Fentanyl Intratekal Mencegah Menggigil Pasca Anestesi Spinal pada Seksio Sesaria

dokumen-dokumen yang mirip
TERHADAP KEJADIAN MENGGIGIL PADA PASIEN OPERASI SECSIO CAESAREA DI KAMAR OPERASI RUMAH SAKIT AISYIYAH BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. untuk prosedur tersebut. Angka bedah caesar pada ibu usia 35 tahun ke atas jauh

BAB I PENDAHULUAN. seluruh proses kelahiran, dimana 80-90% tindakan seksio sesaria ini dilakukan dengan anestesi

Ade Nurkacan, Susilo Chandra, Alfan M. Nugroho. Departemen Anestesiologi dan Intensive Care, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Metodologi Penelitian

ARTIKEL PENELITIAN. Bagian Anestesiologi Rumah Sakit Agung Manggarai,

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN CAIRAN INFUS HANGAT TERHADAP KEJADIAN MENGGIGIL PADA PASIEN SECTIO CAESARIA DI KAMAR OPERASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

EFIKASI PATIENT CONTROLLED ANALGESIA MORFIN SUBKUTAN TERHADAP PATIENT CONTROLLED ANALGESIA MORFIN INTRAVENA PASCAOPERASI SEKSIO SESAREA

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TRAMADOL DENGAN KOMBINASI TRAMADOL + KETOLORAC PADA PENANGANAN NYERI PASCA SEKSIO SESAREA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anestesi spinal merupakan salah satu teknik anestesi regional yang

Gambaran Kejadian Menggigil (Shivering) pada Pasien dengan Tindakan Operasi yang Menggunakan Anastesi Spinal di RSUD Karawang Periode Juni 2014

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. diinginkan (Covino et al., 1994). Teknik ini pertama kali dilakukan oleh seorang ahli bedah

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pindah ke ruang perawatan atau langsung dirawat di ruang intensif. Fase

PERBEDAAN PERUBAHAN TEKANAN DARAH ARTERI RERATA ANTARA PENGGUNAAN DIAZEPAM DAN MIDAZOLAM SEBAGAI PREMEDIKASI ANESTESI

Oleh: Esti Widiasari S

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. subarachnoid sehingga bercampur dengan liquor cerebrospinalis (LCS) untuk mendapatkan

Sri Utari Masyitah Sony Dewi Anggraini ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. anestesi yang dilakukan terhadap pasien bertujuan untuk mengetahui status

ARTIKEL PENELITIAN. Abstrak. Abstract. Jurnal Anestesi Perioperatif

BAB I PENDAHULUAN. manajemen neoplasma primer dan metastasis neoplasma pada otak. 1 Tindakan

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menstimulasi pengeluaran CRH (Corticotropin Realising Hormone) yang

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan

Bagian Anestesesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di instalasi rekam medik RSUP dr. Kariadi Semarang,

BAB I PENDAHULUAN. abdomen dan uterus untuk mengeluarkan janin. 1 Prevalensi terjadinya sectio. keadaan ibu dan janin yang sedang dikandungnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. emosional atau mengalami cemas akan mengalami rasa nyeri yang hebat setelah

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan bedah pada pasien menunjukkan peningkatan seiring tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dekade terakhir ini, namun demikian perkembangan pada

ARTIKEL PENELITIAN. Abstrak. Abstract. Jurnal Anestesi Perioperatif

JST Kesehatan, Januari 2012, Vol.2 No.1 : ISSN

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMBILASAN CAVUM ABDOMEN

BAB I PENDAHULUAN. modalitas sensorik tetapi adalah suatu pengalaman 1. The

BAB I 1PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Universitas Sumatera Utara

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji eksperimental klinis dengan randomized. + asam askorbat 200 mg intravena/hari selama 7 hari.

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim

ABSTRAK. Ronauly V. N, 2011, Pembimbing 1: dr. Sijani Prahastuti, M.Kes Pembimbing 2 : Prof. DR. Susy Tjahjani, dr., M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. Pada kasus-kasus pembedahan seperti tindakan operasi segera atau elektif

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN HIPOTERMI DENGAN WAKTU PULIH SADAR PASCA GENERAL ANESTESI DI RUANG PEMULIHAN RSUD WATES AMILA HANIFA NIM: P

ARTIKEL PENELITIAN. Bagian Anestesi Rumah Sakit Angkatan Udara Dr. M. Salamun Kota Bandung

