PEMETAAN POTENSI PENDUDUK MISKIN KABUPATEN BANTUL, YOGYAKARTA. Niken Ernawati

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak diantara koordinat 110 o o Bujur Timur,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB IV GAMBARAN UMUM

KEADAAN UMUM KABUPATEN BANTUL. Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan, 75 desa, dan 933 dusun. Secara

BAB I PENDAHULUAN. Telah banyak kebijakan pemberdayaan ekonomi keluarga miskin. yang diprogramkan pemerintah sebagai langkah efektif dalam upaya

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 143 TAHUN 2015 TENTANG

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang sangat kompleks dan dalam

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 132 TAHUN 2016 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Kemiskinan merupakan

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari keberhasilan pembangunan ekonomi, pendidikan dan teknologi di Indonesia adalah kecenderungan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. bentuk upaya pengentasan kemiskinan dalam masyarakat. kesejahteraan di wilayah tersebut. Dengan demikian, kemiskinan menjadi salah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 150 TAHUN 2014 TENTANG

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun untuk memperjelas tentang

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG BESARAN UANG PERSEDIAAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Hingga saat ini kemiskinan masih merupakan masalah maupun tantangan

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 123 TAHUN 2013 TENTANG PENUNJUKAN BAPAK/IBU ASUH PENANGGULANGAN KEMISKINAN KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL,

BAB I PENDAHULUAN. angka ini menjadi 24,29% atau 49,5 juta jiwa. Bahkan International Labour

tkpk.bantulkab.go.id PENYUSUNAN DATA DAN PELAPORAN TPK DESA DAN PEDUKUHAN KECAMATAN PUNDONG PROFIL GAKIN 2013 JIWA TOTAL

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Gbr.1 Jaringan di Ruang Sekpri Bupati

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan berkelanjutan secara terus menerus.

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul. Alokasi Kebutuhan, Pupuk Bersubsidi, Sektor Pertanian.

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan tidak dapat ditakar hanya dengan kemampuan memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

BAB IV GAMBARAN UMUM

KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 229 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pemukiman yang sehat. Terwujudnya suatu kondisi lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. membuka unit usaha syariah yang pada akhirnya melakukan spin off (pemisahan).

STUDI PEMETAAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 148 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 55 TAHUN 2000 T E N T A N G PEMBENTUKAN DAN ORGANISASI KECAMATAN SE- KABUPATEN BANTUL

Pengarusutamaan Gender Berbasis Spasial untuk Pengurangan Risiko Bencana

BAB I PENDAHULUAN. mempersempit ruang gerak di sebuah wilayah. Dimana jumlah pertumbuhan penduduk tidak

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DENGAN MEMANFAATKAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS KABUPATEN BANTUL TAHUN

PERMASALAHAN INSTRUMEN YG BERBEDA DIBERBAGAI JENJANG -PENGUMPULAN DATA REDUNDANT -DATA BELUM DI-SHARE

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Bantul. Unit pelaksana, satuan polisi pamong praja, kecamatan.

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. penelitian, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 118 TAHUN 2016 TENTANG

P r o f i l K e m i s k i n a n P B D T i

BAB II KONDISI UMUM DAERAH

BAMBANGLIPU A. DATA PEMILIH NAMA DAN TANDA TANGAN ANGGOTA KPU KABUPATEN/KOTA

Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Jumlah desa, dusun dan luas Kabupaten Bantul per kecamatan dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4 adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Banyak permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. penetapan tarif sewa Rusunawa Tamanan Banguntapan. Berdasarkan latar belakang

Nama SKPD Alamat Status

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMERIKSAAN KESEHATAN JAMAAH HAJI KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

CARRYING CAPACITY OF AGRICULTURAL LAND AND DETERMINATION OF SUSTAINABLE FOOD AGRICULTURE LAND IN BANTUL REGENCY

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 205 A TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, menurut data yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk. meningkatkan kualitas hidup dengan cara menggunakan potensi yang dimiliki.

