KONSERVASI BANGUNAN BERSEJARAH DI DESA BAHU PALAWA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Timur, dikenal dengan keragaman suku asli

KONSERVASI RUMAH KERAK BETANG DI DESA BUKIT RAWI

MORFOLOGI RUANG Studi Kasus Huma Gantung Buntoi

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.2. Tipologi kota-kota perairan di Pulau Kalimantan Sumber: Prayitno (dalam Yudha, 2010)

Arsitektur Dayak Kenyah

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang

PERATURAN DAN TATA TERTIB RUMAH KOS

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk

TATANAN SPASIAL PADA BANGUNAN RUMAH SEMBAU SUKU BULUNGAN DI TANJUNG PALAS, KALIMANTAN UTARA

PERUBAHAN RUANG PADA BANGUNAN RUMAH PANJAE SUKU DAYAK IBAN KALIMANTAN BARAT

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa budaya dari Etnis Tionghoa seperti Cheng beng, upacara

Konsep Design Mikro (Bangsal)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

Renovasi Rumah Tinggal Sederhana sebagai Pemenuhan Kebutuhan Konsumen pada Perumahan di Kabupaten Sidoarjo. Julistyana Tistogondo, ST, MT ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keadaan responden berdasarkan umur pada tabel 12 berikut ini:

POLA RUANG DALAM RUMAH PANGGONG DI KAMPUNG BONTANG KUALA

POLA LETAK STRUKTUR PONDASI PADA RUMAH LAMA PEKANBARU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 08 TAHUN 2006 BUPATI SUKAMARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI. perjalanan panjang sejarah Jambi yang telah meninggalkan banyak benda yang mempunyai nilai

HOTEL WISATA ETNIK DI PALANGKA RAYA

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 18 TAHUN 2002 (18/2002) TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

berbentuk persegi panjang yaitu memanjang dari selatan ke utara. Di desa ini

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap lingkungan budaya senantiasa memberlakukan nilai-nilai sosial budaya yang

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa

BAB I PENDAHULUAN. berbagai belahan bumi, dan masyarakat umumnya. 1 Etnobotani juga memiliki

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

STUDI TERHADAP POTENSI TEPIAN SUNGAI KAHAYAN MENJADI KAWASAN WISATA DI KOTA PALANGKA RAYA

MORFOLOGI BENTUK TAMPAK (Studi Kasus Huma Gantung Buntoi)

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

Kalimantan Tengah. Jembatan Kahayan

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah. 1. Geografis. a. Letak Desa. Banjarejo adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pemahaman Judul Tanjung Emas Container (Peti Kemas) Apartement

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah

KARAKTERISTIK PERUMAHAN DI KAWASAN TEPI SUNGAI MAHAKAM KASUS KELURAHAN SELILI KECAMATAN SAMARINDA ILIR KOTA SAMARINDA. Dwi Suci Sri Lestari.

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN USAHA RUMAH KOST DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Maluku Tengah merupakan salah satu. kabupaten di Provinsi Maluku, yang diapit oleh Laut Seram di

Oleh : Anggono Ariebowo, Bambang Suprijadi, Bambang Adji Murtomo

REVIEW PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SANGKURUN KOTA KUALA KURUN

RIVERWALK SEBAGAI RUANG TERBUKA ALTERNATIF DI KAWASAN FLAMBOYAN BAWAH KOTA PALANGKA RAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kota Balikpapan di pulau Kalimantan Timur Sumber: RTRW Kota Balikpapan

personal space Teks oleh Indra Febriansyah. Fotografi oleh Fernando Gomulya.

BAB V KESIMPULAN 5.1. Karakteristik Fisik Lingkungan Perumahan Pahandut Seberang

PENDAHULUAN Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

PERMOHONAN DUKUNGAN DANA PEMERINTAH PUSAT

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

kabel perusahaan telekomunikasi dan segala macam (Setiawan, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Dayak. Suku Dayak sendiri terbagi dalam kelompok-kelompok kecil,

KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

TINJAUAN DESAIN ARSITEKTUR HUMA GANTUNG BUNTOI

Bayanaka Canggu. tentang sebuah rumah peristirahatan di Bali, 2007 oleh: Fransiska Prihadi 1

