HUBUNGAN SARANA SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG

dokumen-dokumen yang mirip
ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

HUBUNGAN SANITASI DASAR RUMAH DAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA BENA NUSA TENGGARA TIMUR

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

Analisis Sarana Dasar Kesehatan Lingkungan yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

HUBUNGAN TINGKAT KESEHATAN RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI DESA LABUHAN KECAMATAN LABUHAN BADAS KABUPATEN SUMBAWA

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Riki Nur Pratama. Universitas Diponegoro. Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

HUBUNGAN SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR

HUBUNGAN KEPADATAN LALAT, PERSONAL HYGIENE

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

PENDAHULUAN. Ridha Hidayat

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel 343 KK. Adapun letak geografis Kecamatan Bone sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

Identitas Responden 1. Nomor Responden : 2. Nama : 3. Jenis Kelamin : 4. Umur : 5. Pendidikan Terakhir : 6. Pekerjaan :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini di laksanakan pada 28 April sampai 5 Mei 2013 di Desa

BAB III METODE PENELITIAN

GAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA RANOWANGKO KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

GAMBARAN KARAKTERISTIK SUMUR WARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB 5 : PEMBAHASAN. penelitian Ginting (2011) di Puskesmas Siantan Hulu Pontianak Kalimantan Barat mendapatkan

ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KONTRUKSI SUMUR GALI TERHADAP KUALITAS SUMUR GALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Demam Tifoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA LEYANGAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2015 yaitu di Filipina 14,6 %, Timor Leste 15,2%, Kamboja 14,6%, Peru 16 %, dan Kolombia 14,6 % (Pinzón-Rondón, 2015).


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN KARANG TENGAH KECAMATAN SRAGEN KABUPATEN SRAGEN

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI BAB I

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA. Yarmaliza 1, Marniati 2

HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GIRIWOYO 1 WONOGIRI

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

PENDAHULUAN Rumah yang menjadi tempat tinggal dan tempat berlindung bagi para penghuninya merupakan salah satu alasan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Diare merupakan salah satu dari gangguan kesehatan yang lazim. dan Indonesia (Ramaiah, 2007:11). Penyakit diare merupakan masalah

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA TERHADAP PHBS DAN PENYAKIT DEMAM TIFOID DI SMP X KOTA CIMAHI TAHUN 2011.

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara termasuk Indonesia.Diare sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

PENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan bagi setiap orang agar tewujud derajat kesehatan yang optimal.

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

RISIKO KONTAMINASI BAKTERIOLOGIS PADA SARANA AIR BERSIH DI DESA BARUH TABING KECAMATAN BANJANG

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi dan Salmonella para thypi. Demam

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB 1 : PENDAHULUAN. disebut penyakit bawaan makanan (foodborned diseases). WHO (2006)

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Purbo Tahun 2014 Page 1

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

ABSTRAK GAMBARAN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INSIDENSI DIARE PADA BALITA DI RSU SARASWATI CIKAMPEK PERIODE BULAN JULI 2008

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata kunci : Pembuangan Tinja (jamban), Pengelolaan Sampah, SPAL, Kepadatan Lalat.

DESKRIPSI LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL NELAYAN DI WLAYAH PESISIR KELURAHAN KANGKUNG (JURNAL) Oleh : PRABAWATI NINGTYAS

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN PERUMAHAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA SIALANG BUAH KECAMATAN TELUK MENGKUDU KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2012

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KASUS DIARE DI PUSKESMAS ULEE KARENG KOTA BANDA ACEH TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah.

