ANALISIS KEMISKINAN DAN DISPARITAS EKONOMI DI KABUPATEN BANYUWANGI MELALUI PENDEKATAN PARTISIPATIF

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI

KEBIJAKAN PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI KAJIAN POTENSI SEKTOR BASIS DI KABUPATEN BANYUWANGI

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF DAN STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BANYUWANGI. Abd. Rahman

Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Disparitas Pendapatan Antar Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi

LAPORAN PENELITIAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Yagi Sofiagy, FE UI, 2010.

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DI KABUPATEN BANYUWANGI. Nur Anim Jauhariyah & Nurul Inayah

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah itu sendiri maupun pemerintah pusat. Setiap Negara akan

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah umumnya mempunyai masalah di dalam proses. pembangunannya, masalah yang paling sering muncul di dalam wilayah

dengan 7 (tujuh), sedangkan target nomor 8 (delapan) menjadi Angka kematian ibu per kelahiran hidup turun drastis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Tipologi Pertumbuhan Ekonomi Dan Disparitas Pendapatan Dalam Implementasi Otonomi Derah di Propinsi Jambi. Oleh : Etik Umiyati.SE.

PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

Analisis Dan Perhitungan Pembanding Kemiskinan Di Provinsi Lampung

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses untuk

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga dikatakan bahwa pembangunan ekonomi dapat mendorong

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan, dan tingkat pengangguran (Todaro, 2000:93). Maka dari itu

PERTUMBUHAN EKONOMI SEKADAU TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

Analisa Keterkaitan Ketimpangan Pembangunan Antar Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan suatu perekonomian dalam satu periode ke periode

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu Negara berkembang, merupakan Negara yang selalu

DAMPAK BELANJA DAERAH TERHADAP KETIMPANGAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB III METODE PENELITIAN. struktur dan pertumbuhan ekonomi, tingkat ketimpangan pendapatan regional,

ANALISA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH DI PULAU SUMATERA. Etik Umiyati

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak,

VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Secara defenitif, pada awalnya pengertian pembangunan ekonomi diberi

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

Analisis Isu-Isu Strategis

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sekadau 2016

Penentuan Pusat Pertumbuhan dan Wilayah Pengaruhnya Berbasis Z-score Analysis dan Gravity Index (Studi Kasus: Provinsi Maluku)

BAB 3 METODOLOGI. Gambar 3.1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu :

BAB V PENUTUP. Hasil perhitungan pada bab IV sebelumnya pada perhitungan rasio gini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BERITA DAERAH KOTA CIREBON

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

PERTUMBUHAN EKONOMI SEKADAU TAHUN 2015

ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTARA KECAMATAN DI KOTA AMBON Analysis of the Development Imbalance between Districts in Ambon City

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. analisis, menunjukkan hasil bahwa keadaan perekonomian dan pola perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan lapangan kerja dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi

Transkripsi:

ANALISIS KEMISKINAN DAN DISPARITAS EKONOMI DI KABUPATEN BANYUWANGI MELALUI PENDEKATAN PARTISIPATIF Nur Anim Jauhariyah Institut Agama Islam Darussalam (IAIDA) Banyuwangi Abstrak Gambaran kemiskinan di Kabupaten Banyuwangi, walaupun telah terjadi penurunan jumlah penduduk miskin secara konsisten, namun jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan dapat dikatakan masih cukup besar. Analisis kemiskinan di Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, dan Licin menggunakan pendekatan partisipatif Participatory Rural Appraisal (PRA) dan disparitas ekonomi menggunakan analisis Indeks Williamson dan Indeks Entropy Theil. Hasil analisis menunjukkan bahwa enyebab kemiskinan dan ketimpangan ekonomi di Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, dan Licin antara lain Umur, tingkat pendidikan, kondisi rumah tempat tinggal, sebagai beberapa faktor internal penyebab kemiskinan dan kebijakan pemerintah, keterbatasan modal, frekuensi kegiatan penyuluhan sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi tingkat pendapatan rumah tangga dan merupakan indikator penyebab terjadinya kemiskinan di Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, dan Licin. Hasil analisis IW menunjukkan bahwa pada Tahun 2012, ketimpangan tertinggi berada di Kecamatan Muncar dengan nilai ketimpangan 0,4645 diikuti Kecamatan Wongsorejo 0,3279 dan Kalipuro 0,2616. Hasil analisis indeks entropi theil menunjukkan bahwa pada Tahun 2012, ketimpangan tertinggi berada di Kecamatan Kecamatan Wongsorejo 0,0264 diikuti Kecamatan Licin 0,0188 dan Kalipuro 0,0153. Kebijakan yang dapat digulirkan sesuai dengan data sekunder dan primer untuk menurunkan angka kemiskinan dan disparitas ekonomi di Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, dan Licin yaitu dengan pembentukan strategi pengembangan agribisnis berbasis komunitas petani. Karena mengingat kaum miskin mayoritas adalah bekerja pada sektor pertanian Key Words: Kemiskinan, Disparitas Ekonomi A. Pendahuluan Disamping kemiskinan, ketimpangan yang terjadi di antara penduduk yang berada di atas garis kemiskinan adalah bahwa, disparitas pendapatan yang ekstrim melemahkan stabilitas sosial dan solidaritas. Ketimpangan yang tinggi mempermudah pemburuan rente, yang meliputi tindakan seperti lobi, sumbangan politis yang besar, penyuapan, dan kronisme. Ketika berbagai sumber daya dialokasikan untuk memburu rente, sumber daya tersebut dialihkan penggunaannya dari tujuan-tujuan produktif yang dapat mempercepat pertumbuhan. Tentu saja, ketimpangan yang tinggi dapat membuat kaum miskin mendukung kebijakan populis yang sebenarnya dapat merugikan mereka sendiri. Kesimpulannya, dengan ketimpangan yang tinggi, fokus politik sering cenderung

