PENDAHULUAN Perkembangan industri di Indonesia saat ini berlangsung amat pesat, baik industri formal maupun industri di rumah tangga, pertanian,

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN UMUR DAN MASA KERJA TERHADAP KEJADIAN CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) PADA PEKERJA PEMECAH BATU DI KELURAHAN CIBUNIGEULIS KOTA TASIKMALAYA

ABSTRAK. : Masa kerja, Lama kerja, Umur, Posisi tangan,cts Kepustakaan : 10 ( )

Factors Affecting The Occurrence of Carpal Tunnel Syndrome (CTS) in Cleaning Workers of Onion Bark at Trade Unit Bawang Lanang Iringmulyo Metro City

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

HUBUNGAN GETARAN MEKANIS MESIN GERINDA DENGAN KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI KOTA DENPASAR.

Oleh : Wawan Wahyudi 1, Sri Maywati 2

Faktor Risiko Kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Wanita Pemetik Melati di Desa Karangcengis, Purbalingga

BAB I PENDAHULUAN. dan mengobati kecelakaan kerja dan penyakit sudah lama diketahui dan

Jurnal Virgin, Jilid 1,No. 2, Juli 2015, Hal: Issn:

HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA PEMBUATAN BATU BATA

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu pekerjaan. Komputer yang banyak digunakan oleh segala kalangan untuk

HUBUNGAN GERAKAN BERULANG PADA TANGAN DENGAN KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA PENJULID BUKU DI PT. PUTRA NUGRAHA TRIYAGAN SUKOHARJO

Abstrak. Pendahuluan. Secaria, et al, Hubungan Paparan Getaran Mesin Gerinda...

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. efektif dalam arti perlunya kecermatan penggunaan daya, usaha, pikiran, dana dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN DURASI MENGEMUDI DENGAN KELUHAN NYERI PINGGANG PADA SOPIR TRAYEK KOTAMOBAGU MANADO DI CV PARIS 88 KOTAMOBAGU

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional di Indonesia selama ini telah dapat

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas manusia sehingga kreativitas manusia adalah sumber ekonomi. pada produksi kreativitas dan inovasi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN CUMULATIVE TRAUMA DISORDERS (CTDs) PADA PEKERJA PELINTINGAN ROKOK MANUAL DI PT.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran risiko..., Pongki Dwi Aryanto, FKM UI, 2008


BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,

DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA PEKERJA INDUSTRI GENTENG DI KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

Kata Kunci: masa kerja, suhu lingkungan, sikap kerja, keluhan musculoskeletal

Hubungan Tingkat Risiko Ergonomi Dan Masa Kerja Dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Pemecah Batu

Kata kunci : Carpal Tunnel Syndrome (CTS), pengrajin, batu tatakan.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA NYERI LEHER PADA PENGGUNA LAPTOP

KELUHAN SUBJEKTIF CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEMERAH SUSU SAPI DI BOYOLALI

Faktor Prediktor Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Pengrajin Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, pada

BAB I PENDAHULUAN. yang berulang-ulang. Salah satunya adalah mengetik atau menekan dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

* Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

GAMBARAN POSISI KERJA DAN KELUHAN GANGGUAN MUSCULOSKELETAL PADA PETANI PADI DI DESA KIAWA 1 BARAT KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

ABSTRAK. perbedaan sikap kerja duduk ergonomis dan tidak ergonomis terhadap

Unnes Journal of Public Health

HUBUNGAN MASA KERJA DAN POSISI TANGAN SAAT MENGEMUDI DENGAN KELUHAN NYERI BAHU PADA SOPIR BUS DI KABUPATEN BOYOLALI

HUBUNGAN TEKNIK ANGKAT BEBAN DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DI INDUSTRI PAVING BLOK DESA MEKARWANGI KECAMATAN CISAYONG KABUPATEN TASIKMALAYA 2014

Disusun Oleh : FREDYLA J PROGRAM FAKULTAS

ABSTRACT. Key words : age, length of employment, vibration, musculoskeletal complaints ABSTRAK

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada

ARTIKEL ILMIAH. Hubungan Umur, Masa Kerja, IMT dan Frekuensi Gerakan Repetitif dengan Kejadian Carpal Tunnel Syndrome

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DENGAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT DI PELABUHAN BITUNG

