Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Disparitas Pendapatan Antar Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Disparitas Pendapatan Antar Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi"

Transkripsi

1 Vol.1 / No. 2: 1-24, Agustus 2015, ISSN : Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Disparitas Pendapatan Antar Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi Nur Anim Jauhariyah, S.Pd.,M.Si Institut Agama Islam Darussalam (IAIDA) Banyuwangi INTISARI Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kesejahteraan masyarakat. Dalam upaya memajukan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Banyuwangi, penting halnya untuk meningkatkan sistem perencanaan pembangunan daerah dengan menganalisis integrasi antar aspek pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi dengan melihat pertumbuhan ekonomi antarkecamatan. Perbedaan tingkat pembangunan akan membawa dampak perbedaan tingkat kesejahteraan antardaerah yang pada akhirnya akan menyebabkan ketimpangan regional antardaerah semakin besar. Sumberdaya yang bervariasi antar kecamatan di Kabupaten Banyuwangi dapat diklasifikasikan dengan tepat dan mengungkap permasalahan apa yang menjadi problematika di setiap kecamatan sehingga ketimpangan antar kecamatan dapat diminimalisir dengan mengoptimalkan sumberdaya alam yang menjadi komoditi potensial. Dalam penelitian ini alat analisis yang digunakan adalah Tipologi Klassen dan Indeks Williamson. Hasil penelitian menunjukkan 1) Terdapat 2 kecamatan yang masuk kategori Cepat maju dan Cepat tumbuh dengan pertumbuhan ekonomi dan PDRB perkapita lebih tinggi dari Kabupaten Banyuwangi, 10 Kecamatan yang diklasifikasikan pada kecamatan Berkembang Cepat dengan nilai pertumbuhan ekonomi lebih tinggi namun PDRB Perkapita di bawah tingkat Kabupaten, 4 Kecamatan masuk kategori Maju tertekan dengan nilai PDRB perkapita di atas Kabupaten dan 8 kecamatan masuk kategori tertinggal dengan nilai pertumbuhan ekonomi ekonomi dan PDRB perkapita di bawah Kabupaten Banyuwangi; 2) Kondisi disparitas ekonomi antar kecamatan di Kabupaten Banyuwangi menunjukkan bahwa hasil analisis IW pada PDRB ADHB Tahun 2013 di 24 Kecamatan indeks ketimpangan Williamson Tahun 2013 PRDB ADHK Tahun 2000 pada 24 Kecamatan menunjukkan bahwa Kecamatan Wongsorejo memiliki nilai IW tertinggi yaitu diikuti Licin sebesar dan Kalipuro sebesar Kecamatan yang memiliki indeks Williamson terendah yaitu Kecamatan Purwoharjo dan Glagah sebesar Sedangkan tren Indeks Williamson di Kabupaten Banyuwangi Tahun mengalami penurunan dengan kategori ketimpangan pendapan di Kabupaten Banyuwangi adalah rendah dengan indeks di bawah 0.5/mendekati level nol. Hal ini mengindikasikan bahwa pendapatan dan pertumbuhan ekonomi antar kecamatan di Kabupaten Banyuwangi merata. Key Words: Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Ekonomi, dan Disparitas Pendapatan PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi Banyuwangi menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun. Selama empat tahun tren pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur. Pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi berada pada angka 7,14% sedangkan Provinsi Jawa Timur 6,86%; Tahun 2012 Kabupaten Banyuwangi pertumbuhan ekonominya naik ke level 7,29% dan Provinsi Jawa Timur berada di titik 7,27%; dan pada Tahun 2013 mengalami penurunan yaitu 6,76% dan naik 96

2 Vol.1 / No. 2: 1-24, Agustus 2015, ISSN : menjadi 6,94% pada Tahun 2014, namun keadaan itu masih diatas level pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur yaitu pada Tahun 2013 pada titik 6,5% dan turun pada level 5,8% pada Tahun 2014 (Banyuwangi Dalam Angka, 2015). Angka pertumbuhan di Kabupaten Banyuwangi di dapat dari analisis data sekunder masing-masing sektor ekonomi yaitu: 1) sektor pertanian; 2) petambangan dan penggalian; 3) industri pengolahan; 4) listrik, gas, dan air bersih; 5) bangunan; 6) perdagangan, hotel dan restoran; 7) pengangkutan dan komunikasi; 8) keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; dan 9) jasa-jasa. Namun di dalam analisis pertumbuhan di Kabupaten Banyuwangi tidak memperlihatkan angka pertumbuhan ekonomi dan angka ketimpangan pembangunan antar kecamatan yang terjadi di Kabupaten Banyuwangi. Dalam upaya memajukan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Banyuwangi, penting halnya untuk meningkatkan sistem perencanaan pembangunan daerah dengan menganalisis integrasi antar aspek pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi dengan melihat pertumbuhan ekonomi antarkecamatan sehingga kebijakan strategi pembangunan diarahkan pada kebijakan yang memberikan dampak yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan masyarakat, dan penciptaan lapangan pekerjaan. Analisis sektor unggulan dan penemuan wilayah pusat pertumbuhan yang diperoleh melalui analisis penelitian dapat menjadi dasar pertimbangan dalam perencanaan pembangunan selanjutnya sebagai kontribusi arah kebijakan Pemerintah Daerah di Kabupaten Banyuwangi. Perbedaan tingkat pembangunan akan membawa dampak perbedaan tingkat kesejahteraan antardaerah yang pada akhirnya akan menyebabkan ketimpangan regional antardaerah semakin besar. Sumberdaya yang bervariasi antar kecamatan di Kabupaten Banyuwangi dapat diklasifikasikan dengan tepat dan mengungkap permasalahan apa yang menjadi problematika di setiap kecamatan sehingga ketimpangan antar kecamatan dapat diminimalisir dengan mengoptimalkan sumberdaya alam yang menjadi komoditi potensial. Komoditi potensial bisa juga disebut dengan produk kecamatan tertentu yang bisa dikembangkan masyarakat setempat dan mempunyai prospek pasar yang bagus. Upaya pemberdayaan tentunya difokuskan pada pengoptimalan pengusahaan produk terutama yang banyak melibatkan stakeholder masyarakat. Untuk itu, perlu dilakukan inventarisasi dan deskripsi produk potensial khususnya di daerah sentra produksi di desa/kecamatan yang potensial. Sehingga tidak hanya pertumbuhan ekonomi yang meningkat di Kabupaten Banyuwangi yang secara angka didominasi oleh penduduk minoritas namun ada pertumbuhan ekonomi riil di masyarakat dengan berkurangnya tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan tingkat pengangguran serta terbuka lebarnya kesempatan kerja bagi penduduk atau masyarakat sehingga akan memberikan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan kesejahteraan yang merata dapat diminimalisir disparitas antar kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. B. Permasalahan 1. Bagaimana gambaran perekonomian 24 kecamatan di Kabupaten Banyuwangi secara makro? 2. Bagaimana kondisi disparitas pendapatan antar kecamatan di Kabupaten Banyuwangi? Kajian Pustaka 97