Bantul, Desember Kepala. Drs. Trisaktiyana, M.Si Pembina Utama Muda/IVc NIP

PERANAN KOMODITI PERTANIAN UNGGULAN TIAP KECAMATAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN BANTUL

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di pulau Jawa, antara

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kecamatan Bantul berada di Ibukota Kabupaten Bantul. Kecamatan Bantul

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 104 A TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI DANA DESA KABUPATEN BANTUL TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMILIKAN DAN PENGUSAHAAN LAHAN PERTANIAN DI PEDESAAN INDONESIA

DAFTAR ISI HALAMAN IDENTITAS. LEMBAR PERSETUJUAN.. PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

BAB II GAMBARAN UMUM. Progo, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kota Yogyakarta. Secara geografis, Kabupaten

BAB V KESIMPULAN. 1. Cekungan Aitanah Yogyakarta Sleman memiliki kondisi hidrogeologi seperti

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi

PENDAHULUAN. Menurut Peter Hagul dalam Daud Bahransyah (2011:10) penyebab kemiskinan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah salah satunya berasal dari Dana Alokasi

ANALISIS PERKEMBANGAN EKONOMI WILAYAH DI KABUPATEN BANTUL. Sumartini Luthfi Muta ali

Transkripsi:

PEMETAAN POTENSI PENDUDUK MISKIN KABUPATEN BANTUL, YOGYAKARTA Niken Ernawati d_nickname@yahoo.com Umi Listyaningsih, S.Si, M.Si listyaningsih_umi@yahoo.com Abstract Indonesiais a countrythat has longandwas facingthe problem of poverty. Various policiesandpoverty reductionprogramsthatdonot overcomethe problem of poverty. Variouspoverty reduction programsthat have beendone isto begiven(top down) in factis not enough toreduce poverty. Poverty reduction programsshouldbe(bottom up) by utilizingthe potential ofthe populationout of poverty. Therefore,knowingthe potential ofthe pooris veryimportant to help thepoverty alleviation programsby utilizing thepotentialin the form ofskillsand potentialareasofpoor. Keywords: potential for poor, potential areas Abstrak Indonesia merupakan negara yang telah lama dan tengah menghadapi permasalahan kemiskinan. Berbagai kebijakan dan program-program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan belum dapat mengatasi permasalahan kemiskinan. Berbagai program penanggulangan kemiskinan yang telah dilakukan adalah bersifat memberi (top down) dalam kenyataannya tidak cukup untuk menurunkan angka kemiskinan. Program penanggulangan kemiskinan seharusnya bersifat (bottom up) dengan memanfaatkan potensi penduduk untuk keluar dari kemiskinan. Oleh karena itu, mengetahui potensi penduduk miskin sangat penting untuk membantu program pengentasan kemiskinan dengan memanfaatkan potensi diri berupa keterampilan dan potensi wilayah dari penduduk miskin. Kata kunci: potensi penduduk miskin, potensi wilayah. PENDAHULUAN Kemiskinan merupakan masalah yang terjadi dalam pembangunan di setiap negara terutama negara berkembang seperti Indonesia. Kemiskinan menyebabkan menurunnya kualitas sumber daya manusia sehingga produktivitas dan pendapatan menjadi rendah. Selain itu, masalah kemiskinan merupakan masalah yang terkait dengan faktor-faktor sosial, seperti meningkatnya kejahatan di kotakota besar, timbulnya pemukiman kumuh, menurunnya tingkat kesehatan dan lain-lain. Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu (M. Nasir, dkk 2008). Dalam rangka menanggulangi kemiskinan, pemerintah telah dan sedang melaksanakan sekitar 15 (lima belas) program penanggulangan kemiskinan, termasuk program jaring pengaman sosial (JPS), yakni: Program Inpres Desa Tertinggal (IDT); Program Pengembangan Kecamatan (PPK); Program Kredit Pendayagunaan Teknologi Tepat Guna dalam rangka Pengentasan Kemiskinan (KP-TTG- Taskin); Program Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam (UED- SP); Program Kredit Usaha Tani (KUT); Pogram Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS); Program Operasi Pasar Khusus Beras (OPK-Beras); Program Pemberdayaan Daerah dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDM-DKE); Program JPS-Bidang Pendidikan Program Beasiswa dan Dana Biaya Operasional Pendidikan Dasar dan Menengah dan Bantuan Khusus Murid (BKM); Program JPS-Bidang Kesehatan; Program Padat Karya Perkotaan (PKP); Program Prakarsa Khusus Penganggur Perempuan (PKPP); Program Pemberdayaan Masyarakat melalui Pembangunan Prasarana Subsidi Bahan Bakar 475

