BAB I PENDAHULUAN. Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh. ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta

Program Studi : Ilmu Gizi / Ilmu Kesehatan Masyarakat (Lingkari salah satu) Umur Sampel : tahun

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

BAB I PENDAHULUAN. masa atau usia antara anak-anak dan dewasa. Perubahan fisik pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup,

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. maupun Negara maju. Di Indonesia sejak tahun 1950 sudah terdapat

ANALISIS BUKU PEGANGAN SISWA KEMENDIKBUDD IPA TERPADU KELAS VII SEMESTER 1 SMPN KOTA KEDIRI BERDASARKAN KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional sebagai landasan kemajuan suatu bangsa, salah satu ciri bangsa yang maju adalah

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi, salah satunya adalah kelompok remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang pesat dalam pembangunan nasional dan perkembangan ilmu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. tidak saja masalah kekurangan zat-zat esensial, tetapi juga masalah gizi lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM). Ketersediaan pangan yang cukup belum dapat digunakan sebagai

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. tersebut akan menjadi penerus bangsa. Pertumbuhan dan perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu dilakukan

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. merupakan salah satu tempat potensial untuk

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam hal perkembangan otak dan pertumbuhan fisik yang baik. Untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

PERBEDAN PENGETAHUAN SEBELUM DAN SESUDAH DIBERI PENYULUHAN GIZI MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT DI SD NEGERI KARANGASEM III SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan anak dan menyebabkan rendahnya perkembangan kognitif. Jika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat memiliki status gizi yang baik, sehingga anak memiliki tinggi badan. pola makan yang seimbang dalam menu makanannya.

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Masalah kesehatan yang dihadapi negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia yang baik dan berkualitas sangat diperlukan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, cerdas, produktif dan mandiri. Meningkatkan status gizi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. buruk, gizi kurang, gizi lebih, masalah pendek, anemia kekurangan zat besi,

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah 6-12 tahun. Anak sekolah mempunyai karakter mudah terpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

LAMPIRAN. Kuesioner Perangkat Ajar Bahasa Inggris. Pilih salah satu jawaban dari pertanyaan di bawah ini

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan arah pembangunan nasional. Salah satunya adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan anak yang berada pada usia sekolah yaitu. antara 6-12 tahun (Adriani dan Wirjatmadi, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Univariat. 1. Karakteristik responden. Reponden pada penelitian ini adalah anak sekolah dasar kelas

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

METODE. Zα 2 x p x (1-p)

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan setiap

BAB I PENDAHULUAN. kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA NEGERI 4 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

ANALISIS PERBANDINGAN KANDUNGAN KARBOHIDRAT, PROTEIN, ZAT BESI DAN SIFAT ORGANOLEPTIK PADA BERAS ORGANIK DAN BERAS NON ORGANIK SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki prinsip agar mahasiswa memiliki peran dan perilaku

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, karena masalah kesehatan menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan manusia. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2007) adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal. Secara klasik, gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh yaitu untuk menyediakan energi, membangun dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses kehidupan dalam tubuh. Tetapi, sekarang gizi mempunyai pengertian lebih luas. Di samping untuk kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang, karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar dan produktivitas kerja (Almatsier, 2005). Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, faktor gizi dianggap penting untuk memacu pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia (Almatsier, 2005). Menurut FAO (2005), tiga pilar dalam pembangunan adalah gizi, kesehatan dan pendidikan. Ketiga hal tersebut tidak dapat berdiri sendiri, sehingga diperlukan suatu intervensi yang mewakili ketiganya. Salah satu cara intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan pendidikan gizi. Pendidikan gizi dapat memberikan masyarakat pengetahuan, keahlian dan motivasi untuk menentukan pilihan makanan dan gaya hidup sehat yang merupakan pondasi untuk hidup sehat dan aktif. Pendidikan gizi penting untuk dilakukan di negara-negara berkembang karena, antara lain masalah beban ganda gizi di negara berkembang, yaitu terdapat masalah gizi kurang dan kekurangan zat gizi (defisiensi vitamin A, 1

