PENGARUH PEMANFAATAN BUAH MENGKUDU (Morindacitrifolia L) TERHADAP PENYEMBUHAN KETOMBE KERING TETI SUSANTI

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PEMANFAATAN JERUK NIPIS TERHADAP PENYEMBUHAN KETOMBE KERING DI KULIT KEPALA RAHMADANI

PENGARUH PEMANFAATAN SARI SELEDRI (Apium Graveolens) TERHADAP PENYEMBUHAN KETOMBE KERING

Pengaruh Minyak Buah Pisang (Musa Paradisiaca L.) Terhadap Pengurangan Ketombe pada Kulit Kepala

BAB I PENDAHULUAN. Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang. Masalah kulit kepala sering

DEFINISI Ketombe (juga disebut sindap dan kelemumur; dengan nama ilmiah Pityriasis capitis) adalah pengelupasan kulit mati berlebihan di kulit

BAB I PENDAHULUAN. yang rendah menyebabkan keadaan yang menguntungkan bagi pertumbuhan

Abstrak. Kata Kunci : Masker Temulawak, Perawatan, Kulit Wajah Berjerawat. Abstract

PENGETAHUAN TENTANG KOSMETIKA PERAWATAN KULIT WAJAH DAN RIASAN PADA MAHASISWI JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG

Journal of Beauty and Beauty Health Education

DESSY ARISANDI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA RIAS DAN KECANTIKAN JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG

Kejadian Ptiriasis Capitis Berbasis Tipe Pomade dan Frekuensi Penggunaannya

KESEHATAN KULIT RAMBUT DAN KUKU

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan suatu kondisi kekambuhan pada kulit kepala dan berpengaruh

PENGARUH PENGAPLIKASIAN FOUNDATION TERHADAP HASIL RIAS WAJAH CIKATRI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebersihan terutama pada kehidupan sehari hari. Dalam aktivitas yang relatif

BAB II LANDASAN TEORI

NUR SIDIK CAHYONO AKTIVITAS ANTIFUNGI EKSTRAK ETANOL BIJI JARAK, DAUN URANG-ARING DAN KOMBINASINYA TERHADAP MALASSEZIA SP. SERTA EFEK IRITASINYA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) PERAWATAN KULIT KEPALA

Kata kunci: plak gigi; indeks plak gigi; ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn.).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mikosis adalah infeksi jamur. 1 Dermatomikosis adalah penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan hidup manusia dan

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA : PERAWATAN RAMBUT. No. SIL/TBB/KEC 217 Revisi : 00 Tgl : 02 Juli 2010 Hal 1 dari 6

Shampoo Shampoo basah Shampoo kering Bentuk : Bentuk : Jenis :

PENGARUH KONSUMSI TELUR AYAM RAS REBUS TERHADAP PENINGKATAN KADAR HB PADA IBU HAMIL TRIMESTER II DI BPM WILAYAH KERJA PUSKESMAS KLATEN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran gas, perlindungan terhadap patogen, dan memiliki fungsi barrier untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rambut terdapat hampir pada seluruh bagian tubuh dan memiliki

PENGARUH PEMANFAATAN MADU DAN AIR PERASAN JERUK NIPIS TERHADAP PENYEMBUHAN JERAWAT NOVIA ELSA MAYUNA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan bagian integral dalam perubahan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Acne Vulgaris (AV) merupakan suatu penyakit peradangan kronis dari folikel

TERAPI TOPIKAL AZELAIC ACID DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE+ZINC PADA AKNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Produk kosmetik sangat diperlukan manusia, baik laki-laki maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWATAN RAMBUT PASCA PELURUSAN (REBONDING) DENGAN KESEHATAN RAMBUT MAHASISWA JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK

PENGARUH PEMANFAATAN CREAM CREAMBATH LIDAH BUAYA TERHADAP PERAWATAN RAMBUT JURNAL SUCI MUKHTI

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH PENGGUNAAN JENIS ALAT PENGGULUNG TERHADAP HASIL PENGERITINGAN RAMBUT DESAIN ANTARA ROTTO DAN MAGIC ROLLER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH KOSMETOLOGI (BU 343) Oleh Dra. Pipin Tresna P, M.Si

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE PEMBELAJARAN AKTIF TIPE MIND MAPS

Jerawat biasanya muncul di wajah, leher, bahu, dada, punggung dan bahu, dan maaf ada juga di daerah pantat.

