R-180 REKOMENDASI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992

dokumen-dokumen yang mirip
K 173 KONVENSI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992

R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

R-90 REKOMENDASI PENGUPAHAN SETARA, 1951

K 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981

K100 UPAH YANG SETARA BAGI PEKERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA

K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000

K144 KONSULTASI TRIPARTIT UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN STANDAR-STANDAR KETENAGAKERJAAN INTERNASIONAL

K19 PERLAKUKAN YANG SAMA BAGI PEKERJA NASIONAL DAN ASING DALAM HAL TUNJANGAN KECELAKAAN KERJA

K98 BERLAKUNYA DASAR-DASAR DARI HAK UNTUK BERORGANISASI DAN UNTUK BERUNDING BERSAMA

K27 PEMBERIAN TANDA BERAT PADA BARANG-BARANG BESAR YANG DIANGKUT DENGAN KAPAL

K45 KERJA WANITA DALAM SEGALA MACAM TAMBANG DIBAWAH TANAH

K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177)

K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

K122 Konvensi mengenai Kebijakan di Bidang Penyediaan Lapangan Kerja

K87 KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

K69 SERTIFIKASI BAGI JURU MASAK DI KAPAL

K120 HYGIENE DALAM PERNIAGAAN DAN KANTOR-KANTOR

K138 USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA

K150 Konvensi mengenai Administrasi Ketenagakerjaan: Peranan, Fungsi dan Organisasi

K187. Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

K81 PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

K106 ISTIRAHAT MINGGUAN DALAM PERDAGANGAN DAN KANTOR- KANTOR

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K88 LEMBAGA PELAYANAN PENEMPATAN KERJA

R197 REKOMENDASI MENGENAI KERANGKA PROMOTIONAL UNTUK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

K181 Konvensi tentang Penyalur Tenaga Kerja Swasta

K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA

K89 Konvensi tentang Kerja Malam bagi Wanita yang dipekerjakan di Industri. (Hasil Revisi tahun 1948)

R184 Rekomendasi Kerja Rumahan, 1996 (No. 184)

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

R198 REKOMENDASI MENGENAI HUBUNGAN KERJA

K102. Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 mengenai (Standar Minimal) Jaminan Sosial

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

R121. Rekomendasi Jaminan Kecelakaan Kerja, 1964 (No. 121)

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011

K103 Konvensi tentang Perlindungan Wanita Hamil (Disempurnakan tahun 1952)

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

K102. Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 mengenai (Standar Minimal) Jaminan Sosial

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011

KONVENSI-KONVENSI ILO TENTANG KESETARAAN GENDER DI DUNIA KERJA

K156 Konvensi Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga, 1981

K185 PERUBAHAN DOKUMEN IDENTITAS PELAUT, 2003

K131. Konvensi Penetapan Upah Minimum, 1970

4. Metoda penerapan Konvensi No.111

K176. Tahun 1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan di Tambang

Konvensi ILO No. 189 & Rekomendasi No. 201

Pekerjaan rumah tangga adalah pekerjaan. Pekerja rumah tangga, seperti juga pekerja-pekerja lainya, berhak atas kerja layak.

KONVENSI MENGENAI PENERAPAN PRINSIP PRINSIP HAK UNTUK BERORGANISASI DAN BERUNDING BERSAMA

Konvensi 183 Tahun 2000 KONVENSI TENTANG REVISI TERHADAP KONVENSI TENTANG PERLINDUNGAN MATERNITAS (REVISI), 1952

KONVENSI NOMOR 81 MENGENAI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu

K188 PEKERJAAN DALAM PENANGKAPAN IKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Sekilas tentang Konvensi No. 189 dan Rekomendasi No Catatan konsep

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA

PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA (2)

PENYUSUNAN STANDAR INTERNASIONAL UNTUK PEKERJA RUMAH TANGGA. Organisasi Perburuhan Internasional

KEBIJAKAN DAN PROGRAM AKSI

K159 Konvensi Rehabilitasi Vokasional dan Lapangan Kerja (Difabel), 1990

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Standar Perburuhan Internasional yang mendukung kebebasan berserikat, dialog sosial tripartit, perundingan bersama dan SDG

dengan pilihan mereka sendiri dan hak perundingan bersama. 2.2 Pihak perusahaan menerapkan sikap terbuka terhadap aktivitas-aktivitas serikat

KETAHUI HAKMU BERDASARKAN KONVENSI ILO BARU MENGENAI PEKERJA RUMAH TANGGA TUNTUT HAKMU

Kode Etik Pemasok. Pendahuluan

BAB II. TIDAK DIRATIFIKASI KONVENSI NO.131 dan NO. 95 TERKAIT DALAM PERUMUSSAN PERBURUHAN DI INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