kepada redistribusi kue ekonomi yang ada dan bukan memperbesar ukuran kue -nya (Todaro, 2006: 249). Ketimpangan ekonomi juga dirasakan di Kabupaten Banyuwangi. Hasil observasi analisis data PDRB Kecamatan Tahun 2009 2011 ada tiga kecamatan yang memiliki tingkat ketimpangan tertinggi yaitu Kecamatan Wongsorejo (0,1837), Licin (0,1635), dan Kalipuro (0,1209). Tingkat kemiskinan juga masih dirasakan di Kecamatan Wongsorejo sejumlah 8.736 RTM, Licin sejumlah 2.475 RTM, dan Kalipuro sejumlah 3.629 RTM (BPS, Tahun 2012)(diolah). Gambaran kemiskinan di Kabupaten Banyuwangi menurut data PPLS 2011 (diolah 2012), terdapat 163.994 jiwa penduduk miskin kategori 1 (individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 10% terendah) dari 1,5 juta penduduk pada Tahun 2011 ini. Di samping itu banyak masyarakat hidup mengelompok sedikit di atas garis kemiskinan. Mereka ini sering disebut dengan kelompok hampir miskin (near poor) dan merupakan kelompok masyarakat yang sangat rentan. Pada kelompok ini, sedikit saja terjadi guncangan ekonomi, maka kelompok hampir miskin tersebut dapat dengan mudah jatuh kembali hidup di bawah garis kemiskinan. Inilah persoalan utama yang terjadi pada tataran nasional. Pada bulan Maret 2013, Penduduk miskin Jawa Timur sebanyak 4,771 juta (12,55 persen) atau turun 3,82 persen dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada bulan September 2012 yang mencapai 4,961 juta jiwa (13,08 persen) (Data BPS Provinsi Jawa Timur, 01 Juli 2013). Upaya memajukan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Banyuwangi, salah satunya dilakukan dengan meningkatkan sistem perencanaan pembangunan daerah diantaranya menganalisis integrasi antar aspek pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi. Dalam permasalahan kemiskinan dan disparitas ekonomi yang dirasakan masyarakat yang tinggal di Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, dan Licin memerlukan strategi pendekatan partisipatif sehingga kebijakan strategi pembangunan diarahkan pada kebijakan yang memberikan dampak yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan masyarakat, dan peningkatan indeks pembangunan manusia dari segi pendidikan dan kesehatan, sehingga dengan pendekatan partisipatif tersebut tepat digunakan dengan harapan kemiskinan dan ketimpangan di Kabupaten Banyuwangi semakin menurun seiring dengan bergulirkan