PENGARUH PENGGUNAAN ALMOND (PRUNUS DULCIS) SEBAGAI MASKER WAJAH TERHADAP KELEMBABAN KULIT PADA WAJAH KERING

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

Journal of Beauty and Beauty Health Education

BAB I PENDAHULUAN. pleomorfik, komedo, papul, pustul, dan nodul. (Zaenglein dkk, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi

BAB I PENDAHULUAN. adanya disfungsi fungsi sawar kulit adalah dermatitis atopik (DA). Penderita DA

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik memiliki sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil penggalian arkeologi, diketahui bahwa kosmetik telah

MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PEMANGKASAN RAMBUT DASAR KOMPETENSI KEAHLIAN TATA KECANTIKAN RAMBUT SMK N 3 PAYAKUMBUH

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit kulit yang melibatkan unit pilosebasea ditandai. Indonesia, menurut catatan Kelompok Studi Dermatologi Kosmetika

BAB 1 PENDAHULUAN. Akne vulgaris (AV) atau jerawat merupakan suatu penyakit. keradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DALAM PEWARNA RAMBUT TERHADAP KERUSAKAN RAMBUT

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. adanya penyakit yang harus diobati (Djuanda, Adhi. dkk, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

PERBEDAAN HASIL PEMAKAIAN MASKER JAMBU BIJI MERAH UNTUK KECERAHAN KULIT WAJAH SKRIPSI

Perawatan Kulit Wajah Manual Pada Kulit Berjerawat (Acne)

BAB 1 PENDAHULUAN. merubah warna kulit sehingga menjadikan kulit putih bersih dan bersinar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecantikan merupakan bagian terpenting dari gaya hidup wanita. Setiap

TERAPI TOPIKAL CLINDAMYCIN DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE + ZINC PADA ACNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan atau fluor albus merupakan salah satu masalah yang banyak

PERAWATAN KULIT KEPALA DAN RAMBUT

Masalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra.

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan bagi remaja dan dewasa muda merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papula, vesikel, skuama) dan

PRO GRAM ST UDI PE NDIDI KAN TE KNI K ELE KTRO JURUS AN TE KNIK ELE KTRO FAKULTAS TE KNIK UNIVE RSITAS NE GE RI PADANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Sebaran usia mahasiswi yang menggunakan kosmetik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. atas. Akne biasanya timbul pada awal usia remaja.

Iklim tropis di Indonesia menjadikan negara kita ini memperoleh sinar. matahari sepanjang tahun. Pengaruh menguntungkan dari sinar matahari adalah

ABSTRAK. Kata kunci: persepsi, minat, remaja, alat ortodontik cekat, maloklusi

BAB 1 PENDAHULUAN. Psoriasis adalah salah satu penyakit kulit termasuk dalam kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

DESKRIPSI DAN SILABUS

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PEMANGKASAN RAMBUT DASAR KOMPETENSI KEAHLIAN TATA KECANTIKAN RAMBUT SMK N 3 PAYAKUMBUH

BAB 1 PENDAHULUAN. mengandung kelenjar sebasea seperti: muka, dada dan punggung ( kelenjar/cm). 1,2 Acne

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmein artinya berhias. Kosmetik digunakan

PENGARUH PENGGUNAAN MASKER BROKOLI (BRASSICA OLERACEA L.) TERHADAP HASIL KELEMBAPAN KULIT WAJAH KERING

HUBUNGAN KREATIVITAS MEMBENTUK DAN MERAWAT HAIR PIECE DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X TATA KECANTIKAN RAMBUT SMKN 3 PAYAKUMBUH.

PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

Oleh: CHRISNIA OCTOVI X

BAB 1 PENDAHULUAN. kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang

DESKRIPSI DAN SILABUS

ABSTRAK PENGARUH PENGGUNAAN PIL KONTRASEPSI ORAL KOMBINASI PADA PENGOBATAN AKNE VULGARIS

PENGARUH PEMANFAATAN LULUR PEPAYA (CARICA PAPAYA L) TERHADAP PENCERAHAN KULIT BADAN JURNAL

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN PADA PELAJARAN BIOLOGI KELAS VII SMP NEGERI 32 PADANG ARTIKEL. Oleh : FRESTY YUMERISA

Pemakaian Jilbab Tidak Berhubungan Dengan Terjadinya Dermatitis Seboroik: Studi Crossectional

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KRIM MALAM TERHADAP PENIPISAN KULIT WAJAH SKRIPSI

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI. PENGARUH PEMBERIAN HAIR TONIKTEA TREE (Melaleuca alternifolia) SEBAGAI

ABSTRAK. UJI IRITASI AKUT DERMAL LOSIO MINYAK ROSMARINI (Rosmarinus officinalis L.) PADA KELINCI ALBINO (Oryctolagus cuniculus)

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS AIR PERASAN BUAH WORTEL DENGAN KETOKONAZOL 1% SECARA INVITRO TERHADAP PERTUMBUHAN PITYROSPORUM OVALE PADA KETOMBE