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

TERBENTUKNYA POLA RUANG DALAM BATIH BARU RUMAH PANGGUNG DAYAK KENYAH DI DESA PAMPANG SAMARINDA

MANAJEMEN PEMBANGUNAN KOTA SEKOLAH PASCA SARJANA FAKULTAS TEKNIK

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR KABUPATEN

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

ADAPTASI TEKNOLOGI DI RUMAH ADAT SUMBA

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan

RUMAH ADAT LAMPUNG. (sumber : foto Tri Hidayat)

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DAN TEMPAT BERJUALAN PEDAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. lebih dulu telah merdeka bahkan jauh sebelum indonesia merdeka.

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB II TINJAUAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹.

BAB III METODE PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PASAR TRADISIONAL KABUPATEN PURBALINGGA

POLA PERKEMBANGAN PERMUKIMAN KAMPUNG ASSEGAF PALEMBANG

Transkripsi:

Volume 5 Nomor 1 Juli 2010 ISSN 1907-8536 KONSERVASI BANGUNAN BERSEJARAH DI DESA BAHU PALAWA Petrisly Perkasa 1) Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan atau perubahan pola tata ruang yang terjadi pada bangunan bersejarah Djaga Bahen di desa Bahu Palawa. Metode yang digunakan adalah deskriptif. Data diperoleh melalui wawancara dan hasil survey serta pengamatan. Analisis data menggunakan sketsa. Hasil penelitian merumuskan bahwa untuk meneliti perkembangan atau perubahan pola tata ruang yang terjadi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu, : 1). Penghuni, 2). Pekerjaan dan Perekonomian, 3). Religi dan Budaya, 4). Kebutuhan Ruang, 5). Orientasi Kata Kunci : Perkembangan pola ruang I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Rumah bersejarah Djaga Bahen terletak di desa Bahu Palawa, kecamatan Kahayan Tengah, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. Rumah ini pertama kali didirikan pada tahun 1933, kemudian mengalami beberapa kali penambahan ruang atau bangunan yang berakibat juga pada perubahan pola ruang dan bentuk bangunan secara keseluruhan. Hingga saat ini telah terjadi 4 kali penambahan ruang atau bangunan, yaitu pada tahun 1938, 1983, 1991, dan 1995. Walaupun pada rumah bersejarah Djaga Bahen ini telah beberapa kali mengalami perubahan pola ruang akibat dari adanya penambahan ruang atau bangunan baru, namun keaslianya tetap dipertahankan Penambahan ruang atau bangunan baru ini terjadi karena bertambahnya kebutuhan akan ruang baru yang dipengaruhi oleh faktor: ekonomi, kondisi social, religi, budaya, arsitektur, dan teknologi. Dengan ditelitinya faktor-faktor yang mempengaruhi, maka kita dapat mengetahui hal-hal apa saja yang ada di dalam faktor tersebut khususnya yang berkaitan dengan perkembangan perubahan pola ruang pada rumah bersejarah Djaga Bahen. III. RUMAH TRADISONAL DAYAK III.1. Rumah Betang Masyarakat Dayak mengenal beberapa jenis rumah tempat tinggal, diantaranya rumah Betang. Dapat dikatakan jenis rumah ini merupakan bentuk bangunan asli orang Dayak di Kalimantan Tengah. 1) Staf Pengajar Fakultas Teknik Universitas Kristen Palangkaraya. 14