1 Universitas Indonesia

HUBUNGAN ANTARA LAMA MENGETIK DENGAN KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA RENTAL DI BELAKANG KAMPUS UNS

HUBUNGAN POSTUR KERJA TIDAK ERGONOMIS DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN MUSCOLOSKELETAL DISORDERS

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN PRESS DRYER UD. ABIOSO, BOYOLALI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN MASKER PADA PEKERJA BAGIAN PENGHALUSAN DAN PEMOTONGAN DI PT WAROENG BATOK INDUSTRY CILACAP

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN OTOT SENDI PADA OPERATOR KOMPUTER BAGIAN KEUANGAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya di kantor, tetapi juga di rumah, sekolah, bahkan kafe-kafe. Dari

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan suatu sistem kerja tetap bagi para pekerjanya, yaitu sistem

FAKTOR RISIKO ERGONOMI SAAT MENGETIK DAN HUBUNGANNYA DENGAN CARPAL TUNNEL SYNDROME

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencukupi kehidupan dan/atau untuk aktualisasi diri. Namun dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR INDIVIDU DENGAN CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) PADA PEKERJA KONVEKSI

Kata kunci : Sikap Kerja, Keluhan Muskuloskeletal Disorder

GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI KOTA DENPASAR

GAMBARAN RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA CUCI SEPEDA MOTOR DI JAKARTA PADA BULAN MEI 2013

: Musculosceletal disorders,rappid Upper Limb, Traditional sand miner

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja

I. PENDAHULUAN. nervus medianus tertekan di dalam Carpal Tunnel (terowongan karpal) di

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross-sectional, yaitu suatu penelitian untuk

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Repository.unimus.ac.id

HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PENGEPAKAN DI PT. DJITOE INDONESIA TOBAKO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

Skiripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: ARIF BUDI UTOMO J

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN UMUR DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA BURUH BAGASI DI PELABUHAN SAMUDERA BITUNG

PERBEDAAN GETARAN MESIN GERINDA DAN MESIN AMPLAS TERHADAP KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA CV.MANGGALA JATI KLATEN

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembuluh darah dimana keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian

BAB I PENDAHULUAN. kimia, biologi, ergonomi, psikologis. 8 Salah satu jenis lingkungan kerja fisik.

HUBUNGAN GERAKAN FLEKSI PADA PERGELANGAN TANGAN DENGAN KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA PENGEPAKAN PT. LOGAN FOOD KARANGANYAR

Putri AS, Saftarina F, Wintoko R Faculty of Medicine of Lampung University

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan untuk gangguan muskuloskeletal yang terjadi pada pekerja UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

Hubungan Gerakan Fleksi Pada Pergelangan Tangan Dengan Keluhan Carpal Tunnel Syndrome Pada Pekerja Pengepakan PT. Logan Food Karanganyar

MEMPENGARUHI KEJADIAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PERAJIN BATIK TULIS SERULING ETAN MAGETAN

ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

Transkripsi:

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN CARPAL TUNNEL SYNDROME () PADA PEKERJA PANDAI BESI PENGRAJIN GOLOK SEKTOR INFORMAL DI KECAMATAN MANONJAYA KABUPATEN TASIKMALAYA Prayitno Ardianto 1) Yuldan Faturrahman dan Sri Maywati 2) Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Universitas Siliwangi (prayitno.ardianto@gmail.com) 1) Dosen Pembimbing Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi 2) ABSTRAK Berbagai aktivitas yang banyak menggunakan tangan dalam waktu yang lama sering dihubungkan dengan terjadinya Carpal Tunnel Syndrome (). berhubungan dengan pekerjaan yang menggunakan kombinasi antara kekuatan dan pengulangan gerak yang lama pada jari-jari tangan selama periode waktu yang lama. dapat tercetus akibat paparan terhadap gerakan atau fibrasi atau akibat kesalahan posisi ergonomis yang terjadi dalam jangka waktu yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa faktor kerja yang berhubungan dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome () pada pekerja pandai besi pengrajin golok. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang diambil sebanyak 36 orang dan uji statistik yang digunakan yaitu chi square dengan tingkat kemaknaan 95%. Variabel bebas yang diteliti diantaranya variabel umur, masa kerja, postur tangan saat bekerja, aktivitas berulang saat bekerja, suhu dan getaran. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan phalen test didapatkan kejadian. Berdasarkan hasil uji chi square faktor- faktor resiko terhadap kejadian didapatkan ada hubungan antara umur (p=0.001) masa kerja (p=0.002), postur tangan saat bekerja (p= 0.000), aktivitas berulang saat bekerja (p=0.000), suhu lingkungan kerja (p = 0.000) dengan kejadian. Disarankan kepada pekerja untuk melakukan peregangngan (streching) guna mengurangi kekakuan otot saat kerja. Kata Kunci : Umur, Masa kerja, Postur tangan, aktivitas berulang, suhu, getaran, Carpal Tunnel Syndrome () Kepustakaan : 15 (1995-2013 )