Minyak (PPM-Prasarana Subsidi BBM); Program Dana Bergulir Subsidi Bahan Bakar Minyak untuk Usaha Kecil dan Menengah; Program Dana Tunai Subsidi Bahan Bakar Minyak. Berbagai program penanggulangan kemiskinan yang telah dilakukan belum dapat menunjukan hasil yang maksimal. Jumlah penduduk miskin yang masih tinggi menyebabkan kemiskinan merupakan permasalahan yang besar di Indonesia. Penyebab kemiskinan menurut Kuncoro (2000) sebagai berikut: 1. Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan timpang, penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah yang terbatas dan kualitasnya rendah; 2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia karena kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas juga rendah, upahnya pun rendah; 3. Kemiskinan muncul disebabkan perbedaan akses dan modal. Ketiga penyebab kemiskinan itu bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty). Suryawati (2005) dalam Mussawir (2009:33) menyatakan keluarga miskin adalah mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan memiliki beberapa ciri-ciri sebagai berikut : 1) rata-rata tidak mempunyai faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, peralatan kerja dan keterampilan; 2) mempunyai tingkat pendidikan yang rendah; 3) kebanyakan bekerja atau berusaha sendiri dan bersifat usaha kecil (sektor informal), setengah menganggur atau menganggur ( tidak bekerja); 4) kebanyakan berada di pedesaan atau daerah tertentu perkotaan (slum area); dan 5)kurangnya kesempatan memperoleh (dalam jumlah yang cukup) bahan kebutuhan pokok, pakaian, perumahan, fasilitas komunikasi dan kesejahteraan sosial lainnya. Fisher (1975) dalam Prittaningtyas (2004) menyebutkan konsep mengenai region menurut konsep homogenitas region, wilayah dianggap mempunyai ciri-ciri khas yang kurang lebih sama (homogen) tetapi memiliki karakteristik pembeda yang lain antar wilayah. Ekartaji P (2004) dalam Hardiansyah (2007) mendefinisikan potensi wilayah merupakan kemampuan dalam suatu wilayah yang kemungkinan dapat dikembangkan. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bantul yang merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk miskin yang tinggi di DIY. Penelitian ini bertujuan : 1. Mendiskripsikan karakteristik penduduk miskin dari karakteristik sosial dan ekonomi 2. Mendiskripsikan potensi wilayah di Kabupaten Bantul. 3. Mengetahui potensi penduduk miskin dan persebaran penduduk miskin di Kabupaten Bantul untuk dipetakan, METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif digunakan skoring (pombobotan) terhadap variabel-variabel penentu potensi rumah tangga miskin dan variabel-variabel penentu potensi wilayah. Variabel yang digunakan adalah dalam skala rumah tangga (KK miskin). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam (indepth interview) terhadap informan ahli atau informan kunci mengenai kondisi kemiskinan, karakteristik penduduk miskin dan potensi wilayah di Kabupaten Bantul. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari BAPPEDA Kabupaten Bantul. Data Kemiskinan yang dipakai adalah data jumlah penduduk miskin per kecamatan tahun 2009 yang di ambil dari Badan Kesejahteraan Keluarga Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BKK-PPKB) Kabupaten Bantul. Variabel yang digunakan untuk mengetahui potensi rumah tangga miskin adalah pendidikan tertinggi KK miskin, kemampuan berobat KK miskin, dan jumlah pengangguran sedangkan variabel penentu potensi wilayah adalah kepadatan jalan, daya 476

