SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif yaitu tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit TB paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

PRATIWI ARI HENDRAWATI J

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikategorikan high burden countries. Kasus baru Tuberkulosis di dunia

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009).

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berobat dan putus berobat selama 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematian terbesar kedua di dunia setelah Human Immunodeviciency Virus

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Penyakit TBC banyak menyerang usia kerja produktif, kebanyakan dari

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Gejala utama

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tuberkulosis Paru (TB Paru) suatu penyakit kronis yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia, menurut WHO 9 (sembilan) juta orang penduduk dunia setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang baik dan berkeadilan, sebagaimana diatur dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

GAMBARAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENULARAN TB PARU DI KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI I KABUPATEN PEKALONGAN ABSTRAK

ANALISA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU Dhilah Harfadhilah* Nur Nasry Noor** I Nyoman Sunarka***

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. ditemukannya kuman penyebab tuberkulosis oleh Robert Koch tahun 1882

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk percikan dahak (droplet nuclei) ( Lippincott, 2011). 39 per penduduk atau 250 orang per hari. Secara Global Report

BAB I PENDAHULIAN. Tuberculosis paru (TB paru) adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB

BAB I PENDAHULUAN. jumlah kasus yang terus meningkat, terutama negara-negara yang

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP. TB Paru

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan. kepada orang lain (Adnani & Mahastuti, 2006).

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TENTANG PENULARAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TANRUTEDONG KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam

BAB 1 PENDAHULUAN. infeksi di seluruh dunia setelah HIV. Pada tahun 2014, WHO melaporkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh sejenis mikroba atau jasad renik. Mikroba ini

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi paling. umum di dunia dengan perkiraan sepertiga populasi

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh (Mycobacterium tuberculosis). Penyakit ini juga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sinar matahari, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru-paru,

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

Transkripsi:

SKRIPSI HUBUNGAN PERILAKU PENDERITA TB PARU DAN KONDISI RUMAH TERHADAP TINDAKAN PENCEGAHAN POTENSI PENULARAN TB PARU PADA KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK BUAYA PADANG TAHUN 2011 Penelitian Keperawatan Komunitas RAHMA GHEA BP. 07121024 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS 2011

ABSTRAK Masalah kesehatan TB paru di Indonesia sangat besar. Diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus baru TB paru, dimana sekitar 1/3 penderita terdapat di Puskesmas, 1/3 dipelayanan rumah sakit, klinik pemerintah maupun swasta dan 1/3 ditemukan di unit pelayanan kesehatan yang tidak terjangkau seperti pengobatan tradisional. Data dari Dinas Kesehatan Kota dari bulan April-Desember 2010 tentang pelaksanaan program TB Paru ternyata Puskesmas Lubuk Buaya menduduki peringkat pertama yang banyak menangani kasus TB Paru. Tujuan penelitian Mengetahui hubungan perilaku penderita TB Paru dan kondisi rumah dengan tindakan pencegahan potensi penularan TB Paru pada keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya. Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif analitik dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah, cross sectional dan jumlah responden sebanyak 27 responden, diambil secara total sampling, pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan dan observasi. Analisa data dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian memperlihatkan dari lima variabel independen, empat variabel yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan tindakan pencegahan TB Paru yaitu : Pengetahuan, sikap, ventilasi, pencahayaan. Pengetahuan merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan tindakan pencegahan potensi penularan TB Paru pada keluarga mempunyai nilai p value paling kecil yaitu, p = 0,000. Diharapkan bagi penderita TB Paru untuk meningkatkan pengetahuan dengan mengikuti penyuluhan berkala untuk membina dan meningkatkan kepercayaan, sikap positif responden, sehingga dengan sikap positif akan terbentuk tindakan dalam pencegahan TB Paru tersebut bagi tempat penelitiandapat memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efesien terhadap pencegahan potensi penularan TB paru dengan memberikan penyuluhan tentang bagaimana cara dari penularan dari bakteri dari TB Paru. Kata Kunci : TB paru, Perilaku, Kondisi rumah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB ( Mycobacterium Tuberculosis). Kebanyakan TB menyerang paru, namun juga dapat menyerang bagian lainnya. Sumber penularannya adalah pasien BTA positif, pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan gelap dan lembab (DepKes RI, 2007). World Health Organization (WHO) menyatakan penyakit tuberkulosis merupakan penyakit endemik karena kuman mikrobakterium tuberkulosa telah menginfeksi penduduk di dunia terdapat sekitar 9.2 juta kasus baru TB dan kira-kira 1.7 juta orang (25/100.000) kematian karena TB, termasuk mereka yang juga memperoleh infeksi HIV (200.000) dalam Annual Report on Global TB Control 2006 menyatakan terdapat 22 negara dikategorikan sebagai high-burden countries ( timbulnya kejadian TB paru dipengaruhi oleh tingginya kejadian HIV AIDS di dunia ). India termasuk peringkat petama, kemudian Cina dan Indonesia menduduki peringkat ke tiga dalam menyumbang TB paru di dunia. Sampai hari ini belum ada satu negara pun di dunia yang telah bebas TB paru. Bahkan untuk negara maju, yang pada mulanya angka tuberkulosis telah menurun, tetapi belakangan angka ini 1 naik lagi sehingga TB di sebut sebagai salah satu reemerging disease. Untuk Indonesia penyakit ini bukanlah reemerging disease. Penyakit