3 Vol.1 / No. 2: 1-24, Agustus 2015, ISSN : A. Pusat Pertumbuhan Pemikiran Perroux (dalam Sjahrizal, 2008: 127) tentang adanya konsentrasi kegiatan industri pada daerah tertentu yang kemudian dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, kemudian berkembang menjadi konsep pusat pertumbuhan yang dalam bahasa Perancis dinamakan sebagai Pole de Croissance. Selanjutnya, Richardson (1978) (dalam Sjahrizal, 2008: 127) memberikan definisi Pusat Pertumbuhan sebagai berikut: A growth pole was defined as a set of industries capable of generating dynamic growth in the economy, and strongly interrelated to each other via input-output linkages around a leading industry (Propulsive Industry). Dari definisi ini terlihat bahwa ada 4 karakteristik utama sebuah Pusat Pertumbuhan yaitu: a. Adanya sekelompok kegiatan ekonomi terkonsentrasi pada suatu lokasi tertentu; b. Konsentrasi kegiatan ekonomi tersebut mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang dinamis dalam dalam perekonomian; c. Terdapat keterkaitan input dan output yang begitu kuat antara sesama kegiatan ekonomi pada pusat tersebut; d. Dalam kelompok kegiatan ekonomi tersebut terdapat sebuah industri induk yang mendorong pengembangan kegiatan ekonomi tersebut terdapat sebuah industri industri induk yang mendorong pengembangan kegiatan ekonomi pada pusat tersebut. Pertumbuhan ekonomi dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.1 disini terlihat bahwa dalam suatu pusat pertumbuhan akan terdapat konsentrasi kegiatan ekonomi yang didalamnya terdapat sebuah kegiatan ekonomi yang berfungsi sebagai industri induk dan beberapa kegiatan ekonomi lainnya yang saling terkait satu sama lainnya dari segi input dan output. Dalam kaitan dengan kegiatan pertanian, pusat pertumbuhan pada dasarnya menganut konsep agribisnis yang melibatkan kegiatan produksi, pengolahan hasil, dan pemasaran produk. B. Strategi Pembangunan Berbasis Keuntungan Kompetitif Daerah Strategi pembangunan ekonomi daerah seharusnya didasarkan pada prinsip Keuntungan Kompetitif (Competitive Advantage) sebagaimana dimaksud oleh Michael E. Porter (2001) (dalam Syafrizal, 2008). Berbeda dengan konsep Keuntungan Komparatif (Comperative Advantage) yang telah bersifat tradisional didasarkan pada perbedaan kandungan sumberdaya yang dimiliki (resource endowment), konsep Keuntungan Kompetitif ini lebih didasarkan pada unsur kreativitas, teknologi dan kualitas sumberdaya manusia yang dikombinasikan untuk menghasilkan produk yang mempunyai daya saing tinggi. Dengan demikian dapat saja terjadi suatu negara atau daerah yang tidak mempunyai kandungan sumberdaya alam yang memadai, dapat berkembang pesat karena kelebihannya dari segi kreativitas, teknologi dan kualitas sumberdaya manusia. Dengan menggunakan konsep Keuntungan Kompetitif tersebut sebagai dasar, prioritas pembangunan ekonomi daerah haruslah diletakkan pada sektor-sektor mempunyai Keuntungan Kompetitif tinggi yang tidak hanya didasarkan pada kandungan sumberdaya alam yang dimiliki, tetapi juga memperhatikan kemampuan teknologi dan kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki oleh sektor yang bersangkutan. Dengan demikian, produk yang dihasilkan oleh suatu daerah akan mempunyai daya saing cukup tinggi karena didukung oleh potensi spesifik yang dimiliki daerah bersangkutan. Keadaan tersebut selanjutnya akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan peningkatan pendapatan masyarakat karena 98

4 Vol.1 / No. 2: 1-24, Agustus 2015, ISSN : produk yang dihasilkan akan dapat menguasai pasar sehingga kegiatan produksi dapat berkembang dengan baik. C. Ketimpangan Ekonomi antar Daerah Williamson (1965) (dalam Kuncoro, 2004:133) meneliti bahwa hubungan antara disparitas regional dan tingkat pembangunan ekonomi dengan menggunakan data ekonomi Negara yang sudah maju dan yang sedang berkembang. Ditemukan bahwa selama tahap awal pembangunan, disparitas regional menjadi lebih besar dan pembangunan terkonsentrasi di daerah-daerah tertentu. Pada tahap yang lebih matang dilihat dari pertumbuhan ekonomi, tampak adanya keseimbangan antardaerah dan disparitas berkurang dengan signifikan. Ketimpangan pembangunan antarkecamatan yang terjadi di Kabupaten Banyuwangi dapat dianalisis dengan menggunakan indeks ketimpangan regional (regional inequality) yang dinamakan Indeks Ketimpangan Williamson (Sjarizal, 1997) (dalam Kuncoro, 2004:133): keterangan: Yi = PDRB perkapita di kecamatan i Y = PDRB perkapita rata-rata Kabupaten Banyuwangi fi = jumlah penduduk di kecamatan i n = jumlah penduduk di Kabupaten Banyuwangi Metode Penelitian A. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di 24 Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi yaitu Kecamatan Pesanggaran, Siliragung, Bangorejo, Purwoharjo, Tegaldlimo, Muncar, Cluring, Gambiran, Tegalsari, Glenmore, Kalibaru, Genteng, Srono, Rogojampi, Kabat, Singojuruh, Sempu, Songgon, Glagah, Licin, Banyuwangi, Giri, Kalipuro, dan Wongsorejo. Penelitian ini dilakukan pada Tanggal 15 November 2015 sampai dengan 30 April B. Jenis Penelitian Penelitian ini tergolong dalam penelitian diskriptif dengan jenis data kuantitatif dan kualitatif. Untuk analisis sektor potensi unggulan, analisis disparitas antar kecamatan di Kabupaten Banyuwangi dan 24 kecamatan, data diambil dari 24 Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi, BPS Jawa Timur, BPS Kabupaten Banyuwangi, Bappeda Kabupaten Banyuwangi, dan Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Banyuwangi. C. Metode Pengumpulan Data 1. Kuisioner, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden penelitian. Kuisioner didapatkan dari menganalisis Produk Domesik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Banyuwangi dan Produk Domesik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan. 2. Wawancara mendalam (in depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana 99