SEVERAL FACTORS RELATED TO THE INCIDENCE OF CARPAL TUNNEL SYNDROME () ON WORKERS BLACKSMITH CRAFTSMEN MACHETE INFORMAL SECTOR IN REGENCY MANONJAYA DISTRICT OF TASIKMALAYA Prayitno Ardiantho 1) Yuldan Faturrahman dan Sri Maywati 2) Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Universitas Siliwangi (prayitno.ardianto@gmail.com) 1) Dosen Pembimbing Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi 2) ABSTRACT Various activities that use many hands in a long time is connected Carpal Tunnel Syndrome (). is associated with a job that uses a combination of strength and a long motion repetition on fingers during a long period of time. can be caused by exposure to violent movement or fibrasi or due to the ergonomic position of the error that occurred in a long period of time. This research aims to know the work of some of the factors associated with the incidence of Carpal Tunnel Syndrome () on workers blacksmith craftsmen machete. This research use analytic observational method with cross sectional approach. Samples taken as many as 36 people and statistical tests used the chi square with a level of significance of 95%. Free variables examined include the variables age, working period, hand posture while working, the recurring activity while working, temperature and vibration. Examination of the is conducted using the phalen test obtained Genesis. Chi square test results based on the factors of risk of incidence of found no relationship between age (p = 0.001) working period (p = 0.002), hand posture while working (p = 0000), the recurring activity while working (p = 0000), the temperature of the working environment (p = 0000) and incidence of. It is advisable to workers to do peregangngan (streching) in order to reduce muscle stiffness at work. Keywords: age, time of work, hand Posture, repetitive activity, temperature, vibration, Carpal Tunnel Syndrome () Literature : 15 (1995-2013 )

PENDAHULUAN Perkembangan industri di Indonesia saat ini berlangsung amat pesat, baik industri formal maupun industri di rumah tangga, pertanian, perdagangan dan perkebunan. Hal ini akan menimbulkan lapangan kerja baru dan menyerap tambahan angkatan kerja baru yang diperkirakan untuk tahun 2001 berjumlah 101 juta orang, sebagian besar (70 sampai 80 %) berada di sektor informal. Semua industri, baik formal maupun informal diharapkan dapat menerapkan K3 (Effendi, 2007 : 9). Gambaran umum industri sektor informal mempunyai ciri-ciri antara lain: pola kegiatannya tidak teratur, tidak tersentuh peraturan, kegiatan usaha sederhana, skala usaha dan modal yang relatif kecil serta tidak memiliki izin usaha. Permasalahan yang secara umum terdapat sektor usaha informal terutama menyangkut sikap kerja, cara kerja serta lingkungan kerja (Anies, 2005 : 13). Penyakit akibat kerja yang banyak ditimbulkan akibat pekerjaan salah satunya adalah penyakit otot rangka atau Musculoskeletal Disorders (MSDs). Kejadian gangguan musculoskeletal seperti carpal tunnel syndrome, low back pain, cervic spindolisis dan tennis elbow, sangat sering dirasakan oleh manusia. Selama lebih dari 50 tahun, dalam studi ditemukan bahwa 50% populasi mendapatkan nyeri dibagian leher, pundak maupun lengan. Gangguan musculoskeletal yang muncul dapat merupakan akibat dari pekerjaan yang dilakukan (Bridger, 1995). Berbagai aktivitas yang banyak menggunakan tangan dalam waktu yang lama sering dihubungkan dengan terjadinya Carpal Tunnel Syndrome (). berhubungan dengan pekerjaan yang menggunakan kombinasi antara kekuatan dan pengulangan gerak yang lama pada jari-jari tangan selama periode waktu yang lama. dapat tercetus akibat paparan terhadap gerakan atau fibrasi atau akibat kesalahan posisi ergonomis yang terjadi dalam jangka waktu yang lama (Purwanti, 2011 : 2). Pekerja pandai besi pengrajin golok bekerja rata-rata 8 jam/hari dan 1 jam waktu untuk istirahat, kecuali hari jumat libur. Proses pemotongan besi