2 anemia dan lainnya) sekaligus meningkatnya penyakit kronis yang berhubungan dengan makanan termasuk obesitas dan berat berlebih. Rendahnya pendidikan gizi merupakan salah satu faktor yang dapat mengakibatkan banyaknya masalah gizi dan kesehatan. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang gizi dan masalah gizi yang sedang marak seperti KEP (Kurang Energi Protein) dan gizi kurang merupakan kendala utama datam peningkatan mutu gizi penduduk. Pengetahuan gizi yang baik diharapkan mempengaruhi konsumsi makanan yang baik sehingga dapat menuju status gizi yang baik pula. Dengan adanya pendidikan gizi diharapkan dapat menambah tingkat pengetahuan gizi dan pada akhirnya mempengaruhi sikap dan perilaku pemilihan makanan. Sediaoetama (1985), menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan gizi adalah pendidikan yang diselenggarakan dalam hubungannya dengan gizi dan masalahnya. Pendidikan di luar kelas (ekstramural) yang dapat dilakukan melalui kelompok-kelompok masyarakat dan media massa; media massa tertulis, media massa elektronika dan ceramah-ceramah kepada kelompok sosial. Sementara pendidikan gizi yang dilakukan di dalam kelas (intramural), di mana materi-materi gizi diberikan kepada anak sekolah (taman kanak-kanak sampai akademi) sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Kegiatan pendidikan gizi umumnya dimulai pada tingkat sekolah dasar, karena kebiasaan anak usia sekolah dasar masih dapat dibentuk agar tercapainya keadaan individu yang lebih baik di masa yang akan datang (FAO, 2005). Pengetahuan dapat diperoleh salah satunya melalui proses belajar. Pengetahuan gizi secara formal dapat diperoleh dari pengajaran materi gizi atau pendidikan gizi terintegrasi pelajaran di sekolah. Penelitian oleh Khomsan (1998), menggambarkan

3 bahwa rata-rata nilai pengetahuan gizi di DKI Jakarta sebesar 38,9%. Nilai tersebut lebih rendah di bandingkan Jawa Barat dengan rata-rata nilai 50,2%, Jawa Tengah sebesar 60,9% dan Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 46,6%. Penelitian lain tentang pengetahuan gizi oleh Irawati, dkk (1992), di Bogor, menyebutkan terdapat 52,2% murid yang mempunyai pengetahuan gizi baik. Sementara itu terdapat kesenjangan pada proses pendidikan gizi di sekolah dasar, materi gizi pada pelajaran IPA mulai teridentifikasi pada kelas III dan tidak terdapat materi gizi pada kelas I dan II (Hermina, 1998) yang dikhawatirkan bisa berdampak pada pengetahuan gizi siswa pada jenjang kelas berikutnya. Sekolah dasar adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah Dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas I sampai kelas VI (NN B, 2008). Sekolah merupakan tempat untuk mengembangkan pendidikan gizi secara alami, karena merupakan salah satu tempat dimana terjadi hubunganhubungan sosial yang dapat menumbuhkan gaya hidup. Anak usia sekolah mengembangkan perilakunya melalui interaksi dengan murid, guru, orang tua, saudara kandung dan teman sebaya. Dalam hal ini, sekolah merupakan bagian yang dapat mempengaruhi pola makan dan sikap terhadap makanan (FAO, 2005). Pendidikan gizi di sekolah mempunyai beberapa keuntungan antara lain anak-anak (siswa) mempunyai pemikiran yang terbuka dibandingkan orang dewasa, dan pengetahuan yang diterima dapat merupakan dasar bagi pembinaan kebiasaan makannya (Soehardjo, 1996). Pengetahuan gizi di sekolah dasar dapat diperoleh dari kegiatan belajar mengajar di kelas. Dalam kegiatan belajar mengajar digunakan buku pelajaran sebagai alat untuk mengkomunikasikan pengetahuan. Pada beberapa sekolah, materi gizi banyak