5 Vol.1 / No. 2: 1-24, Agustus 2015, ISSN : pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama lama (Bungin, 2007). 3. Observasi dengan pengamatan langsung di lapangan untuk memperkuat data penelitian sehingga fenomena yang terjadi selama penelitian berlangsung bisa terpantau oleh peneliti. 4. Dokumentasi dilakukan untuk mengabadikan fenomena di lapangan saat berkunjung ke objek atau sobyek penelitian yang tidak tercover pada data primer. D. Jenis Data 1. Data Primer Data primer didapatkan dari hasil analisis langsung pada sumber utama penelitian melalui penyebaran kuisioner kepada responden penelitian yang dianggap expert dalam menyikapi kebijakan berkaitan dengan potensi unggulan dan disparitas ekonomi antar kecamatan. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang didapatkan bukan dari sumber utama, melainkan dari pihak-pihak lain ataupun dari data dokumentasi atau arsip. Adapun data sekunder yang diperlukan untuk analisis penelitian adalah sebagai berikut: a) Data sekunder didapatkan dari hasil analisis Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Banyuwangi menurut sektor ekonomi atas dasar harga konstan (ADHK) Tahun b) Data sekunder didapatkan dari hasil analisis Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Jawa Timur menurut sektor ekonomi atas dasar harga konstan (ADHK) Tahun c) Data sekunder didapatkan dari hasil analisis Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di 24 Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi menurut sektor ekonomi ; d) Data-data sekunder yang mendukung untuk penelitian yang bersumber dari BPS Jatim, BPS Banyuwangi, Bappeda, dan Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Banyuwangi dan 24 Kantor Kecamatan. E. Analisis Data 1. Tipologi Klassen Analisis tipologi klasen digunakan mengidentifikasikan posisi perekonomian daerah dengan memperhatikan perekonomian daerah yang diacunya. Mengidentifikasikan sektor, subsektor, usaha, atau komoditi unggulan suatu daerah. a) Manfaat Tipologi Klasen 1) Dapat membuat prioritas kebijakan derah berdasarkan keunggulan sektor, subsektor, usaha, atau komoditi daerah yang merupakan hasil analisis, tipologi klassen. 2) Dapat menentukan prioritas kebijakan daerah berdasarkan posisi perekonomian yang dimiliki terhadap perekonomian nasional maupun daerah yang diacunya. 3) Dapat menilai suatu daerah baik dari segi daerah maupun sektoral. b) Cara mencari Rata-rata Pangsa dan Rata-rata Pertumbuhan di Kabupaten Banyuwangi Karena data PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun maka untuk PDRB Jawa Timur juga diambil data Tahun untuk kesinkronan analisis data. 1) Cara menganalisis Rata-rata Sektoral PDRB Banyuwangi dan Jatim Rata-rata Sektoral= Jumlah PDRB (sektor) : N tahun 100

6 Vol.1 / No. 2: 1-24, Agustus 2015, ISSN : ) Cara menganalisis Rata-rata Pangsa PDRB Kabupaten Banyuwangi dan Jatim Rata-rata Pangsa= (Rata-rata persektor : Total Rata-rata) x 100% 3) Cara menganalisis Rata-rata Pertumbuhan PDRB Kabupaten Banyuwangi dan Jatim Rata-rata Pertumbuhan = Jumlah PDRB (r 1 -r n ) : N c) Cara mencari Rata-rata Pangsa dan Rata-rata Pertumbuhan di setiap kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. Karena data PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun maka untuk PDRB Kecamatan juga diambil data Tahun untuk kesinkronan analisis data. 1) Cara menganalisis Rata-rata Sektoral PDRB Kecamatan i dan Banyuwangi Rata-rata Sektoral= Jumlah PDRB (sektor) : N 2) Cara menganalisis Rata-rata Pangsa PDRB Kecamatan i dan Banyuwangi Rata-rata Pangsa= (Rata-rata persektor : Total Rata-rata) x 100% 3) Cara menganalisis Pertumbuhan PDRB Kecamatan i dan Banyuwangi PDRB (r 1 ) =[PDRB(r 2 ) PDRB(r 1 )] : [PDRB (r 1 )] x 100% 4) Cara menganalisis Rata-rata Pertumbuhan PDRB Kecamatan i dan Banyuwangi PDRB (r 1 ) =[PDRB(r 2 ) PDRB(r 1 )] : [PDRB (r 1 )] x 100% 2. Analisis Disparitas Antar Kecamatan Ketimpangan pembangunan antarkecamatan yang terjadi di Kabupaten Banyuwangi dapat dianalisis dengan menggunakan formulasi dengan Indeks ketimpangan regional (regional inequality) yang dinamakan Indeks Ketimpangan Williamson (Sjarizal, 1997) (dalam Kuncoro, 2004:133): keterangan: Yi = PDRB perkapita di kecamatan i Y = PDRB perkapita rata-rata Kabupaten Banyuwangi fi = jumlah penduduk di kecamatan i n = jumlah penduduk di Kabupaten Banyuwangi Pembahasan A. Temuan Hasil Penelitian Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi dan Provinsi Jawa Timur pada Tahun dengan analisis data PDRB ADHK Tahun 2000 adalah sebagai berikut. 101

7 Vol.1 / No. 2: 1-24, Agustus 2015, ISSN : Grafik 1. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur 10,12 5,64 5,80 6,05 6,22 7,07 7,30 6,76,94 5,83 5,84 5,80 6,32 6,68 7,22 7,27 6,55 5,94 6,06 4,91 4,78 4,79 4,74 5,01 3,76 3,80 3,75 4,03 Pada tiga tahun terakhir yaitu Tahun , Kabupaten Banyuwangi memiliki nilai pertumbuhan ekonomi diatas Provinsi Jawa Timur. Pada Tahun 2012 Kabupaten Banyuwangi nilai pertumbuhan ekonominya sebesar 7,30 sedangkan Provinsi Jawa Timur sebesar 7,27. Tahun 2013, Kabupaten Banyuwangi nilai pertumbuhan ekonominya sebesar 6,76 sedangkan Provinsi Jawa Timur sebesar 6,65 dan pada Tahun 2014 pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi yaitu sebesar 6,94 lebih tinggi dibandingkan dengan di Provinsi Jawa Timur yang pertumbuhan ekonominya mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 6,06. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi menunjukkan bahwa ada beberapa sektor ekonomi di Kabupaten Banyuwangi mengalami peningkatan. Hal ini perlu ditingkatkan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan tentu saja diiringi dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Banyuwangi pula. B. Analisis Data Penelitian 1. Tipologi Daerah 24 Kecamatan Tipologi Daerah 24 Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi dianalisis berdasarkan Pertumbuhan dan Pendapatan Perkapita di kecamatan tersebut. Tipologi daerah dibagi menjadi 4 klasifikasi yaitu: a) Kecamatan dengan pertumbuhan dan pendapatan perkapita tinggi (Kuadran I/Cepat Maju dan Cepat Tumbuh) b) Kecamatan dengan pertumbuhan Tinggi namun pendapatan perkapita rendah (Kuadran II/Berkembang Cepat) c) Kecamatan dengan pertumbuhan Rendah namun pendapatan perkapita Tinggi (Kuadran III/Maju Tertekan) d) Kecamatan dengan pertumbuhan Rendah dan pendapatan perkapita rendah (Kuadran VI/Tertinggal) Kecamatan Muncar menempati peringkat pertama dengan jumlah PDRB tertinggi dibandingkan dengan kecamatan yang lainnya dan Kecamatan Giri memiliki nilai PDRB terendah. 102

