TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI,KERANGKA PEMIKIRAN,DAN HIPOTESA PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. nabati yang bermanfaat dan memiliki keunggulan dibanding minyak nabati

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. integral pembangunan nasional. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

Prarancangan Pabrik Margarin dari RBDPO (Refined, Bleached, Deodorized Palm Oil) Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar)

BAB I PENDAHULUAN. Prospek industri kelapa sawit Indonesia semakin cerah di pasar minyak

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

LAPORAN PENELITIAN PEMBUATAN MONO DAN DIACYLGLYCEROL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN PROSES GLISEROLISIS

BAB I PENDAHULUAN. Industri dunia menganalisa peningkatan pasar emulsifier. Penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pangan yang digunakan untuk menghasilkan minyak goreng, shortening,

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESJA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 30/PMK.05/2016 TENTANG

VIII. SIMPULAN DAN SARAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT

Prarancangan Pabrik Margarin dari Palm Oil Minyak Sawit dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam

LAPORAN KERJA PRAKTEK

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat di Indonesia. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran minyak goreng dengan bahan dasar kopra dan kelapa sawit. Pabrik ini telah

1.1 Latar Belakang Masalah

Gambar I.1. Pertumbuhan Produksi dan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia [1]

III KERANGKA PEMIKIRAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BATARA ELOK SEMESTA TERPADU (1 AGUSTUS 8 SEPTEMBER 2015)

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas penting di Malaysia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perkebunan : Ekofisiologi Kelapa Sawit. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB (tidak dipublikasikan).

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang dihasilkan dari produk CPO, diolah menjadi Stearin Oil

\TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Minyak goreng adalah minyak nabati yang telah dimurnikan dan dapat digunakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Crude palm oil (CPO) berasal dari buah kelapa sawit yang didapatkan dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat

BAB II TINJAUAN UMUM. yang ditanam di Taman Botani Bogor, Indonesia pada tahun benih dari

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

oleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi.

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ditanam di hampir seluruh wilayah Indonesia. Bagian utama dari kelapa sawit yang diolah adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tropis seperti di pesisir pantai dan dataran tinggi seperti lereng gunung.

BAB I PENDAHULUAN. (Theobroma cacao) dan biasa digunakan sebagai komponen utama dari coklat

BABI PENDAHULUAN. PT. Tunas Bam Lampung mempakan salah satu anak pemsahaan dari PT.

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya PT. Sari Lembah Subur Kab. Pelalawan

Bab I Pendahuluan. Minyak goreng (cooking oil), sebagai salah satu dari 9 (sembilan) bahan pokok 1,

LAPORAN KERJA PRAKTEK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hasilnya lazim disebut CPO (Crude Palm Oil), sehingga untuk proses ini. diperlukan pabrik pengolahan buah /biji kelapa sawit.

BAB I PENDAHULUAN. proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Kebijakan Bea Keluar Minyak Kelapa Sawit Indonesia: Siapa Yang Untung?

PROSES PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT KASAR DI PT. SMART Tbk. SURABAYA LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

Pengolahan Pelumas Bekas Secara Fisika

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROSES PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT DI PT. SALIM IVOMAS PRATAMA Tbk. SURABAYA LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

V. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KELAPA SAWIT INDONESIA

Tabel 1. Standar Mutu Minyak Goreng, SII. Sumber : Departemen Perindustrian. dalam SII tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Indikator.

I. PENDAHULUAN konstribusi yang besar bagi devisa negara, khususnya karena pergeseran pangsa

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. karyawan yang diharapkan dapat berprestasi sebaik mungkin demi mencapai

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

dan 3) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN. dengan baik bisa mendapatkan hasil yang sangat menguntungkan dari industri produk

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

MANFAAT DARI BEBERAPA JENIS BLEACHING EARTH TERHADAP WARNA CPO (CRUDE PALM OIL)

PEREKONOMIAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. dicapai oleh perusahaan adalah pencapaian laba optimum. Pencapaian laba dirasa

BAB I PENDAHULUAN. hasilnya lazim disebut CPO (Crude Palm Oil), sehingga untuk proses ini. diperlukan pabrik pengolahan buah /biji kelapa sawit.

