Pengaruh ketebalan terhadap akurasi persamaan Rosenthal untuk model analitik distribusi suhu proses pengelasan Djarot B. Darmadi

dokumen-dokumen yang mirip
Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

Konduksi Mantap 2-D. Shinta Rosalia Dewi

PENYELESAIAN MODEL DISTRIBUSI SUHU BUMI DI SEKITAR SUMUR PANAS BUMI DENGAN METODE KOEFISIEN TAK TENTU. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H.

Studi Analitik dan Numerik Perpindahan Panas pada Fin Trapesium (Studi Kasus pada Finned Tube Heat Exchanger)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI ANALISA PERPINDAHAN PANAS TERHADAP RECTANGULAR DUCT DENGAN TEBAL m MENGGUNAKAN ANSYS 12 SP1 DAN PERHITUNGAN METODE NUMERIK

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

SIMULASI PERPINDAHAN PANAS GEOMETRI FIN DATAR PADA HEAT EXCHANGER DENGAN ANSYS FLUENT

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

II. TINJAUAN PUSTAKA. seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan. Kegiatankegiatan

SOLUSI ANALITIK MASALAH KONDUKSI PANAS PADA TABUNG

SOLUSI ANALITIK DAN SOLUSI NUMERIK KONDUKSI PANAS PADA ARAH RADIAL DARI PEMBANGKIT ENERGI BERBENTUK SILINDER

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-351

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

DISTRIBUSI TEMPERATUR AREA PEMOTONGAN PADA PROSES DRAY MACHINING BAJA AISI 1045

Menentukan Distribusi Temperatur dengan Menggunakan Metode Crank Nicholson

Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger

BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS

Teknik Simulasi Untuk Memprediksi Keandalan Lendutan Balok Statis Tertentu

Sidang Tugas Akhir - Juli 2013

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN PIPA YANG MENEMBUS PELAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

SIMULASI Kendalan (Reliability Simulation)*

METODE ELEMEN BATAS UNTUK MASALAH TRANSPORT

PERCOBAAN PENENTUAN KONDUKTIVITAS TERMAL BERBAGAI LOGAM DENGAN METODE GANDENGAN

P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

SIMULASI ALIRAN PANAS PADA SILINDER YANG BERGERAK. Rico D.P. Siahaan, Santo, Vito A. Putra, M. F. Yusuf, Irwan A Dharmawan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap

Metode Elemen Batas (MEB) untuk Model Konduksi-Konveksi dalam Media Anisotropik

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh : JOKO SUPRIYANTO NIM. I

1. Dr. Ridho Hantoro, ST, MT 2. Dyah Sawitri, ST, MT

Studi Analitik dan Numerik Perpindahan Panas pada Fin Trapesium (Studi Kasus pada Finned Tube Heat Exchanger)

ANALISIS DAN SIMULASI DISTRIBUSI PANAS PADA HEAT SINK PROCESSOR CPU DENGAN COMSOL MULTIPHYSICS

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

Studi Numerik Pengaruh Gap Ratio terhadap Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas pada Susunan Setengah Tube Heat Exchanger dalam Enclosure

Latar belakang. Oleh: Sukendro. Bs Nrp

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi

BAB 4 ANALISA PANAS HIDRASI PONDASI BORED PILE JEMBATAN SURAMADU. mengenai diameter dan kedalaman pondasi, kedalaman air laut, dan kedalaman

PERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

RANCANG BANGUN ALAT PENGONDISI TEMPERATUR AIR PADA BUDI DAYA UDANG CRYSTAL RED

METODOLOGI PENELITIAN

Tugas Akhir ANALISA PENGARUH LAS TITIK DAN URUTAN PENGELASAN TERHADAP DISTORSI DAN TEGANGAN SISA PADA PENGELASAN SAMBUNGAN PIPA ELBOW DENGAN METODE

Gambar 2.1.(a) Geometri elektroda commit to Gambar user 2.1.(b) Model Elemen Hingga ( Sumber : Yeung dan Thornton, 1999 )

Frek = 33,5 Hz. Gambar 4.1 Grafik perpindahan massa kecepatan aliran 1.3 m/s 2. Untuk kecepatan aliran 1.5 m/s

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA PENDINGIN CPU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA TEGANGAN SISA DAN DISTORSI PADA PENGELASAN FILLET T-JOINT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

BAB I PENDAHULUAN. fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal

HASIL DAN PEMBAHASAN

Heat and the Second Law of Thermodynamics

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Bergelombang untuk Pengering Bunga Kamboja

MUHAMMAD SYAHID THONTHOWI NIM.