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

Transkripsi:

PENGARUH PEMANFAATAN BUAH MENGKUDU (Morindacitrifolia L) TERHADAP PENYEMBUHAN KETOMBE KERING TETI SUSANTI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA RIAS DAN KECANTIKAN JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG Wisuda Periode 96 maret 2013

i

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyembuhan ketombe kering dengan pemanfaatan buah mengkudu yang dinilai dari tingkat rasa gatal di kulit kepala, jumlah kerak/ketombe, kondisi kulit kepala, dan tingkat kerontokan rambut. Penelitian ini terdiri dari 3 perlakuan yaitu kelompok kontrol, kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2. Penelitian ini berjenis quasi eksperimen dengan Nonequivalent Control Group Design. Sampel dalam penelitian ini adalah 9 mahasiswi yang menggunakan jilbab dan teridentifikasi menderita ketombe kering. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling secara volunteer. Data penelitian yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis varians (ANAVA) dan uji duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyembuhan ketombe pada kelompok control tidak memperlihatkan perubahan kearah yang lebih baik pada setiap indikatornya sedangkan untuk kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2 terdapat pengaruh yang signifikan pada setiap indikatornya. Perbedaan pengaruh penyembuhan antara ketiga kelompok perlakuan menunjukkan hasil yang signifikan pada setiap indikator. Pemanfaatan buah mengkudu dapat mengobati ketombe kering secara bermakna dengan frekuensi pemakaian terbaik pada kelompok perlakuan satu kali sehari. Kata kunci: Buah mengkudu, Penyembuhan, Ketombe Kering Abstract This study aimed toanalyzetheuse ofnoni fruitto cure drydandruffwhich was measured from the level of skinitchingof the head,the amount ofcrust/dandruff, scalp conditionsandhair losslevels.there are three kind of treatment on this research that was thecontrol group,the first experimental group and secondexperimental group. The type of research wasquasiexperimentalstudy with Nonequivalent Control Group Design and the technique sampling waspurposive sampling voluntarily. The samplewas nineof UNP studentswhoindicatedsuffering fromdrydandruff. Data analysiswas analyticalvarian and Duncan test. The results showedthat the cure in the control groupdid not showa changefor betterprogress in everyindicator. On the contrary, the first and the second experimental groups showed significant result in every indicator. As a result, the use of noni fruit can cure dry dandruff on the first experimental group with treatment once in a day. ii

PENGARUH PEMANFAATAN BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L) TERHADAP PENYEMBUHAN KETOMBE KERING Teti Susanti 1, Rahmiati 2, Yuliana 2 Program Studi Pendidikan Tata Rias dan Kecantikan FT Universitas Negeri Padang Email: teti.susanti@rocketmail.com Abstract This study aimed to analyze the use of noni fruit to cure dry dandruff which was measured from the level of skin itching of the head, the amount of crust/ dandruff, scalp conditions and hair loss levels. There are three kind of treatment on this research that was the control group, the first experimental group and second experimental group. The type of research was quasi experimental study with Nonequivalent Control Group Design and the technique sampling was purposive sampling voluntarily. The sample was nine of UNP students who indic 1 ated suffering from dry dandruff. Data analysis was analytical Varian and Duncan test. The results showed that the cure in the control group did not show a change for better progress in every indicator. On the contrary, the first and the second experimental groups showed significant result in every indicator. As a result, the use of noni fruit can cure dry dandruff on the first experimental group with treatment once in a day. A. Pendahuluan Kesehatan dan keindahan rambut tidak dapat dipisahkan dari kesehatan kulit kepala. Menurut Kusumadewi dkk (1999:1) Sifat sifat tertentu rambut berkaitan erat dengan aktifitas struktur-struktur lain dalam kulit. Kulit kepala yang tidak sehat akan terlihat dari rambut yang tidak sehat. Salah satu masalah kulit kepala yang sangat banyak terjadi adalah ketombe. 1 Prodi Pendidikan Tata Rias dan Kecantikan untuk wisuda periode maret 2013 2 Dosen Jurusan Kesejahteraan Keluarga FT-UNP 1