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. krisis tersebut adalah industri agro bisnis dan sampai akhir tahun 2010 industri agrobisnis

Tabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENGANTAR. penting yang mempengaruhi ketersediaan (supply) minyak goreng di pasar

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 09/PMK.011/2008 TENTANG

ANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI PENJUALAN SERTA PENAWARAN CPO DI PT AGRICINAL ANALYZING OF PRODUCTION SALES AND SUPPLY GROWTH OF CPO IN PT AGRICINAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, meningkatnya kegiatan Industri dan jumlah penduduknya, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI,KERANGKA PEMIKIRAN,DAN HIPOTESA PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Agribisnis minyak goreng berbahan baku kelapa dulunya merupakan satu satunya minyak goreng yang digunakan di Indonesia. Namun, dalam perkembangannya kini pasarnya terdesak oleh minyak goreng kelapa sawit. Selain harga minyak goreng kelapa sawit yang lebih murah, warna yang dihasilkan juga lebih jernih dibandingkan minyak goreng kelapa. Dari segi kesehatan, minyak goreng kelapa mengandung asam lemak yang tinggi yang dapat menyebabkan penyakit jantung koroner. Sedangkan minyak goreng kelapa sawit mengandung Omega 9 yang dapat membentuk asam lemak tak jenuh, dalam promosinya sering mencantumkan bebas kolesterol bahkan dapat menurunkan kolesterol yang menjadi penyebab utama penyakit jantung koroner (PPKS, 1998) Minyak goreng kelapa sawit berasal dari kelapa sawit yaitu sejenis tanaman keras yang digunakan sebagai salah satu sumber penghasil minyak nabati yang bermanfaat luas dan memiliki keunggulan dibanding minyak nabati lainnya. Minyak goreng kelapa sawit ini diperoleh dari pengolahan daging kelapa sawit (TBS) lalu diolah lagi menjadi Crude Palm Oil (CPO). Dari CPO diolah lagi menjadi RBD (Refined, Bleached, Deodorized) Olein. RBD Olein ini dalam perdagangannya disebut minyak goreng. RBD Olein atau minyak goreng curah harganya lebih murah daripada minyak goreng bermerek. Hal ini disebabkan warna minyak goreng bermerek lebih jernih daripada minyak goreng curah dan

kandungan asam lemak jenuh pada minyak goreng bermerek lebih sedikit daripada minyak goreng curah. Adapun pengolahan minyak goreng kelapa sawit, terbagi atas 2 cara yaitu : 1. Pengolahan dengan cara basah yaitu pengolahan yang melalui tiga tahapan, penyaringan bahan padatan dan pencucian, fraksinasi (pemisahan fraksi cair / Olein dan fraksi padat / stearin), rafinasi (pemucatan Olein / bleaching dan pemisahan asam lemak bebas serta bau / deodorisasi). pengolahan ini memakai campuran antara CPO, detergen( Natrium sulfat), fosforic acid, bleaching earth. Rendemen minyak goreng yang dihasilkan sekitar 67,6 % dari bahan baku CPO nya. Namun, cara pengolahan seperti ini tidak efisien sebab harga bahan campuran (detergen) terlalu mahal dan cara seperti ini tidak ramah lingkungan sebab limbah buangannya dapat mencemari air, tanah. Saat ini pengolahan dengan cara basah sudah jarang dipakai sebab cara ini tidak efisien. 2. Pengolahan dengan cara kering yaitu pengolahan yang melalui empat tahapan, degumming (memisahkan lender yang ada dalam CPO). bleaching (memucatkan warna minyak dan mengikat logam logam berat yang ada dalam minyak), deodorizing (Menghilangkan bau yang ada dalam minyak), dan fractionation (memisahkan fraksi padat dan fraksi cair dari RBD Palm Oil. Pengolahan ini memakai campuran antara CPO, H3PO4, CaCO3, dan Bleaching earth. Rendemen minyak goreng yang dihasilkan sekitar 58,5 % dari bahan baku CPO nya.. Saat ini pengolahan dengan cara kering adalah pengolahan yang banyak dipakai