ISSN 1907-8536 Volume 5 Nomor 1 Juli 2010 Dimasa lalu, merupakan tradisi bagi suku Dayak membangun rumah dilaksanakan bersama sama secara bergotong royong oleh seluruh keluarga. Pada waktu membangun rumah mereka selalu memilih lokasi di pinggir sungai. Rumah yang dibangun berukuran besar dengan panjang mencapai tiga puluh hingga seratus lima puluh meter, lebarnya antara sepuluh hingga tigapuluh meter, bertiang tinggi antara tiga hingga empat meter dari tanah. Bangunan rumah Betang terdiri dari beberapa ruangan, yaitu Betang Huma yang merupakan bangunan utama sebagai tempat tidur para penghuninya; ruang (los) tempat tamu tamu menginap; serta dapur yang seolah - olah terpisah dari bangunan utama. Dalam suatu rumah banyak terdapat dapur yang digunakan bersama sama oleh keluarga keluarga yang yang mendiami rumah tersebut. Diantara bangunan utama dan dapur terdapat karayan, yang menghubungkan kedua bagian tersebut. Ruangan ini berfungsi sebagai tempat istirahat para penghuninya, juga tempat menyimpan hasil hutan. III.2. Huma Gantung (Rumah Tinggi ) Rumah tinggi (Huma Gantung) dibuat diatas tiang tiang yang sangat tinggi, hingga mencapai empat meter atau lebih dari permukaan tanah. Rumah ini tidak begitu besar dibandingkan rumah Betang, namun tiang - tiang rumahnya lebih tinggi. Pembagian ruangan rumah ini tidak berbeda dengan rumah biasa, terdiri dari bangunan utama (betang huma) dan dapur yang dibangun dengan jarak 5-6 meter dari rumah utama. Didalam bangunan utama dibuat kamar kamar tidur yang saling berhadapan dan dipisahkan oleh sebuah ruangan (los) yang berfungsi sebagai tempat untuk tamu menginap serta menyimpan harta benda keluarga penghuni rumah. III.3. Rumah Panjang Rumah panjang yang merupakan rangkaian tempat tinggal yang bersambung, dikenal hampir oleh seluruh suku Dayak. Orang suku Iban menyebutnya Rumah Panjae dan Orang suku Banuaka menyebutnya Sao Langke.Rumah panjang memberikan makna tersendiri bagi penghuninya. Bagi masyarakat Iban dan Banuaka, rumah panjang adalah pusat kebudayaan mereka, karena hampir seluruh kegiatan hidup mereka berlangsung disana. Pola pemukiman rumah panjang erat hubungannya dengan sumber sumber makanan yang disediakan oleh alam sekitarnya, seperti lahan untuk berladang, sungai yang banyak ikannya, dan hutan yang dihuni oleh binatang buruan. Namun dewasa ini, ketergantungan pada alam secara bertahap sudah mulai berkurang. Rumah panjang menggambarkan keakraban hubungan dalam keluarga dan pada masyarakat. Rumah panjang juga memperkuat kesatuan dalam kegiatan ekonomi. Rumah panjang selain sebagai tempat kediaman juga merupakan pusat segala kegiatan tradisional warga masyarakat. IV. RUMAH DJAGA BAHEN Rumah Djaga Bahen terletak di desa Bahu Palawa, Kecamatan Kahayan Tengah Kabupaten Pulang Pisau, Propinsi Kalimantan Tengah. Djaga Bahen adalah salah satu tokoh masyarakat di desa Bahu Palawa pada masanya. Rumah Djaga Bahen ini pertama kali didirikan pada tahun 1933, kemudian secara bertahap rumah ini mengalami perkembangan pembangunan dengan penambahan ruangruang. Penambahan ruang-ruang itu terjadi pada tahun 1938, 1983, 1991, dan 1995. 15

Volume 5 Nomor 1 Juli 2010 ISSN 1907-8536 Keistimewaan rumah Djaga Bahen terutama dilihat dari nilai sejarahnya, karena rumah ini merupakan salah satu objek saksi sejarah cikal bakal berdirinya propinsi Kalimantan Tengah yaitu sebagai tempat musyawarah bagi masyarakat dayak dalam Kongres Serikat Kaharingan Dayak Indonesia (SKDI) pada tanggal 22 juli 1953. Gambar : Foto Rumah Djaga Bahen desa Bahu Palawa Sumber : Pribadi 2007 IV.1. Pola Tata Ruang Periode Tahun 1933-1937 Awal periode ini merupakan tahun pertama didirikannya rumah Djaga Bahen, tepatnya pada tahun 1933. Pola tata ruang yang digunakan pada periode ini masih sangat sederhana, yaitu terdiri dari deretan ruang-ruang kamar yang memanjang berbentuk linier, ruangan los yang berada di depan ruang kamar, dan dapur yang berada terpisah dengan rumah induk. Seperti gambar denah di bawah ini : Orientasi rumah ke sungai Hulu Hilir Hal-hal yang mempengaruhi bentuk pola tata ruang pada periode ini adalah: IV.1.1.. Fungsi ruang a. Ruang kamar : Karena rumah ini dihuni oleh banyak kepala keluarga, yaitu Djaga Bahen dan saudarasaudaranya, maka tiap kamar berfungsi sebagai tempat hunian untuk satu kepala keluarga yaitu sebagai tempat tidur dan privasi keluarga, sehingga dalam satu rumah terdiri dari deretan kamar - kamar yang berjumlah banyak disesuaikan dengan jumlah kepala keluarga yang menghuni rumah tersebut. 16