BAB III METODE PENELITIAN. B. Tempat Penelitian dilakukan di ICVCU Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta

GAMBARAN ANGKA KEJADIAN KOMPLIKASI PASCA ANESTESI SPINAL PADA PASIEN SEKSIO SESARIA

BAB I PENDAHULUAN. proliferatif, dan fase remodeling. Proses-proses tersebut akan dipengaruhi oleh faktor

PERBANDINGAN PERUBAHAN SATURASI OKSIGEN TERHADAP PEMBERIAN BUPIVACAINE DAN BUPIVACAINE-FENTANYL PADA ANESTESI SPINAL PASIEN SECTIO CAESARIA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. letak insisi. Antara lain seksio sesaria servikal (insisi pada segmen bawah), seksio

PENGARUH PEMBERIAN PARASETAMOL 1000 MG INTRAVENA PERIOPERATIF TERHADAP PENGGUNAAN FENTANYL PADA PASIEN KRANIOTOMI DI RSUP DR.

Pengaruh Pemberian Teh Hitam terhadap VO 2 max dan Pemulihan Denyut Nadi Pasca Melakukan Latihan Treadmill

PERBANDINGAN RESPON HEMODINAMIK DAN TINGKAT KESADARAN PASCA PEMAKAIAN ISOFLURAN DAN SEVOFLURAN PADA OPERASI MAYOR DI DAERAH ABDOMEN SKRIPSI

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI (PAB)

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI

BAB V HASIL PENELITIAN. Sampel yaitu 30 responden yang terdiri dari masing-masing 15 responden yang

EFEKTIVITAS ANALGETIK PREEMTIF TERHADAP KEDALAMAN ANESTESI PADA ODONTEKTOMI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Alfiani Sofia Qudsi 1, Heru Dwi Jatmiko 2

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MENGGIGIL PADA PASIEN PASCA SECSIO SECAREA DI RUANG PEMULIHAN IBS RSUD

BAB I PENDAHULUAN. anestesiologi. 3. Universitas Sumatera Utara

PERBANDINGAN PENAMBAHAN PETIDIN 0,1MG/KGBB DENGAN 0,2MG/KGBB KE DALAM BUPIVACAIN HIPERBARIK 20 MG UNTUK MENCEGAH MENGGIGIL PADA ANESTESI INTRATEKAL

TERAPI TOPIKAL AZELAIC ACID DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE+ZINC PADA AKNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

LAPORAN PENELITIAN Keefektifan Pencegahan Post Anesthesia Shivering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EFEKTIVITAS PEMBERIAN AJUVAN MIDAZOLAM PADA ANESTESI SPINAL DENGAN BUPIVAKAIN TERHADAP PENCEGAHAN PENINGKATAN KADAR GULA DARAH TESIS

BAB I PENDAHULUAN. maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak (Brown CV, Weng J,

MANFAAT IRIGASI HANGAT DURANTE OPERASI TERHADAP PENCEGAHAN HIPOTERMI PASCA BEDAH TUR PROSTAT

Kata kunci: salep ekstrak herba meniran, triamcinolone acetonide, penyembuhan luka

PENGARUH KOMPRES HANGAT DI SUPRA PUBIK TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD BATANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

ARTIKEL PENELITIAN. Departemen Bedah dan Anestesi Rumah Sakit Tk. III Brawijaya-Surabaya

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS KOMBINASI BUPIVAKAIN-PETHIDIN DENGAN BUPIVAKAIN-FENTANYL INTRATEKAL PADA PASIEN GERIATRI YANG MENJALANI PROSEDUR TUR-P

SURAT PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR RISIKO PERDARAHAN DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2012 SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. penyesuaian dari keperawatan, khususnya keperawatan perioperatif. Perawat

ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK GULA PUTIH, ASPARTAM, BROWN SUGAR, GULA AREN, DAN STEVIA TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH

ARTIKEL PENELITIAN. Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Fisiologi dan Kedokteran Olahraga. rancangan one group pre- and post-test design.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Anestesi spinal telah digunakan sejak tahun 1885 dan sekarang teknik ini dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...