layan kesehatan, daya layan pendidikan, topografi, dan luas lahan pertanian minimal. Cara pengolahan dan analisis data adalah pengklasifikasian variabel penentu variabel penyusun potensi penduduk miskin yaitu potensi rumah tangga miskin dan potensi wilayah. Data yang telah diklasifikasikan kemudian akan dilakukan pengharkatan (pemberian nilai). Data yang sudah diharkat kemudian akan diklasifikasikan datanya dengan rumus sturgess menjadi 3 kelas yaitu tinggi, rendah dan tinggi pada setiap variabel baik potensi rumah tangga dan potensi wilayah. Hasil pengharkatan variabel rumah tangga miskin akan dikompositkan dengan harkat dari variabel potensi wilayah dan akan dilakukan pemetaan dengan teknik overlay sehingga di dapatkan potensi penduduk miskin. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan peta. Peta yang dihasilkan yaitu Peta Potensi Wilayah dan Potensi Rumah Tangga Miskin Kabupaten Bantul dan Peta Potensi Penduduk Miskin dan Persebaran Penduduk Miskin Kabupaten Bantul. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian a. Peta Potensi Masyarakat Miskin Menurut Potensi Wilayah Kabupaten Bantul Tahun 2009 jalan, luas lahan pertanian minimal, topografi, daya layan pendidikan, dan daya layan kesehatan. b. Peta Persebaran Penduduk Miskin Menurut Potensi Penduduk Miskin Kabupaten Bantul Tahun 2009 Variabel penyusun potensi penduduk miskin merupakan hasil overlay antara peta potensi rumah tangga miskin dengan peta potensi wilayah. Peta persebaran penduduk miskin diperoleh dari pengklasifikasian persentase penduduk miskin per kecamatan di Kabupaten Bantul. Hasil peta potensi penduduk miskin kemudian di overlay dengan peta persebaran penduduk miskin. c. Peta Persebaran Penduduk Miskin Kabupaten Bantul Tahun 2009 Variabel penyusun potensi rumah tangga miskin adalah pendidikan terakhir KK miskin, kemampuan berobat KK miskin dan jumlah penganggur sedangkan variabel penyusun potensi wilayah antara lain adalah kepadatan 477 Peta Persebaran penduduk miskin diperoleh dari pengklasifikasian persentase jumlah

penduduk miskin di Kabupaten Bantul tahun 2009. 2. Pembahasan Hasil yang diperoleh berupa karakteristik penduduk miskin yang dicerminkan dari potensi rumah tangga miskin. Sebagian besar KK miskin di Kabupaten Bantul menamatkan pendidikan lebih dari SMP seperti Kecamatan Kasihan, Bantul, Sedayu. Kecamatan yang memiliki pendidikan KK miskin yang tinggi biasanya terletak di kota atau pinggiran kota. Kecamatan yang terbatas akses dan topografi seperti Pajangan, Banguntapan, dan Dlingo memiliki KK miskin dengan pendidikan >SMP yang rendah. Potensi kemampuan berobat untuk semua kecamatan di Kabupaten Bantul adalah tinggi, dengan asumsi KK miskin mampu membawa ke fasilitas kesehatan apabila ada keluarga yang sakit. Hal ini menggambarkan bahwa kesadaran penduduk akan pentingnya kesehatan untuk KK miskin di Kabupaten Bantul sudah baik. Potensi ekonomi diukur melalui jumlah KK miskin yang menganggur. Hasil yang diperoleh KK miskin yang menganggur di Kabupaten Bantul adalah Kecamatan Kasihan, Banguntapan, Dlingo. Umumnya KK miskin yang mengangggur adalah di kecamatan yang letaknya jauh dari pusat kota sehingga jauh dari pusat-pusat pelayanan dan keterbatasan wilayah. KK miskin yang tidak bisa mengimbangi permintaan kerja di kota karena keterbatasan keterampilan menyebabkan banyak KK miskin di sekitar kota menganggur. Potensi wilayah di kabupaten Bantul tersusun atas beberapa variabel penyusun potensi wilayah. Topografi pada setiap kecamatan Bantul relatif baik, karena sebagian besr wilayah Kabupaten Bantul memiliki topografi datar hingga landai. Kecamatan yang memiliki topografi yang agak kurang karena memiliki topografi miring hingga terjal adalah Kecamatan Banguntapan, Pleret, dan Pundong. Daya layan kesehan dicerminkan dari jumlah minimal fasilitas kesehatan dalam tingkat kecamatan (puskesmas) yang jumlahnya dapat memenuhi 30.000 penduduk (standar daya layan kesehatan DPU). Hampir semua kecamatan di Kabupaten Bantul memiliki daya layan kesehatan yang baik yang artinya setiap kecamatan memiliki jumlah fasilitas puskesmas yang mampu melayani penduduknya. Hal ini menjadi potensi bagi penduduk miskin dalam mengakses fasilitas kesehatan. Daya layan pendidikan tercermin dari jumlah fasilitas pendidikan tingkat kecamatan yaitu jumlah SMP yang dapat memenuhi 12.000 penduduk dalam satu kecamatan (standar DPU). Variabel potensi wilayah berikutnya adalah kepadatan jalan. Variabel ini digunakan untuk mengetahui aksesibilitas di suatu wilayah. Kabupaten Bantul memiliki kepadatan jalan yang relatif tinggi dicerminkan oleh panjang jalan seperti jalan arteri, kolektor, dan jalan lokal yang cukup melingkupi suatu luas wilayah. Kecamatan yang memiliki letak di kota atau dipinggiran kota serta berbatasan langsung dengan ibukota tertentu seperti Piyungan yang berbatasn dengan Kabupaten Klaten memiliki kepadatan jalan yang baik. Kepadatan jalan yang rendah terletak di kecamatan yang umumnya memiliki keterbatasan topografi seperti Kecamatan Pajangan dan Dlingo. Variabel terakhir penentu potensi wilayah adalah luas lahan pertanian yang didasarkan oleh luas lahan yang harus dimiliki penduduk yang menurut Otto Soemarwoto (1997) yaitu 0,5 Ha. Hampir semua lahan pertanian yang ada di Kabupaten Bantul memiliki luas lahan minimal yang kurang. Hal ini dikarenakan oleh alih fungsi lahan pertanian yang telah banyak dilakukan menjadi lahan terbangun. Luas lahan pertanian yang mulai sempit diasumsikan akan menurunkan potensi wilayah untuk penduduk miskin karena berkurangnya lapangan usaha pertanian bagi penduduk miskin yang umumnya terdistribusi menjadi petani. Variabel penentu potensi rumah tangga miskin dan potensi wilayang yang telah di overlay menghasilkan potensi penduduk miskin yang kemudian dipetakan. Potensi penduduk miskin di Kabupaten Bantul yang baik adalah tersebar di kecamatan yang menjadi pusat kota yaitu Kabupaten Bantul memiliki lima kecamatan dengan potensi penduduk miskin yang masuk dalam kelas katagori tinggi, yaitu Kecamatan Sedayu, Kasihan, Sewon, Banguntapan, dan Bantul. Pengembangan potensi rumah tangga miskin memerlukan pengembangan yang lebih daripada potensi wilayahnya untuk Kecamatan Kasihan, Sewon, dan Banguntapan. Ketiga kecamatan tersebut memiliki letak yang dekat dengan Kota Yogyakarta yang menawarkan 478