Masalah ketombe adalah masalah universal yang dapat ditemukan di seluruh dunia, terutama di daerah tropis dan temperatur tinggi termasuk di Indonesia. Ketombe menyerang 50% populasi di dunia, sekitar 20%-50% ras Kaukasia menderita ketombe Rook (1991) dalam Lorettha (2001). Menurut Al- Iraqi (2010: 80) Setidaknya ada 60% dari total penduduk Amerika dan Eropa mengalami masalah ketombe. Ketombe adalah pengelupasan kulit mati yang berlebihan di kulit kepala. Sel-sel kulit mati yang terkelupas merupakan kejadian alami yang normal bila pengelupasan itu jumlahnya sedikit. Secara klinis ketombe ditandai dengan tanda warna kemerahan pada kulit dengan batas tidak jelas disertai skuama halus sampai agak kasar, dimulai pada salah satu bagian kulit kepala kemudian dapat meluas hingga seluruh kepala Lorettha (2001:5). Menurut Bariqina dan Ideawati (2001) ketombe dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu ketombe kering (pityriasis sicca) dan ketombe basah (pityriasis steatoides). Ketombe (sindap) kering terjadi karena pembentukan lapisan tanduk yang berlangsung terlampau cepat sehingga lapisan mengelupas dan membentuk sisik-sisik berwarna putih hingga kuning dan kehitam-hitaman, mengkilat serta kering (Bariqina dan Ideawati: 2001). Menurut (Endang : 2001) Ketombe basah terjadi karena pembentukan lapisan tanduk yang berlangsung terlalu cepat dan disertai pembentukan palit yang berlebihan sehingga sisik-sisik yang berwarna putih jadi berminyak. 2

Penyebab utama timbulnya ketombe adalah karena berkembangnya jamur Pityrosporum ovale. Pityrosporum ovale merupakan flora normal kulit manusia tetapi pada penderita ketombe jumlahnya melebihi normal. Pada kondisi normal, kecepatan pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale kurang dari 47 %. Akan tetapi jika ada faktor pemicu yang dapat mengganggu keseimbangan flora normal pada kulit kepala, maka akan terjadi peningkatan kecepatan pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale yang dapat mencapai 74 % (Brahmono: 2002). Banyaknya populasi Pityrosporum ovale inilah yang memicu terjadinya ketombe. Selain itu faktor penting lain yang dianggap berhubungan dengan terjadinya ketombe adalah hiperproliferasi epidermis, stratum korneum, mikroorganisme, stress, obat, peran kelenjar sebasea, faktor fisik dan gangguan nutrisi Berdasarkan observasi yang penulis lakukan pada mahasiswa di Universitas Negeri Padang. Banyak mahasiswa yang mengalami masalah ketombe, terutama ketombe kering dengan ciri-ciri adanya sisik kering berwarna putih hingga kuning. Penderita ketombe mengeluhkan bahwa ketombe mengurangi rasa percaya diri mereka dalam pergaulan. Hal tersebut akibat sel-sel kulit mati yang mengelupas berjatuhan di rambut dan baju mereka. Selain itu mereka juga mengeluh rasa gatal yang sangat mengganggu pada kulit kepala dan sering disertai kerontokan rambut. Rasa gatal ini terutama bila udara panas dan berkeringat. Selain itu rasa gatal juga akan timbul saat mereka menggunakan jilbab sebab dalam keadaan tertutup keringat akan lebih banyak. ketombe juga 3

dapat dihubungkan dengan penyakit kulit lain yaitu jerawat dan psoriasis (Depkes RI: 1985). Pengobatan ketombe sudah banyak mendapat perhatian. Hal ini terbukti dengan tersedianya macam-macam kosmetik modern di pasaran. Kosmetik anti ketombe ini di kemas dalam berbagai bentuk, seperti: shampo, cream dan lotion. Pada umumnya penderita ketombe mencari pengobatan sendiri, terutama dengan membeli shampoo anti ketombe. Hal ini dianggap paling mudah dan murah. Namun kenyataannya kosmetik anti ketombe hanya mampu mengontrol ketombe tetapi tidak menyembuhkan. Selain itu kosmetik yang dikemas secara modern terlalu banyak mengandalkan khasiat bahan kimia, yang memungkinkan terjadinya efek samping. Menurut (BPOM: 2009) Pada penggunaan anti ketombe efek samping yang mungkin terjadi adalah: (1) Dermatitis yang terjadi pada kulit kepala, (2) Kerusakan rambut antara lain rambut rontok, berubah warna dan patah-patah, (3) Efek samping sistemik. Meskipun ini jarang terjadi namun dalam pemakaian jangka panjang, Terus menerus dan bahkan kecenderungan penggunaan shampo anti ketombe setiap hari memungkinkan dapat terjadi efek samping yang lebih serius. Adapun zat yang umum digunakan dalam kosmetik anti ketombe adalah Sulfur, asam salisilat, selenium sulfida, seng pirition, dan pirokton olamine (BPOM RI:2009). Selain dengan kosmetik modern, ketombe juga bisa diatasi menggunakan bahan alami. Hal ini dapat memperkecil kemungkinan terjadinya efek samping. Bahan alami yang biasa dimanfaatkan adalah seperti jeruk nipis (Rahmadani:2012), (Nitihapsari:2010), kangkung (Puspita: 2010), daun 4