8 Vol.1 / No. 2: 1-24, Agustus 2015, ISSN : Grafik 2. Pertumbuhan Ekonomi 24 Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi Genteng Banyuwangi Kalibaru Muncar Cluring Glenmore Bangorejo Rogojampi Srono Gambiran Sempu Giri Glagah Singojuruh Kalipuro Kabat Purwoharjo Tegaldlimo Tegalsari Pesanggaran Songgon Siliragung Licin Wongsorejo 5,22 5,19 7,93 7,83 7,40 7,30 7,16 7,14 7,14 7,13 7,12 7,12 7,04 6,84 6,65 6,64 6,63 6,63 6,61 6,50 6,39 6,20 5,94 5,87 Kecamatan Genteng memiliki nilai pertumbuhan ekonomi tertinggi dibandingkan dengan kecamatan yang lain yaitu 7,93%, dan Kecamatan Wongsorejo memiliki nilai pertumbuhan ekonomi terendah yaitu 5,19%. Kecamatan Licin memiliki PDRB Perkapita tertinggi yaitu Rp ,- dan Kecamatan Tegalsari memiliki pendapatan perkapita terendah yaitu Rp ,- Tabel 1. PDRB Perkapita dan Pertumbuhan Ekonomi 24 Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013 No Kecamatan Pertumbuhan (%) PDRB Perkapita (Juta) 1 Pesanggaran , Siliragung , Bangorejo , Purwoharjo , Tegaldlimo , Muncar , Cluring , Gambiran , Tegalsari , Kalibaru , Genteng , Srono , Rogojampi , Kabat , Singojuruh ,

9 PERTUMBUHAN Istiqro : Jurnal Hukum Islam, Ekonomi dan Bisnis Vol.1 / No. 2: 1-24, Agustus 2015, ISSN : Sempu , Songgon , Glagah , Licin , Banyuwangi , Giri , Kalipuro , Wongsorejo , Kabupaten , Sumber data: BPS Kabupaten Banyuwangi, 2014 (diolah) Hasil analisis pada Tabel 1. dapat diklasifikasikan Kecamatan mana yang pertumbuhan ekonomi dan PDRB perkapitanya lebih besar dari pada Kabupaten Banyuwangi. Sehingga Pemerintah akan lebih mudah untuk mengambil kebijakan terkait kondisi secara makro pada kecamatan tersebut. Berkembang Cepat 1. Kecamatan Bangorejo 2. Kecamatan Cluring 3. Kecamatan Gambiran 4. Kecamatan Glenmore 5. Kecamatan Kalibaru 6. Kecamatan Genteng 7. Kecamatan Srono 8. Kecamatan Sempu 9. Kecamatan Banyuwangi 10. Kecamatan Giri Cepat Maju&Cepat Tumbuh 1. Kecamatan Muncar 2. Kecamatan Rogojampi PDRB PERKAPITA Tertinggal 1. Kecamatan Pesanggaran 2. Kecamatan Siliragung 3. Kecamatan Purwoharjo 4. Kecamatan Tegaldlimo 5. Kecamatan Kabat 6. Kecamatan Singojuruh 7. Kecamatan Songgon 8. Kecamatan Tegalsari Maju Tertekan 1. Kecamatan Glagah 2. Kecamatan Licin 3. Kecamatan Kalipuro 4. Kecamatan Wongsorejo Gambar 1. Pola dan Struktur Perekonomian Kabupaten Banyuwangi Menurut Tipologi Daerah, Tahun 2013 Terdapat 2 kecamatan yang masuk kategori Cepat maju dan Cepat tumbuh dengan pertumbuhan ekonomi dan PDRB perkapita lebih tinggi dari Kabupaten Banyuwangi, 10 Kecamatan yang diklasifikasikan pada kecamatan Berkembang Cepat dengan nilai pertumbuhan ekonomi lebih tinggi namun PDRB Perkapita di bawah tingkat Kabupaten, 4 Kecamatan masuk kategori Maju tertekan dengan nilai 104

10 Pesanggaran Siliragung Bangorejo Purwoharjo Tegaldlimo Muncar Cluring Gambiran Tegalsari Glenmore Kalibaru Genteng Srono Rogojampi Kabat Singojuruh Sempu Songgon Glagah Licin Banyuwangi Giri Kalipuro Wongsorejo Istiqro : Jurnal Hukum Islam, Ekonomi dan Bisnis Vol.1 / No. 2: 1-24, Agustus 2015, ISSN : PDRB perkapita di atas Kabupaten dan 8 Kecamatan masuk kategori tertinggal dengan nilai pertumbuhan ekonomi ekonomi dan PDRB perkapita di bawah Kabupaten Banyuwangi. 2. Analisis Disparitas Antar Kecamatan Masalah ketimpangan/disparitas ekonomi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya tingkat pembangunan ekonomi di suatu daerah. Oleh karena untuk meratakan pembangunan ekonomi diperlukan pembangunan ekonomi yang merata, sehingga nilai ketimpangan dapat mendekati nilai nol. Indeks disparitas Williamson Tahun di 24 Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. Adapun Indeks Williamson PDRB ADHB Tahun Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi dapat diamati pada grafik di bawah ini: Grafik 3. Indeks Williamson PDRB ADHB Tahun 2013 di 24 Kecamatan 0,144 0,133 0,132 0,042 0,049 0,052 0,058 0,040 0,028 0,031 0,031 0,029 0,031 0,020 0,018 0,021 0,024 0,016 0,005 0,010 0,001 0,005 0,027 0,010 Pada Grafik 3. hasil analisis IW pada PDRB ADHB Tahun 2013 di 24 Kecamatan menunjukkan bahwa Kecamatan Licin memiliki nilai IW tertinggi sebesar 0.144, Kecamatan Kalipuro sebesar 0.133, dan Kecamatan Wongsorejo sebesar Adapun kecamatan yang memiliki IW terendah yaitu Kecamatan Kabat sebesar Kesimpulan 1. Terdapat 2 kecamatan yang masuk kategori Cepat maju dan Cepat tumbuh dengan pertumbuhan ekonomi dan PDRB perkapita lebih tinggi dari Kabupaten Banyuwangi, 10 Kecamatan yang diklasifikasikan pada kecamatan Berkembang Cepat dengan nilai pertumbuhan ekonomi lebih tinggi namun PDRB Perkapita di bawah tingkat Kabupaten, 4 Kecamatan masuk kategori Maju tertekan dengan nilai PDRB perkapita di atas Kabupaten dan 8 kecamatan masuk kategori tertinggal dengan nilai pertumbuhan ekonomi ekonomi dan PDRB perkapita di bawah Kabupaten Banyuwangi. 2. Kondisi disparitas ekonomi antar kecamatan di Kabupaten Banyuwangi menunjukkan bahwa hasil analisis IW pada PDRB ADHB Tahun 2013 di 24 Kecamatan indeks ketimpangan Williamson Tahun 2013 PRDB ADHK Tahun 2000 pada 24 Kecamatan menunjukkan bahwa Kecamatan Wongsorejo memiliki nilai IW tertinggi yaitu diikuti Licin sebesar dan Kalipuro sebesar Kecamatan yang memiliki indeks Williamson terendah yaitu Kecamatan 105