kebijakan yang berasal dari komitmen bersama antara masyarakat dan pemerintah daerah Kabupaten Banyuwangi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dalam penelitian ini akan mengungkapkan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran ketimpangan/disparitas ekonomi di Kecamatan Licin, Kalipuro, dan Wongsorejo? 2. Bagaimana gambaran kemiskinan di Kecamatan Licin, Kalipuro, dan Wongsorejo? 3. Bagaimana strategi pengentasan ketimpangan/disparitas ekonomi dan kemiskinan di Kecamatan Licin, Kalipuro, dan Wongsorejo? C. Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Licin, Kalipuro, dan Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Tanggal 20 Mei 2013-20 September 2013. 3. Jenis Penelitian Penelitian ini tergolong dalam penelitian diskriptif dengan jenis data kuantitatif dan kualitatif. 4. Fokus Penelitian Fokus dalam penelitian ini adalah mengetahui potensi ekonomi dan gambaran kemiskinan di Kecamatan Licin, Kalipuro, dan Wongsorejo dengan tujuan supaya kebijakan Pemerintah Daerah di Kabupaten Banyuwangi bisa diarahkan untuk mengatasi masalah-masalah kemiskinan di kecamatan tersebut sehingga kebijakan bersifat berkelanjutan (sustainable) dengan mengoptimalkan potensi yang dapat diperbaharui (renewable) dalam menopang kesejahteraan masyarakat dengan harapan dapat menurunkan angka kemiskinan dan disparitas ekonomi di Kecamatan Licin, Kalipuro, dan Wongsorejo dengan pendekatan partisipatif.

5. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Kuisioner, Wawancara mendalam (in depth interview), Observasi, dan Dokumentasi. 6. Jenis Data a. Data Primer Data primer didapatkan dari hasil analisis langsung pada sumber utama penelitian melalui penyebaran kuisioner kepada responden penelitian di Kecamatan Licin, Kalipuro, dan Wongsorejo. b. Data Sekunder 1) PDRB Kabupaten Banyuwangi menurut sektor ekonomi 2000-2012**) atas dasar harga konstan (ADHK) Tahun 2000. 2) PDRB Propinsi Jawa Timur menurut sektor ekonomi 2000-2012**) atas dasar harga konstan (ADHK) Tahun 2000. 3) PDRB Kecamatan Wongsorejo menurut sektor ekonomi 2009-2012**). 7. Analisis Data a. Analisis Disparitas Antar Kecamatan Ketimpangan pembangunan antarkecamatan yang terjadi di Kabupaten Banyuwangi dapat dianalisis dengan menggunakan formulasi sebagai berikut: 1) Indeks ketimpangan regional (regional inequality) yang dinamakan Indeks Ketimpangan Williamson (Sjarizal, 1997) (dalam Kuncoro, 2004:133): Keterangan: Yi = PDRB perkapita di kecamatan i Y = PDRB perkapita rata-rata Kabupaten Banyuwangi fi = jumlah penduduk di kecamatan i n = jumlah penduduk di Kabupaten Banyuwangi 2) Analisis Indeks Theil akan diketahui ada tidaknya ketimpangan yang terjadi di Kabupaten Banyuwangi. Rumus Indeks Theil adalah sebagai berikut. ( ) [ ]

Dimana: I(y) = Indeks Entropi Theil y j = PDRB Perkapitan kecamatan j Y = PDRB Perkapita Kabupaten Banyuwangi x j = jumlah penduduk kecamatan j X = jumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi b. Participatory Rural Appraisal (PRA) PRA digunakan untuk menganalisis situasi, masalah, kebutuhan dan hasil dicapai. Seperti halnya FGD, PRA akan diikuti oleh anggota rumah tangga miskin. Alat analisis PRA yang digunakan dalam penelitian ini antara lain matriks permasalahan dan alat analisis lainnya yang berkembang sesuai dengan kebutuhan di lapangan. D. Pembahasan 1. Gambaran kemiskinan di Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, dan Licin a. Faktor Internal 1) Umur Umur dapat menjadi alasan kenapa seseorang dikategorikan produktif atau tidak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 33 responden dengan kategori rumah sangat sederhana (beralas tanah, berdinding bamboo/anyaman bambu/gedhek) terdapat 60.61% adalah penduduk yang berusia produktif dan 39,39% berusia tidak produktif. 2) Status Penguasaan Bangunan Status tempat tinggal responden penelitian dalam penelitian ini di kategorikan jadi tiga kategori: a. Numpang Karang b. Kontrak/Sewa c. Milik Sendiri Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 33 responden memiliki status kepemilikan tanah yang dimiliki oleh responden 100% adalah milik responden sendiri.