baja atau besi per, pembentukan, penghalusan dan pengerasan besi baja merupakan kegiatan utama pandai besi. Proses tersebut dilakukan secara berulang-ulang dan lebih menggunakan tenaga pada tangan yang beresiko menyebabkan terjadinya Carpal Tunnel Syndrome. Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti terhadap sebagian pekerja pandai besi pengrajin golok, dari 15 orang pekerja didapatkan keluhan berupa nyeri pada tangan (53,3%) 8 orang, rasa kesemutan (23,3%) 2 orang dan kaku pada jari tangan (33,3%) 5 orang. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode analitik observasional. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa faktor kerja yang berhubungan dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome () pada pekerja pandai besi pengrajin golok. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah umur, masa kerja, postur tangan saat bekerja, aktivitas berulang saat bekerja, suhu dan getaran. Variabel terikatnya yaitu kejadian Carpal Tunnel Syndrom. Intrumen dalam penelitian ini menggunakan lembar kuesioner dengan wawancara langsung kepada responden yaitu pekerja pandai besi pengrajin golok di Kecamatan Manonjaya, termohigrometer untuk pengukuran suhu linkungan kerja pandai besi pengrajin golok dan vibration meter untuk pengukuran intensitas paparan getaran pada lengan dan tangan. Sampel yang diambil pada penelitian ini sebanyak 36 orang dari 44 orang dengan teknik pengambilan dengan cara purvosive sampling yaitu responden yang memiliki ciri-ciri pekerja yang berusia kurang dari 60 tahun, tidak mempunyai penyakit seperti: osteoartritis, atritis rematoid, diabetes mellitus berdasarkan diagnosa tenaga medis dan bersedia menjadi reponden..

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Mengidentifikasi Kejadian Kejadian pada responden pekerja panda besi pengrajin golok di Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya dapat dilihat dari tabel di bawah ini. Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Mengidentifikasi Kejadian Responden Pengrajin Golok Di Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya 2013 No Test Phalen Frekuensi Persentase (%) 1 Negative 11 30.6 2 Positif 25 69.4 Total 36 100.0 Dinyatakan kejadian positif, apabila pemeriksaan tes phalen menunjukkan positif, setelah dilakukan pemeriksaan secara tes phalen menunjukkan hasil positif dengan indikator adanya keluhan berupa rasa kesemutan atau parastesia (mati rasa) pada telapak tangan. Pemeriksaan fisik dengan menggunakan uji tes phalen pada pekerja menunjukkan sebanyak 25 responden (69.4%) positif. 2. Hubungan Umur Dengan Kejadian Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Umur Responden Pengrajin Golok Di Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya 2013 No Umur Positif Negatif Total N % N % N % 1 >35 19 95.0 1 5.0 20 100.0 2 25-34 5 45.5 6 54.5 11 100.0 3 24 1 20.0 4 80.0 5 100.0 Total 25 69.4 11 30.6 36 100.0 p value 0.001

Proporsi carpal tunnel syndrome () lebih banyak ditemukan pada responden yang mempunyai kisaran umur >35 tahun yaitu 19 responden (95.0%), dibandingkan dengan responden dengan umur 24 tahun yaitu 1 reponden (20.0%) yang mengalami kejadian. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,001, ini berarti nilai p < α (0,05), sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kategori umur berhubungan dengan kejadian. Pakasi (2005) menyebutkan bahwa pertambahan usia dapat memperbesar resiko terjadinya sindroma terowongan karpal. Hal tersebut disebabkan oleh semakin tuanya seseorang cairan synovial akan berkurang sehingga bisa menyebabkan pembengkakan pada persendian. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh, Badriah tahun 2001 yang melakukan penelitian pada 45 responden pada lelaki bagian produksi di industri pengolahan kayu dan mebel, secara signifikan terbukti bahwa terdapat hubungan antara umur dengan kejadian (p = 0,02). 3. Hubungan Masa Kerja Dengan Kejadian Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden Pengrajin Golok Di Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya 2013 No Masa Kerja Positif Negatif Total N % N % N % 1 > 4 tahun 19 90.5 2 8.3 21 100.0 2 1-4 tahun 6 40.0 9 60.0 15 100.0 Total 25 69.4 11 30.6 36 100.0 p value 0.00 2 OR 14.250 Proporsi lebih banyak ditemukan pada responden yang mempunyai masa kerja > 4 tahun yaitu 19 responden (90.5%), dibandingkan dengan responden dengan masa kerja 1-4 tahun yaitu 6 (40.0%) yang mengalami kejadian positif. Hasil analisis dengan uji chi square didapat nilai p = 0,002, ini berarti nilai p < α (0,05), sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian pada pekerja pandai besi pengrajin golok, dengan nilai OR =