NI MADE AYU SRI HARTATIK

ARTIKEL PENELITIAN. Abstrak. Abstract. Jurnal Anestesi Perioperatif

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN TIKUS WISTAR JANTAN

ABSTRAK. PERBANDINGAN ANTARA PENGARUH OMEGA-3 DENGAN AEROBIC EXERCISE TERHADAP KADAR KOLESTEROL-LDL TIKUS JANTAN GALUR Wistar MODEL DISLIPIDEMIA

PERBEDAAN WAKTU TRANSPORTASI MUKOSILIAR HIDUNG PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIS SETELAH DILAKUKAN BEDAH SINUS ENDOSKOPIK FUNGSIONAL DENGAN ADJUVAN

ABSTRAK PENGARUH KALSIUM TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK RIMPANG JAHE (Zingiberis rhizoma) SEBAGAI ANALGETIK PADA MENCIT BETINA GALUR SWISS-WEBSTER

PENGARUH PEMBERIAN PARASETAMOL 1000 MG INTRAVENA PERIOPERATIF TERHADAP PENGGUNAAN FENTANYL PADA PASIEN KRANIOTOMI DI RSUP DR.

ELEVASI KAKI EFEKTIF MENJAGA KESTABILAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN DENGAN SPINAL ANESTESI

BAB I PENDAHULUAN. selama berabad-abad. Bagaimanapun, kemajuan tehnik anestesi modern. memungkinkan operasi menjadi lebih aman. Ahli anestesi yang

PENGARUH PENGGUNAAN MAGNESIUM SULFAT UNTUK MENCEGAH MENGGIGIL PASCA ANESTESI TERHADAP KADAR MAGNESIUM DARAH ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH EDUKASI CERAMAH BOOKLET DAN METODE PENDAMPINGAN TERHADAP KUALITAS HIDUP PADA PASIEN KANKER DITINJAU DARI DUKUNGAN KELUARGA TESIS

BAB IV METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan tingkat keparahan gingivitis pada tunanetra dan tidak tunanetra usia 9-14 tahun.

RINI ASTRIYANA YULIANTIKA J500

ARTIKEL PENELITIAN. Abstrak. Abstract. Jurnal Anestesi Perioperatif

BAB II PELAYANAN BEDAH OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

Transkripsi:

Fentanyl Intratekal Mencegah Menggigil Pasca Anestesi Spinal pada Seksio Sesaria Intrathecal Fentanyl for Prevention of Post Anesthetic Shivering in Caesarean Section Laksono RM, Isngadi Laboratorium Anesthesiologi dan Terapi Intensif Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar Malang ABSTRAK Menggigil pasca-anestesia dapat merugikan metabolisme tubuh. Salah satu cara yang diduga efektif secara farmakologis adalah dengan penambahan fentanyl intratekal saat dilakukan anestesi spinal. Penelitian eksperimental acak tersamar ganda dilakukan di kamar operasi RSU dr. Syaiful Anwar Malang untuk mengetahui efek fentanyl intratekal terhadap kejadian menggigil pada pasien seksio sesaria dengan anestesia spinal. Pasien yang menjalani operasi seksio sesaria sebanyak 40 orang, dibagi secara acak berdasarkan kelompok fentanyl 20 µg ditambahkan pada bupivacaine 0,5%H 10 mg dan kelompok bupivacaine 0,5%H 10 mg murni. Setelah dilakukan anestesi spinal, pasien dievaluasi dan dicatat tiap 5 menit sampai menit ke 60. Kejadian dan intensitas menggigil diukur dengan skala Crossley dan Mahajan. Hasil kedua kelompok dibandingkan menggunakan uji t tidak berpasangan, uji korelasi waktu pengukuran dan kejadian menggigil, uji fisher exact test, serta uji ANOVA dan Post Hoc untuk mengevaluasi masing-masing derajat menggigil. Hasil uji t menunjukkan kejadian menggigil pada kelompok kontrol lebih tinggi daripada kejadian menggigil pada kelompok perlakuan (p=0,002). Uji Fisher exact test menunjukkan hubungan signifikan (p=0,006) antara perlakuan dengan kejadian menggigil. Kelompok kontrol risiko untuk mengalami kejadian menggigil bila dibandingkan kelompok perlakuan (OR=10,99; 95% CI= 2,00 58,82). Uji ANOVA menunjukkan perbedaan signifikan kejadian menggigil selama operasi antara kelompok kontrol dan perlakuan berdasarkan setiap derajat menggigil (p=0,000). Efek samping berupa mual muntah ditemukan sesudah operasi pada 25% pasien dengan penambahan fentanyl. Dapat disimpulkan bahwa penambahan fentanyl intratekal dapat menurunkan risiko menggigil dengan efek samping mual dan muntah yang minimal Kata Kunci: Anestesi spinal, fentanyl, post anesthetic shivering ABSTRACT Post anesthetic shivering may cause distress in body metabolism. There are several pharmacological and non pharmacological means to overcome it. One mean which is considered pharmacologically effective is by adding intratechal fentanyl when conducting spinal anesthesia. This study was is identifying effect of intratechal fentanyl on incident of shivering in cesarian section patients with spinal anesthesia. Double blind randomized clinical trial carried out in operating teathers of dr. Saiful Anwar Hospital Malang. Forty cesarian section patients were divided into the addition of 20 µg fentanyl to 10 mg bupivacaine 0,5%H group and 10 mg bupivacaine 0,5%H alone group. Following spinal anasthesia, patients were evaluated and recorded every 5 minutes until 60 minutes for every shivering incident and degree of shivering with Crossley and Mahajan scale. The results of both groups were compared with unpaired t test, regression test between recording time and shivering incident. Fisher exact test, ANOVA test, and Post Hoc test were used to evaluate each degree of shivering. Based on t test, shivering incident in control group was higher than intervention group (p=0,002). Control group has a risk to experience shivering than intervention group (OR=10,99; 95% CI= 2,00 58,82). ANOVA test revealed a significant difference of shivering incident during surgery between control and intervention group based on degree of shivering (p=0,000). The side effect (nausea and vomitus) was found after operation in 25% subjects in fentanyl group. It can be concluded that fentanyl intratechal administration has potential benefit for reducing post anesthetic shivering with minimal side effect. Keywords: Fentanyl, post anesthetic shivering, spinal anesthesia Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 27, No. 1, Februari 2012; Korespondensi: Laksono RM. Laboratorium Anesthesiologi dan Terapi Intensif Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang. Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 2 Malang Tel. (0341) 366242 Email: ristiawanm@yahoo.com 51