4 ditemukan pada mata pelajaran sains, oleh karena itu buku sains yang digunakan harus memenuhi standar yang berlaku. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional membuat standar penilaian buku teks sains berdasarkan aspek materi, aspek penyajian dan aspek bahasa. Kriteria untuk aspek materi terdiri dari kelengkapan materi, keakuratan materi, kegiatan yang mendukung materi, kemutakhiran materi, upaya meningkatkan kompetensi sains siswa, pengorganisasian materi mengikuti sistematika keilmuan, kegiatan pembelajaran mengikuti keterampilan dan kemampuan berpikir, materi merangsang siswa untuk melakukan inquiry dan penggunaan notasi, simbol dan satuan. Kriteria penilaian aspek penyajian adalah organisasi penyajian umum, organisasi penyajian per bab, materi disajikan dengan mempertimbangkan kebermaknaan dan kebermanfaatan, melibatkan siswa secara aktif, mengembangkan proses pembentukan pengetahuan, tampilan umum menarik, variasi dalam cara penyampaian informasi, meningkatkan kualitas pembelajaran, anatomi buku pelajaran sains, memperhatikan kode etik dan hal cipta dan memperhatikan kesetaraan gender dan kepedulian terhadap lingkungan. Standar yang berkaitan dengan aspek bahasa adalah menggunakan bahasa yang baik dan benar, peristilahan yang digunakan, kejelasan bahasa dan kesesuaian bahasa. Ketiga aspek ini merupakan standar yang meliputi persyaratan, karakteristik dan kompetensi minimum yang harus dipenuhi oleh suatu buku (Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2006). Maka dari itu, penting untuk mengetahui aspek materi, aspek penyajian dan aspek bahasa dari materi gizi agar materi yang dipelajari sesuai dengan kebutuhan siswa, khususnya siswa sekolah dasar.

5 1.2. Rumusan Masalah Pendidikan gizi dapat menjadi salah satu cara untuk mengurangi angka kejadian masalah gizi yang terjadi di Indonesia. Salah satu pelaksanaan pendidikan gizi secara formal dapat dilakukan dengan pemberian pengetahuan gizi terintegrasi pelajaran di sekolah. Menurut Irawati (1998), anak usia sekolah merupakan target yang baik untuk pendidikan gizi karena siswa usia muda merupakan agent of change di masa yang akan datang, termasuk dalam usaha perbaikan gizi masyarakat. Selain itu pola kebiasaan makan dan perilaku hidup sehat di tentukan oleh pendidikan dan pengetahuan gizi sejak dini. Penelitian Khomsan (1998), menggambarkan bahwa rata-rata nilai pengetahuan gizi di DKI Jakarta masih lebih rendah dibandingkan kota-kota lainnya. Selain itu juga terdapat kesenjangan pada proses pendidikan gizi di sekolah dasar, dimana materi gizi belum tersebar merata. Padahal pengetahuan gizi yang dimiliki merupakan dasar dari pembinaan kebiasaan makan anak di masa depan. Sekolah Dasar merupakan jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia, anak Sekolah Dasar mempunyai pemikiran yang masih terbuka dibandingkan orang dewasa. Materi gizi yang terdapat di pelajaran sains di sekolah dasar harus memenuhi ketentuan aspek materi, aspek penyajian dan aspek bahasa (Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2006). Penelitian ini dilakukan di sua sekolah dasar terpilih yaitu SDSN Pasar Minggu 01 Pagi dan SDSN Pasar Minggu 02 Pagi dengan pertimbangan kedua sekolah merupakan Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN) yang tentunya menggunakan buku pelajaran berstandar nasional pula. Buku pelajaran yang akan diteliti adalah buku pelajaran sains kelas I- V dimana di dalamnya terkandung materi-materi gizi. Penelitian dilakukan pada