11 Vol.1 / No. 2: 1-24, Agustus 2015, ISSN : Purwoharjo dan Glagah sebesar Sedangkan tren Indeks Williamson di Kabupaten Banyuwangi Tahun mengalami penurunan dengan kategori ketimpangan pendapan di Kabupaten Banyuwangi adalah rendah dengan indeks di bawah 0.5/mandekati level nol. Hal ini mengindikasikan bahwa pendapatan dan pertumbuhan ekonomi antar kecamatan di Kabupaten Banyuwangi merata. Daftar Pustaka BPS Banyuwangi Dalam Angka 2011, Banyuwangi, BPS Kabupaten Banyuwangi. BPS Banyuwangi Dalam Angka 2014, Banyuwangi, BPS Kabupaten Banyuwangi. BPS Jawa Timur. (2015). Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa Timur , BPS Propinsi Jawa Timur. Brojonegoro PS, Bambang AHP (the Analytical Hierarchy Process). Pusat Antar University Studi Ekonomi Universitas Indonesia; Bungin, B. (2008).Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta, Kencana Prenada Media Group. Kuncoro, Mudrajat. (2004). Otonomi dan Pembangunan Daerah; Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan Peluang, Jakarta, Erlangga. Kuncoro, Mudrajad. (2006). Ekonomi Pembangunan Teori, Masalah, dan Kebijakan, Jogjakarta, UPP STIM YKPN. Mankiw, Grogory TeoriMakroekonomi Intermediate. Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Yogyakarta. Sjafrizal, (2008). Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, Padang, Baduose Media, Cetakan Pertama. Suparmoko, M Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Suatu Pendekatan Teoritis, Yogyakarta, BPFE-Yogyakarta. Widodo. (2006). Perencanaan Pembangunan: Aplikasi Komputer, Jogjakarta: UPP STIM YKPN. 106

LAPORAN PENELITIAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

LAPORAN PENELITIAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI Bidang Ilmu Tipe Penelitian Ekonomi Inovatif LAPORAN PENELITIAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI KAJIAN KEBIJAKAN MAPPING SENTRA KOMODITAS UNGGULAN

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DI KABUPATEN BANYUWANGI. Nur Anim Jauhariyah & Nurul Inayah

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DI KABUPATEN BANYUWANGI. Nur Anim Jauhariyah & Nurul Inayah ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DI KABUPATEN BANYUWANGI Nur Anim Jauhariyah & Nurul Inayah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIDA Banyuwangi Email: nuranim_staida@yahoo.com & Email: inayahsyaiqoni@yahoo.com

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI KAJIAN POTENSI SEKTOR BASIS DI KABUPATEN BANYUWANGI

KEBIJAKAN PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI KAJIAN POTENSI SEKTOR BASIS DI KABUPATEN BANYUWANGI KEBIJAKAN PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI KAJIAN POTENSI SEKTOR BASIS DI KABUPATEN BANYUWANGI Nur Anim Jauhariyah Institut Agama Islam Darussalam (IAIDA) Banyuwangi email: nuranim_staida@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

Analisis Pengembangan Wilayah Kecamatan sebagai Pusat Pertumbuhan dan Pusat Pelayanan di Kabupaten Banyuwangi

Analisis Pengembangan Wilayah Kecamatan sebagai Pusat Pertumbuhan dan Pusat Pelayanan di Kabupaten Banyuwangi Analisis Pengembangan Wilayah Kecamatan sebagai Pusat Pertumbuhan dan Pusat Pelayanan di Kabupaten (Analysis of Regional Development SubDistricts as The Economic Growth and of Service Center in ) Vika

Lebih terperinci

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN SRONO TAHUN 2013

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN SRONO TAHUN 2013 MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN SRONO TAHUN 2013 Menguatkan Responsivitas Rencana Pembangunan Daerah Untuk Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Drs. H. Agus Siswanto, MM Kepala Disampaikan pada Rakor Persiapan

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY PROGRES PENGEMBANGAN SANITASI SAMPAI SAAT INI. Tabel 1.1 Capaian Tingkat Pelayanan Sanitasi Sampai Akhir Tahun 2013

EXECUTIVE SUMMARY PROGRES PENGEMBANGAN SANITASI SAMPAI SAAT INI. Tabel 1.1 Capaian Tingkat Pelayanan Sanitasi Sampai Akhir Tahun 2013 EXECUTIVE SUMMARY Memorandum Program Sanitasi Tahunan ( Tahunan) adalah merupakan komitmen jangka pendek/tahunan yang mengacu kepada Memorandum Program Sanitasi () jangka menengah/5 tahunan yang sudah

Lebih terperinci

KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2016

KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2016 LAMPIRAN II : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR : 9 Tahun 206 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 206 KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

MASALAH PERNIKAHAN ANAK DI BAWAH 18 TAHUN DI KABUPATEN BANYUWANGI. Mahmudah Institut Agama Islam Darussalam (IAIDA) Banyuwangi

MASALAH PERNIKAHAN ANAK DI BAWAH 18 TAHUN DI KABUPATEN BANYUWANGI. Mahmudah Institut Agama Islam Darussalam (IAIDA) Banyuwangi MASALAH PERNIKAHAN ANAK DI BAWAH 18 TAHUN DI KABUPATEN BANYUWANGI Mahmudah Institut Agama Islam Darussalam (IAIDA) Banyuwangi Abstrak Pendekatan penelitian dilakukan secara deskriptif kuantitatif dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2014 LAMPIRAN I. : PERATURAN DAERAH BANYUWANGI NOMOR : 04 Tahun 205 TANGGAL : 22 JULI 205 PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

Lebih terperinci

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN GENTENG TAHUN 2013

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN GENTENG TAHUN 2013 MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN GENTENG TAHUN 2013 Menguatkan Responsivitas Rencana Pembangunan Daerah Untuk Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Drs. H. Agus Siswanto, MM Kepala Disampaikan pada Rakor Persiapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya pertumbuhan ekonomi mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan salah satu usaha daerah untuk