52 PENDAHULUAN menggigil intraoperatif dan postoperatif sesudah Menggigil pada tindakan anestesia merupakan komplikasi anestesia spinal pada pasien yang menjalani seksio sesaria yang umum dijumpai pada anestesia modern. Mekanisme tanpa meningkatkan kejadian efek samping. Fentanyl terjadinya menggigil pada anestesia umum dan neuraksial intratekal dapat mencegah menggigil dengan menurunkan hampir sama, yaitu terjadinya redistribusi panas tubuh keparahan dari menggigil sepanjang tiga jam sesudah dari kompartemen inti ke kompartemen perifer. Post anestesia spinal dan menurunkan kejadian dari menggigil Anesthetic Shivering (PAS) atau menggigil pasca-anestesia pada jam pertama termasuk saat sebelum bayi dilahirkan. terjadi pada 5-65% pasien yang menjalani anestesi umum Opioid dan anestesia lokal menggunakan efek dan lebih kurang 33-56,7% pasien dengan anestesia antinosiseptif yang dimiliki pada korda spinalis dengan regional (1,2). mekanisme yang berbeda-beda. Fentanyl sebagai -agonis + Gangguan pengaturan suhu pada anestesia spinal lebih menggunakan efeknya melalui pembukaan kanal K dan ++ berat terjadi dibandingkan anestesia epidural. Efek menurunkan influks dari Ca, menyebabkan inhibisi vasodilatasi perifer pada anestesia spinal menyebabkan pelepasan transmiter. Agonis juga memiliki efek terjadinya perpindahan panas dari kompartemen sentral postsinapsis langsung, yaitu menyebabkan hiperpolarisasi menuju kompartemen perifer sehingga menyebabkan dan penurunan dari aktivitas neuronal. Walaupun hipotermi (3). Ketinggian blok spinal yang tercapai penggunaan fentanyl sebagai anti-shivering tidak populer berhubungan langsung dengan ambang mengigil pasien dibanding dengan pethidin, tetapi efek samping yang sehingga semakin tinggi blok yang dihasilkan maka terjadi akibat pemberian fentanyl jauh lebih rendah bila ambang menggigil pasien akan semakin rendah. dibandingkan dengan pethidin (9). Menggigil pasca-anestesia merupakan mekanisme kompensasi tubuh yang dapat juga menimbulkan efek METODE samping yang merugikan (4,5). Menggigil pasca-anestesia dapat menyebabkan hal yang merugikan metabolisme tubuh, yaitu meningkatkan produksi CO 2 300-500% dan konsumsi O 2 sampai dengan 200-400%, yang diikuti dengan meningkatnya ventilasi semenit, pelepasan katekolamin, peningkatan denyut jantung, tekanan darah dan curah jantung. Keadaan tersebut menyebabkan nyeri pada luka operasi, peningkatan tekanan intrakranial, peningkatan tekanan intraokuler dan bahkan sebagian besar pasien mengemukakan bahwa pengalaman menggigil yang mereka alami jauh lebih buruk daripada nyeri pada luka operasi. Hal tersebut harus dihindari terutama pada pasien dengan penyakit jantung koroner atau dengan cadangan ventilasi yang terbatas (6). Menggigil pasca-anestesi dapat diatasi dengan beberapa cara atau pendekatan. Pendekatan yang ditempuh dapat berupa non-farmakologis menggunakan konduksi panas yang dapat meningkatkan toleransi terhadap sistem regulasi tubuh terhadap hipotermia atau dapat juga menggunakan pendekatan farmakologis dengan obatobatan. Obat yang sering dipakai untuk mengatasi menggigil antara lain adalah pethidin, klonidin, dan tramadol. Obat-obat