ini belum pernah menurun di negara kita dan bukan tidak mungkin bahkan meningkat (Tjandra, 2003). Masalah kesehatan TB paru di Indonesia sangat besar. Diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus baru TB paru, dimana sekitar 1/3 penderita terdapat di Puskesmas, 1/3 dipelayanan rumah sakit, klinik pemerintah maupun swasta dan 1/3 ditemukan di unit pelayanan kesehatan yang tidak terjangkau seperti pengobatan tradisional. Penderita TB paru di Indonesia sebagian besar terjadi pada kelompok usia produktif dan ekonomi rendah (Depkes RI, 2004). Upaya penurunan TB paru di Indonesia telah di mulai sejak diadakan symposium pemberantasan TB paru di Ciloto tahun 1969. Namun sampai sekarang perkembangan penanggulangan TB paru belum menunjukan hasil yang menggembirakan. Hal ini terlihat dari proporsi kematian akibat TB paru telah terjadi peningkatan dari tahun ke tahun 1980, 1986 dan 1992 secara berturut turut 8,4 %, 8,6% dan 9,4% (Depkes RI, 1995). Profil kesehatan Indonesia tahun 2004, cakupan penemuan kasus TB paru dengan BTA (+) sebanyak 128.901 kasus. Propinsi dengan Case Detection Rate (CDR) terbesar adalah Sulawesi utara dengan ditemukan 3.056 kasus BTA (+), Gorontalo ditemukan 1.088 kasus BTA (+), Sulawesi Selatan diperkirakan BTA (+) 9793 kasus. Insiden dan prevelensi dari hasil survey TB paru tahun 2004, tampak ada perbedaan insiden dan prevalansi antara wilayah di Indonesia. Insiden BTA (+) bervariasi yaitu 210/100.000 penduduk untuk wilayah di Yogyakarta dan Bali, 107/100.000 penduduk untuk provinsi di luar pulau jawa (kecuali di Yogyakarta) 160/100.000 penduduk untuk Sumatra dan 210/100.000 penduduk untuk provinsi di wilayah Timur (Depkes RI, 2004). Di Sumatera Barat pada tahun 2010 berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi, dari 220 Puskesmas yang terdapat di kabupaten dan kota terdapat 7.514 penderita TB Paru dan yang BTA (+) 6.403 jiwa. Di kota Padang sendiri pada tahun 2010 terdapat

1336 tersangka TB Paru dengan BTA (+) 459 orang yang tersebar di wilayah kerja 19 puskesmas yang ada namun dinas kesehatan kota baru dapat mendata 748 orang (DinKes Provinsi Sumatera Barat, 2010). Puskesmas Lubuk Buaya kecamatan Koto Tangah merupakan salah satu tempat pelayanan kesehatan terdepan yang memberikan pelayanan pengobatan pasien TB paru. Data dari Dinas Kesehatan Kota dari bulan April-Desember 2010 tentang pelaksanaan program TB Paru ternyata Puskesmas Lubuk Buaya menduduki peringkat pertama yang banyak menangani kasus TB Paru. Berdasarkan laporan realisasi program TB Paru kota padang tahun 2009 pada Puskesmas yang ada di kota Padang, di Puskesmas Lubuk Buaya realisasi TB Paru tersangka 171 orang dan BTA (+) sebanyak 80 0rang, konversi sembuh 23 orang. Tahun 2010 realisasi tersangka TB meningkat menjadi 179 orang, BTA (+) 90 orang, konversi sembuh 45 orang dan sedangkan di tahun 2011 realisasi tersangka triwulan I 45 orang, BTA (+) 18 orang, konversi sembuh 10 orang. Tersangka triwulan II 47 orang, BTA (+) 12 orang. Dari data diatas didapatkan terjadi peningkatan kasus TB Paru setiap tahun, walaupun berbagai upaya telah dilakukan oleh tenaga-tenaga kesehatan di Puskesmas Lubuk Buaya (Bidang PMK, 2010). Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Menurut Green.L (1980) prilaku dapat dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu: (1) faktor predisposisi (Predisposing faktor), faktor ini mencakup lingkungan, pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat terhadap kesehatan, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan status pekerjaan (2) faktor pemungkin (enambling factor), faktor ini mencakup keterjangkauan fasilitas kesehatan bagi masyarakat dan faktor jarak (3) faktor penguat (reinforcing factor), faktor ini meliputi dukungan tokoh masyarakat, petugas petugas kesehatan dan peran kader (Notoatmojo S. 2007)