14.250. Hal ini berarti responden yang masa kerjanya > 4 tahun mempunyai resiko mengalami kejadian 14 kali lebih besar dibandingkan dengan pekerja yang masa kerjanya 1-4 tahun. Masa kerja berhubungan dengan lamanya paparan bahaya di tempat kerja yang sampai ke tubuh pekerja, makin lama masa kerja seseorang makin sering pula paparan bahaya sampai ke tubuh. Resiko bahaya dihasilkan dari berbagai potensi bahaya yang ada di tempat kerja pengrajin golok diantaranya sikap kerja yang tidak ergonomis dan getaran yang dihasilkan dari alat kerja. Sikap kerja yang tidak ergonomis dan paparan getaran berulang-ulang yang diterima oleh responden dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan stress pada jaringan di sekitar terowongan karpal sehingga jaringan tersebut mengalami degenerasi dan menyebabkan saluran terowongan karpal menjadi sempit (Badriah, 2001). Wahyudi (2007) mengemukakan dalam hasil penelitiannya pada pekerja tikar mendong di bagian penjahitan dengan jumlah sampel 31 responden di dapatkan p value 0.046, hal ini menyatakan bahwa masa kerja berhubungan dengan kejadian. 4. Hubungan Postur Tangan Saat Bekerja Dengan Kejadian Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Postur Tangan Saat Bekerja Responden Pengrajin Golok Di Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya 2013 No 1 Posisi tangan saat bekerja Tidak Total Positif Negatif N % N % N % 23 88.5 3 11.5 26 100.0 Ergonomis 2 Ergonomis 2 20.0 8 80.0 10 100.0 Total 25 69.4 11 30.6 36 100.0 p value OR 0.000 30.667 Pada variabel postur tangan saat bekerja dengan kejadian lebih banyak ditemukan pada responden yang saat bekerjanya tidak ergonomis yaitu 23 responden (88.5%), dibandingkan dengan responden yang saat bekerjanya ergonomis yaitu 2 (20,0%) yang mengalami kejadian. Dengan nilai p = 0,000, ini berarti nilai p < α (0,05), sehingga dapat

diambil kesimpulan bahwa frekuensi posisi tangan saat bekerja berhubungan dengan kejadian, dengan nilai OR = 30.667. Hal ini berarti responden yang bekerjanya tidak ergonomis mempunyai resiko mengalami kejadian 30 kali lebih besar dibandingkan dengan pekerja yang bekerjanya ergonomis. Postur normal atau ergonomis pada tangan dan pergelangan tangan dalam melakukan proses kerja adalah dengan posisi sumbu lengan terletak satu garis lurus dengan jari tengah, apabila sumbu tangan tidak lurus tetapi mengarah ke berbagai posisi, maka dapat dikatakan posisi tersebut janggal atau tidak ergonomis. Postur janggal atau tidak ergonomis adalah posisi tubuh yang menyimpang secara signifikan terhadap posisi normal saat melakukan pekerjaan (Department of EH&S, 2002). Bekerja dengan posisi janggal meningkatkan jumlah energi yang dibutuhkan untuk bekerja. Posisi janggal menyebabkan kondisi dimana transfer tenaga dari otot ke jaringan rangka tidak efisien sehingga mudah menimbulkan lelah dan menyebabkan. Termasuk ke dalam postur janggal adalah pengulangan atau waktu lama (Octarisya, 2009). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh kurniawan dkk (2008) pada variable posisi tangan saat bekerja menunjukkan hasil yang signifikan karena dari 31 responden yang di teliti di dapatkan p=0.013 artinya ada hubungan posisi tangan saat bekerja dengan kejadian pada pekerja pemetik melati. 5. Hubungan Aktivitas Berulang Tangan Saat Bekerja Dengan Kejadian Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Aktivitas Berulang Tangan Saat Bekerja Responden Pengrajin Golok Di Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya 2013 Aktifitas No berulang saat Positif Negatif Total bekerja N % N % N % 1 >30 kali/menit 23 88.5 3 11.5 26 100.0 2 30 kali/menit 2 20.0 8 80.0 10 100.0 Total 25 69.4 11 30.6 36 100.0 p value OR 0.000 30.667