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDAPATAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2013

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2013 MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2013 Menguatkan Responsivitas Rencana Pembangunan Daerah Untuk Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Oleh : Drs. H. Agus Siswanto, MM Kepala Disampaikan pada

Lebih terperinci

ANALISA POTENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN * Bambang Wicaksono ABSTRACT

ANALISA POTENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN * Bambang Wicaksono ABSTRACT ANALISA POTENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2006 * Bambang Wicaksono ABSTRACT Penelitian ini bertujuan untuk menginvestasikan potensi potensi penerimaan pajak daerah yang sudah tergali

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF DAN STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BANYUWANGI. Abd. Rahman

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF DAN STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BANYUWANGI. Abd. Rahman ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF DAN STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BANYUWANGI Abd. Rahman Institut Agama Islam Darussalam (IAIDA) Banyuwangi Abstrak Kemiskinan masih menjadi problem nasional

Lebih terperinci

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto Kabupaten Penajam Paser Utara Dalam Angka 2011 258 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam bab ini disajikan data dalam bentuk tabel dan grafik dengan tujuan untuk mempermudah evaluasi terhadap data

Lebih terperinci

ANALISA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH DI PULAU SUMATERA. Etik Umiyati

ANALISA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH DI PULAU SUMATERA. Etik Umiyati Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) ANALISA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH DI PULAU SUMATERA Etik Umiyati ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan

Lebih terperinci

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2016 Gotong Royong Mewujudkan Pembangunan Daerah Berkelanjutan

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2016 Gotong Royong Mewujudkan Pembangunan Daerah Berkelanjutan RAPAT KOORDINASI PERSIAPAN MUSRENBANGCAM 2016 JUM AT, 12 PEBRUARI 2016 MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2016 Gotong Royong Mewujudkan Pembangunan Daerah Berkelanjutan Drs. H. Agus Siswanto,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN TATA RUANG

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan berlaku surut terhitung mulai tanggal 1 Januari 2012.

MEMUTUSKAN: : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan berlaku surut terhitung mulai tanggal 1 Januari 2012. KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/ 8 /KEP/429.011/2012 TENTANG UANG PERSEDIAAN ANGGARAN BELANJA PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN ANGGARAN 2012

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/ 3 /KEP/429.011/2016 TENTANG PENETAPAN UANG PERSEDIAAN ANGGARAN BELANJA PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan implementasi serta bagian integral dari pembangunan nasional. Dengan kata lain, pembangunan nasional tidak akan lepas dari peran

Lebih terperinci

Analisa Keterkaitan Ketimpangan Pembangunan Antar Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Sumatera

Analisa Keterkaitan Ketimpangan Pembangunan Antar Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Sumatera Analisa Keterkaitan Ketimpangan Pembangunan Antar Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Sumatera Tiur Roida Simbolon Ilmu Ekonomi Regional, Fakultas Ekonomi Pascasarjana Unimed, Medan e-mail :

Lebih terperinci

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1,no 7 April 2013 Analisis Tipologi Pertumbuhan Sektor Ekonomi Basis dan Non Basis dalam Perekonomian Propinsi Jambi Emilia,

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN. : Perolehan jasa giro atas rekening tersebut wajib disetorkan ke Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten Banyuwangi.

MEMUTUSKAN. : Perolehan jasa giro atas rekening tersebut wajib disetorkan ke Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten Banyuwangi. KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/ 5 /KEP/429.011/2012 TENTANG NOMOR REKENING BENDAHARA PENGELUARAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN ANGGARAN 2012 BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah upaya multidimensional yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi

Lebih terperinci

85 DESA TERHUBUNG FIBER OPTIK SISTEM INFORMASI PERENCANAAN & KEUANGAN Rancangan Mei RKP MUSRENBANGNAS RPJMD Apr Prioritas pemb, Pagu indiakatif berdasar fungsi SKPD, sumber dana & Wilayah kerja Rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu daerah yang timbul

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR Salinan

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR Salinan BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR Salinan KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/3/KEP/429.011/2017 TENTANG PENUNJUKAN PEJABAT PENGGUNA ANGGARAN, KUASA PENGGUNA ANGGARAN, BENDAHARA PENERIMAAN, BENDAHARA

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR : 188/55/KEP/429.011/2016 TENTANG KODE WILAYAH KEARSIPAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DAN LEMBAGA LAINNYA DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Sistematika Penulisan.3

DAFTAR ISI. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Sistematika Penulisan.3 Gini Rasio Kabupaten Banyuwangi 2013 i DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN...1 1.1. Latar Belakang.1 1.2. Tujuan.2 1.3. Sistematika Penulisan.3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...4 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Regional 4

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Kalimantan Barat yang terdiri dari 14 (empat belas) kabupaten/kota (Gambar 3.1) dengan menggunakan data sekunder

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Analisis Tipologi Pertumbuhan Ekonomi Dan Disparitas Pendapatan Dalam Implementasi Otonomi Derah di Propinsi Jambi. Oleh : Etik Umiyati.SE.

Analisis Tipologi Pertumbuhan Ekonomi Dan Disparitas Pendapatan Dalam Implementasi Otonomi Derah di Propinsi Jambi. Oleh : Etik Umiyati.SE. Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.5 April 2012 Analisis Tipologi Pertumbuhan Ekonomi Dan Disparitas Pendapatan Dalam Implementasi Otonomi Derah di Propinsi

Lebih terperinci

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah) 3.14. KECAMATAN NGADIREJO 3.14.1. PDRB Kecamatan Ngadirejo Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Ngadirejo selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14.1

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik Provinsi Lampung ( time series ) pada jangka waktu 6 tahun. terakhir yakni pada tahun 2006 hingga tahun 2007.

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik Provinsi Lampung ( time series ) pada jangka waktu 6 tahun. terakhir yakni pada tahun 2006 hingga tahun 2007. 31 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini seluruhnya adalah data sekunder. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diterbitkan oleh

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi Jawa Timur ini didasarkan pada pertimbangan bahwa dalam rangka pengelolaan keuangan

Lebih terperinci

ANALISIS KEMISKINAN DAN DISPARITAS EKONOMI DI KABUPATEN BANYUWANGI MELALUI PENDEKATAN PARTISIPATIF

ANALISIS KEMISKINAN DAN DISPARITAS EKONOMI DI KABUPATEN BANYUWANGI MELALUI PENDEKATAN PARTISIPATIF ANALISIS KEMISKINAN DAN DISPARITAS EKONOMI DI KABUPATEN BANYUWANGI MELALUI PENDEKATAN PARTISIPATIF Nur Anim Jauhariyah Institut Agama Islam Darussalam (IAIDA) Banyuwangi Abstrak Gambaran kemiskinan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan lapangan kerja dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan lapangan kerja dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah

Lebih terperinci

Rata-rata Kelembaban Udara ( % ) The Average of Humidity (%) (1) (2) (3) (4) 01. Januari/January ,1 152,3

Rata-rata Kelembaban Udara ( % ) The Average of Humidity (%) (1) (2) (3) (4) 01. Januari/January ,1 152,3 Tabel/Table : 2.1 Kelembaban Udara, Tekanan Udara dan Penguapan Air Dirinci Menurut, 2010 The Average of Humidity, Atmospheric Pressure and Evaporation of Water by, 2010 Kelembaban Udara ( % ) The Average

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN 2007-2011 JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Bakhtiar Yusuf Ghozali 0810210036 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dam masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk kerja sama antara pemerintah

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/487/KEP/ /2015 TENTANG BUPATI BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/487/KEP/ /2015 TENTANG BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN NOMOR: 188/487/KEP/429.011/2015 TENTANG PADA SEKOLAH DASAR, SEKOLAH MENENGAH PERTAMA, SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SWASTA/NEGERI Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI TENTANG KODE WILAYAH KEARSIPAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI TENTANG KODE WILAYAH KEARSIPAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR : 188/56/KEP/429.011/2017 TENTANG KODE WILAYAH KEARSIPAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama negara berkembang. Pembangunan ekonomi dicapai diantar anya dengan melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Ditetapkan di Banyuwangi Pada tanggal 1 Oktober 2015 BUPATI BANYUWANGI. ttd H. ABDULLAH AZWAR ANAS

Ditetapkan di Banyuwangi Pada tanggal 1 Oktober 2015 BUPATI BANYUWANGI. ttd H. ABDULLAH AZWAR ANAS SALINAN KEPUTUSAN NOMOR: 88/482/KEP/429.0/205 TENTANG PENETAPAN PENERIMA DAN BESARAN ALOKASI DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PENDIDIKAN UNTUK PENGADAAN ALAT PRAKTIK DAN PERAGA SISWA BERUPA ALAT LABORATORIUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Berlakang. Pembangunan daerah merupakan implementasi (pelaksaan) serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Berlakang. Pembangunan daerah merupakan implementasi (pelaksaan) serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Berlakang Pembangunan daerah merupakan implementasi (pelaksaan) serta bagian integral (seluruhnya) dari pembangunan nasional. Dengan kata lain, pembangunan nasional tidak akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Dharmawan (2016) dalam penelitiannya tentang Analisis Pertumbuhan Ekonomi Dan Pengembangan Sektor Potensial Di Kabupaten Pasuruan Tahun 2008-2012 dengan

Lebih terperinci

PERDAGANGAN PERDAGANGAN

PERDAGANGAN PERDAGANGAN Berdasarkan urutan struktur ekonomi Kabupaten Banyuwangi tahun, sektor perdagangan hotel dan restoran mempunyai andil terbesar kedua setelah sektor pertanian. Namun hingga saat ini data detail perdagangan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN Chrisnoxal Paulus Rahanra 1

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN Chrisnoxal Paulus Rahanra 1 ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN 2003 2013 Chrisnoxal Paulus Rahanra 1 c_rahanra@yahoo.com P. N. Patinggi 2 Charley M. Bisai 3 chabisay@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI KABUPATEN BANYUWANGI 2015 PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Banyuwangi dengan PUSAT KAJIAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses kenaikan output

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses kenaikan output BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses kenaikan output perkapita yang terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah

Lebih terperinci

Nilai Investasi/ Invest Value

Nilai Investasi/ Invest Value Kecamatan/ Districts Tabel/Table : 7.1.1 Banyaknya Industri Kerajinan Informal (Rumah Tangga) Menurut Kecamatan Tahun 2010 Number of Informal Craft Industries (Home Industry) by Districts, 2010 Unit Usaha/

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : PERATURAN BUPATI TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUWANGI

MEMUTUSKAN : PERATURAN BUPATI TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUWANGI 1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUWANGI

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengedepankan dethronement of GNP, pengentasan garis kemiskinan,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengedepankan dethronement of GNP, pengentasan garis kemiskinan, 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional yang berfokus pada peningkatan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI KABUPATEN JAYAPURA. Aurelianus Jehanu 1 Ida Ayu Purba Riani 2

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI KABUPATEN JAYAPURA. Aurelianus Jehanu 1 Ida Ayu Purba Riani 2 Jurnal Kajian Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume II No 3, Desember 2015 ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI KABUPATEN JAYAPURA Aurelianus Jehanu 1 rulijehanu@gmail.com Ida Ayu Purba Riani 2 purbariani@yahoo.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki kontribusi terhadap pembangunan terutama di daerah, salah satunya di Provinsi Jawa Barat. Pembangunan ekonomi daerah erat kaitannya dengan industrialisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan suatu perekonomian dalam satu periode ke periode

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan suatu perekonomian dalam satu periode ke periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan tujuan perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Dalam hal ini pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dan perkembangan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI EMPAT KABUPATEN WILAYAH BARLINGMASCAKEB Oleh: Ratna Setyawati Gunawan 1) dan Diah Setyorini Gunawan 2)

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI EMPAT KABUPATEN WILAYAH BARLINGMASCAKEB Oleh: Ratna Setyawati Gunawan 1) dan Diah Setyorini Gunawan 2) EKO-REGIONAL, Vol 1, No.1, Maret 26 ANALISIS STRUKTUR EKONOMI EMPAT KABUPATEN WILAYAH BARLINGMASCAKEB Oleh: Ratna Setyawati Gunawan 1) dan Diah Setyorini Gunawan 2) 1) Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN No.10/02/75/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 7,71 PERSEN Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo tahun yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011 BPS KABUPATEN PADANG LAWAS PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011 No. 01/06/1221/Th. IV, 30 Juli 2012 Pertumbuhan ekonomi Padang Lawas tahun 2011 yang diukur berdasarkan kenaikan laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu :

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu : BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi dan disparitas pendapatan antar wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu : Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pengertian pembangunan ekonomi secara essensial dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat

Lebih terperinci

KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA

KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA SEPA : Vol. 9 No. 2 Februari 2013 : 201-208 ISSN : 1829-9946 KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA WIWIT RAHAYU Staf Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan adalah suatu proses perubahan yang direncanakan dan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan, berkelanjutan dan bertahap menuju tingkat

Lebih terperinci

S K P D. hal : 1 T O T A L REALISASI SISA ANGGARAN BELANJA TDK LGS / GAJI PEGAWAI ( APBD ) ANGGARAN % REALISASI % REALISASI REALISASI UP S.