3) Luas Bangunan Lantai Luas bangunan lantai tempat tinggal responden penelitian dalam penelitian ini di kategorikan jadi tiga kategori: a. Kurang dari 8m 2 /kapita b. 8 s.d. 12 m 2 /kapita c. Lebih dari 12 m 2 /kapita Hasil analisis data kuesioner penelitian ini adalah sebagai berikut: Grafik 1 Luas Bangunan Lantai 3% 46% 51% Kurang dari 8m2 /kapita 8 s.d. 12 m2 /kapita Lebih dari 12 m2/kapita Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 33 responden memiliki luas bangunan lantai 52,52% kurang dari 8m 2 /kapita dan hanya 3,03% yang seluas lebih dari 12 m 2 /kapita. 4) Jenis Lantai Tempat Tinggal Responden Berdasarkan jenis lantai tempat tinggal responden penelitian ini mempunyai 3 kategori yaitu: a. Tanah b. Pasangan bata/semen c. Keramik Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 33 responden, 90,91% memiliki jenis lantai dari tanah dan 9,09% dari pasangan bata/semen. 5) Jenis Dinding Tempat Tinggal Responden Berdasarkan jenis dinding tempat tinggal responden penelitian ini mempunyai 3 kategori yaitu: a. Bambu b. Pasangan bata (semi permanen)

c. Tembok Hasil analisis data kuesioner penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 1 Jenis Dinding Tempat Tinggal Responden Jenis dinding Jumlah (%) Bambu 100 Pasangan bata (semi permanen) 0,00 Tembok 0,00 Jumlah 100,00 Sumber data: Data Primer, diolah Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 33 responden, 100% memiliki jenis dinding tempat tinggal dari bambu. 6) Fasilitas Tempat Buang Air Besar (MCK) Responden Berdasarkan fasilitas tempat buang besar (MCK) tempat tinggal responden penelitian ini mempunyai 3 kategori yaitu: a. Tidak punya / sungai / di tempat lain b. Milik bersama c. Milik sendiri Hasil penelitian menunjukkan 87,88% tidak memiliki fasilitas MCK sendiri/mck di sungai/tempat-tempat yang lain. 7) Sumber Air Minum Berdasarkan sumber air minum responden penelitian ini mempunyai 3 kategori yaitu: a. Sumber tidak terlindungi b. Sumur / sumber terlindungi/hippam c. PDAM/kemasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 33 responden, 57,58% sumber air minum tidak terlindungi dan 39,39% sumber air minum dari sumur/sumber terlindungi/hippam.

8) Sumber Penerangan Rumah Tangga Berdasarkan sumber penerangan rumah tangga responden penelitian ini mempunyai 3 kategori yaitu: a. Non listrik/listrik bukan milik sendiri b. 450 watt listrik milik sendiri c. Listrik milik sendiri (>450 watt) Hasil analisis data kuesioner penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 2 Sumber Penerangan Rumah Tangga Sumber Penerangan Jumlah (%) Non listrik/listrik bukan milik 96,97 sendiri 450 watt listrik milik sendiri 3,03 Listrik milik sendiri (>450 watt) 0,00 Jumlah 100,00 Sumber data: Data Primer, diolah Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 33 responden, 96,97% menggunakan sumber penerangan non listrik/listrik bukan milik sendiri dan 3,03% 450 watt listrik milik sendiri. 9) Jenis Bahan Bakar Untuk Memasak Berdasarkan jenis bahan bakar untuk memasak rumah tangga responden penelitian ini mempunyai 3 kategori yaitu: a. Kayu dan sejenisnya b. Gas 3 Kg c. Gas >3 Kg Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 33 responden, 96,97% menggunakan jenis bahan bakar kayu dan sejenisnya untuk memasak dan 3,03% menggunakan Gas 3 Kg. 10) Frekuensi Makan Berdasarkan frekuensi makan rumah tangga responden penelitian ini mempunyai 3 kategori yaitu: a. Satu kali b. Dua kali

c. Tiga kali / lebih Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 33 responden, 3,03% frekuensi makan satu kali, 69,70% frekuensi makan dua kali, dan 27,27% frekuensi makan tiga kali. 11) Konsumsi Protein Berdasarkan konsumsi protein rumah tangga responden penelitian ini mempunyai 3 kategori yaitu: a. Tidak pernah b. Satu kali c. Dua kali/lebih Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 33 responden, 57,58% tidak pernah konsumsi protein, 36,36% konsumsi protein satu kali, dan 6,06% konsumsi dua kali/lebih. 12) Kepemilikan Sandang Berdasarkan kepemilikan sandang rumah tangga responden penelitian ini mempunyai 3 kategori yaitu: a. Tidak pernah membeli b. Satu stel c. Dua stel atau lebih Hasil analisis data kuesioner penelitian ini adalah sebagai berikut: Grafik 2 Kepemilikan Sandang 30% 39% 31% Tidak pernah membeli Satu stel Dua stel atau lebih Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 33 responden, 21,21% tidak pernah membeli, 27,27% satu stel, dan 21,21% dua stel atau lebih kali/lebih.