Perlindungan sosial untuk pekerja migran di ASEAN. Celine Peyron Bista Kantor Regional ILO untuk Asia dan Pasifik Jakarta, 29 September 2016

KONVENSI NO. 138 MENGENAI USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA

Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia

R199 PEKERJAAN DALAM PENANGKAPAN IKAN

K171 Konvensi Kerja Malam, 1990

KONVENSI MENGENAI PENGUPAHAN BAGI LAKI-LAKI DAN WANITA UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA

KONVENSI MENGENAI KERJA PAKSA ATAU KERJA WAJIB

Konvensi tentang Penyalur Tenaga Kerja Swasta

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA. Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI)

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

Kerja layak bagi pekerja rumah tangga

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Prinsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat kerja. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.102 /MEN/VI/2004 TENTANG WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR

Annex 1: Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Komponen Kebutuhan Hidup Layak

KONFERENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA MENGENAI ARBITRASE KOMERSIAL INTERNASIONAL KONVENSI MENGENAI PENGAKUAN DAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE ASING

K169. Konvensi Masyarakat Hukum Adat, 1989

KONVENSI MENGENAI USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA

Transkripsi:

R-180 REKOMENDASI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992

2 R-180 Rekomendasi Perlindungan Klaim Pekerja (Kepailitan Pengusaha), 1992

Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan produktif dalam kondisi yang merdeka, setara, aman, bermartabat. Tujuan-tujuan utama ILO ialah mempromosikan hak-hak kerja, memperluas kesempatan kerja yang layak, meningkatkan perlindungan sosial, dan memperkuat dialog dalam menangani berbagai masalah terkait dengan dunia kerja. Organisasi ini memiliki 183 negara anggota dan bersifat unik di antara badan-badan PBB lainnya karena struktur tripartit yang dimilikinya menempatkan pemerintah, organisasi pengusaha dan serikat pekerja/buruh pada posisi yang setara dalam menentukan program dan proses pengambilan kebijakan. Standar-standar ILO berbentuk Konvensi dan Rekomendasi ketenagakerjaan internasional. Konvensi ILO merupakan perjanjian-perjanjian internasional, tunduk pada ratifikasi negara-negara anggota. Rekomendasi tidak bersifat mengikat kerapkali membahas masalah yang sama dengan Konvensi yang memberikan pola pedoman bagi kebijakan dan tindakan nasional. Hingga akhir 2009, ILO telah mengadopsi 188 Konvensi dan 199 Rekomendasi yang meliputi beragam subyek: kebebasan berserikat dan perundingan bersama, kesetaraan perlakuan dan kesempatan, penghapusan kerja paksa dan pekerja anak, promosi ketenagakerjaan dan pelatihan kerja, jaminan sosial, kondisi kerja, administrasi dan pengawasan ketenagakerjaan, pencegahan kecelakaan kerja, perlindungan kehamilan dan perlindungan terhadap pekerja migran serta kategori pekerja lainnya seperti para pelaut, perawat dan pekerja perkebunan. Lebih dari 7.300 ratifikasi Konvensi-konvensi ini telah terdaftar. Standar ketenagakerjaan internasional memainkan peranan penting dalam penyusunan peraturan, kebijakan dan keputusan nasional. 3