potensi-potensi wilayah yang mendukung potensi rumah tangga miskin untuk dikembangkan baik dari sisi fasilitas kesehatan, pendidikan, dan segala macam akses terhadap kebutuhan dasar dan sosial. Pengembangan potensi wilayah untuk Kecamatan Sedayu dan Bantul lebih ditekankan untuk mengembangkan potensi wilayahnya seperti pernyataan warga asli Kecamatan Sedayu berinisial A pada tanggal 28 Mei 2012, pukul 15.00 yang menyatakan : Perkembangan Kecamatan Sedayu berkembang pesat, terutama adanya pembangunan jalur lingkar selatan sejak adanya ring-road. Dengan adanya ringroad ini menjadikan wilayah ini menjadi hidup, banyak pertokoan, perumahan, sekolah-sekolah yang dibangun dipinggir ring-road memicu banyak lapangan pekerjaan baru di wilayah ini. Perkembangan Sedayu juga disebabkan karena letaknya yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sleman. Berdasarkan pernyataan warga asli Kecamatan Sedayu di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan wilayah berperan penting dalam pertumbuhan kota. Pemicu potensi wilayah yang tinggi di Kecamatan Sedayu adalah akses yang berkembang berupa jalur lingkar antar daerah yang mempermudah akses antar daerah memicu perkembangan kota. Potensi penduduk miskin sedang dimiliki oleh Kecamatan Pandak, Bambanglipuro, Imogiri, Pajangan, Pleret, dan Srandakan. Pengembangan potensi wilayah lebih disarankan untuk Kecamatan Pandak, Pleret, Bambanglipuro, dan Imogiri dikarenakan ketiga kecamatan tersebut memiliki berbagai variasi pada keterbatasan dibidang pendidikan KK miskin, kemampuan berobat KK miskin, dan jumlah KK miskin yang menganggur yang tinggi pada masing-masing kecamatan. Keterbatasan pendidikan dan kurangnya skill dan pengalaman menyebabkan banyak KK miskin yang menganggur. Berikutnya adalah Kecamatan Pajangan dan Srandakan yang memiliki potensi wilayah yang rendah dan potensi rumah tangga miskin yang sedang. Pengembangan potensi penduduk miskin untuk kedua kecamatan ini lebih ditekankan lebih ditekankan pada potensi rumah tangga miskinnya dengan memanfaatkan pendidikan KK terakhir dan potensi kesehatan yang baik karena kemampuan berobat yang baik. Letak wilayah yang jauh dari kota menyebabkan pengembangan potensi wilayah menjadi kurang maksimal. Potensi penduduk miskin rendah di Kabupaten Bantul adalah adalah Kecamatan Pundong, Dlingo, Kretek, Piyungan, Jetis, dan Sanden. Kecamatan yang memiliki potensi penduduk miskin yang rendah umumnya memiliki potensi rumah tangga miskin yang rendah dan potensi wilayah yang rendah. Keterbatasan potensi wilayah di kecamatankecamatan tersebut biasanya disebabkan oleh luas lahan pertanian minimal yang sudah mulai berkurang karena pembangunan, selain itu adalah aksesibilitas wilayah yang umumnya kurang yang disebabkan oleh kepadatan jalan yang rendah dan topografi yang umumnya kurang mendukung. Keterbatasan daya layan pendidikan turut menyebabkan KK miskin di beberapa kecamatan ini menjadi memiliki pendidikan terakhir yang rendah. Hal tersebut menyebabkan potensi rumah tangga miskin yang rendah sehingga berimplikasi terhadapp jumlah penganggur yang menjadi tinggi. Pengembangan potensi penduduk miskin untuk kecamatan-kecamatan yang memiliki potensi penduduk miskin rendah ini adalah mengembangkan potensi rumah tangga miskin berupa skill/keterampilan untuk menurunkan jumlah KK miskin. Pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dinilai lebih efektif dalam menurunkan kemiskinan ditengah keterbatasan wilayah yang ada. Persebaran penduduk miskin tinggi di Kabupaten Bantul umumnya berada di kecamatan yang letaknya jauh dari pusat kota dan memiliki keterbatasan potensi wilayah seperti akses jalan dan topografi. Kecamatan dengan persebaran penduduk miskin tinggi adalah Kecamatan Sedayu, Pajangan, Pandak, Dlingo, dan Pundong. Berbeda dengan kecamatan lainnya, Kecamatan Sedayu merupakan kecamatan yang sebenarnya tidak memiliki keterbatasan wilayah dan memiliki letaknya dekat dengan kota, akan tetapi memiliki jumlah penduduk miskin yang tinggi. Berbagai faktor memicu keadaan tersebut seperti pernyataan warga Desa Argomulyo 479