6 materi kelas I-V karena materi kelas VI merupakan pengulangan dari materi di kelaskelas sebelumnya. Atas dasar pertimbangan di atas, maka peneliti melakukan analisis aspek materi, aspek penyajian dan aspek bahasa pada materi gizi pada pelajaran sains kelas I-V dan penilaian pengetahuan gizi siswa kelas V di Sekolah Dasar Standar Nasional tahun 2008 1.3. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimanakah gambaran materi gizi pada pelajaran sains kelas I-V di Sekolah Dasar Standar Nasional tahun 2008? 2. Bagaimanakah gambaran aspek penyajian materi gizi pada pelajaran sains kelas I-V di Sekolah Dasar Standar Nasional tahun 2008? 3. Bagaimanakah gambaran aspek bahasa pada materi gizi pada pelajaran sains kelas I-V di Sekolah Dasar Standar Nasional tahun 2008? 4. Bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan gizi siswa kelas V di Sekolah Dasar Standar Nasional tahun 2008? 1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan umum Melakukan analisis materi gizi pada pelajaran sains kelas I-V berdasarkan materi, aspek penyajian dan aspek bahasa dan mengetahui tingkat pengetahuan gizi siswa kelas V di Sekolah Dasar Standar Nasional tahun 2008.

7 1.4.2. Tujuan khusus 1. Diketahuinya gambaran materi gizi pada pelajaran sains kelas I-V di Sekolah Dasar Standar Nasional tahun 2008. 2. Diketahuinya gambaran aspek penyajian materi gizi pada pelajaran sains kelas I- V di pelajaran sains kelas I-V di Sekolah Dasar Standar Nasional tahun 2008. 3. Diketahuinya gambaran aspek bahasa pada materi gizi pada pelajaran sains kelas I-V di Sekolah Dasar Standar Nasional tahun 2008. 4. Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan gizi pada siswa kelas V di Sekolah Dasar Standar Nasional tahun 2008. 1.5. Manfaat penelitian 1.5.1. Bagi mahasiswa FKM UI Memberikan informasi dan analisis mengenai materi gizi berdasarkan aspek materi, aspek penyajian dan aspek bahasa di Sekolah Dasar, serta memberikan informasi mengenai pengetahuan gizi siswa kelas V dan memperluas pengetahuan dan wawasan mahasiswa mengenai pembelajaran gizi di sekolah dasar. 1.5.2. Bagi Sekolah Dasar dan Guru Memberikan informasi dan analisis mengenai materi gizi berdasarkan aspek materi, aspek penyajian dan aspek bahasa pada materi gizi di Sekolah Dasar serta tingkat pengetahuan gizi siswa kelas V. Serta memberikan saran untuk pembelajaran materi gizi di sekolah dasar.

8 1.5.3. Bagi Departemen Pendidikan Nasional Memberikan informasi dan analisis mengenai materi gizi berdasarkan aspek materi, aspek penyajian dan aspek bahasa pada pelajaran sains kelas I-V. Serta memberikan saran mengenai konten materi gizi khususnya di sekolah dasar. 1.5.4. Bagi Penerbit dan Penyusun Buku Pelajaran Memberikan informasi dan analisis mengenai materi gizi berdasarkan aspek materi, aspek penyajian dan aspek bahasa pada pelajaran sains kelas I-V. Serta memberikan saran untuk perbaikan konten materi gizi terintegrasi pelajaran khususnya di sekolah dasar. 1.6. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan analisis terhadap aspek materi, aspek penyajian dan aspek bahasa dari materi gizi yang terdapat pada buku Pandai Belajar Sains kelas I-V oleh Ade Yeti Nuryantini yang diterbitkan oleh Penerbit Regina tahun 2004. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2008 dengan melakukan wawancara mendalam, analisis materi gizi dan pengisian kuesioner pengetahuan gizi pada siswa kelas V di SDSN Pasar Minggu 01 Pagi dan SDSN Pasar Minggu 02 Pagi Tahun 2008.