lain yang juga dapat digunakan untuk menurunkan atau mengurangi kejadian menggigil diantaranya ondansetron, neostigmin, dan fentanyl. Fentanyl adalah agonis opioid sintetik yang berasal dari derivat phenyl piperidinel yang secara struktural terkait dengan meperidin. Obat ini sering digunakan sebagai analgesik intratekal dalam proses persalinan normal maupun pascaseksio. Selain itu, diketahui pula bahwa penambahan dosis kecil dari opioid lipofilik ini selama anestesia spinal dapat menyebabkan onset yang lebih cepat, blok yang lebih baik, dan waktu pemulihan fungsi motorik yang lebih cepat setelah pembedahan (7). Hampir semua opioid diperkirakan mempengaruhi fungsi termoregulasi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Techanivate (8) di India pada tahun 2005 menyimpulkan bahwa penambahan 20 g fentanyl pada 2,2 ml bupivacain hiperbarik 0,5% dengan 0,2 ml morfin 0,2 mg intratekal dapat menurunkan kejadian dan keparahan dari Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar ganda untuk mengetahui efek penambahan fentanyl 20 µg pada bupivakain 0,5% 10 mg intratekal terhadap penurunan kejadian dan intensitas menggigil pasca anestesia spinal. Penelitian dilakukan di Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Saiful Anwar Malang dalam kurun waktu 2 bulan. Subjek penelitian yang diikutsertakan pada penelitian ini adalah pasien yang menjalani operasi seksio sesaria berencana di Instalasi Bedah RSSA dan operasi SC emergensi di Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Saiful Anwar Malang dengan anestesia spinal. Sampel didapatkan dengan consecutive sampling. Sampel yang dipergunakan total sebanyak 40 orang dengan 20 orang sampel diberi bupivacaine murni, dan 20 orang diberi fentanyl dan bupivacaine. Kriteria penerimaan sampel adalah pasien perempuan yang menjalani operasi seksio sesaria dengan anestesia spinal, berusia 18-40 tahun, tinggi badan >150 cm, berat badan sebelum hamil dengan BMI 20-30, status fisik ASA I II, bersedia menjadi peserta penelitian dan menandatangani informed consent. Kriteria penolakan sampel adalah pasien yang mempunyai riwayat alergi fentanyl. Kriteria putus uji mencakup timbul penyulit seperti alergi sistemik, reaksi anafilaktik, dan henti jantung, terjadi pendarahan >20%, jika operasi berlangsung <20 menit atau >120 menit, ketinggian blok anestesia >vertebra torakal 5, dan gagal spinal. Alat yang digunakan meliputi alat monitor tekanan darah non invasif otomatik (dash 2000/3000), alat monitor EKG (dash 2000/3000), alat monitor denyut oksimetri (dash 2000/3000), alat pengukur suhu timpani (omron/apex dengan kalibrasi), pencatat waktu (stopwatch), alat tulis dan formulir penelitian dan regimen spinal. Bahan yang digunakan: cairan ringer laktat dan koloid, fentanyl 20 µg (tidak diencerkan) dan bupivacaine 0,5% heavy. Semua pasien diberikan premedikasi. Dilakukan randomisasi sederhana menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang mendapat fentanyl 20 µg intratekal atau kelompok kontrol. Sebelum dilakukan anestesia spinal, dilakukan preloading dengan ringer laktat 10 cc/kg dalam 15 menit. Suhu kamar operasi dipertahankan antara 20 C-