BAB 4 HASIL SIMULASI DAN DISKUSI

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Model Aliran Panas

Perbandingan Distribusi Temperatur Pada Drum Brakes Standar dan Modifikasi

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH BUKAAN CEROBONG PADA OVEN TERHADAP KECEPATAN PENGERINGAN KERUPUK RENGGINANG

BAB III LANDASAN TEORI. ur yang memikul gaya tarik aksial terfaktor N u harus memenuhi : N u. N n... (3-1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

viii DAFTAR GAMBAR viii

9/17/ KALOR 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN KULIAH STRUKTUR BAJA 1. Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik dan Informatika Undiknas University

FISIKA EKSPERIMENTAL I 2014

ANALISIS TEMPERATUR DAN ALIRAN UDARA PADA SISTEM TATA UDARA DI GERBONG KERETA API PENUMPANG KELAS EKONOMI DENGAN VARIASI BUKAAN JENDELA

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

ANALISA KINERJA ALAT PENUKAR KALOR JENIS PIPA GANDA

Studi Eksperimen Pengaruh Durasi Gesek, Tekanan Gesek Dan Tekanan Tempa Pengelasan Gesek (FW) Terhadap Kekuatan Tarik dan Impact Pada Baja Aisi 1045

PENGEMBANGAN PROGRAM PERHITUNGAN KOEFISIEN DIFUSI MATERIAL DALAM REKAYASA PERMUKAAN

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

TRANSPORT MOLEKULAR TRANSFER MOMENTUM, ENERGI DAN MASSA RYN. Hukum Newton - Viskositas RYN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: G-10

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca

Momentum, Vol. 9, No. 1, April 2013, Hal ISSN ANALISA KONDUKTIVITAS TERMAL BAJA ST-37 DAN KUNINGAN

PENGARUH MODIFIKASI BOUNDARY CONDITION PADA STAMP-TYPE SENSOR TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I-I Gambar 5.1. Tampak atas gerusan pada pilar persegi

TUGAS AKHIR SIMULASI NUMERIK PERPINDAHAN PANAS KONDUKSI DUA DIMENSI PADA LAS TITIK DENGAN METODE BEDA HINGGA

PERMODELAN PERPINDAHAN MASSA PADA PROSES PENGERINGAN LIMBAH PADAT INDUSTRI TAPIOKA DI DALAM TRAY DRYER

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

ANALISIS PERPINDAHAN KALOR YANG TERJADI PADA RECTANGULAR DUCT DENGAN ANSYS 11 SP1 DAN PERHITUNGAN METODE NUMERIK

Pemodelan dan Simulasi Urutan Pengelasan Bilah Roda Traktor Berbasis Metoda Elemen Hingga

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

Transkripsi:

Pengaruh ketebalan terhadap akurasi persamaan Rosenthal untuk model analitik distribusi suhu proses pengelasan Djarot B. Darmadi FT Mesin Universitas Brawijaya, MT Haryono 167, Malang Indonesia, 65145 email: b_darmadi_djarot@ub.ac.id Abstrak Persamaan Rosenthal menyediakan jawaban analitik distribusi temperature dari sumber panas yang bergerak pada permukaan padat semi-infinite. Untuk plat dengan ketebalan terbatas persamaan Rosenthal tersebut dikoreksi menggunakan fungsi Bessel jenis kedua ordo nol yang dimodifikasi (modified Bessel function second kind zero order). Tidak terdapat penjelasan terperinci kapan digunakan persamaan Rosenthal terkoreksi tersebut. Pada artikel ini dievaluasi akurasi kedua persamaan pada model proses pengelasan dengan tebal bervariasi. Parameter proses dan kondisi pengelasan menggunakan data-data eksperimen pada artikel-artikel penulis yang telah terpublikasi sebelumnya. Model elemen hingga juga disusun untuk verifikasi jawaban analitis yang diperoleh dari kedua pendekatan analitik tersebut. Hasil verifikasi menunjukkan persamaan Rosenthal lebih mendekati jawaban model elemen hingga untuk tebal diatas 10mm sedangkan untuk tebal dibawah 10mm perlu dikoreksi dengan menggunakan fungsi Bessel jenis kedua ordo nol yang dimodifikasi. Kata kunci : Rosenthal, jawaban analitik, distribusi suhu, pengelasan, tebal plat. Pendahuluan Parameter proses pengelasan optimum harus ditentukan dan dituangkan dalam lembaran spesifikasi prosedur pengelasan (Welding Procedure Specification). Pada awalnya parameter optimum proses pengelasan tersebut diperoleh dengan metode eksperimen secara try and error yang memerlukan banyak waktu dan biaya. Dengan semakin berkembangnya metode numerik khususnya Metode Elemen Hingga (MEH) parameter optimum tersebut dapat diprediksi menggunakan komputer sebelum akhirnya parameter dengan jumlah terbatas diuji secara eksperimen. Meskipun MEH telah terbukti dapat memberikan prediksi akurat tetapi paling tidak terdapat dua kekurangan yakni waktu simulasi yang lama dan pembuatan model elemen hingga yang memerlukan tenaga ahli. Pada sisi lain, menggunakan persamaan analitis dapat memberikan hasil dalam waktu cepat dan setiap orang dapat menggunakan persamaan analitis tersebut tanpa menemui kesulitan. Meskipun begitu perlu dicatat, persamaan analitis hanya bisa diaplikasikan pada model-model sederhana dengan berbagai batasan serta asumsi-asumsi yang harus berlaku pada kondisi nyata. Salah satu hasil prediksi yang dapat dijadikan indikasi parameter proses pengelasan optimum adalah distribusi suhu dari proses pengelasan tersebut. Terdapat jawaban analitik yang diusulkan oleh Rosenthal untuk distribusi suhu pada plat semi-infinite [1]. Untuk plat dengan tebal terbatas persamaan Rosenthal dikoreksi menggunakan fungsi Bessel jenis dua ordo nol yang dimodifikasi K 0 (x). Tidak terdapat referensi yang jelas kapan persamaan Rosenthal harus dikoreksi, oleh karena itu pengaruh ketebalan dievaluasi pada tulisan kali ini sehingga pada akhirnya dapat ditentukan pada ketebalan berapa dapat digunakan persamaan Rosenthal untuk plat semi infinite dan kapan faktor koreksi K 0 (x) harus digunakan. Metode Pertama dievaluasi distribusi suhu pada kasus semi infinite solid dimana berlaku persamaan Rosenthal. Parameter dan kondisi pengelasan menggunakan data eksperimen pada tulisan-