mengkudu (Wijayakusuma:2007), buah mengkudu dan (Dalimartha dan Soedibyo:1998) lain-lain. Penulis tertarik dengan salah satu dari bahan alami tersebut yaitu Buah mengkudu (morinda citrifolia L). Karena buah mengkudu adalah buah yang mudah tumbuh, selain itu dari segi pemanfaatan buah mengkudu masih belum banyak dimanfaatkan. Menurut Dalimartha dan Soedibyo (1998:17) Mengkudu dapat mengatasi ketombe. Hal ini senada dengan pendapat Surachman (1984) dan Wijayakusuma (2007) bahwa Mengkudu dapat membasmi ketombe/ membebaskan rasa gatal di kepala. Buah mengkudu memiliki kandungan Acubin, L. asperuloside, alizarin dan beberapa zat antraquinon yang telah terbukti sebagai zat anti bakteri. Selain itu dalam buah mengkudu terkandung scopoletin yang dikenal untuk mengatur anti bakteri, anti jamur, dan anti flamasi. Berdasarkan hal di atas penulis berasumsi bahwa buah mengkudu dapat menghambat pertumbuhan jamur pityrosporum ovale yaitu jamur penyebab ketombe, Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan tujuan menganalisis pengaruh pemanfaatan buah mengkudu (morinda citrifolia L) terhadap penyembuhan ketombe kering. B. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen semu (quasi exsperiment) dengan Nonequivalent Control Group Design yaitu untuk menjelaskan pengaruh pemanfaatan buah mengkudu terhadap penyembuhan ketombe kering. Objek dalam penelitian ini adalah ketombe kering. Responden 5

dari penelitian ini adalah mahasiswa wanita yang dalam berbagai kondisi memiliki karakteristik yang sama dan terindikasi memiliki ketombe kering yang berlebihan di bagian kulit kepala dan rambut. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yang dilaksanakan dengan cara volunteer sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari sekelompok mahasiswi yang memiliki ketombe kering, dengan jumlah sampel 9 orang. Sampel harus mematuhi setiap peraturan yang telah ditetapkan selama perlakuan, seperti tidak boleh menggunakan obat lain untuk mengatasi ketombe, tidak menggunakan kosmetik untuk penataan rambut seperti hair spray, gel rambut, dan lain-lain. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan observasi, dokumentasi dan instrumen penilaian. Penilaian tingkat penyembuhan ketombe kering diamati dan ditelaah melalui ciri-ciri dan gejala yang timbul pada penderita kulit kepala berketombe kering dengan indikator: tingkat rasa gatal dikulit kepala, jumlah kerak/ketombe dikulit kepala, kondisi kulit kepala dan tingkat kerontokan rambut. Teknik analisis data dari pengisian kuisioner untuk menjawab semua pertanyaan peneliti, sedangkan untuk melihat tingkat penyembuhan ketombe melalui pemanfaatan buah mengkudu dengan frekuensi yang berbeda digunakan teknik Analisis varians dilanjutkan dengan uji Duncan apabila terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil analisis varians. 6

C. Hasil dan Pembahasan 1. Penyembuhan Ketombe Kering Tanpa Pemanfaatann Buah Mengkudu pada Kelompok Kontrol (X1) Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka penyembuhan ketombe kering tanpa menggunakan buah mengkudu pada kelompok kontrol (X1) yang dinilai dari tingkat rasa gatal, jumlah kerak/ketombe, kondisi kulit kepala dan kerontokan rambut yang terjadi, tidak menunjukkan perubahan yang signifikan kearah penyembuhan, perolehan data masing-masing indikator dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini : 2 1.5 1 0.5 0 Hari Hari Hari Hari Hari Ke-1 Ke-3 Ke-5 Ke-7 Ke-9 Rasa Gatal Kerak/Ketombe Kulit Kepala Kerontokan Gambar 1: Histogram Rata-Rata Hasil Penyembuhan Ketombe KeringTanpa Pemanfaatan Buah Mengkudu pada Kelompok Kontrol (X1) Berdasarkan grafik di atas dapat diartikan bahwaa setelah dilakukan penelitian dengan melakukan tindakan penyampoan saja menggunakan shampo biasaa yang tidak memiliki kandungan anti ketombe tidak memiliki kadar untuk penyembuhan ketombe pada kelompok kontrol, hasilnya tidak terdapat perubahan yang signifikan kearah penyembuhan pada masing-masing 7