berinisial B pada tanggal 23 September 2012, pukul 16.00 yang menyatakan : Dari segi wilayah Kecamatan Sedayu yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sleman memang mempunyai potensi yang banyak, penduduk sini banyak yang menamatkan pendidikan di atas SMA tetapi masih cukup banyak yang menganggur. Penduduk sini yang bertani hanya yang tua-tua, pemudapemuda banyak yang mencari pekerjaan di kota sebagai pelayan toko, buruh tani, dan berdagang ke kota, akan tetapi beberapa masih menganggur karena pekerjaan di kota semakin sempit. Penduduk sini biasanya bekerja ke Kabupaten Sleman atau Kota Yogyakarta. Berdasarkan pernyataan di atas, Kecamatan Sedayu memang memiliki potensi wilayah yang baik didukung oleh letak wilayah yang dekat dengan Kabupaten Sleman yang menyediakan infrastruktur yang lengkap. Penduduk miskin di kecamatan tersebut yang kurang memanfaatkan potensi wilayah dan keterampilan yang kurang menjadikan penyebab utama banyak penganggur karena kalah bersaing dengan penduduk di kota Kecamatan Pandak memiliki potensi penduduk miskin yang cukup baik yang ditandai oleh jumlah lahan pertanian yang masih tersedia luas dan akan tetapi memiliki jumlah KK miskin yang tinggi seperti pernyataan warga Desa Gilangharjo berinisial E pada tanggal 24 September 2012, pukul 13.00 mengatakan : Pertanian di daerah ini masih luas, tapi sudah banyak yang terbagi hasilnya karena banyak sistem ijon. Warga sini yang jadi petani paling hanya orang tua kalau tidak ya anak seorang petani yang menjadi petani karena orang tuanya sudah tidak mampu mengolah sawah. Pekerjaan petani penghasilannya sedikit mbak. banyak pemuda ke kota karena fasilitasnya lengkap dan peluang usaha banyak Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dianalisa bahwa Kecamatan Pandak memiliki lahan pertanian yang masih luas tidak membantu penduduk miskin untuk terserap bekerja di sektor pertanian. Hal tersebut dikarenakan ketersediaan lahan yang luas telah terbagi oleh petani dan pelaku sistem ijon. Hal tersebut menyebabkan kondisi kurang menguntungkan bagi petani karena pendapatannya menjadi lebih rendah. Pekerjaan sebagai petani mulai kurang diminati penduduk karena pekerjaan bertani adalah kurang menguntungkan. Ketersediaan lapangan usaha dengan kelengkapan fasilitas yang ada di kota menyebabkan banyak penduduk miskin Kecamatan Pandak beralih menyukai pekerjaan non pertanian. Persebaran penduduk miskin rendah yang unik terjadi di Kecamatan Sanden. Potensi wilayah di Kecamatan Sanden adalah rendah karena terbatasnya berbagai fasilitas dan secara potensi rumah tangga KK miskin di kecamatan ini juga memiliki potensi yang sedang. Hal yang membuat kecamatan ini memiliki KK miskin yang rendah disebabkan karena banyak penduduk di Kecamatan Sanden yang berani melakukan mobilitas dengan menjadi TKI ke Korea dengan dukungan fasilitas yang dibantu oleh pemerintah desa. Hal tersebut memicu jumlah KK miskin yang rendah untuk kecamatan ini karena umumnya penduduk yang menjadi TKI dan pulang lagi ke Kecamatan Sanden adalah sudah cukup berhasil. KESIMPULAN 1. Kecamatan dengan potensi penduduk miskin tinggi di Kabupaten Bantul adalah Kecamatan Sedayu, Kasihan, Sewon, Banguntapan, dan Bantul merupakan kecamatan yang memiliki potensi lebih mudah untuk menurunkan kemiskinan penduduknya baik melalui pengembangan potensi wilayah dan potensi rumah tangga miskin. 2. Kecamatan dengan potensi penduduk miskin rendah di Kabupaten Bantul adalah Kecamatan Pundong, Dlingo, Kretek, Piyungan, Jetis, dan Sanden merupakan kecamatan-kecamatan yang memerlukan perhatian lebih oleh pemerintah daerah dalam pengembangan potensi wilayah dan 480