4 R-180 Rekomendasi Perlindungan Klaim Pekerja (Kepailitan Pengusaha), 1992

R-180 Rekomendasi Perlindungan Klaim Pekerja (Kepailitan Pengusaha), 1992 Rekomendasi tentang Perlindungan Klaim Pekerja dalam Kejadian Kepailitan Pengusahanya Rekomendasi: R180 Tempat: Jenewa Sesi Konferensi: 79 Tanggal adopsi = 23:06:1992 Konferensi Umum Organisasi Perburuhan Internasional, Setelah diadakan sidang di Jenewa oleh Badan Pimpinan Kantor Perburuhan Internasional, dan setelah bertemu dalam Sesinya yang ke-79 pada tanggal 3 Juni 1992, dan Menekankan pentingnya perlindungan klaim pekerja dalam kejadian kepailitan pengusaha mereka dan mengingat ketentuan-ketentuan mengenai hal ini di Pasal 11 Konvensi Perlindungan Upah, 1949, dan Pasal 11 Konvensi Kompensasi Tenaga Kerja (Kecelakaan), 1925, dan Mengingat bahwa, sejak pengadopsian Konvensi Perlindungan Upah, 1949, nilai yang lebih besar diberikan kepada rehabilitasi perusahaan yang mengalami kepailitan dan bahwa, karena konsekuensi sosial dan ekonomi dari kepailitan, upaya-upaya harus dilakukan apabila memungkinkan untuk merehabilitasi perusahaan dan menjaga lapangan kerja, dan Mengingat bahwa sejak pengadopsian standar-standar tersebut di atas, perkembangan signifikan telah terjadi dalam undang-undang dan praktik banyak Anggota yang telah meningkatkan perlindungan klaim pekerja dalam kejadian kepailitan pengusaha mereka, dan mengingat bahwa akanlah tepat waktunya bagi Konferensi untuk mengadopsi standar baru berkenaan dengan klaim pekerja, dan Mengakui bahwa lembaga-lembaga penjaminan, jika dirancang dengan tepat, mampu memberikan perlindungan yang lebih besar terhadap klaim pekerja, dan Memutuskan untuk mengadopsi usulan-usulan tertentu berkenaan dengan perlindungan klaim pekerja dalam kejadian kepailitan pengusaha mereka, yang merupakan item keempat dalam agenda sesi, dan 5

R-180 Rekomendasi Perlindungan Klaim Pekerja (Kepailitan Pengusaha), 1992 Menetapkan bahwa usulan-usulan ini akan berbentuk Rekomendasi yang melengkapi Konvensi Perlindungan Klaim Pekerja (Kepailitan Pengusaha), 1992; mengadopsi pada hari ini tanggal dua puluh tiga Juni tahun seribu Sembilan ratus Sembilan puluh dua Rekomendasi berikut ini, yang dapat disebut sebagai Rekomendasi Perlindungan Klaim Pekerja (Kepailitan Pengusaha), 1992. I. DEFINISI DAN METODE PEMBERLAKUAN 1. (1) Untuk tujuan Rekomendasi ini, istilah kepailitan mengacu pada situasi di mana, sesuai dengan undang-undang dan praktik nasional, proses telah dibuka terkait dengan aset seorang pengusaha dengan maksud untuk penggantian kolektif terhadap krediturnya. (2) Untuk tujuan Rekomendasi ini, Anggota dapat memperluas istilah kepailitan kepada situasi lain di mana klaim pekerja tidak dapat dibayar dengan alasan situasi keuangan pengusaha, dan khususnya sebagai berikut: (a) bila perusahaan telah ditutup atau menghentikan kegiatan atau dilikuidasi secara sukarela; (b) bila jumlah aset pengusaha tidak mencukupi untuk membenarkan pembukaan proses kepailitan; (c) bila, di tengah proses untuk memulihkan klaim seorang pekerja yang timbul dari pekerjaan, ditemukan bahwa pengusaha tidak memiliki aset atau bahwa aset tidak mencukupi untuk membayar hutang tersebut; (d) bila pengusaha meninggal dan aset-asetnya telah dilimpahkan ke tangan seorang administrator dan jumlah yang harus dibayarkan tidak dapat dibayar dari harta warisan. (3) Tingkat aset pengusaha yang bisa dikenai proses sebagaimana dimaksud di subparagraf (1) harus ditetapkan oleh undang-undang, peraturan atau praktik nasional. 2. Ketentuan-ketentuan Rekomendasi ini dapat diberlakukan dengan sarana undang-undang atau peraturan atau dengan sarana lain sesuai dengan praktik nasional. II. PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA MELALUI SARANA HAK ISTIMEWA KLAIM YANG DILINDUNGI 3. (1) Perlindungan yang diberikan oleh hak istimewa harus mencakup klaim sebagai berikut: (a) upah, upah lembur, komisi dan imbalan-imbalan lain yang berkaitan dengan pekerjaan yang dilaksanakan selama jangka waktu yang ditentukan sebelum kepailitan atau sebelum pemutusan hubungan kerja. Jangka waktu ini harus ditetapkan oleh undang-undang atau peraturan nasional dan tidak boleh kurang dari 12 bulan; (b) upah hari libur yang harus dibayarkan sebagai akibat dari pekerjaan yang dilaksanakan selama tahun terjadinya kepailitan atau pemutusan hubungan kerja, dan pada tahun sebelumnya; 6