indikator ketombe kering yang diperhatikan, dengan demikian tindakan memberikan sampo biasa saja tanpa memiliki kandungan anti ketombe dapat meningkatkan jumlah jamur penyebab ketombe, terbukti dengan semakin buruknya kondisi sampel pada sebagian besar indikator pengukur. Sesuai dengan pendapat Hadisuwarno (2010) yang menyatakan bahwa Ketombe tidak akan hilang tanpa mengatasi penyebabnya, yaitu berkembangnya jamur pityrosporum ovale secara berlebihan sehingga menyebabkan iritasi kulit. Selanjutnya dikatakan bahwa Keramas dengan shampo sebenarnya tidak cukup ampuh mengatasi ketombe dan tidak memiliki efek mengi kulit yang teriritasi. Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa shampo tidak ampuh menyembuhkan ketombe karena shampo tidak dapat menghambat pertumbuhan jamur pityrosporum ovale (jamur penyebab ketombe). Sehingga dapat diartikan bahwa perlakuan yang dilakukan tidak membawa hasil yang signifikan pada masalah ketombe kering pada kelompok kontrol. 2. Pengaruh Pemanfaatan Buah Mengkudu Terhadap Penyembuhan Ketombe Kering Dengan Frekuensi Pemakaian Satu Kali Dalam Sehari (X2) Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka penyembuhan ketombe kering dengan pemanfaatan buah mengkudu satu kali dalam sehari (X2) yang dinilai dari tingkat rasa gatal, jumlah kerak/ketombe, kondisi kulit kepala dan kerontokan rambut yang terjadi, menunjukkan perubahan yang 8

signifikan kearah penyembuhan pada setiap indikatornya, perolehan data masing-masing indikator dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini : 5 4 3 2 1 0 Hari Ke-1 Hari Ke-2 Hari Ke-3 Hari Ke-4 Hari Ke-5 Rasa Gatal Kerak/Keto mbe Kulit Kepala Kerontokan Gambar 2 : Histogram Rata-rata hasil penyembuhan ketombe kering dengan Pemanfaatan buah mengkudu dengan frekuensi satu kali sehari (X2) Berdasarkan grafik di atas dapat diartikan bahwaa pemanfaatan buah mengkudu untuk ketombe kering dengan frekuensi pemakaian satu kali dalam sehari (X2) dapat memberikan manfaat yang maksimal. Keberhasilan yang dilakukan terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan skor pada penilaian menuju kesembuhan pada semua indikator pengukur. Sesuai dengan pendapat Widayat (2003) yang menyatakan bahwa zat scopoletin dalam buah mengkudu bersifat fungisida, anti inflamasi (peradangan) dan anti alergi. Pemanfaatan buah mengkudu sebagai zat anti inflamasi terbukti bermanfaat pada pemakaian yang teratur dan dalam intensitas yang lebih cepat yaitu satu kali dalam satu hari. Buah mengkudu juga memiliki kandungan vitamin A dan C, merupakan zat yang dibutuhkan oleh rambut. Dalimartha dan Soedibyo 9

(1998) menyatakan bahwa vitamin A dapat membantu rambut agar tetap lembut dan menjaga agar kulit kepala tetap sehat. 3. Pengaruh Pemanfaatan Buah Mengkudu Terhadap Penyembuhan Ketombe Kering Dengan Frekuensi Pemakaian Satu Kali dalam Dua Hari (X3) Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka penyembuhan ketombe kering dengan pemanfaatan buah mengkudu satu kali dalam dua hari (X3) yang dinilai dari tingkat rasa gatal, jumlah kerak/ketombe, kondisi kulit kepala dan kerontokan rambut yang terjadi, menunjukkan perubahan yang signifikan kearah penyembuhan pada setiap indikatornya, perolehan data masing-masing indikator dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini: 5 4 3 2 1 0 Hari Ke-1 Hari Ke-3 Hari Ke-5 Hari Ke-7 Hari Ke-9 Rasa Gatal Kerak/Ketombe Kulit Kepala Kerontokan Gambar 3 : Histogram Rata-rata skor Pemanfaatan buah mengkudu untuk penyembuhan ketombe kering dengan Frekuensi pemakaian satu kali dalam dua hari (X3) Berdasarkan grafik di atas diartikan bahwa pemanfaatan buah mengkudu untuk ketombe kering dengan frekuensi pemakaian satu kali dalam dua hari dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap penyembuhan ketombe kering. Walaupun tidak menunjukkan hasil dengan 10