53 23 C dengan mengatur suhu AC dan suhu ruangan dipantau melalui termometer ruangan. Analisis korelasi menunjukkan ada hubungan positif yang kuat antara waktu pengukuran dengan kejadian menggigil selama operasi pada kelompok kontrol (r=0,939; p=0,000) maupun pada kelompok dengan pemberian fentanyl (r=0,932; p=0,000). Semakin lama waktu pengamatan semakin besar prosentase kejadian menggigil dengan prosentase kejadian yang lebih rendah pada pemberian fentanyl. Data penderita (tekanan darah, frekuensi denyut nadi, suhu timpani yang diukur setiap 5 menit dicatat dan dikumpulkan pada formulir pengumpulan data, kemudian dilakukan tabulasi data. Hasil penelitian untuk karakteristik subjek penelitian dilakukan uji normalitas sebaran data dengan Saphiro Wilk Test. Secara deskriptif kemudian dilakukan pengukuran homogenitas sampel penelitian dengan melihat umur, Body Mass Index (BMI), dan suhu membran timpani sebelum dilakukan spinal anestesi yaitu dengan menggunakan t-test, sedangkan berat badan dan tinggi badan sampel penelitian dengan menggunakan Mann Whitney U-test karena sebaran data fentanyl (OR=10,99; 95% CI= 2,00 58,82). tidak normal. Dilakukan pencatatan kejadian menggigil pada kedua kelompok dan disajikan dalam prosentase yang kemudian dilakukan t test independen untuk mengetahui perbedaan kejadian menggigil pada kelompok kontrol dan perlakuan. Dari data kejadian menggigil pada kedua kelompok selanjutnya dilakukan uji regresi untuk mengetahui pengaruh (efek) pemberian perlakuan terhadap kejadian menggigil pada pasien. Dilakukan pengumpulan data kejadian menggigil berdasarkan derajat menggigil yang terjadi kemudian dari data tersebut dilakukan uji ANOVA dan uji Post Hoc untuk menilai masing-masing derajat menggigil yang terjadi. Dilakukan evaluasi efek samping yang terjadi terhadap penggunaan fentanyl intratekal antara kedua kelompok. Dari uji Fisher exact test menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan (p=0,006) antara pemberian fentanyl dengan kejadian menggigil (Tabel 2). Kelompok yang tidak mendapatkan fentanyl merupakan faktor risiko kejadian menggigil bila dibandingkan kelompok yang mendapat Tabel 2. Tabulasi silang kejadian menggigil dan perlakuan Secara keseluruhan bila dikaji berdasarkan derajat menggigil dan waktu, kejadian tidak menggigil lebih HASIL banyak ditemukan pada kelompok perlakuan. Kejadian Secara deskriptif, hasil penelitian menunjukkan menggigil derajat 1 lebih awal dialami oleh kelompok peningkatan kejadian menggigil dengan semakin kontrol daripada kelompok perlakuan, begitu pula dengan meningkatnya waktu pada kedua kelompok (Tabel 1). derajat menggigil 2. Berdasarkan waktu pengukuran Prosentase kejadian menggigil didapatkan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok dengan pemberian pada kelompok yang tidak diberikan fentanyl yang fentanyl, kelompok kontrol lebih banyak mengalami mencapai 90% sejak menit ke 45. Kelompok dengan kejadian menggigil derajat 3. Kejadian mengigil derajat 4 pemberian fentanyl menunjukkan prosentase kejadian jarang terjadi bila dibandingkan dengan derajat yang lain, menggigil maksimal sebesar 45% pada menit ke empat kejadian menggigil derajat 4 lebih awal terjadi pada puluh. Data ini sekaligus menunjukkan tanpa pemberian kelompok perlakuan (Tabel 3). Hasil uji ANOVA fentanyl kejadian menggigil timbul lebih cepat dan lebih menunjukkan bahwa kejadian menggigil selama operasi banyak. Hasil uji t menunjukkan bahwa kejadian menggigil menunjukkan berbeda signifikan berdasarkan derajat pada pemberian fentanyl secara signifikan lebih rendah menggigil (p=0,000), serta berdasarkan interaksi antara (mean 62,08%, p=0,002) dibandingkan tanpa pemberian kelompok dan derajat mengggigil (p=0,000). Interaksi fentanyl (mean kejadian menggigil=25,17%). dapat diartikan bahwa ada perbedaan kejadian menggigil selama operasi yang signifikan antara kelompok kontrol dan pemberian fentanyl disetiap derajat menggigil. Jika Tabel 1. Kejadian mengigil selama operasi berdasarkan waktu pengukuran hanya dibedakan berdasarkan kelompoknya saja, justru tidak ada perbedaan kejadian menggigil selama operasi yang signifikan (p=0,975). Efek samping yang mungkin terjadi pada pemberian fentanyl adalah mual dan muntah. Hasil penelitian menunjukkan tidak ditemukan kejadian muntah pada kedua kelompok selama operasi. Pengamatan pada saat post operasi ditemukan 25% pasien pada kelompok dengan penambahan fentanyl mengalami muntah. DISKUSI Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan adanya perlakuan, yaitu penambahan fentanyl intratekal, kejadian menggigil yang terjadi berkurang seiring dengan waktu pengukuran. Dapat disimpulkan bahwa kejadian menggigil yang akan bertambah seiring berjalannya waktu saat