13) Kemampuan Akan Fasilitas Kesehatan Berdasarkan kemampuan akan fasilitas kesehatan responden penelitian ini mempunyai 3 kategori yaitu: a. Tidak diobati/ke dukun b. Puskesmas/RSU pemerintah c. Praktek dokter/rsu swasta Hasil analisis data kuesioner penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3 Kemampuan akan Fasilitas Kesehatan Kemampuan Fasilitas Kesehatan Jumlah (%) Tidak diobati/ke dukun 9,09 Puskesmas/RSU pemerintah 90,91 Praktek dokter/rsu swasta 0,00 Jumlah 100,00 Sumber data: Data Primer, diolah Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 33 responden, 90,91% berobat ke Puskesmas dan 9,09% tidak diobati/ke dukun. 14) Anak Usia Sekolah a. Setingkat SD Berdasarkan anak usia sekolah setingkat SD responden penelitian ini mempunyai 3 kategori yaitu: 1) Tidak Sekolah Semua 2) Ada yang sekolah dan ada yang tidak sekolah (putus sekolah/tidak tamat) 3) Sekolah semua Hasil analisis data kuesioner penelitian ini adalah sebagai berikut: Grafik 3 Anak Usia Sekolah Setingkat SD 10% Tidak Sekolah Semua 35% 55% Ada yang sekolah dan ada yang tidak sekolah (putus sekolah/tidak tamat) Sekolah semua

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 55% tidak sekolah semua, 35% ada yang sekolah dan ada yang tidak sekolah (putus sekolah), dan 10% sekolah setingkat SD semua. b. Setingkat SMP Berdasarkan anak usia sekolah setingkat SMP responden penelitian ini mempunyai 3 kategori yaitu: 1) Tidak Sekolah Semua 2) Ada yang sekolah dan ada yang tidak sekolah (putus sekolah/tidak tamat) 3) Sekolah semua Hasil penelitian menunjukkan bahwa 50% tidak sekolah semua, 41% ada yang sekolah dan ada yang tidak sekolah (putus sekolah), dan 9% sekolah setingkat SMP semua. c. Setingkat SMA Berdasarkan anak usia sekolah setingkat SMA responden penelitian ini mempunyai 3 kategori yaitu: 1) Tidak Sekolah Semua 2) Ada yang sekolah dan ada yang tidak sekolah (putus sekolah/tidak tamat) 3) Sekolah semua Hasil penelitian menunjukkan bahwa 70% tidak sekolah semua dan 30% ada yang sekolah dan ada yang tidak sekolah (putus sekolah). 15) Pendapatan Per Kapita Per Bulan Berdasarkan pendapatan perkapita perbulan responden penelitian ini mempunyai 3 kategori yaitu: a. Kurang dari Rp 250 ribu/kapita/bulan b. Rp. 250 ribu s.d. Rp. 375 ribu/kapita/bulan c. Diatas 375 ribu/kapita/bulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memiliki 27,27% pendapatan perkapita perbulan sebesar Rp. 250 ribu s.d. Rp. 375 ribu/kapita/bulan, 72,73% kurang dari Rp. 250 ribu/kapita/bulan.

16) Pekerjaan Berdasarkan pekerjaan responden, penelitian ini mempunyai 3 kategori yaitu: a. Tidak bekerja/penerima pendapatan b. Bekerja tidak tetap (informal) c. Bekerja tetap (formal) Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan responden 72,73% bekerja tidak tetap (informal) dan 27,27% tidak bekerja/penerima pendapatan. 17) Kepemilikan Asset a. Tabungan Berdasarkan kepemilikan asset tabungan, peneliti mempunyai 3 kategori yaitu: 1) Tidak punya 2) Punya nilainya <Rp. 500rb 3) Punya nilainya Rp.500rb Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100% responden tidak memiliki asset tabungan. b. Emas Berdasarkan kepemilikan asset emas, peneliti mempunyai 3 kategori yaitu: 1) Tidak punya 2) Punya nilainya <Rp. 500rb 3) Punya nilainya Rp.500rb Hasil penelitian menunjukkan bahwa 87,50% responden tidak memiliki asset emas dan 12,50% memiliki dengan nilai kurang dari Rp. 500 ribu. c. TV berwarna Berdasarkan kepemilikan asset TV berwarna, peneliti mempunyai 3 kategori yaitu: 1) Tidak punya