maksimal seperti pada perlakuan satu kali dalam sehari. Tingkat penyembuhan yang terlihat berdasarkan data hasil penelitian berada pada kategori yang baik dan menunjukkan tingkat keberhasilan yang hampir menuju kesembuhan. Penelitian ini membuktikan bahwa dalam penyembuhan ketombe kering sebaiknya dilakukan dengan tindakan yang teratur dan intensif pada setiap harinya. Hal ini dipertegas oleh Toruan (2002) bahwa frekuensi perawatan kulit kepala dan rambut yang berketombe harus lebih sering dibandingkan dengan kulit kepala dan rambut normal. 4. Perbedaan Penyembuhan Ketombe Kering Tanpa Menggunakan Buah Mengkudu (X1) dengan Pemanfaatan Buah Mengkudu pada Frekuensi Pemakaian Satu Kali dalam Satu Hari (X2) dan Satu Kali dalam Dua Hari (X3) Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa dari ketiga tindakan penyembuhan yang dilakukan terhadap ketombe kering, terhadap hasil yang berbeda-beda pada setiap perlakuan. Dengan arti kata bahwa setiap perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap penyembuhan ketombe kering. Tingkat keberhasilan yang maksimal dan menunjukkan hasil kearah penyembuhan adalah perlakuan pada kelompok eksperimen satu dengan frekuensi pemanfaatan Buah mengkudu satu kali dalam satu hari. Berdasarkan analisis varians yang dilakukan pada tiap-tiap indikator penilaian penyembuhan ketombe kering terlihat pada uraian berikut ini : 11

a. Tingkat rasa gatal yang dirasakan pada kulit kepala diperoleh F hitung (44.549) > F tabel (3.22) yang berarti pengujiannya signifikan. Dengan demikian penyembuhan ketombe kering dengan perlakuan yang berbeda (X1, X2, X3) berpengaruh terhadap tingkat rasa gatal dikulit kepala pada kelompok sampel. Lebih lanjut uji Duncan menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan tertinggi adalah variabel X2 dengan kelompok perlakuan pemanfaatan buah mengkudu dengan frekuensi pemakaian satu kali sehari dengan skor sebesar 4,00 dengan kategori rasa gatal sangat berkurang. b. Pada indikator jumlah kerak/ketombe diperoleh F hitung (63.043) > F tabel (3.22) yang berarti pengujiannya signifikan. Dengan demikian penyembuhan ketombe kering dengan perlakuan yang berbeda (X1, X2, X3) berpengaruh terhadap jumlah kerak/ketombe pada sampel. Lebih lanjut uji Duncan menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan tertinggi adalah pada variabel X2 dengan kelompok perlakuan pemanfaatan buah mengkudu dengan frekuensi pemakaian satu kali sehari dengan skor sebesar 4,13 dengan kategori jumlah kerak/ketombe menuju hilang. c. Pada indikator kondisi kulit kepala diperoleh F hitung (34.799) > F tabel (3.22) yang berarti pengujiannya signifikan. Dengan demikian penyembuhan ketombe kering dengan perlakuan yang berbeda (X1, X2, X3) berpengaruh terhadap kondisi kulit kepala sampel. Lebih lanjut uji Duncan menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan tertinggi adalah pada 12

variabel X2 dengan kelompok perlakuan pemanfaatan buah mengkudu dengan frekuensi pemakaian satu kali sehari dengan skor sebesar 4,00 dengan kategori kondisi kulit kepala menuju kering. d. Pada indikator tingkat kerontokan rambut diperoleh F hitung (34.606) > F tabel (3.22) yang berarti pengujiannya signifikan. Dengan demikian penyembuhan ketombe kering dengan perlakuan yang berbeda (X1, X2, X3) berpengaruh terhadap tingkat kerontokan rambut. Lebih lanjut uji Duncan menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan tertinggi penyembuhan ketombe kering dari indikator kerontokan rambut adalah pada variabel X2 dengan frekuensi pemakaian satu kali sehari pada skor sebesar 4,13 dengan kategori rontok menuju hilang atau berhenti. Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa pemanfataan buah mengkudu yang mengandung zat scopoletin dan multivitamin terbukti dapat bermanfaat sebagai untuk penyembuhan ketombe kering yang berfungsi untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan jamur pityrosporum ovale. Pemakaian secara teratur dan intensif pada setiap harinya, membuat keberhasilan penyembuhan ketombe sehingga rasa gatal menjadi berkurang, kerak dikulit kepala berupa serpihan-serpihan halus menghilang, kulit menjadi bersih dan kerontokan rambut dapat dihentikan. Keberhasilan penyembuhan pada tingkat tertinggi adalah dengan pemanfaatan buah mengkudu dengan frekuensi pemakaian satu kali dalam sehari. 13

D. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari penelitian ini, dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut : Penyembuhan ketombe kering tanpa pemanfaatan buah mengkudu pada kelompok kontrol (X1) setelah lima kali perlakuan selama sembilan hari, tidak memperlihatkan perubahan kearah yang lebih baik (penyembuhan), pada setiap indikatornya terlihat hasil yang semakin buruk dan memperparah keadaan ketombe pada kulit kepala sampel. Penyembuhan ketombe kering pada kelompok perlakuan satu (X2) dengan pemanfaatan buah mengkudu pemakaian satu kali dalam sehari terdapat pengaruh yang signifikan kearah penyembuhan pada tingkat rasa gatal, jumlah kerak dikulit kepala, kondisi kulit kepala dan tingkat kerontokan rambut. Perubahan yang signifikan pada kelompok sampel ini sudah dapat terlihat pada saat tindakan keempat. Penyembuhan ketombe kering pada kelompok perlakuan kedua (X3), dengan pemanfaatan buah mengkudu satu kali dalam dua hari terdapat pengaruh yang signifikan pada tingkat rasa gatal dikulit kepala, jumlah kerak ketombe, kondisi kulit kepala dan tingkat rasa gatal. Perubahan yang signifikan telah dapat terihat pada saat perlakuan kelima pada hari kesembilan. Perbedaan penyembuhan ketombe kering antara ketiga perlakuan yang berbeda ini terlihat sangat signifikan setelah dianalisa sengan uji ANAVA dan dilanjutkan dengan Uji Duncan. Berdasarkan analisis tersebut tingkat penyembuhan ketombe kering 14

yang paling baik dari ketiga perlakuan yaitu pada perlakuan 1 (X2) dengan pemanfaatan buah mengkudu untuk penyembuhan ketombe kering dengan frekuensi pemakaian satu kali dalam satu hari. Setelah melakuan penelitian, diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan saran bagi pihak-pihak terkait dalam bidang tata rias dan kecantikan, yaitu : Bagi program studi D4 Pendidikan Tata Rias dan Kecantikan, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk praktek pada mata kuliah perawatan rambut. Bagi mahasiswa program studi D4 Pendidikan Tata Rias dan Kecantikan agar penelitian ini dapat menjadi pengetahuan acuan untuk penelitian yang akan datang. Bagi responden dalam penelitian ini diharapkan dapat memanfaatkan buah mengkudu untuk penyembuhan ketombe kering. Mengingat keterbatasan yang dimiliki dalam penelitian ini penulis menyarankan agar peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan bahan kosmetika tradisional lainnya untuk lebih memperluas cakupan dari ilmu pengetahuan bidang tata rias dan kecantikan kecantikan. 15

Catatan: Artikel ini disusun berdasarkan skripsi penulis dengan Pembimbing I Dra. Rahmiati, M.Pd dan Pembimbing II Dr. Yuliana, SP. M.Si. DAFTAR PUSTAKA Al-Iraqi, Butsainah As-Sayyid. 2010. Mau Cantik? Tip Menjadi Wanita Idaman Sepanjang Masa. Jakarta: Klikal Mahira Buku Sehat. Badan POM RI. 2009. Faktor-faktor Penyebab Ketombe. Majalah Natura KosVol.IV/No.11, September 2009. Jakarta, Diakses 9 November 2011. Bramono, Kusmarinah. 2002. Pitiriasis sika/ Ketombe: Etiopatogenesis dalam Kesehatan dan Keindahan Rambut. Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia (KSDKI). Dalimartha, Satiawan & Soedibyo, Mooryati. 1998. Perawatan Rambut dengan Tumbuhan Obat dan Diet Suplemen. Jakarta: PS. Wijaya, Lorettha. 2001. Pengaruh Jumlah Pityosporum ovale dan Kadar Sebum terhadap Kejadian Ketombe (Kasus pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unversita Diponegoro Semester VII). Laporan Penelitian Program Studi Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Program Pendidikan Dokter Spesialis I. Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Diakses 5 Juni 2012. Hadisuwarno, Rudy. (2010). Cara Cerdas Mengatasi Ketombe. Martha Tilaar New Beauty Edisi 7/2010. Hlm. 28. Kusumadewi dkk. 1989. Pengetahuan dan Seni Tata Rambut Modern. Jakarta: Carina Indah Utama.. 1999. Pelajaran Tata Kecantikan Rambut Tingkat Dasar. Jakarta: Yayasan Insani 16

Surachman, Rieka. 1984. Resep Tradisionil Madura Aceh-Kalimantan. Jakarta: Jaya Agung Diakses tanggal 24 November 2011. Toruan, Theresia L. 2002. Perawatan Kulit Kepala Berketombe. Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia (KSDKI). Wijayakusuma, Hembing. 2007. Penyembuhan dengan Mengkudu. Jakarta: Sarana Pustaka Prima. 17