S K P D. hal : 1 T O T A L REALISASI SISA ANGGARAN BELANJA TDK LGS / GAJI PEGAWAI ( APBD ) ANGGARAN % REALISASI % REALISASI REALISASI UP S. hal : 1 REKAPITULASI SURAT PERINTAH PENCAIRAN DANA (SP2D) S.D TGL 09 APRIL 2015 SETELAH TERBITNYA PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 41 TAHUN 2014 TANGGAL 23 DESEMBER 2015 TENTANG PENJABARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini ditujukkan melalui memperluas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Banyuwangi Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Banyuwangi Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Banyuwangi Tahun 2013 sebanyak 219.915 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Banyuwangi Tahun 2013 sebanyak 58 Perusahaan Jumlah perusahaan tidak

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012 BPS KABUPATEN PADANG LAWAS PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012 No. 01/07/1221/Th. V, 8 Juli 2013 Pertumbuhan ekonomi Padang Lawas tahun 2012 yang diukur berdasarkan kenaikan laju pertumbuhan Produk

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto Tabel 9.1 : PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2007 2010 (Rp. 000) 1. PERTANIAN 193.934.273 226.878.977 250.222.051 272176842 a. Tanaman bahan makanan 104.047.799 121.733.346 134.387.261

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah pada periode

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/923/KEP/ /2012 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/923/KEP/ /2012 TENTANG BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/923/KEP/429.011/2012 TENTANG PENETAPAN PENERIMA DAN ALOKASI DANA HIBAH UNTUK KEGIATAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH JENJANG SEKOLAH LANJUTAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN POTENSI EKONOMI KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI LAMPUNG SKRIPSI

ANALISIS PERBANDINGAN POTENSI EKONOMI KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI LAMPUNG SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN POTENSI EKONOMI KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI LAMPUNG SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajad Sarjana Ekonomi Oleh: SETYO EDI UTOMO 201010180311057 ILMU EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil

I. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah usaha meningkatkan pendapatan perkapita dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman modal,

Lebih terperinci

: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/365/KEP/429.011/2017 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DISTRIBUSI PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah umumnya mempunyai masalah di dalam proses. pembangunannya, masalah yang paling sering muncul di dalam wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah umumnya mempunyai masalah di dalam proses. pembangunannya, masalah yang paling sering muncul di dalam wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap wilayah umumnya mempunyai masalah di dalam proses pembangunannya, masalah yang paling sering muncul di dalam wilayah tersebut yang paling besar adalah masalah

Lebih terperinci

KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTARA KABUPATEN ACEH TENGAH DAN KABUPATEN BENER MERIAH

KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTARA KABUPATEN ACEH TENGAH DAN KABUPATEN BENER MERIAH Jurnal Serambi Ekonomi & Bisnis Vol. 1 No. 1 (2014): 35 40 ISSN 2354-970X KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTARA KABUPATEN ACEH TENGAH DAN KABUPATEN BENER MERIAH Khairul Aswadi Program Studi Pendidikan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya pembangunan ekonomi ditujukan untuk mengatasi kemiskinan, penggangguran, dan ketimpangan. Sehingga dapat terwujudnya masyarakat yang sejahtera, makmur,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013 BPS KABUPATEN PAKPAK BHARAT No. 22/09/1216/Th. IX, 22 September 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pakpak Bharat pada tahun 2013 yaitu sebesar 5,86 persen dimana

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Dalam penelitian ini, yang digunakan sebagai obyek penelitan adalah sektor ekonomi di kabupaten Banjarnegara yang menyusun Pendapatan Daerah Regional

Lebih terperinci

ANALISIS DISPARITAS REGIONAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI (STUDI KASUS DI KOTA BATU TAHUN ) Alfiana Mauliddiyah. Abstract

ANALISIS DISPARITAS REGIONAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI (STUDI KASUS DI KOTA BATU TAHUN ) Alfiana Mauliddiyah. Abstract ANALISIS DISPARITAS REGIONAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI (STUDI KASUS DI KOTA BATU TAHUN 22-212) Alfiana Mauliddiyah Abstract The Purpose of economic development in Batu city basically are to realize the prosperous

Lebih terperinci

: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan berlaku surut sejak tanggal 1 Januari 2017.

: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan berlaku surut sejak tanggal 1 Januari 2017. BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/184/KEP/429.011/2017 TENTANG PENUNJUKAN PETUGAS OPERATOR ENTRY DATA KEPENDUDUKAN DALAM PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di empat Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yaitu Kabupaten Gresik, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, dan Kabupaten Bojonegoro.

Lebih terperinci

Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Tolitoli dan Kabupaten Buol

Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Tolitoli dan Kabupaten Buol Analisis Sektor Unggulan dan Supomo Kawulusan (Mahasiswa Program Studi Magister Pembangunan Wilayah Pedesaan Pascasarjana Universitas Tadulako) Abstract The purpose this reseach the economy sector growth

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: : Pejabat sebagaimana dimaksud pada diktum kesatu, dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

MEMUTUSKAN: : Pejabat sebagaimana dimaksud pada diktum kesatu, dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada peraturan perundang-undangan. BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/723/KEP/429.011/2015 TENTANG PENUNJUKAN PEJABAT PENGGUNA ANGGARAN, KUASA PENGGUNA ANGGARAN, BENDAHARA PENERIMAAN, DAN BENDAHARA PENGELUARAN

Lebih terperinci

TIPOLOGI PERTUMBUHAN DAN TINGKAT SPESIALISASI REGIONAL KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAMBI

TIPOLOGI PERTUMBUHAN DAN TINGKAT SPESIALISASI REGIONAL KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAMBI Volume 13, Nomor 1, Hal. 35-40 ISSN 0852-8349 Januari Juni 2011 TIPOLOGI PERTUMBUHAN DAN TINGKAT SPESIALISASI REGIONAL KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAMBI Amril dan Paulina Lubis Fakultas Ekonomi, Universitas

Lebih terperinci

: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. SALINAN KEPUTUSAN NOMOR 188/486/KEP/429.011/2015 TENTANG PADA SEKOAH DASAR, SEKOLAH MENENGAH PERTAMA, SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SWASTA/NEGERI Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

GEOGRAFIS. Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2012

GEOGRAFIS. Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2012 IKLIM Sepanjang tahun 2011 ratarata kelembaban udara di Kabupaten Banyuwangi diperkirakan mencapai82 persen. Kelembaban terendah terjadi pada bulan Desember dengan rata-rata kelembaban udara sebesar 78

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian yang diperlukan bagi terciptanya pertumbuhan yang terus menerus. Pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN ANTAR PROPINSI SUMATERA TAHUN

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN ANTAR PROPINSI SUMATERA TAHUN ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN ANTAR PROPINSI SUMATERA TAHUN 2011-2015 Putri Suryani Sebayang Jurusan Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan Email : putrisby76@gmail.com

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU

PENGARUH PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU PENGARUH PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP Pusat Pengkajian Koperasi dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (PPKPEM) Universitas Riau

Lebih terperinci