Transkripsi:

HUBUNGAN SARANA SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG Correlation between Basic House Sanitation and Diarrhea on Children Under Five Years Old at Ngunut Village, Tulungagung Sintari Lindayani dan R. Azizah Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga azizahunair@yahoo.co.id Abstract: Diarrhea is a serious problem especially for children under five years old. Basic house sanitation is important in diarrhea case. In Ngunut Public Health Center, the diarrhea case was improved from 687 cases in 2007 to 699 cases in 2008. This research s objective was to analyze the correlation between basic house sanitation and diarrhea on children at Ngunut Village. This research used analytical research and cross-sectional study. Questionnaire and observational sheets were used to collect data. Chi-square statistic test was used to analyze the data. Children under five years old were taken as respondent using random sampling and 95 children was got as sample. It showed that diarrhea occurrences on children in this last three months was still high (46.3%). Basic house sanitation needed to be improved again because lot of things weren t eligible (65.3%) such as clean water (48.4%), human excreta (62.1%), household waste water (69.5%) and household solid waste (84.2%). The chi-square test result showed that there was a correlation between basic house sanitation with diarrhea on children (value of p = 0.003 (p < α)). It is suggested that community empowerment about house basic sanitation should be raised to lower the diarrhea occurrences on children. Keywords: house basic sanitation, diarrhea Abstrak: merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup berat. Balita merupakan anggota masyarakat yang rentan terkena diare. Sarana sanitasi dasar rumah merupakan hal penting terkait dengan diare. Kejadian diare di Puskesmas Ngunut mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2007 sebesar 687 kasus dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 699 kasus. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan sarana sanitasi dasar rumah dengan kejadian diare pada balita di Desa Ngunut Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung. Penelitian ini bersifat cross-sectional dan merupakan penelitian analitik. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dan lembar observasi. Analisis data dengan menggunakan uji statistik Chi-Square. Populasi dalam penelitian ini adalah rumah di lokasi penelitian yang mempunyai balita. responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 95 ibu yang memiliki balita yang diambil secara simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian diare pada balita di Desa Ngunut dalam 3 bulan terakhir masih tinggi yaitu sebesar 46,3%. Sarana sanitasi dasar rumah di Desa Ngunut harus terus ditingkatkan karena masih banyak yang tidak memenuhi syarat yaitu sebesar 65,3%, yang meliputi sarana penyediaan air bersih yang tidak memenuhi syarat sebesar 48,4%, sarana pembuangan kotoran manusia yang tidak memenuhi syarat sebesar 62,1%, sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat sebesar 69,5% dan sarana pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat sebesar 84,2%. Hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan sarana sanitasi dasar rumah dengan kejadian diare pada balita (nilai p = 0,003 (p<α)). Kata kunci: sanitasi dasar rumah, diare PENDAHULUAN Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang. Di Indonesia diare merupakan salah satu masalah utama kesehatan masyarakat. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Berdasarkan profil kesehatan Indonesia 2003, penyakit diare menempati urutan kelima dari 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di rumah sakit dan menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di rumah sakit (Adisasmito, 2007). Penyakit diare bila tidak segera mendapatkan penanganan akan menyebabkan dehidrasi yang dapat mengakibatkan kematian. menjadi penyakit kedua penyebab kesakitan dan kematian terutama pada anak balita di negara berkembang setelah penyakit infeksi saluran pernapasan. 32