oleh perusahaan minyak goreng sebab pengolahan dengan cara ini efisien. (CIC, 2003) Kontribusi agribisnis minyak goreng berbahan baku kelapa sawit di Indonesia cukup besar. Khususnya dalam penciptaan lapangan kerja, penciptaan nilai tambah, dan perolehan devisa. Dalam menciptakan kesempatan kerja, terbentuk mulai dari mata rantai budidaya kelapa sawit, penyediaan bahan baku, pengolahan sampai pemasaran produk minyak goreng dan sumbangan terbesar berasal dari pengolahan kelapa sawit. (Beddu dkk, 1996) Nilai tambah yang terbentuk dari sistem agribisnis minyak goreng terutama berasal dari usaha budidaya tanaman kelapa sawit dan industri pengolahannya. Nilai tambah yang tercipta dari industri lain yang merupakan kaitan kedepan dari industri minyak goreng seperti industri sabun, industri makanan lain (kerupuk, restoran) tidak diperhitungkan secara langsung sebagai nilai tambah dari agribisnis minyak goreng sebab peranan minyak goreng dalam industri ini hanya sebagai bahan penolong. Sedangkan penerimaan devisa dari sistem agribisnis minyak goreng terutama barasal dari ekspor minyak sawit (CPO). (PPKS, 1998) Selain memiliki peran secara ekonomi, minyak goreng berbahan baku kelapa sawit juga memiliki peran secara sosial yaitu sebagai salah satu dari sembilan kebutuhan pokok sehingga harga minyak goreng selalu diawasi oleh pemerintah. Peran pemerintah dalam menstabilkan harga minyak goreng yaitu dengan menetapkan kebijakan otoriter dan kebijakan partisipatif. Kebijakan otoriter tersebut antara lain : Operasi Pasar (OP) minyak goreng, Pajak Ekspor (PE) CPO, dan penerapan Domestic Market Obligation (DMO). Kebijakan

partisipatif tersebut antara lain : subsidi harga CPO dan minyak goreng (Anonimus, 2008). Operasi Pasar (OP) minyak goreng yang dilakukan dengan meningkatkan pasokan minyak goreng di pasar sehingga harga secara bertahap akan turun. Mekanisme ini sangat tergantung dari pasokan CPO sebagai bahan baku. Dengan harga CPO yang mahal, maka industri minyak goreng diminta untuk berkorban atau merugi untuk sementara waktu. Mekanisme ini sangat rentan karena sangat tergantung dari kemauan berkorban dari industri minyak goreng (Bambang, 2007). Pajak Ekspor (PE) CPO merupakan pajak atau tarif yang diberlakukan oleh pemerintah untuk membatasi ekspor dari CPO. Pembatasan ekspor CPO bertujuan agar ketersediaan atau suplai CPO dalam negeri terpenuhi sehingga harga CPO didalam negeri relatif murah. Dengan demikian biaya produksi minyak goreng dapat ditekan dan harga minyak goreng menjadi murah. Domestic Market Obligation (DMO) merupakan suatu kewajiban bagi produsen CPO dari perkebunan negara dan swasta untuk mendistribusikan sebagian dari outputnya (CPO) ke pasar domestik dengan harga yang relatif murah. Hal ini bertujuan untuk menekan biaya produksi minyak goreng sehingga harga jual minyak goreng dapat lebih murah (Drajat, 2007). Subsidi merupakan pemberian bantuan kepada konsumen atau produsen minyak goreng untuk mendapatkan harga minyak goreng dan CPO yang relatif murah, dibawah harga pasar (Bambang, 2007). Kebijakan kebijakan tersebut diambil oleh pemerintah dengan asumsi bahwa struktur pasar minyak goreng merupakan pasar persaingan sempurna.

Padahal industri kelapa sawit di Indonesia mulai dari industri hulu (CPO) sampai dengan industri hilir ( minyak goreng) hanya dikuasai oleh beberapa kelompok saja sehingga produsen minyak goreng tersebut dapat berproduksi dengan biaya yang tidak efisien. Hal ini disebabkan oleh harga minyak goreng yang terbentuk berada diatas biaya marjinalnya. 2.2. Landasan Teori Ada dua pengertian efisiensi dalam ekonomi produksi yaitu efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis. A. Efisiensi Teknis Efisiensi teknis dalam ekonomi produksi adalah suatu kondisi dimana jumlah pemakaian input tertentu mempunyai average product yang maksimum. Average Product (AP) disebut juga sebagai ratio output per input. Tingkat pemakaian input menghasilkan ratio input-output yang maksimum dari segi teknis adalah tingkat produksi optimum atau telah mencapai efisiensi (Doll and Orazem, 1984) B. Efisiensi Ekonomis Suatu proses produksi sebagai usaha komersial bertujuan untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan maksimum. Jika hal ini menjadi tujuan maka efisiensi teknis belum cukup sebab pada kondisi itu belum tentu memberikan keuntungan yang maksimum. Secara ekonomi ada satu syarat lagi yang perlu dipenuhi yaitu pilihan yang berkaitan dengan harga input (Px) dan harga output (Py) untuk mencapai keuntungan yang maksimum.