2) Punya nilainya <Rp. 500rb 3) Punya nilainya Rp.500rb Hasil penelitian menunjukkan bahwa 82,35% responden tidak memiliki asset TV Berwarna, 11,76% memiliki dengan nilai kurang dari Rp. 500 ribu, dan 5,88% memiliki dengan nilai Rp. 500 ribu d. Ternak Berdasarkan kepemilikan asset ternak, peneliti mempunyai 3 kategori yaitu: 1) Tidak punya 2) Punya nilainya <Rp. 500rb 3) Punya nilainya Rp.500rb Hasil penelitian menunjukkan bahwa 93,75% responden tidak memiliki asset ternak dan 6,25% memiliki asser dengan nilai kurang dari Rp. 500 ribu. e. Kendaraan bermotor Berdasarkan kepemilikan asset kendaraan bermotor, peneliti mempunyai 3 kategori yaitu: 1) Tidak punya 2) Punya nilainya <Rp. 500rb 3) Punya nilainya Rp.500rb Hasil penelitian menunjukkan bahwa 72,73% responden tidak memiliki asset kendaraan bermotor, 21,21% memiliki asset dengan nilai kurang dari Rp. 500 ribu, dan 6,06% memiliki asset dengan nilai Rp. 500 ribu. f. Sawah/tegal Berdasarkan kepemilikan asset sawah/tegal, peneliti mempunyai 3 kategori yaitu: 1) Tidak punya 2) Punya nilainya <Rp. 500rb 3) Punya nilainya Rp.500rb

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 93,94% responden tidak memiliki asset sawah/tegal dan 6,06% memiliki asset dengan nilai kurang dari Rp. 500 ribu. 18) Keaktifan dalam Merokok Berdasarkan keaktifan dalam merokok mempunyai 2 kategori yaitu: a) Merokok b) Tidak Merokok Hasil penelitian menunjukkan bahwa 33,33% responden merokok dan 66,67% responden tidak merokok. 19) Kepemilikan HP Berdasarkan kepemilikan HP mempunyai 3 kategori yaitu: a) Punya HP b) Tidak Punya HP Hasil penelitian menunjukkan bahwa 21,21% responden punya hp dan 78,79% responden tidak tidak punya hp. b. Faktor Eksternal 1) Kebijakan Pemerintah Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 33 responden yang menerima bantuan langsung dari pemerintah terdapat 54,55% responden yang sudah menerima BLSM dan ada 30,30% yang sama sekali belum menerima bantuan padahal keadaannya sudah sangat memperihatinkan. 2) Keterbatasan Modal Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memanfaatkan potensi alam setempat untuk mengais pendapatan dengan tanpa akses modal dari tangan pemerintah, yaitu diantaranya: a) Potensi Pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosentase tertinggi responden memanfaatkan 34,29% yaitu pada hasil potensi pertanian umbi-umbian. b) Potensi Peternakan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosentase tertinggi responden memanfaatkan hasil peternakan yaitu 63,33% pada pemeliharaan ayam kampung. 3) Frekuensi Tingkat Penyuluhan/Pelatihan Hasil penelitian tentang keikutsertaan responden dalam pelatihan menunjukkan bahwa dari 33 responden, 97% mengaku tidak pernah mendapatkan penyuluhan/pelatihan sedangkan 3% pernah mendapatkan sosialisasi pertanian. 2. Distribusi pendapatan di Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, dan Licin a. Hasil analisis Indeks Ketimpangan Williamson Hasil analisis Indeks Ketimpangan Williamson data PDRB antar kecamatan Tahun 2012 menunjukkan bahwa pada Tahun 2012, ketimpangan tertinggi berada di Kecamatan Muncar dengan nilai ketimpangan 0,4645 diikuti Kecamatan Wongsorejo 0,3279 dan Kalipuro 0,2616. b. Hasil analisis Indeks Entropi Theil Hasil analisis Indeks Entropi Theil data PDRB antar kecamatan Tahun 2012 menunjukkan bahwa pada Tahun 2012, ketimpangan tertinggi berada di Kecamatan Kecamatan Wongsorejo 0,0264 diikuti Kecamatan Licin 0,0188 dan Kalipuro 0,0153. 3. Participatory Rural Appraisal (PRA) atau Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan (PRA) Dalam penelitian ini metode pendekatan kebijakan menggunakan Participatory Rural Appraisal (PRA) atau Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan (PRA) yaitu pendekatan dan metode yang memungkinkan masyarakat secara bersama-sama menganalisis masalah kehidupan dalam rangka merumuskan perencanaan dan kebijakan secara nyata. Responden menaruh harapan pada pemerintah tentang bantuan modal sebesar 86,21% dan kebutuhan perhatian sebesar 13,79%. Responden yang kondisi tempat tinggalnya sangat parah mengeluhkan

