunjukkan bahwa subyek penelitian yang lingkungan rumah tidak memiliki dinding yang rapat memiliki risiko 8,4 kali lebih besar dibanding subyek penelitian yang pada rumahnya memiliki dinding yang rapat. Dari hasil uji chi square tabel 9 didapatkan nilai p sebesar,47 yang artinya tidak terdapat hubungan antara keberadaan kandang dengan kejadian malaria. Selanjutnya, hasil uji chi square tabel 1 didapatkan nilai p sebesar, yang 423

keberadaan breeding placesdengan kejadian malaria. Perhitungan risk estimate didapatkan OR 19,911 dengan 95%CI 5,966-66,448 yang menunjukkan bahwa subyek penelitian yang lingkungan rumah terdapat breeding places memiliki risiko 19,9 kali lebih besar dibanding subyek penelitian yang pada rumahnya tidak memiliki breeding places. Selanjutnya, hasil uji chi square tabel 11 didapatkan nilai p sebesar, yang keberadaan resting places(semak-semak) dengan kejadian malaria. Perhitungan risk estimate didapatkan OR 58,556 dengan 95%CI 13,478-254,389 yang menunjukkan bahwa subyek penelitian yang lingkungan rumah terdapat resting places memiliki risiko 58,5 kali lebih besar dibanding subyek penelitian yang pada rumahnya tidak terdapat resting places. Selanjutnya, hasil uji chi square tabel 12 didapatkan nilai p sebesar, yang keberadaan aktifitas luar rumah dengan kejadian malaria. Perhitungan risk estimate didapatkan OR 1,828 dengan 95%CI 3,182 36,848 yang menunjukkan bahwa subyek penelitian beraktivitas luar rumah pada malam hari memiliki risiko 1,8 kali lebih besar dibanding subyek penelitian yang tidak beraktifitas luar rumah pada malam hari. Selanjutnya, hasil uji chi square tabel 13 didapatkan nilai p sebesar, yang penggunaan pakaian panjang dengan kejadian malaria. Perhitungan risk estimate didapatkan OR 16,74 dengan 95%CI 5,7-5,891 yang menunjukkan bahwa subyek penelitian yang tidak menggunakan pakaian panjang saat beraktifitas memiliki risiko 16, kali lebih besar dibanding subyek penelitian yang menggunakan pakaian panjang saat beraktifitas. Selanjutnya, hasil uji chi square tabel 14 didapatkan nilai p sebesar,174 yang artinya tidak terdapat hubungan antara penggunaan obat nyamuk dengan kejadian malaria. Berdasarkan hasil uji chi square tabel 15didapatkan nilai p sebesar,7 yang penggunaan kelambu dengan kejadian malaria. Perhitungan risk estimate didapatkan OR 5,22 dengan 95%CI 1,465 17,217 yang menunjukkan bahwa subyek penelitian yang tidak menggunakan kelambu memiliki risiko 5, kali lebih besar dibanding subyek penelitian yang menggunakan kelambu. Berdasarkan hasil uji chi square tabel 16didapatkan nilai p sebesar,1 yang kegiatan bersih lingkungan dengan kejadian malaria. Perhitungan risk estimate didapatkan OR 5,317 dengan 95%CI 1,914 14,766 yang menunjukkan bahwa subyek penelitian yang tidak melaksanakan kegiatan bersih lingkungan kelambu memiliki risiko 5, kali lebih besar 424

dibanding subyek penelitian membersihkan lingkungan. KESIMPULAN Terdapat hubungan antara keberadaan langit-langit, jenis dinding, keberadaan resting places, breeding places, aktivitas luar rumah, penggunaan pakaian panjang, penggunaan kelambu, dan kegiatan bersih lingkungan dengan kejadian penyakit malariadi Wilayah Kerjas Puskesmas Kokap II. Tidak terdapat hubungan antara suhu, kelembaban, intensitas pencahayaan, keberadaan kawat kassa, keberadaan kandang, dan penggunaan obat nyamukdengan kejadian penyakit malariadi Wilayah Kerjas Puskesmas Kokap II. Diharapkan bagi masyarakat melaksanakan kegiatan kerja bakti satu minggu sekali secara rutin dan melakukan penggerakan kembali kegiatan PSN. DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Kesehatan RI, 211. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan: Epidemiologi Malaria www.depkes.go.id (diakses pada tanggal 18 Februari 215) 2. Harijanto PN, 2. Malaria: Epidemiologi, Patogenesis, manifestasi Klinis dan Penanganannya.Jakarta,EGC. 3. Departemen Kesehatan, RI, Dirjen PPM dan PLP, Modul Epidemiologi I, Jakarta, 1999 4. Santjaka, A. 213. Malaria : Pendekatan Model Kausalitas. Yogyakarta, Nuha Medika 5. Risiko malaria meningkat seiring berakhirnya kehamilan. http:/www.ppmplp.depkes.go.id 6. Departemen Kesehatan RI, 27. Malaria. 49 Persen Penduduk Tinggal di Daerah Penularan Malaria, www.depkes.go.id, (Diambilpadatanggal18 Februari 215) 7. Data Penderita Malaria per Bulan, Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, 214 8. Profil Puskesmas Kokap II, Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo 214 9. Harjianto, P.N Malaria (Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan), Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 24 1. Yatim F. Macam-macam Penyakit Menular dan Cara Pencegahannya. Jakarta : Pustaka Obor Populer, 27 11. Supriyadi, MN. Metode Efektif Pencegahan Malaria Edisi 1. Fastindo. Semarang;213 12. Achmadi, UF. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta : Buku Kompas, 25 13. Departemen Kesehatan RI, 213. InfoDATIN: Situasi Malaria di Indonesiawww.depkes.go.id 14. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman Penggunaan Insektisida (Pestisida) dalam Pengendalian Vektor. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta;212 425

426