tulisan terdahulu [2-5] yang telah terpublikasi, yakni: daya pengelasan q = 2000 Volt Ampere, kecepatan proses pengelasan 5mm/s. Bahan memiliki konduktivitas panas = 45 watt/mc, masa jenis = 8000 kg/m 3 dan panas jenis c p = 431,75 J/kgC. Model FEM yang sesuai dengan menggunakan parameter serta kondisi pengelasan yang sama dibuat dan disimulasikan untuk berbagai ketebalan. Pada saat yang sama, juga dianalisa distribusi suhu menggunakan persamaan Rosenthal yang dikoreksi menggunakan fungsi K 0 (x). Distribusi suhu untuk berbagai variasi ketebalan yang diperoleh dari FEM, persamaan Rosenthal, persamaan Rosenthal terkoreksi dibandingkan dan dievaluasi untuk menentukan tebal batas dimana persamaan Rosenthal dapat diaplikasikan dan dimana faktor koreksi K 0 (x) harus digunakan. Persamaan Rosenthal Persamaan Rosenthal disusun berdasar bentuk kampuh las. Evaluasi terhadap kampuh las menunjukkan bahwa pada bidang melintang arah pengelasan (potongan transversal), kampuh simetris terhadap sumbu yang melalui pusat pengelasan sementara pada dua bidang saling tegak-lurus lainnya (potongan arah longitudinal) kampuh tidak simetris, yakni agak memanjang pada arah berlawanan dengan arah pengelasan. Karenanya persamaan distribusi suhu secara umum berbentuk seperti pada Pers. 1. T exp v / 2. f, y, z (1) dimana v adalah kecepatan pengelasan, adalah difusivitas termal (m 2 /s) dan (,y,z) adalah jarak relatif dari pusat las secara berturut-turut dalam arah longitudinal, pada permukaan plat tegak lurus arah longitudinal dan pada arah ketebalan plat. f (, y, z) adalah fungsi simetrik sementara exp v / 2 merupakan fungsi asimetrik. Difusivitas termal dapat juga dinyatakan sebagai:. c p Pada potongan transversal melalui pusat pengelasan bernilai nol sehingga hanya tertinggal suku fungsi simetrik. Untuk Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV) potongan transversal yang lain dengan berbagai nilai maka suku asimetrik bernilai konstan, dan hasil Pers. 1 merupakan fungsi simetrik. Hasil ini sesuai dengan kondisi kampuh las dimana kampuh berbentuk simetris pada penampang lintangnya. Pada potongan longitudinal suku asimetris bervariasi dengan variasi. Hasil akhir perkalian suku asimetris dan suku simetris merupakan persamaan asimetris, sehingga pada potongan longitudinal hasilnya merupakan persamaan asimetris. Jika v bernilai nol, yakni kondisi distribusi panas pada sumber panas yang diam maka suku asimetris bernilai satu dan hanya tertinggal suku simetris. Evaluasi distribusi suhu dari sumber panas yang diam tentu saja jauh lebih mudah dilaksanakan daripada sumber panas yang bergerak, dan berdasar analisa dan data eksperimen suku simetris q dari Pers. 1 adalah: exp vr / 2 2R sehingga Pers. 1 dapat ditulis ulang sebagaimana terlihat pada Pers. 2. T T q exp v 2R 0 R / 2 (2) Perlu dicatat disini persamaan Rosenthal hanya mempertimbangkan perpindahan panas konduksi. Pada saat pengelasan sedang berlangsung kondisi ini dapat diterima karena konstanta konduktivitas termal ada pada nilai puluhan yakni sepuluh kali lebih dari koefisien konveksi. Sementara koefisien Stefan-Boltzman untuk menghitung perpindahan panas untuk radiasi ada pada ordo 10-8 yang memiliki pengaruh lebih kecil lagi. Perpindahan panas secara konveksi mungkin baru memiliki pengaruh signifikan saat panas oleh lasan telah dimatikan dan panas pada plat terserap lingkungan. Kedua, persamaan Rosenthal tidak melibatkan tebal dari plat karena plat dianggap memiliki tebal tak terbatas. Untuk melibatkan pengaruh tebal plat, penyelesaian Rosenthal perlu dikoreksi dengan melibatkan fungsi K 0 (x) yang akan dibicarakan pada sub-bab berikutnya. Menggunakan parameter dan kondisi pengelasan seperti telah disebutkan terdahulu distribusi temperatur ditinjau secara relatif terhadap pusat pengelasan dapat diperoleh dan disajikan pada Gambar 1. Gambar 1 menyajikan distribusi temperatur pada