54 Tabel 3. Distribusi frekuensi derajat kejadian menggigil selama operasi berdasarkan waktu pengukuran Waktu Pengukuran Tidak menggigil Menggigil Derajat 1 Menggigil Derajat 2 Menggigil Derajat 3 Menggigil Derajat 4 + + + + + Menit ke 5 100% 85% 0 10% 0 0 0 5% 0 0 Menit ke 10 100% 85% 0 5% 0 5% 0 5% 0 0 Menit ke 15 90% 80% 5% 10% 5% 5% 0 5% 0 0 Menit ke 20 90% 50% 5% 30% 5% 10% 0 10% 0 0 Menit ke 25 80% 35% 15% 30% 5% 15% 0 20% 5% 0 Menit ke 30 75% 35% 15% 30% 5% 10% 0 25% 5% 0 Menit ke 35 70% 30% 20% 25% 5% 20% 0 25% 5% 0 Menit ke 40 55% 15% 20% 20% 20% 45% 0 15% 5% 5% Menit ke 45 55% 10% 20% 15% 15% 55% 5% 15% 5% 5% Menit ke 50 55% 10% 20% 5% 15% 40% 5% 40% 5% 5% Menit ke 55 55% 10% 15% 5% 15% 30% 15% 50% 0 5% Menit ke 60 55% 10% 15% 5% 20% 30% 10% 50% 0 5% Keterangan: + : kelompok perlakuan - : kelompok kontrol dilakukan anestesi spinal dapat diturunkan kejadiannya turun karena efek fentanyl. Pada fase ini dapat dijelaskan bila dilakukan penambahan fentanyl intratekal saat mengapa pada menit-menit awal selama anestesi spinal, dilakukan anestesi spinal. Pada penelitian oleh terutama pada menit ke-5 sampai dengan menit ke-10, Techanivate et al (6) menyimpulkan bahwa penambahan tidak terdapat kejadian menggigil pada kelompok 20 g fentanyl pada 2,2 ml bupivacain hiperbarik 0,5% perlakuan. dengan 0,2 ml morfin 0,2 mg intratekal dapat Pada waktu lebih dari 30 menit dapat dikatakan masuk menurunkan kejadian dan keparahan dari menggigil pada fase kedua yang mana terjadi kehilangan panas yang intraoperatif dan postoperatif sesudah anestesia spinal melebihi produksi panas. Pada fase ini penurunan suhu pada pasien yang menjalani seksio sesaria tanpa masih terjadi walaupun dengan grafik yang linear dan pada meningkatkan kejadian efek samping. Fentanyl intratekal satu titik akan melewati ambang menggigil. Anestesi spinal dapat mencegah menggigil dengan menurunkan akan menghambat pembentukan panas tubuh, terutama keparahan dari menggigil sepanjang tiga jam sesudah di bawah bagian yang terblok. Faktor-faktor yang anestesia spinal dan menurunkan kejadian dari menggigil mempengaruhi kejadian hipotermia maupun menggigil pada jam pertama termasuk saat sebelum bayi dilahirkan. pada fase ini, antara lain, suhu ruang operasi, lama operasi, Penurunan kejadian menggigil pada penelitian oleh dan morfometri pasien. Semakin rendah suhu ruang Techanivate et al (6) diduga dapat disebabkan oleh efek operasi, semakin panjang waktu operasi dan semakin tipis fentanyl yang ditambahkan pada ruang subarachnoid lapisan lemak tubuh pasien, akan menyebabkan kejadian pada termoregulator dan dapat mempengaruhi input menggigil yang semakin besar (11). Pada keadaan ini termal aferen pada medulla spinalis. Karena sifatnya yang pemberian fentanyl 20 µg intratekal ternyata tetap lipofilik, fentanyl yang berukuran kecil mencapai otak memberikan efek yang bermakna dibanding dengan melalui jalur serebrospinal dan tidak akan mengganggu kontrol. Dengan menggunakan analisis cross tabulation, kontrol termoregulasi oleh hipotalamus. Kerugian dari terlihat bahwa anastesi tanpa fentanyl merupakan faktor menurunnya efek menggigil adalah meningkatnya risiko risiko terjadinya menggigil pasca anastesi. dari hipotermia karena temperatur inti yang rendah tidak dapat menginisiasi respon protektif otonom. Dapat disimpulkan pemberian fentanyl 20 µg intratekal terbukti secara bermakna menurunkan kejadian menggigil Arkilic CF et al (10) mengemukakan bahwa anestesi pascaanestesi spinal pada pasien yang dilakukan seksio neuroaksial mengganggu pusat pengaturan termoregulasi sesaria dengan efek samping minimal. Fentanyl 20 µg otonom sesuai dengan tinggi atau penyebaran blok saraf intratekal terbukti secara bermakna mengurangi derajat yang terjadi. Hipotermia yang terjadi pada anestesi atau intensitas menggigil pasca anestesi spinal pada neuroaksial disebabkan oleh tiga mekanisme, yaitu fase pasien yang dilakukan seksio sesaria. Pasien seksio sesaria pertama: redistribusi panas tubuh, fase kedua: kehilangan yang dilakukan anestesi spinal dengan penambahan panas yang melebihi produksi panas, dan fase ketiga: fentanyl intratekal 20 µg mempunyai peluang atau risiko inhibisi pusat regulasi suhu. Bila dianalisis, kurang dari 30 11 kali lebih rendah daripada pasien yang dilakukan menit pertama adalah fase redistribusi yang mana terjadi anestesi spinal tanpa penambahan fentanyl intratekal. distribusi panas yang besar dari inti tubuh ke perifer yang menyebabkan terjadinya hipotermia. Anestesi spinal UCAPAN TERIMA KASIH maupun fentanyl sendiri dapat menurunkan ambang Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Gunung menggigil pasien sehingga walaupun terjadi hipotermia, Mahameru, Sp.An.KIC (Alm), dan dr. Feza atas dukungan tetapi tidak sampai melewati ambang menggigil yang dan bantuan selama penelitian dan penulisan ini.