S Lindayani dan R Azizah, Sanitasi Dasar Rumah dan Kejadian 33 Penyakit diare merupakan penyakit berbasis lingkungan yang masih menjadi masalah kesehatan terbesar masyarakat Indonesia dan merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak balita. Penyebab diare yang menjadi masalah adalah masih buruknya kondisi sanitasi dasar (Sulistyowati, 2004), seperti sanitasi jamban, sarana air bersih (SAB), saluran pembuangan air limbah (SPAL), kualitas bak teriologis air, dan kondisi rumah. Sanitasi dasar rumah merupakan usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang memengaruhi atau mungkin memengaruhi derajat kesehatan manusia. Sanitasi dasar rumah sangat erat kaitannya dengan angka kesakitan penyakit menular, terutama diare. Lingkungan perumahan sangat berpengaruh pada terjadinya dan tersebarnya diare. Hal ini didasarkan pada prevalensi penyakit diare yang tinggi disebabkan oleh adanya sanitasi yang buruk, kontrol kondisi lingkungan yang buruk, kepadatan yang tinggi dan penyediaan air bersih yang tidak memadai. Berdasarkan data tahun 2008 di Puskesmas Ngunut, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung, Puskesmas Ngunut memiliki angka kesakitan diare cukup tinggi, di mana penyakit diare berada di urutan ke empat dari sepuluh besar penyakit di Puskesmas Ngunut. Sedangkan kepemilikan sarana sanitasi dasar di Desa Ngunut, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung pada tahun 2008 yaitu yang tidak memiliki sarana penyediaan air bersih sebesar 11,15%, yang tidak memiliki sarana pembuangan kotoran manusia sebesar 19,18%, tidak memiliki sarana pembuangan air limbah sebesar 55%, dan untuk sarana pembuangan sampah yang permanen hampir seluruh rumah tidak memiliki, kebiasaan masyarakat masih membuang sampah di kebun. Sedangkan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung penderita diare balita di Puskesmas Ngunut berada di urutan ke dua yaitu sebesar 54,18%, sedangkan data di Puskesmas Ngunut, kejadian diare mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2007 sebesar 687 kasus dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 699 kasus (Puskesmas Ngunut, 2008). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan sarana sanitasi dasar rumah dengan kejadian diare pada balita di Desa Ngunut Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung. Dengan diketahuinya kejelasan hubungan antara sarana sanitasi dasar rumah dengan kejadian diare diharapkan masyarakat sadar akan kondisi sarana sanitasi dasar rumah sehingga dengan meningkatkan sarana sanitasi dasar yang ada akan menjadikan rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan studi cross sectional. Dilakukan pengamatan terhadap sarana sanitasi dasar rumah yang memiliki hubungan dengan kejadian diare pada balita di Desa Ngunut, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung dengan menggunakan form penilaian dan lembar kuesioner. Populasi penelitian ini adalah semua balita yang ada di Desa Ngunut, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung dengan besar sampel sebesar 95 balita yang diambil dengan cara simple random sampling. Responden penelitian adalah ibu atau pengasuh balita. Teknik analisis data menggunakan uji chi-square untuk mengetahui hubungan variabel yang diteliti dengan timbulnya kejadian diare pada balita jika p < α (p = 0,05). HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngunut, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung Daerah di Desa Ngunut merupakan daerah dataran rendah (bukan pantai) dengan luas wilayah sekitar 373,300 Ha. Untuk menuju Desa Ngunut ini dapat ditempuh dengan mudah karena sudah ditunjang dengan jalan beraspal dan dapat dilalui oleh angkutan perkotaan. Sarana komunikasi juga sudah lancar karena wilayah di Desa Ngunut sudah terdapat jaringan telepon. Terdapat pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan beberapa dokter praktek yang dipergunakan untuk membantu masyarakat Desa Ngunut dan sekitarnya. Penduduk di Desa Ngunut berjumlah 19.350 jiwa dengan jumlah balita yang ada sebanyak 1.862 jiwa. Sedangkan ditinjau dari segi pekerjaan, mata pencaharian penduduk di Desa Ngunut lebih banyak bekerja di sektor industri karena di Desa Ngunut banyak terdapat industri kecil yang membuat kerajinan rumah tangga.