potensi rumah tangga miskin agar tepat guna dalam menurunkan kemiskinan. 3. Kecamatan dengan persebaran penduduk miskin tinggi merupakan kecamatan yang harus menjadi prioritas utama bagi pemerintah daerah dengan memperhatikan apakah potensi rumah tangga miskin atau potensi wilayah yang harus dikembangkan untuk membantu menurunkan angka kemiskinan terutama di Kabupaten Bantul yaitu Kecamatan Sedayu, Pajangan, Pandak, Pundong, Dlingo. 4. Kecamatan-kecamatan di kabupaten Bantul yang memiliki keterbatasan potensi wilayah umumnya mengembangkan potensi diri berupa keterampilan sebagai strategi bertahan hidupnya terutama bagi KK miskin 5. Persebaran KK miskin yang tinggi di kecamatan yang dekat dengan pusat kota di Kabupaten Bantul disebabkan karena rendahnya kualitas diri (keterampilan) dan peluang kerja di kota yang mulai sempit. DAFTAR PUSTAKA Kuncoro, Mudrajad. 2003. Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan. Yogyakarta :UPP AMP YKPN. Mussawir. 2009. Analisis Masalah Kemiskinan Nelayan Tradisional Di Desa Padang Panjang Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat daya Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.Tesis. Medan : Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Nasir, M. Muh, Saichudin dan Maulizar. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Rumah Tangga Di Kabupaten Purworejo.Jurnal Eksekutif. Vol. 5 No. 4, Agustus 2008. Jakarta : Lipi. Prittaningtyas. 2004. Penentuan Desa-Desa Pertumbuhan Dan Arahan Pengembangannya Dalam Rangka Mendukung Fungsi Kecamatan Godean Sebagai Kecamatan Pusat Pertumbuhan Ekonomi. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Geografi UGM. Soemarwoto, Otto. 1997. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta :UGM. 481