Berdasarkan hasil studi awal peneliti terhadap 10 orang penderita TB paru BTA positif di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya pada tanggal 9 Mei 2011 dengan teknik wawancara didapat data bahwa, 7 orang memiliki pengetahuan yang rendah tentang TB Paru, dengan jenjang pendidikan tamatan SMP dan 3 orang memiliki pengetahuan tinggi dengan jenjang pendidikan tamatan SMA. Menurut Suhardi (2008) di Kabupaten Tumanggung mengemukakan bahwa adanya hubungan bermakna antara pengetahuan dengan pencegahan potensi penularan TB paru. Analisa pengetahuan (p=0,03) dengan kekuatan hubungan secara statistik bermakna. Pengetahuan penderita yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan cara pencegahan akan berpengaruh terhadap sikap dan tindakan sebagai orang yang sakit dan akhirnya berakibat menjadi sumber penular bagi orang sekelilingnya. Sikap dan tindakan tersebut seperti batuk tidak menutup mulut, tidur dalam satu kamar lebih dari dua orang (Suhardi,2008) Wawancara lebih lanjut mengenai sikap penderita TB Paru BTA (+) di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya didapatkan hasil 7 dari 10 orang penderita TB paru menganggap bahwa penyakit TB paru merupakan penyakit memalukan sehingga tidak mau segera mengunjungi pelayanan kesehatan untuk segera mendapatkan pengobatan, 8 dari 10 penderita TB paru BTA (+) di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya saat bersin dan batuk tidak menutup mulutnya baik dengan kertas tissue, lap tangan ataupun dengan tangan dan membuang ludah atau dahak disembarang tempat. Peneliti juga mendapatkan jawaban bahwa di rumah alat makan seperti piring, gelas dan sendok penderita tidak berbeda dengan anggota keluarga lainya. Tobing (2007) di Kabupaten Tapanuli Utara mengemukakan bahwa adanya hubungan bermakna antara sikap dan tindakan dengan pencegahan potensi penularan TB paru.

Analisa sikap (p=0,003) dengan potensi pencegahan TB paru 3,1 kali lebih besar pada yang bersikap kurang rendah. Selain perilaku, lingkungan terutama kondisi rumah juga memiliki peranan dalam penyebaran bakteri TB paru ke orang yang sehat. Bakteri TB paru yang terdapat di udara saat penderita TB paru bersin akan dapat bertahan hidup lebih lama jika keadaan udara lembab dan kurang cahaya. Penyebaran bakteri TB paru akan lebih cepat menyerang orang sehat jika berada dalam rumah yang lembab, kurang cahaya dan padat hunian ( Tobing, 2008) Hasil observasi lapangan yang dilakukan pada tanggal 9 mei 2011 dari 10 rumah terhadap kondisi rumah penderita TB paru BTA (+) di Lubuk Buaya menunjukan bahwa 6 rumah memiliki ventilasi yang tidak baik dengan keadaan rumah yang lembab karena tidak masuk udara dan 4 rumah memiliki ventilasi yang telah memadai. Kemudian observasi menunjukan 7 rumah kurang cahaya, baik cahaya langsung maupun cahaya tidak langsung karena penderita mengaku malas membuka jendela di pagi hari padahal cahaya matahari langsung dapat membunuh kuman TB paru dan 3 rumah sudah memiliki pencahayaan yang baik dan penderita tinggal dilingkungan rumah yang padat, penderita juga memberikan jawaban ia tidak tidur terpisah dengan anggota keluarga lainnya karena kondisi rumah mereka yang hanya memiliki sedikit kamar. Kondisi rumah yang minim cahaya matahari atau cahaya lampu menyebabkan bakteri TB paru bertahan sehingga mempunyai peluang besar untuk menimbulkan kasus TB paru ( Mussaddad, 2002) Bertitik tolak pada permasalahan di atas, maka peneliti mencoba melakukan penelitian tentang hubungan perilaku penderita TB paru dan kondisi rumah terhadap tindakan pencegahan potensi penularan TB paru pada keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Tahun 2011.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut apakah ada hubungan perilaku penderita TB paru dan kondisi rumah terhadap tindakan pencegahan potensi penularan TB Paru pada keluarga di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang tahun 2011. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan perilaku penderita TB Paru dan kondisi rumah dengan tindakan pencegahan potensi penularan TB Paru pada keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Tahun 2011. 2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan responden terhadap potensi penularan TB Paru pada keluarga di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang tahun 2011 2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap responden terhadap potensi penularan TB Paru pada keluarga di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang tahun 2011 3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tindakan pencegahan terhadap potensi penularan TB Paru pada keluarga di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang tahun 2011 4. Untuk mengetahui distribusi frekuensi ventilasi responden terhadap potensi penularan TB Paru pada keluarga di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang tahun 2011

5. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kepadatan hunian responden terhadap potensi penularan TB Paru pada keluarga di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang tahun 2011 6. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pencahayaan rumah responden terhadap potensi penularan TB Paru pada keluarga di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang tahun 2011 7. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan terhadap tindakan pencegahan potensi penularan TB Paru pada keluarga di wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Tahun 2011. 8. Untuk mengetahui hubungan sikap terhadap tindakan pencegahan potensi penularan TB Paru pada keluarga di wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Tahun 2011. 9. Untuk mengetahui hubungan kepadatan hunian terhadap tindakan pencegahan potensi penularan TB Paru pada keluarga di wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Tahun 2011. 10. Untuk mengetahui hubungan ventilasi terhadap tindakan pencegahan potensi penularan TB Paru pada keluarga di wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Tahun 2011. 11. Untuk mengetahui hubungan pencahayaan ruangan terhadap tindakan pencegahan potensi penularan TB Paru pada keluarga di wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Tahun 2011. 12. Untuk mengetahui faktor yang dominan terhadap tindakan pencegahan potensi penularan TB Paru pada keluarga di wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Tahun 2011. D. Manfaat penelitian

1. Bagi Instusi pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan pengembangan ilmu pengetahuan bagi pihak Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan untuk menambah wawasan dalam mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisa, dan menginformasikan data serta meningkatkan ilmu dan pengetahuan dalam bidang keperawatan 3. Bagi tempat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi pihak institusi terkait ( Pimpinan Puskesmas Lubuk Buaya dan Dinas kesehatan kota Padang), dapat memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efesien, dalam memberikan informasi yang akurat dan adekuat tentang hubungan perilaku dan kondisi rumah terhadap pencegahan potensi penularan TB paru.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil kesimpulan sebagai berikut : 13. Lebih separoh responden di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang tingkat pengetahuan rendah 14 (51,9%). 14. Lebih dari separoh responden di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang bersikap negatif 14 (63,0%). 15. Lebih dari separoh responden di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang memiliki ventilasi yang baik 16 (59,3%) 16. Lebih separoh responden di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang yang kepadatan huniannya padat 14 (51,9%) 17. Lebih separoh responden di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang memiliki pencahayaan rumah kurang 15 (55,6%) 18. Lebih dari separoh responden di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang tindakan pencegahan potensi TB Paru kurang 18 (66,7%) 19. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap, ventilasi dan pencahayaan terhadap tindakan pencegahan potensi penularan TB Paru pada keluarga di wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Tahun 2011 20. Tidak didapat hubungan yang bermakna kepadatan hunian terhadap tindakan pencegahan potensi penularan TB Paru pada keluarga di wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Tahun 2011. 21. Pengetahuan merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan tindakan pencegahan potensi penularan TB Paru pada keluarga di wilayah Kerja Puskesmas 82 Lubuk Buaya Tahun 2011.

B. SARAN Untuk meningkatkan tindakan pencegahan potensi penularan TB Paru pada keluarga di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya ada beberapa hal yang disarankan yuitu : 1. Bagi Penderita Kepada penderita TB Paru untuk meningkatkan perilaku pencegahan potensi penularan tb paru dengan memiliki alat makan sendiri, menutup mulut jika batuk, tidak membuang dahak disembarang tempat, dan mengurangi aktivitas yang terdapat banyak kerumunan orang banyak. Pencegahan dapat dilakukan dari diri sendiri dan penderita juga bisa mengikuti penyuluhan berkala untuk meningkatkan pengetahuan. 2. Bagi tempat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi pihak institusi terkait (Pimpinan Puskesmas Lubuk Buaya dan Dinas kesehatan kota Padang), dapat memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efesien terhadap pencegahan potensi penularan TB paru dengan memberikan penyuluhan tentang bagaimana cara dari penularan dari bakteri dari TB Paru 3. Bagi Instusi pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan pengembangan ilmu pengetahuan bagi pihak Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan untuk menambah wawasan dalam mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisa, dan menginformasikan data serta meningkatkan ilmu dan pengetahuan dalam bidang keperawatan