(c) jumlah yang harus dibayarkan sehubungan dengan jenis ketidakhadiran berbayar lainnya, bonus akhir tahun dan bonus lainnya yang ditetapkan oleh undang-undang atau peraturan nasional, kesepakatan bersama atau kontrak kerja individual, berkaitan dengan jangka waktu yang ditentukan, yang tidak boleh kurang dari 12 bulan, sebelum kepailitan atau sebelum pemutusan hubungan kerja; (d) pembayaran yang harus dibayarkan sebagai pengganti pemberitahuan pemutusan hubungan kerja; (e) uang pesangon, kompensasi atas pemecatan yang tidak adil dan pembayaran lain yang harus dibayarkan kepada pekerja atas pemutusan hubungan kerja mereka; (f) kompensasi yang bisa dibayarkan langsung oleh pengusaha sehubungan dengan kecelakaan kerja dan penyakit karena kerja. (2) Perlindungan yang diberikan oleh hak istimewa mungkin mencakup klaim sebagai berikut: (a) kontribusi yang harus dibayarkan sehubungan dengan skema jaminan sosial nasional wajib, yang bila tidak dibayar akan berdampak merugikan hak-hak pekerja; (b) kontribusi yang harus dibayarkan sehubungan dengan skema jaminan sosial swasta, bidang kerja, antar bidang kerja atau perusahaan yang terlepas dari skema jaminan sosial nasional wajib, yang bila tidak dibayar akan berdampak merugikan hak-hak pekerja; (c) tunjangan yang pekerja berhak atasnya sebelum kepailitan berdasarkan partisipasi mereka dalam skema jaminan sosial perusahaan dan yang harus dibayarkan oleh pengusaha. (3) Klaim yang disebutkan di subparagraf (1) dan (2) yang telah diputuskan untuk seorang pekerja melalui pengadilan atau arbitrase dalam waktu 12 bulan sebelum kepailitan harus dicakup oleh hak istimewa tanpa batas waktu yang ditentukan dalam subparagraf-subparagraf tersebut. PEMBATASAN 4. Bila jumlah klaim yang dilindungi oleh hak istimewa dibatasi oleh undang-undang atau peraturan nasional, agar jumlah ini tidak akan jatuh di bawah tingkat sosial yang bisa diterima, pembatasan tersebut harus memperhitungkan beberapa variabel seperti upah minimum, bagian dari upah yang tidak bisa dipotong, upah yang padanya kontribusi jaminan sosial didasarkan atau upah rata-rata dalam industri. KLAIM YANG JATUH TEMPO SETELAH PROSES KEPAILITAN TELAH DIBUKA 5. Bila, sesuai dengan undang-undang dan peraturan nasional, sebuah perusahaan yang proses kepailitan berkenaan dengannya telah dibuka diperbolehkan melanjutkan kegiatannya, klaim pekerja yang timbul dari pekerjaan yang dilaksanakan sejak tanggal diperbolehkannya kelanjutan usaha tersebut tidak boleh dikenakan proses tersebut dan harus dibayarkan, dari dana yang tersedia, saat dan bila klaim tersebut telah jatuh tempo. 7

R-180 Rekomendasi Perlindungan Klaim Pekerja (Kepailitan Pengusaha), 1992 PERCEPATAN PROSEDUR PEMBAYARAN 6. (1) Apabila proses kepailitan tidak dapat memastikan pembayaran cepat klaim hak istimewa pekerja, harus ada prosedur untuk percepatan pembayaran untuk memastikan bahwa klaim tersebut dibayar, tanpa menunggu berakhirnya proses, dari dana yang tersedia atau segera setelah dana tersedia, kecuali pembayaran cepat klaim pekerja dijamin oleh lembaga penjaminan. (2) percepatan pembayaran klaim pekerja bisa dipastikan sebagai berikut: (a) orang atau lembaga yang bertanggung jawab untuk mengelola aset sang pengusaha harus membayar klaim tersebut segera setelah ditentukan bahwa klaim tersebut adalah asli dan harus dibayar; (b) jika klaim tersebut digugat, pekerja harus mampu mendapatkan validitasnya yang ditentukan oleh pengadilan atau badan lain yang memiliki yurisdiksi atas masalah ini, sehingga bisa dibayar sesuai dengan klausul (a). (3) percepatan prosedur pembayaran harus mencakup keseluruhan klaim yang dilindungi oleh hak istimewa, atau sekurang-kurangnya sebagian darinya yang akan ditetapkan oleh undangundang atau peraturan nasional. III. CAKUPAN PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA OLEH LEMBAGA PENJAMINAN 7. Perlindungan klaim pekerja oleh lembaga penjaminan harus memiliki cakupan seluas mungkin. PRINSIP OPERASI 8. Lembaga penjaminan bisa beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip berikut: (a) lembaga tersebut harus secara administratif, finansial dan hukum terlepas dari sang pengusaha; (b) pengusaha harus memberikan kontribusi untuk pembiayaan lembaga-lembaga ini, kecuali ini sepenuhnya dicakup oleh otoritas publik; (c) lembaga tersebut harus menjalankan kewajibannya vis-à-vis pekerja yang dilindungi tanpa memandang apakah kewajiban yang mungkin ada pada pengusaha untuk memberikan kontribusi untuk pembiayaannya telah ditunaikan; (d) lembaga tersebut harus memikul tanggung jawab subsider atas kewajiban pengusaha yang mengalami kepailitan berkenaan dengan klaim yang dilindungi oleh penjaminan tersebut dan harus, dengan cara subrogasi, mampu bertindak mewakili pekerja yang menerima pembayaran yang mereka lakukan; (e) dana yang dikelola oleh lembaga penjaminan, selain yang berasal dari pendapatan umum, hanya boleh digunakan untuk tujuan dana tersebut dikumpulkan. 8