34 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 7, No. 1 Juli 2013: 32 37 Karakteristik Responden Umur responden yang paling banyak adalah 26 30 tahun (29,5%), dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah SLTP yaitu sebesar 32,6%. Dari Tabel 1 diperoleh data bahwa jumlah balita yang mengalami diare sebesar 46,3%. Secara umum kejadian diare pada balita di Desa Ngunut, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung tergolong masih tinggi, karena hampir 50% balita responden pernah mengalami diare. adalah penyakit yang paling sering dijumpai di sekitar kita dengan gejala buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari (Kolopaking, 2003). Hubungan Sarana Sanitasi Dasar Rumah dengan Hubungan Sarana Penyediaan Air Bersih dengan Sarana penyediaan air bersih di Desa Ngunut, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung Tahun 2009 yang tidak memenuhi syarat sebesar 48,4% dan yang memenuhi syarat sebesar 51,6%. Responden sudah menggunakan Tabel 1. di Desa Ngunut, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung Tahun 2009 Kejadian n % 44 46,3 51 53,7 95 100,0 PDAM, sumur gali dan sumur pompa tangan sebagai sumber air bersih dan sumber air minum. Dari hasil observasi kebanyakan responden di Desa Ngunut menggunakan sarana sumur gali. Responden menggunakan air sumur gali untuk kebutuhan mereka sehari-hari. Untuk kualitas air sumur secara fisik di Desa Ngunut sudah memenuhi syarat karena tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna. Sedangkan untuk konstruksi sumur gali juga banyak yang sudah memenuhi syarat, tetapi untuk jarak sumur gali dengan sumber pencemar masih banyak yang kurang dari 10 meter. Selain sumur gali responden juga ada yang menggunakan PDAM dan sumur pompa tangan untuk kebutuhan sehari-hari seperti mencuci peralatan makan dan masak. Aliran air PDAM hanya lancar 18 jam saja karena pada siang hari aliran air sering tidak menyala. Untuk sebagian sumur pompa tangan, konstruksi lantainya masih ada yang tidak memenuhi syarat, karena masih ada lantai sumur pompa tangan yang licin dan berlumut, selain itu juga jarak sumur pompa tangan dengan sumber pencemar masih ada yang kurang dari 10 meter. Dari hasil statistik dengan uji chi-square diketahui bahwa p = 0,053 (p > α) yang dapat disimpulkan sarana penyediaan air bersih tidak berpengaruh nyata terhadap kejadian diare pada balita. sering menyebabkan wabah yang dapat membahayakan bagi penderita maupun orang di sekitarnya yang ber tempat tinggal di daerah dengan sarana air bersih kurang memenuhi syarat kesehatan. Sebagai penyakit menular, penyakit diare ini penularannya dapat berupa infeksi seperti virus, bak teri dan lain sebagainya. Penyakit ini biasanya juga termasuk dalam penyakit yang sumber penularannya melalui perantaraan air atau sering disebut sebagai water borne diseases. Agen penyebab penyakit diare sering dijumpai pada sumber Tabel 2. Hubungan Sarana Penyediaan Air Bersih dengan Kejadian pada Balita di Desa Ngunut, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung Tahun 2009 Sarana Penyediaan Air Bersih Memenuhi syarat 18 40,9 31 60,8 49 51,6 Tidak memenuhi syarat 26 59,1 20 39,2 46 48,4