ISSN 1907-8536 Volume 5 Nomor 1 Juli 2010 b. Ruangan Los : Ruangan ini selain berfungsi sebagai ruang akses menuju kamar-kamar juga berfungsi sebagai tempat berkumpul para penghuni rumah dan sebagai tempat menginap para tamu, karena banyaknya ruang ini sehingga berbentuk los tanpa adanya penyekat. c. Dapur : Dalam sejarahnya Rumah Betang memiliki dapur yang terletak terpisah dari rumah. Begitu juga dengan rumah Djaga bahen ini, meskipun bukan merupakan Rumah Betang namun budaya Betang masih mempengaruhi dalam pembangunan rumah ini. Dapur terletak terpisah dari rumah induk, karena dapur ini berfungsi sebagai tempat memasak seluruh penghuni rumah dengan menggunakan tungku yang jumlah yang disesuaikan dengan jumlah kepala keluarga yang menghuni rumah tersebut. Dapur diletakkan terpisah dengan rumah utama agar kegiatan di dapur tidak mengganggu penghuni yang berada di dalam rumah induk dan apabila terjadi kebakaran, bahayanya tidak mudah mencapai rumah. Pada periode ini rumah tidak memiliki kamar mandi dan WC, karena para penghuni masih memanfaatkan sungai sebagai tempat mandi, mencuci, dan buang air besar/kecil. Selain itu, sungai juga dimanfaatkan sebagai sumber air minum dan keperluan rumah tangga lainnya. IV.1.2. Penghuni Pada periode ini rumah dihuni oleh 4 kepala keluarga, yaitu Djaga Bahen sebagai pemilik rumah dan saudara-saudaranya. Banyaknya penghuni karena dipengaruhi oleh faktor kehidupan politik pada saat itu, yaitu: 1. Agar keamanan penghuni dapat lebih terjaga, apabila ada serangan musuh maka mereka dapat menghadapi secara bersama-sama. 2. Karena masih adanya budaya kayau-mengayau yaitu pengorbanan kepala manusia sebagai persembahan kepada nenek moyang, sehingga masyarakat suku dayak yang dulunya tinggal terpencar di dalam hutan memilih untuk hidup kolektif secara bersama-sama dalam satu rumah. Dengan banyaknya penghuni dalam satu rumah, mempengaruhi bentuk dan pola tata ruang rumah. IV.1.3. Pekerjaan dan perekonomian Pada periode ini pekerjaan penghuni adalah berladang atau bertani, sehingga setiap harinya menghabiskan waktunya di ladang. Fungsi rumah hanya digunakan sebagai tempat istirahat, yaitu: tidur, makan, memasak, beribadah, dan tempat berkumpul keluarga. Sehingga tidak memerlukan banyak ruang, hanya memerlukan ruang-ruang yang dapat menampung kebutuhan para penghuni saja. 17