55 DAFTAR PUSTAKA 6. Carli F and Mac Donald IA. Perioperatif in Advertent Hypothermia: What do We Need to Prevent? British 1. Buggy DJ and Crossley AWA. Thermoregulation, Mild Journal of Anaesthesia. 1996; 76(5): 601-603. Peri-operatif Hypothermia and Postanesthetic Shivering. British Journal of Anaesthesia. 2000; 84(5): 7. Katzung BZ. Basic and Clinical Paharmacology. 10th 615-628. edition. New York: McGraw Hill; 2007. 2. Alfonsi P. Postanaesthetic Shivering. Epidemiology, 8. Techanivate A, Rodanant O, Tachawattanawisal W, and Pathophysiology and Approaches to Prevention and Somsiri T. Intrathecal Fentanyl for Prevention of Management. Minerva Anastesiologica. 2003; 69(5): Shivering in Caesarean Section. Journal of the Medical Association of Thailand. 2005; 88(9): 1214-1221. 438-442. 9. Bailey PL and Stanley TH. Intra Venous Opioid 3. Sessler DI. Post Anesthesia Shivering. In: Miller RD Anesthetic. In: Miller RD (Ed). Anesthesia 4th edition. (Ed). Anesthesia 4th edition. New York: Churchil New York: Churchill Livingstone Inc.; 1994; p. 291-387. Livingstone Inc.; 1994; p. 1363-1382. 10. Arkilic CF, Akca O, Taguchi A, Sessler DI, and Kurz A. 4. Leslie K and Sessler DI. Reduction in the Shivering Temparature Monitoring and Management During tresholds proportional to spinal block height. Neuraxial Anesthesia; An Observational Study. Anesthesiology. 1996; 84(6): 1327-1331. Anesthesia and Analgesia. 2000; 91(3): 662-666. 5. Lenhardt R. The Effect of Anesthesia on Body 11. Kurz A. Thermal Care in the Perioperative Period. Best Temperature Control. Frontiers of Bioscience. 2010; 2: Practice and Research Clinical Anaesthesiology. 2008; 1145-1154. 22(1): 39-62.