S Lindayani dan R Azizah, Sanitasi Dasar Rumah dan Kejadian 35 air yang sudah terkontaminasi dengan agen penyebab penyakit, air yang sudah tercemar apabila digunakan oleh orang sehat bisa membuat orang tersebut terpapar dengan agen penyebab penyakit diare (Binder, 2004). Hubungan Sarana Pembuangan Kotoran Manusia dengan Sarana pembuangan kotoran manusia di Desa Ngunut Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung yang tidak memenuhi syarat sebesar 62,1%. Dari hasil observasi, responden di Desa Ngunut sudah banyak yang memiliki sarana pembuangan kotoran manusia/jamban sendiri, tetapi keadaannya masih banyak yang tidak memenuhi syarat. Dari segi jarak masih banyak yang kurang dari 10 meter dari sumber air, sedangkan untuk sistem pembuangan kotoran manusia/jamban sudah banyak yang menggunakan leher angsa tetapi konstruksinya tidak memenuhi syarat, masih banyak yang tidak ada atapnya dan keadaannya pun tidak bersih dan banyak serangga. Dari hasil statistik uji chi-square diketahui bahwa p = 0,047 (p < α) dapat disimpulkan sarana pembuangan kotoran manusia berpengaruh nyata terhadap kejadian diare pada balita. Sarana pembuangan kotoran manusia yang kurang terpelihara atau tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan timbulnya diare. Selain itu kebiasaan hidup yang tidak sehat dan keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik dapat pula memengaruhi kejadian diare. Menurut Departemen Kesehatan RI (2007), kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan/minuman yang tercemar tinja dan/atau kontak langsung dengan tinja penderita. Hubungan Sarana Pembuangan Air Limbah dengan Sarana pembuangan air limbah di Desa Ngunut Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung yang tidak memenuhi syarat sebesar 69,5%. Secara umum sarana pembuangan air limbah responden di Desa Ngunut termasuk dalam kriteria yang tidak memenuhi syarat. Dari hasil observasi terhadap saluran pembuangan air limbah responden didapatkan banyak responden yang masih menggunakan galian tanah untuk pembuangan air limbah mereka dan saluran pembuangan air limbah mereka juga banyak yang tidak lancar, terbuka, dan menimbulkan bau. Dari hasil statistik uji chi-square diketahui bahwa p = 0,048 (p < α) yang dapat disimpulkan sarana pembuangan air limbah berpengaruh Tabel 3. Hubungan Sarana Pembuangan Kotoran Manusia dengan Kejadian pada Balita di Desa Ngunut, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung Tahun 2009 Sarana Pembuangan Kotoran Manusia Memenuhi syarat 12 27,3 24 40,1 36 37,9 Tidak memenuhi syarat 32 63,6 27 52,9 59 62,1 Tabel 4. Hubungan Sarana Pembuangan Air Limbah dengan Kejadian pada Balita di Desa Ngunut, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung Tahun 2009 Sarana Pembuangan Air Limbah Memenuhi syarat 9 20,5 20 39,2 29 30,5 Tidak memenuhi syarat 35 79,5 31 60,8 66 69,5