Volume 5 Nomor 1 Juli 2010 ISSN 1907-8536 IV.1.4. Religi dan budaya Agama yang dianut penghuni rumah pada periode ini adalah kaharingan, yang merupakan agama leluhur suku Dayak, yang ditandai dengan terdapatnya Balai Antang pada bagian atas pintu depan rumah sebagai tempat benda-benda persembahan yang dianggap dapat memperlancar rezeki penghuni dan melindungi penghuni dari pengaruh jahat. Budaya para leluhur suku Dayak juga sangat mempengaruhi pada bentuk pola tata ruang pada masa ini, yaitu: 1. Pola kamar yang berderet; menurut kepercayaan suku Dayak posisi kamar berorientasi kearah sungai dan diletakkan berderet menurut arus sungai yaitu dari arah hulu ke hilir sungai, hal ini disebabkan karena posisi bangunan yang berada di tepi sungai. Posisi kamar juga turut menentukan penghuni kamar, yaitu di bagian hulu dihuni oleh yang lebih muda, sedangkan di hilir dihuni oleh yang lebih tua. 2. Dapur yang berada disebelah hilir rumah; menurut kepercayaan suku Dayak posisi dapur harus berada di sebelah hilir rumah,karena mereka mengganggap posisi dapur ini dapat mempengaruhi suasana kehidupan/ ketentraman di dalam rumah. IV.1.5. Orientasi arah rumah Orientasi arah rumah pada masa ini berorientasi kearah sungai, karena pada masa ini sungai merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat suku Dayak yaitu sebagai sumber keperluan rumah tangga. Selain itu, sungai juga merupakan jalur transfortasi utama masyarakat suku Dayak. IV.2. Periode Tahun 1938-1982 Hal-hal yang mempengaruhi perubahan bentuk pola tata ruang pada periode ini adalah: Gambar : DenahRumah Djaga Bahen desa Bahu Palawa 1938 Sumber : Sketsa Pribadi 2007 18

ISSN 1907-8536 Volume 5 Nomor 1 Juli 2010 Keterangan: Bagian denah rumah yang berwarna merah yaitu ruang tamu, merupakan bangunan baru yang dibangun pada tahun 1938. IV.2.1. Fungsi Ruang Pada periode ini rumah mengalami penambahan ruang, yaitu: 1. Pada bagian depan mengalami penambahan ruang, yaitu ruang pertemuan masyarakat desa atau ruang tamu. fungsi dari ruang yang baru ini sepanjang periodenya yaitu: Sebagai ruang pertemuan masyarakat desa Ruang ini juga pernah difungsikan sebagai ruang kelas SR (Sekolah Rakyat) Sebagai markas kedua Gerakan Rahasia ALRI Sebagai tempat Kongres SKDI yang bertaraf nasional. 2. Penambahan ruang pada bangunan lama yang terletak di ujung hulu ruangan los, penambahan ruang pada bangunan lama ini hanya berupa penambahan sekat dinding tidak menambah bangunan baru. Fungsi dari ruang yang baru adalah sebagai kamar tidur. 3. Penyekatan dinding juga terdapat pada bagian hilir ruangan los, namun ukuran ruangnya lebih besar yaitu dua kali lipat dari penyekatan ruangan di bagian hulu yang keluarga. IV.2.2. Penghuni Pada awal periode yaitu tahun 1938, rumah ini masih dihuni oleh 4 kepala keluarga, namun seiring waktu rumah ini mengalami pertambahan penghuni. Pada tahun 1957 di rumah ini dihuni hingga mencapai 6 kepala keluarga, namun setelah salah satu kepala keluarga pindah dari rumah, yaitu Adji Bahen anak dari Djaga Bahen pada tahun 1958 maka penghuni rumah ini menjadi 5 kepala keluarga. Bertambahnya penghuni mempengaruhi perkembangan pola tata ruang rumah. IV.2.3. Pekerjaan dan perekonomian Pada periode tahun 1938 hingga 1982 pekerjaan penghuni rumah sudah mulai beragam, sehingga mempengaruhi perubahan pola tata ruang rumah karena adanya kebutuhan penghuni yang berbeda-beda. Dengan semakin meningkatnya pekerjaan dan perekonomian penghuni rumah, berakibat pada keinginan penghuni untuk mencerminkan kondisi identitas social ekonomianya melalui tempat tinggal. IV.2.4. Religi dan budaya Pada periode ini agama Kristen dan budaya Belanda sudah mulai masuk ke lingkungan suku Dayak sehingga mempengaruhi budaya yang ada. Hal ini dapat dilihat dari: 19