tentang: a. Atap rumah yang mulai reot; b. Material bangunan karena tidak mampu membeli; c. Bedah rumah; dan d. Biaya Pendidikan. Berikut ini adalah salah satu kondisi rumah warga yang menjadi responden di Desa Pesucen Kecamatan Kalipuro: Gambar 1 Kondisi Rumah Tempat Tinggal Responden Gambar 1 adalah rumah mbah Muawanah yang berusia 70 tahun tinggal sebatang kara. Hasil pengungkapan peneliti menyebutkan bahwa Orangnya sangat tua, rumahnya dindingnya bambu itupun samping dan belakang tidak berdinding karena numpang atap tetangga, kondisinya sangat memperihatikan. 3.4 Strategi Kebijakan Penurunan Kemiskinan dan Disparitas Ekonomi Dalam riset ini melihat potensi dan SDM masyarakat miskin yang didominasi usia produktif maka perlu pembentukan kawasan yang dapat dikembangkan sebagai kawasan pengembangan agribisnis. Mengingat kaum miskin memiliki pekerjaan non formal dan sebagian besar adalah buruh tani. Pemanfaatan lahan sekitar rumah atau pekarangan yang ada untuk membudidayakan komoditas tertentu yang memiliki nilai jual atau bekerjasama dengan instansi untuk pengelolaan lahan kosong supaya dapat dimanfaatkan secara maksimal. Hal pertama yang dapat dilakukan adalah pembangunan asset kapital sosial dan kapital sumber daya manusia, karena asset ini jika semakin lama digunakan maka akan semakin tinggi nilainya dan dapat mempercepat sinergi dan harmoni dari asset lain.

a. Satu Kawasan Satu Kebijakan Pembiayaan lintas sektor b. Kredit Produktif a. Satu Kawasan Satu Komunitas Unggulan b. Satu Penyuluh c. Satu koperasi agrisbisnis 4. Modal Finansial 1. Modal Sosial dan Sumber Daya Manusia 3. Modal Fisik 2. Modal Sumber Daya Alam Satu Kawasan satu sistem manajemen transportasi dan komunikasi a. Satu Kawasan Satu produk unggulan b. Satu manajemen pengelolaan daerah aliran sungai Gambar 2 Strategi Agribisnis Berbasis Komunitas Petani Dengan strategi agribisnis berbasis komunitas petani tersebut maka diharapkan akan ada manajemen yang handal dalam pemanfaatan sumberdaya alam sekitar untuk penurunan angka kemiskinan di wilayah tersebut. Peran serta instansi pemerintah dalam melancarkan upaya pembangunan di wilayah tidak lepas pada: 1) Pembangunan infrastruktur pedesaan; Pembangunan infrasruktur seperti sistem pengairan, jalan raya, kelistrikan,komoditas pertanian, dan jaringan telekomunikasi. 2) Pengembangan sistem inovasi pertanian; Inovasi teknologi bermanfaat meningkatkan kapasitas produksi dan produktivitas sehingga dapat meningkatan produksi dan meningkatkan daya saing;