Gambar 2. Kurva Law Of Deminishing Return Pada gambar 2 dapat dilihat efisiensi tercapai pada stage 2 dimana AP mencapai titik maksimum. Dengan memproduksi pada titik B maka akan dihasilkan output yang optimum artinya dengan bertambahnya input maka akan menyebabkan bertambahnya output. Dan hal ini merupakan necessary condition atau syarat keharusan dalam efisiensi produksi (Varian, 1987) Selain necessary condition, ada satu syarat lagi dalam efisiensi produksi yaitu sufficient condition atau syarat kecukupan. Syarat ini sering juga disebut sebagai indikator pilihan. Indikator pilihan ini bertujuan untuk mencapai keuntungan yang maksimum. Dalam indikator pilihan, terdapat pilihana untuk memaksimumkan keuntungan dengan mengoptimumkan pengguan input atau mengoptimumkan produksi dari output

2.3. Kerangka Pemikiran Minyak goreng kelapa sawit merupakan salah satu dari sembilan kebutuhan pokok sehingga harganya selalu dipantau dan diawasi oleh pemerintah. Alasan utama pemantauan dan pengawasan harga minyak goreng tersebut ialah untuk menjaga agar inflasi tetap terkendali dan konsumen masyarakat luas dapat membayar dengan harga yang wajar. Dalam proses produksinya, minyak goreng kelapa sawit memanfaatkan berbagai sarana produksi yang merupakan masukkan (input). Input yang dibutuhkan antara lain CPO, dan bahan kimia. Berbagai sarana produksi ini akan menjadi biaya produksi usaha. Biaya produksi minyak goreng kelapa sawit sangat tergantung pada harga CPO sebab biaya CPO sebesar 80 % dari total biaya produksi minyak goreng. Namun, penurunan harga CPO tidak selalu berpengaruh pada penurunan harga minyak goreng kelapa sawit. Hal ini disebabkan adanya sarana sarana produksi (input) yang lain dalam memproduksi minyak goreng yang harganya tidak ikut turun. Harga minyak goreng yang terbentuk tersebut berasal dari biaya produksi dan tingkat keuntungan produsen. Harga tersebut juga dipengaruhi oleh faktor faktor lain yang mempengaruhi harga minyak goreng tersebut seperti permintaan dan penawaran. Proses produksi yang merupakan kegiatan pengolahan minyak sawit (CPO) menjadi minyak goreng ini dilakukan dengan dua cara, yaitu pengolahan dengan cara kering dan pengolahan dengan cara basah. Dari kedua cara tersebut,

dihasilkan keluaran (output). Hasil penjualan output tersebut merupakan penerimaan yang diperoleh oleh produsen minyak goreng. Dengan diketahuinya biaya produksi, jumlah input (sarana produksi), harga jual (penerimaan), dan jumlah output maka dapat diketahui tingkat keuntungan dari produksi minyak goreng tersebut. Dengan memaksimumkan keuntungan maka diperoleh tingkat efisiensi ekonomis dari produksi minyak goreng tersebut. Dengan diketahuinya tingkat efisiensi ekonomis dari perusahaan minyak goreng yang berorientasi lokal dan perusahaan minyak goreng yang berorientasi ekspor maka dapat dibandingkan nilai dari efisiensi ekonomis kedua perusahaan tersebut. Secara skematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar

Efisiensi Ekonomis Produksi Minyak Goreng Input : CPO,B.Kimia Produksi Y = F (X) Harga Input (PX) Produk Marjinal (PM) Harga Output (PY) NPM = PX Orientasi Lokal Orientasi Ekspor Keterangan menyatakan hubungan Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran 2.4. Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa : 1. Produksi minyak goreng di daerah penelitian belum efisien secara ekonomis.