Volume 5 Nomor 1 Juli 2010 ISSN 1907-8536 1. Sudah tidak difungsikannya lagi Balai Antang sebagai tempat persembahan kepada leluhur setelah meninggalnya Djaga Bahen. 2. Bentuk rumah yang menyerupai rumah Belanda. 3. Terdapatnya ruang-ruang baru yang mengakibatkan bentuk pola rumah semakin menjauh dari pola rumah tradisional Dayak. IV.2.5. Orientasi arah rumah Orientasi arah bangunan pada saat ini masih berorientasi kearah sungai, karena sungai masih merupakan sumber kehidupan masyarakat suku Dayak pada masa ini dan sebagai jalur transfortasi utama. IV.3. Periode Tahun 1983-1990 Keterangan: Bagian denah rumah yang berwarna merah merupakan bangunan tambahan berupa dapur, dan tempat mandi dan cuci, yang dibangun pada tahun 1983. Gambar : DenahRumah Djaga Bahen desa Bahu Palawa 1983 Sumber : Sketsa Pribadi 2007 Hal-hal yang mempengaruhi bentuk pola tata ruang pada periode ini adalah: IV.3.1. Fungsi ruang 20 Seiring perkembangan jaman, maka semakin beragam juga pemanfaatan akan fungsi ruang, sehingga diperlukan ruang-ruang baru yang dapat menampung fungsi tersebut. Ruang-ruang baru yang dibangun pada periode ini adalah ruang dapur sekaligus ruang makan dan tempat mandi dan mencuci, Selain itu terjadi perubahan fungsi ruang yaitu ruang kamar tidur menjadi ruang santai dan ruang penghubung ke dapur.

ISSN 1907-8536 Volume 5 Nomor 1 Juli 2010 IV.3.2. Penghuni Jumlah penghuni pada masa ini masih bersifat kolektif, yaitu terdiri dari 5 kepala keluarga. Jumlah penghuni yang besar ini tidak terlalu mempengaruh kebutuhan akan ruang baru. IV.3.3. Pekerjaan dan perekonomian Pekerjaan dan perekonomian turut mempengaruhi penambahan ruang pada masa ini. Karena semakin meningkatnya perekonomian keluarga semakin tercermin juga status social ekonomi keluarga melalui kondisi rumah tempat tinggal mereka. IV.3.4. Religi dan budaya Pengaruh religi pada masa inii memiliki peran besar dalam perubahan pola tata ruang dalam bangunan, hal ini dapat dilihat dari bentuk pola tata ruang yang sudah tidak mengikuti aturanaturan lama yang sesuai dengan aturan leluhur mereka, karena pada masa ini seluruh penghuni rumah sudah tidak menganut agama lama lagi yaitu Kaharingan, tetapi sudah menganut agama Kristen. Pola tata ruang rumah yang tidak sesuai lagi dengan aturan leluhur dan kebudayaan suku Dayak. IV.3.5. Orientasi arah rumah Orientasi rumah pada periode ini juga masih berorientasi menghadap kea rah sungai, karena sungai masih merupakan jalur utama transfortasi pada masa itu. III.4. Periode Tahun 1991-1994 Keterangan: Bagian denah rumah yang berwarna merah merupakan bangunan tambahan berupa ruang tamu dan dapur, yang dibangun pada tahun 1991. Pada periode ini dapur lama yang berada dihilir telah dibongkar. Jalan desa Hulu Sungai sebagai Hilir Gambar : Denah Rumah Djaga Bahen desa Bahu Palawa 1991 Sumber : Sketsa Pribadi 2007 21