3) Pengembangan Kelembagaan Pertanian; Kabupaten Banyuwangi secara makkro didominasi oleh uaha tani kecil yang sangat lemah dalam berbagai bidang. Seperti halnya di Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, dan Licin memperlihatkan bahwa kaum miskin sebagai buruh tani yang memiliki keterbatasan dalam asset produktif, modal kerja, daya tawarmenawar, transaksi, kekuatan politik-ekonomi, sehingga tidak dapat berkembang mandiri secara dinamis. 4) Optimasi Sumber Daya Berkelanjutan; Pola pemanfaatan SDA berdasar pada lima prinsip dasar yaitu, pertumbuhan, efisiensi, stabilitas, berkelanjutan, dan keadilan yang merata. Dengan optimasi SDA berkelanjutan maka pemanfaatan lahan harus dapat dipertanggung jawabkan dengan konsekuensi ongkos perbaikan jika ada pengrusakan pada lingkungan. 5) Pemacuan Investasi; Pelaku agribisnis adalah pelaku swasta, dan pemerintah berperan sebagai fasilitator, katalisator, protektor, dan regulator untuk pemacuan investasi swasta di bidang agribisnis pedesaan. 6) Kebijakan Insentif; Pengusaha agribisnis memiliki pengaruh politik yang paling rendah, oleh karena itu pemerintah harus melindungi petani dari dampak eksternalitas kebijakan Negara lain yang bersifat negative dan merugikan petani. Hal ini juga berpengaruh juga pada subsidi dan dukungan harga hasil pertanian. E. Kesimpulan 1. Penyebab kemiskinan dan ketimpangan ekonomi di Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, dan Licin antara lain Umur, tingkat pendidikan, kondisi rumah tempat tinggal, sebagai beberapa faktor internal penyebab kemiskinan dan kebijakan pemerintah, keterbatasan modal, frekuensi kegiatan penyuluhan sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi tingkat pendapatan rumah tangga dan merupakan indikator penyebab terjadinya kemiskinan di Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, dan Licin. 2. Distribusi pendapatan di Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, dan Licin

a. Hasil analisis IW menunjukkan bahwa pada Tahun 2012, ketimpangan tertinggi berada di Kecamatan Muncar dengan nilai ketimpangan 0,4645 diikuti Kecamatan Wongsorejo 0,3279 dan Kalipuro 0,2616. b. Hasil analisis indeks entropi theil menunjukkan bahwa pada Tahun 2012, ketimpangan tertinggi berada di Kecamatan Kecamatan Wongsorejo 0,0264 diikuti Kecamatan Licin 0,0188 dan Kalipuro 0,0153. 3. Kebijakan yang dapat digulirkan sesuai dengan data sekunder dan primer untuk menurunkan angka kemiskinan dan disparitas ekonomi di Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, dan Licin yaitu dengan pembentukan strategi pengembangan agribisnis berbasis komunitas petani. Karena mengingat kaum miskin mayoritas adalah bekerja pada sektor pertanian F. Daftar Pustaka BPS Jawa Timur. 2001. Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa Timur 1997-2000, BPS Propinsi Jawa Timur. BPS Jawa Timur. 2004. Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa Timur 2000-2003, BPS Propinsi Jawa Timur. BPS Jawa Timur. 2005. Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa Timur 2000-2004, BPS Propinsi Jawa Timur. BPS Jawa Timur. 2009. Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa Timur 2000-2008, BPS Propinsi Jawa Timur. BPS Jawa Timur. 2011. PDRB Provinsi Jawa Timur, Surabaya, CV. Aneka Surya. BPS. 2011. Banyuwangi Dalam Angka 2011, Banyuwangi, BPS Kabupaten Banyuwangi. BPS Kabupaten Banyuwangi. 2012. Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2012. Banyuwangi: BPS Kabupaten Banyuwangi. BPS Kabupaten Banyuwangi. 2012. PDRB Kecamatan. Banyuwangi Bungin, B.2007. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta; PT.Raja Grafindo Persada. Bungin, B. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif.Jakarta; Kencana Prenada Media Group. Hand Out. 2009. Analisis Shift-Share. Unej Jember; Modul Pembelajaran Ekonomi Publik. Hand Out. 2009. Tipologi Klassen Analisis. Unej Jember; Modul Pembelajaran Ekonomi Regional. Kuncoro, Mudrajat. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah; Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan Peluang. Jakarta: Erlangga. Kuncoro, Mudrajad. 2006. Ekonomi Pembangunan Teori, Masalah, dan Kebijakan. Jogjakarta: UPP STIM YKPN.

TKPK. 2013. Analisis Kondisi Kemiskinan dan Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Banyuwangi. Dalam http://tkpk.banyuwangikab.go.id/news/detail/9/analisis-kondisi-kemiskinan-danpenyusunan-rencana-aksi-daerah-penanggulangan-kemiskinan-di-kabupatenbanyuwangi.diakses 10 Oktober 2013. TKPK. 2013. Strategi dan Sasaran Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Banyuwangi.Dalamhttp://tkpk.banyuwangikab.go.id/news/detail/11/strategi-dansasaran-penanggulangan-kemiskinan-di-kabupaten-banyuwangi.diakses 10 Oktober 2013. Todaro, M.P. & Smith S.C.. 2006. Economic Development/Ninth Edition. Jakarta: Erlangga. Widodo. 2006. Perencanaan Pembangunan: Aplikasi Komputer. Jogjakarta: UPP STIM YKPN.