Gambar 1. Distribusi temperature pada semi infinite solid. permukaan plat, potongan longitudinal dan potongan transversal (melintang) yang melalui titik pusat pengelasan. Dari Gambar 1 dapat dilihat distribusi suhu pada permukaan plat (bagian kiri atas dari Gambar 1) dapat mewakili distribusi temperatur secara keseluruhan. Pada potongan longitudinal (bagian bawah dari Gambar 1) sama dengan separoh dari bagian distribusi temperature pada permukaan dan pada potongan transversal (bagian kanan atas dari Gambar 1) garis isothermal merupakan lingkaran yang jari-jarinya dapat diprediksi dari perpotongan garis isothermal dengan sumbu vertikal dari bagian kiri atas dari Gambar 1. Berdasar pertimbangan ini, hanya distribusi temperatur pada permukaan yang akan dibandingkan dan dievaluasi pada subbab sub-bab berikutnya. Modifikasi fungsi Bessel K 0 (x) Evaluasi terhadap ketebalan melibatkan jawaban yang melibatkan fungsi ketebalan seperti dapat dilihat pada Pers. 3 dengan h menyatakan tebal plat yang dievaluasi. T T 0 q vr exp 0 2R 2 v / 2. K (3) Pers. 2 dapat ditulis ulang lagi dalam bentuk q vr v T T0 exp.exp. Menarik 2R 2 2 untuk mengevaluasi perbandingan faktor v vr exp dan K 0 yang disajikan pada 2 2 Gambar 2. Secara umum dapat dikatakan nilai K 0 (x) lebih besar dibanding dengan nilai exp(-x). Gambar 2. K 0 (x) vs exp(-x)

Model elemen hingga Pada dasarnya model elemen hingga adalah penyelesaian menggunakan metode numerik. Persamaan pendekatan diaplikasikan pada elemen-elemen kecil. Korelasi antar elemen dinyatakan dalam persamaan kompatibilitas. Atau dapat dikatakan dengan persamaan kompatibilitas ini, elemen-elemen dihubungkan serta membentuk sistim global yang akan dievaluasi. Kondisi batas dari sistim global diterapkan untuk mendapatkan penyelesaian yang diinginkan. Pada Gambar 3 ditampilkan model elemen hingga dari pelat panjang dan lebar dengan ketebalan yang dapat divariasikan. Perlu dicatat disini, bagian diluar kotak yang dievaluasi diperlukan untuk menggambarkan model semi-infinite solid. Gambar 5 menunjukkan contoh distribusi temperatur pada bagian permukaan atas dari kotak Gambar 4 yang selanjutkan data numeriknya diolah dan dibandingkan dengan jawaban analitis. Gambar 5. Contoh distribusi temperature dari model elemen hingga. Gambar 3. Model elemen hingga. Gambar 4. Bagian yang dievaluasi Gambar 3 menunjukkan model dengan ketebalan 20mm. Bagian berwarna ungu adalah bagian kotak yang dievaluasi dan dibandingkan dengan jawaban analitik dari persamaan Rosenthal untuk semi infinite solid maupun yang melibatkan faktor koreksi K 0. Gambar 4 menunjukkan bagian kotak yang dievaluasi pada Gambar 3 yang diperbesar. Hasil dan diskusi Karena persamaan Rosenthal tidak melibatkan fungsi ketebalan, maka hanya satu jawaban untuk distribusi suhu, yakni seperti terlihat pada Gambar 6. Distribusi suhu hasil perhitungan menggunakan persamaan Rosenthal yang melibatkan K 0 dan hasil simulasi FEM disajikan pada Gambar 7-10. Gambar 7 menyajikan hasil perhitungan dan simulasi untuk plat dengan tebal 5mm, Gambar 8 untuk plat dengan tebal 10mm, Gambar 9 untuk plat dengan tebal 15mm dan Gambar 10 untuk plat dengan tebal 20mm. Secara umum dapat dikatakan persamaan Rosenthal dengan K 0 dapat memberikan jawaban dengan hasil mendekati hasil simulasi FEM hingga tebal plat 10mm. Mulai plat dengan ketebalan 15mm, persamaan Rosenthal untuk kasus semi infinite solid memberikan jawaban yang lebih mendekati hasil simulasi FEM. Pada kasus plat dengan tebal 15mm, garis isothermal untuk suhu 1400C tidak tampak pada grafik disebabkan daerah dengan suhu lebih besar atau sama dengan 1400C hanya melingkupi luasan yang kecil. Pada kasus plat dengan tebal 20mm, garis isothermal untuk