Volume 5 Nomor 1 Juli 2010 ISSN 1907-8536 Hal-hal yang mempengaruhi perubahan bentuk pola tata ruang pada periode ini adalah : IV.4.1. Fungsi ruang Pada periode ini fungsi dari ruang-ruang lama semakin berkurang, seperti: 1. Ruang dapur yang terpisah dari rumah; fungsi dari dapur ini sudah mulai berkurang dan jarang digunakan karena sudah terdapat dapur baru yang lebih baik dan nyaman, selain itu juga karena letaknya yang terpisah dari rumah sehingga kurang praktis. 2. Ruang Kamar tidur di bagian hilir dari rumah; dua buah kamar tidur pada bagian hilir sudah tidak berfungsi sebagai tempat tidur penghuni lagi, karena jumlah penghuni yang berkurang. Pada saat ini kamar berfungsi sebagai kamar tidur bagi tamu yang menginap. Selain dari fungsi kamar yang semakin berkurang, pada periode ini juga mengalami penam bahan ruang baru, yaitu ruang tamu dan dapur: Selain dari fungsi kamar yang semakin berkurang, pada periode ini juga mengalami penambahan ruang baru, yaitu ruang tamu dan dapur: 1. Ruang tamu dibangun disebelah hulu rumah, tepatnya disamping dapur lama (dapur 1)_. Ruang tamu ini menghadap kearah belakang rumah, karena pada periode ini kondisi Desa sudah mulai berkembang, jalan desa sudah berkembang kesegala arah. 2. Pada periode ini juga dibangun dapur baru (dapur 2), yang berfungsi sebagai tempat memasak dan ruang makan. Pada dapur baru ini peralatan yang digunakan sudah mulai modern, yaitu menggunakan kompor minyak untuk memasak, dan menggunakan meja makan sebagai tempat makan keluarga. IV.4.2. Penghuni Pada periode ini penghuni rumah Djaga Bahen semakin berkurang, sehingga ruang-ruang yang banyak di dalam bangunan sudah tidak berfungsi secara optimal, seperti bangunan dapur lama yang letaknya terpisah dari rumah, sudah jarang digunakan karena jumlah penghuni yang berkurang. Namun jumlah penghuni yang semakin berkurang tidak menjadi alasan untuk tidak menambah jumlah ruang yang ada. Hal ini terlihat dari bertambahnya ruang baru, yaitu ruang tamu dan dapur. IV.4.3. Pekerjaan dan perekonomian Pekerjaan pada periode ini pekerjaan penghun lebih bersifat formal, yaitu sebagai pegawai negeri dan staf kepala desa. Namun pekerjaan lama seperti berkebun tidak ditinggalkan, masih dikerjakan oleh sebagian keluarga. IV.4.4.Religi dan budaya Pengaruh religi dan budaya pada periode ini sangat besar dalam perkembangan pola tata ruang rumah Djaga Bahen, hal ini dapat dilihat dari pola tata ruang rumah yang tidak sesuai dengan aturan-aturan yang dipercaya oleh leluhur mereka. 22

ISSN 1907-8536 Volume 5 Nomor 1 Juli 2010 Akibat dari perubahan kepercayaan penghuni dan perkembangan budaya yang semakin meningkat khususnya budaya dari luar mengakibatkan peletakan posisi ruang tamu dan dapur yang tidak sesuai dengan aturan leluhur. Perkembangan budaya tidak hanya mempengaruhi pada perubahan penataan pola tata ruang rumah saja, tetapi juga mempengaruhi pada perubahan kehidupan dalam masyarakat, seperti kebiasaan masyarakat yang hidup secara kolektif dalam satu rumah. IV.4.5. Orientasi arah rumah Orientasi arah rumah pada periode ini berorientasi pada dua arah, yaitu berorientasi kearah sungai dan kearah jalan desa yang berada di bagian belakang rumah induk. III.5. Periode Tahun 1995 sampai sekarang Gambar : Denah Rumah Djaga Bahen desa Bahu Palawa 1995 Sumber : Sketsa Pribadi 2007 Keterangan: Bagian denah rumah yang berwarna merah merupakan bangunan tambahan berupa WC dan gudang yang dibangun pada tahun 1995. Hal-hal yang mempengaruhi perubahan bentuk pola tata ruang pada periode ini adalah: IV.5.1. Fungsi rumah Pada periode ini rumah rumah Djaga Bahen sudah tercatat sebagai bangunan bersejarah sesuai dengan Surat Keputusan Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala. Departemen Pendidikan Nasional, Nomor : 715/C1/FS.3/2000, Tanggal : 29 Juni 2000. Provinsi : Kalimantan Tengah Tercatatnya bangunan sebagai rumah bersejarah sehingga banyaknya tamu-tamu yang berkunjung dengan berbagai keperluan. Hal ini yang menyebabkan dibangunnya kamar mandi atau WC pada bagian tengah belakang rumah induk 23