36 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 7, No. 1 Juli 2013: 32 37 nyata terhadap kejadian diare pada balita. Air limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan masyarakat lingkungan hidup antara lain menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit, menjadi media berkembangbiaknya mikroorganisme patogen, menjadi te mpat berkembangbiaknya nyamuk atau tempat hidup larva nyamuk, menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap, dan menjadi sumber pencemaran air permukaan, tanah, dan lingkungan hidup lainnya (Notoatmodjo, 2003). Hubungan Sarana Pembuangan Sampah dengan Sarana pembuangan sampah di Desa Ngunut, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung yang tidak memenuhi syarat sebesar 84,2%. Dari hasil observasi terhadap sarana pembuangan sampah responden di Desa Ngunut sebagian besar responden membuang sampah dengan cara dipendam dalam lubang dan dibakar. Sedangkan untuk konstruksi tempat sampah, hampir semua responden tidak memiliki tempat sampah yang permanen karena kebanyakan mereka menggunakan tas plastik (tas kresek) untuk tempat sampah dan langsung dibuang. Selain kebiasaan masyarakat membuang sampah di kebun (lahan kosong) dan dibakar sebagai cara pembuangan akhir, juga masih ditemukan sampah yang dibiarkan begitu saja di belakang rumah mereka. Dari hasil statistik uji chi-square diketahui bahwa p = 0,004 (p < α) berarti ada hubungan antara sarana pembuangan sampah dengan kejadian diare pada balita. Hubungan ini di tunjukkan dengan angka kejadian diare pada balita lebih besar pada responden yang memiliki sarana pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat dibandingkan dengan responden yang memiliki sarana pembuangan sampah yang memenuhi syarat. Pemukiman penduduk merupakan salah satu penghasil sampah terbesar yang berasal dari hasil kegiatan rumah tangga. Sampah padat yang tidak dikelola dengan baik dan asal buang saja, akan menjadi masalah bagi kesehatan masyarakat. Hal ini bisa terjadi karena sampah tersebut akan dapat menjadi sarang vektor penyakit (Machfoedz, 2004). KESIMPULAN DAN SARAN Disimpulkan kondisi sarana sanitasi dasar rumah yang meliputi sarana penyediaan air bersih, sarana pembuangan kotoran manusia, sarana pembuangan air limbah, serta sarana pembuangan sampah di Desa Ngunut, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung sebagian besar belum memenuhi syarat kesehatan. Kejadian diare pada balita di Desa Ngunut Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung pada 3 bulan terakhir ini masih tinggi yaitu sebesar 46,3%. Hasil analisis statistik dengan uji chi-square, didapatkan hasil yang bermakna (p < α) antara sanitasi dasar rumah dengan kejadian diare, kecuali sarana penyediaan air bersih dengan kejadian diare tidak terdapat hubungan yang bermakna (p > α). Disarankan bagi Dinas Kesehatan dan Puskesmas untuk melakukan pemberdayaan mengenai pentingnya sarana sanitasi dasar rumah ke pada masyarakat dalam rangka menurunkan kejadian diare pada balita. Bagi masyarakat setempat, hal yang dapat dilakukan adalah memperbaiki sarana sanitasi dasar rumah sesuai dengan persyaratan kesehatan yang dianjurkan dan kemampuan ekonomi keluarga. Menutup tempat penampungan air bersih agar tidak tercemar kuman dari luar. Memperbaiki Tabel 5. Hubungan Sarana Pembuangan Sampah Dengan Kejadian pada Balita di Desa Ngunut, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung Tahun 2009 Sarana Pembuangan Sampah Memenuhi syarat 12 27,3 3 5,9 15 15,8 Tidak memenuhi syarat 32 72,7 48 76,5 80 84,2

S Lindayani dan R Azizah, Sanitasi Dasar Rumah dan Kejadian 37 sarana pembuangan kotoran manusia baik dari segi konstruksi rumah jamban maupun jarak dari sumber air bersih. Membangun sarana pembuangan air limbah yang memenuhi syarat dengan swadaya masyarakat, membuat saluran air limbah yang permanen, kedap air, tertutup, dan tidak lembab. Membangun tempat pembuangan sampah sementara di tiap RT sebelum diangkut ke TPA desa. DAFTAR PUSTAKA Adisasmito, W. 2007. Faktor Risiko pada Bayi dan Balita di Indonesia. Makara Kesehatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2007: 1 10. Diakses dari http://www.diseases. journals.go.id/go.php. (Sitasi 3 Maret 2008). Binder, H.J. 2004. Disorders of absorption. In: Harrisons Principles Internal Medicine. Ed: Wilson, Braunwald, Isselbacher, Petersdorf, Martin, Fauci, Root. 15th Ed. McGraw-Hill, New York, pp. 286-300. Diakses dari http://www.diseases.journals.go.id/go.php. (Sitasi 2 Juni 2009). Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Pemberantasan Penyakit. Dirjen PP dan PL. Jakarta. Kolopaking, M.S. 2003. Pendekatan Diagnosis Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed: Suyono S. 2 nd. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Machfoedz, I. 2004. Menjaga Kesehatan Rumah dari Berbagai Penyakit. Yogyakarta: Fitramaya. Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Rinekia Cipta. Puskesmas Ngunut. 2008. Data Kesehatan Tahunan Puskesmas Kabupaten Tulungagung. Sulistyowati, A. 2004. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian pada Anak Balita di RSS Griya Bukateja Baru Kabupaten Purbalingga Tahun 2004. Skripsi. Diakses dari http://www. diseases.journals. go.id/go.php. (Sitasi 5 Juni 2009).