Gambar 6. Distribusi temperature persamaan Rosenthal Gambar 8b. Distribusi temperature MEH untuk plat tebal 10mm. Gambar 7a. Distribusi temperature persamaan Rosenthal dengan K 0 untuk plat tebal 5mm. Gambar 9a. Distribusi temperature persamaan Rosenthal dengan K 0 untuk plat tebal 15mm. Gambar 7b. Distribusi temperature MEH untuk plat tebal 5mm. Gambar 9b. Distribusi temperature MEH untuk plat tebal 15mm. Gambar 8a. Distribusi temperature persamaan Rosenthal dengan K 0 untuk plat tebal 10mm. Gambar 10a. Distribusi temperature persamaan Rosenthal dengan K 0 untuk plat tebal 20mm.

sebaiknya digunakan persamaan Rosenthal untuk kasus semi infinite solid. 2. Tampaknya faktor koreksi K 0 (x)/h memberikan efek pengaruh ketebalan yang terlalu besar dibanding seharusnya. 3. Perlu dikembangkan faktor koreksi lain yang dapat lebih mewakili distribusi suhu terutama untuk plat mendekati tebal batas, yakni dalam kasus ini tebal 10mm. Gambar 10b. Distribusi temperature MEH untuk plat tebal 20mm. suhu 800C juga mulai tidak tampak pada gambar. Dengan kata lain dapat dikatakan garis isothermal menyempit dengan semakin meningkatnya suhu. Hal ini disebabkan pada Pers. 3 kenaikan temperature berbanding terbalik dengan ketebalan plat, sehingga semakin tebal plat kenaikan temperature semakin kecil sehingga garis isothermal untuk suhu tertentu semakin menyempit hingga saat tebal 15mm garis isothermal untuk suhu 1400C mulai tidak tampak dan untuk tebal 20mm garis isothermal untuk suhu 800C juga mulai menghilang. Catatan khusus perlu diberikan untuk kasus tebal 10mm, meskipun garis isothermal untuk suhu rendah 200C dapat diwakili dengan persamaan Rosenthal dengan K 0 tetapi garis isothermal dengan suhu yang lebih tinggi terlalu cepat mengecil bahkan prediksi distribusi suhu oleh persamaan Rosenthal untuk kasus semi infinite solid memberikan prediksi distribusi suhu yang lebih baik untuk garis isothermal 500C keatas. Kesimpulan Berdasar hasil evaluasi distribusi suhu menggunakan persamaan Rosenthal untuk semi infinite solid, persamaan Rosenthal dengan faktor koreksi K 0 dan hasil simulasi model FEM dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini: 1. Untuk parameter dan kondisi pengelasan seperti dibahas pada tulisan ini, maka tebal 10mm merupakan batas dimana dibawah tebal tersebut sebaiknya digunakan persamaan Rosenthal dengan faktor koreksi K 0 dan dengan tebal diatasnya Referensi [1] Daniel Rosenthal. Mathematical theory of heat distribution during welding and cutting. Welding Journal, vol. 20 (1941), pp. 220s 234s. [2] Djarot B. Darmadi, John Norrish and Anh Kiet Tieu. Analytic and finite element solutions for temperature profiles in welding using varied heat source models. World academy of science, Engineering and Technology (WASET) 81 (2011), Singapore. [3] Djarot B. Darmadi, Anh Kiet Tieu and John Norrish. A validated thermal model of bead-on-plate welding. Heat and Mass Transfer, vol.48 (2012), pp.1219 1230. [4] Djarot B. Darmadi, Anh Kiet-Tieu and John Norrish, A validated thermomechanical FEM model of bead-on-plate welding, International Journal of Materials and Product Technology, vol 48. Nos. 1-4 (2014), pp.146 166. [5] Djarot B. Darmadi (inpress), Evaluation of the effects of melting phenomenon on the residual stress formation in ferritic pipeline multi pass girth-weld joints, International Journal of Engineering Systems Modelling and Simulation.