Volume 5 Nomor 1 Juli 2010 ISSN 1907-8536 IV.5.2. Penghuni Pada periode ini penghuni dari rumah, hanya terdiri dari satu kepala keluarga, yaitu Walderman Manan (keponakan Djaga Bahen) beserta anak, menantu, dan 3 orang cucunya. IV.5.3. Pekerjaan dan perekonomian Pekerjaan dan perekonomian pada periode ini tidak berbeda dengan pekerjaan dan perekonomian pada periode sebelumnya yaitu sebagai pegawai negeri, staf Kepala desa, dan berkebun/ bertani. IV.5.4. Religi dan kebudayaan Pengaruh kebudayaan luar yang semakin berkembang pada periode ini yaitu kebiasaan masyarakat yang sudah mulai jarang memanfaatkan sungai sebagai tempat aktifitas MCK. IV.5.5. Orientasi arah rumah Orientasi arah bangunan pada periode ini masih berorientasi ke dua arah, yaitu kearah sungai sebagai akses utama dan kearah jalan desa sebagai akses tambahan. V. KESIMPULAN Dari uraian dapat disimpulkan bahwa Perubahan Pola Tata Ruang Rumah Djaga Bahen dipengaruhi oleh beberapa faktor,yaitu: V.I. Penghuni : Perubahan jumlah penghuni merupakan salah satu penyebab terjadinya perubahan pola tata ruang dan fungsi dari sebuah ruang di dalam rumah. Jumlah penghuni rumah Djaga Bahen yang berubah pada setiap periode mengakibatkan adanya perubahan pola tata ruang pada rumah tersebut. Rumah Djaga Bahen yang pada awalnya dihuni oleh 4 kepala keluarga hanya memiliki 4 buah kamar dan 1 ruang los. Namun setelah jumlah penghuni rumah ini bertambah maka terjadi perubahan pola tata ruang karena adanya kebutuhan ruang. Penambahan jumlah penghuni juga dapat menyebabkan perubahan fungsi ruang. V.2. Religi dan Budaya : Kepercayaan yang dianut oleh penghuni mempengaruhi pola tata ruang rumah Djaga bahen ini. Dalam merencanakan perletakan ruang ruang, penghuni yang pada waktu itu yang beragama Kaharingan masih mempercayai mitos - mitos. Namun setelah penghuninya berpindah kepercayaan menjadi agama Kristen, dalam perletakan ruang tidak lagi dipengaruhi oleh mitos. V.3. Perekonomian : Perekonomian dan pekerjaan penghuni sangat berpengaruh dalam perubahan pola tata ruang rumah ini, kemampuan penghuni dalam hal ekonomi mendukung dalam perubahan pola tata ruang. Pekerjaan penghuni yang menuntut adanya ruang tertentu, juga turut mempengaruhi pola tata ruang rumah ini. 24

ISSN 1907-8536 Volume 5 Nomor 1 Juli 2010 V.4. Kebutuhan Ruang : Adanya kebutuhan ruang yang semakin bertambah, menuntut penghuni rumah ini melakukan penambahan ruang. Dengan adanya penambahan ruang ini pola tata ruang yang sebelumnya menjadi berubah, V.5. Infrastruktur : Perkembangan infrastruktur yang semakin pesat mempengaruhi arah orientasi bangunan. Rumah Djaga Bahen yang dahulunya hanya memiliki satu arah orientasi, seiring dengan perkembangan pembangunan infrastruktur jalan maka rumah ini memiliki dua arah orientasi, yaitu satu kearah sungai Kahayan yang merupakan jalur transportasi sungai dan yang kedua kearah jalan desa yang merupakan jalur transportasi darat. DAFTAR PUSTAKA Cornelis vande de Ven, 1986. RUANG dalam ARSITEKTUR Francis D.K Ching, BENTUK RUANG DAN SUSUNANNYA Heinz Frick, 1997. Pola Struktural dan Teknik Bangunan di Indonesia.Riwut, Cilik, 1993. Kalimantan membangun-alam dan kebudayaan, Tiara Wancana, Yogyakarta. Lembaga Penelitian Universitas Palangka Raya dengan Pemerintah Propinsi Kalimantan tengah, 2004. Sejarah Kalimantan Tengah, Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah. Palangka Raya. Riwut, Cilik, 1962. Memperkenalkan Kalimantan Tengah dan Pembangunan Ibukota Palangka Raya, Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah. Palangka Raya. KEBUDAYAAN DAYAK, Aktualisasi dan Transformasi. Diterbitkan atas kerja sama LP3S Institut of Dayakology Reseach and Development dengan Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Sekertariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Tingkat 1 Kalimantan Tengah Palangka Raya, 1986. Sejarah Pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Tingkat 1 Kalimantan Tengah. Palangka Raya. 25