KLAIM YANG DILINDUNGI OLEH LEMBAGA PENJAMINAN 9. (1) Penjaminan tersebut harus mencakup klaim-klaim berikut: (a) upah, upah lembur, komisi dan imbalan-imbalan lain yang berkaitan dengan pekerjaan yang dilaksanakan selama jangka waktu yang ditentukan, yang harus tidak kurang dari tiga bulan, sebelum kepailitan atau sebelum pemutusan hubungan kerja; (b) upah hari libur yang harus dibayarkan sebagai akibat dari pekerjaan yang dilaksanakan selama tahun terjadinya kepailitan atau pemutusan hubungan kerja, dan pada tahun sebelumnya; (c) bonus akhir tahun dan bonus lainnya yang ditetapkan oleh undang-undang atau peraturan nasional, kesepakatan bersama atau kontrak kerja individual, berkaitan dengan jangka waktu yang ditentukan, yang tidak boleh kurang dari 12 bulan, sebelum kepailitan atau sebelum pemutusan hubungan kerja; (d) jumlah yang harus dibayarkan sehubungan dengan jenis ketidakhadiran berbayar lainnya berkaitan dengan suatu jangka waktu yang ditentukan, yang tidak boleh kurang dari tiga bulan, sebelum kepailitan atau sebelum pemutusan hubungan kerja; (e) pembayaran yang harus dibayarkan sebagai pengganti pemberitahuan pemutusan hubungan kerja; (f) uang pesangon, kompensasi atas pemecatan yang tidak adil dan pembayaran lain yang harus dibayarkan kepada pekerja atas pemutusan hubungan kerja mereka; (g) kompensasi yang bisa dibayarkan langsung oleh pengusaha sehubungan dengan kecelakaan kerja dan penyakit karena kerja. (2) Penjaminan tersebut mungkin mencakup klaim berikut: (a) kontribusi yang harus dibayarkan sehubungan dengan skema jaminan sosial nasional wajib, yang bila tidak dibayar akan berdampak merugikan hak-hak pekerja; (b) kontribusi yang harus dibayarkan sehubungan dengan skema jaminan sosial swasta, bidang kerja, antar bidang kerja atau perusahaan yang terlepas dari skema jaminan sosial nasional wajib, yang bila tidak dibayar akan berdampak merugikan hak-hak pekerja; (c) tunjangan yang pekerja berhak atasnya sebelum kepailitan berdasarkan partisipasi mereka dalam skema jaminan sosial perusahaan dan yang harus dibayarkan oleh pengusaha. (d) upah atau bentuk imbalan lain sesuai dengan paragraf ini, yang diputuskan untuk seorang pekerja melalui pengadilan atau arbitrase dalam waktu tiga bulan sebelum kepailitan. PEMBATASAN 10. Bila jumlah klaim yang dilindungi oleh lembaga penjaminan dibatasi, agar jumlah ini tidak akan jatuh di bawah tingkat sosial yang bisa diterima, pembatasan tersebut harus memperhitungkan beberapa variabel seperti upah minimum, bagian dari upah yang tidak terikat, upah yang padanya kontribusi jaminan sosial didasarkan atau upah rata-rata dalam industri.. 9

R-180 Rekomendasi Perlindungan Klaim Pekerja (Kepailitan Pengusaha), 1992 IV. KETENTUAN UMUM UNTUK BAGIAN II DAN III 11. Pekerja atau perwakilannya harus menerima informasi yang tepat waktu dan dimintai pendapatnya berkenaan dengan proses kepailitan yang telah dibuka dan yang klaim pekerja berkaitan dengannya. 10