Pada variabel aktivitas berulang saat bekerja dengan kejadian lebih banyak ditemukan pada responden yang melakukan aktivitas berulang >30 kali/menit yaitu 23 responden (88.5%), dibandingkan dengan responden yang melakukan aktivitas 30 kali/menit yaitu 2 (20,0%) yang mengalami kejadian. Dengan nilai p = 0,000, ini berarti nilai p < α (0,05), sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa frekuensi posisi tangan saat bekerja berhubungan dengan kejadian, dengan nilai OR = 30.667. Hal ini berarti responden yang melakukan aktivitas berulang >30 kali/menit mempunyai resiko mengalami kejadian 30 kali lebih besar dibandingkan dengan pekerja yang melakukan aktivitas berulang <30 kali/menit. Gerakan yang dilakukan terus-menerus dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan stress pada jaringan di sekitar terowongan karpal, sehingga jaringan tersebut mengalami degenerasi dan menyebabkan saluran terowongan karpal menjadi sempit (Darwono dalama Wahyudi, 2007). Penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Badriah (2001) yang menunjukkan p value = 0.02 pada lelaki bagian produksi di industri pengolahan kayu dan mebel, secara signifikan terbukti bahwa terdapat hubungan antara aktivitas berulang dengan kejadian (p = 0,02). 6. Hubungan Suhu Lingkungan Kerja Dengan Kejadian Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Suhu Lingkungan Kerja Responden Pengrajin Golok Di Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya 2013 No Suhu Tempat Total Positif Negatif Kerja N % N % N % 1 >NAB 23 74.2 8 25.8 31 100.0 2 NAB 2 40.0 3 60.0 5 100.0 Total 25 69.4 11 30.6 36 100.0 NAB: 28ºC untuk Beban Kerja Sedang (Kepmenaker, 2011) p value 0.154

Pada variabel suhu lingkungan kerja dengan kejadian lebih banyak ditemukan pada responden yang bekerja di lingkungan kerja yang suhunya >NAB (>28ºC untuk beban kerja sedang) yaitu 23 responden (74.2%), dibandingkan dengan responden yang bekerja di lingkungan kerja yang suhunya NAB yaitu 2 (40,0%) yang mengalami kejadian. Dengan nilai p = 0,154, ini berarti nilai p > α (0,05), sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa suhu lingkungan kerja tidak ada hubungan dengan kejadian. Menurut Shebubakar (2013) suhu panas akan memperbesar pembuluh darah sehingga dapat melancarkan peredaran darah di sekitar daerah tangan yang cedera. Hal ini akan membantu menyembukan cedera. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Pekerja pandai besi pengrajin golok Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya dalam pekerjaanya kebanyakan bekerja dengan posisi tangan yang tidak ergonomis, gerakan berulang dengan tenaga berlebih pada tangan. Hasil penelitian didapatkan 25 responden (69.4%) pekerja pandai besi pengrajin golok di Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya teridentifikasi gejala. Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel umur (p value = 0.001), masa kerja (p value = 0.002), antara postur tangan saat bekerja (p value = 0.000), aktivitas berulang (p value = 0.000) dengan kejadian dan tidak hubungan antara suhu lingkungan kerja dengan kejadian dengan (p value= 0.154). 2. Saran Disarankan kepada para pekerja yang menderita gejala sebelum melakukan pekerjaanya dilakukan dulu peregangan (streching).

DAFTAR PUSTAKA Anies, Penyakit Akibat Kerja, PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta. 2005. Badriah, S., 2001, Beberapa Faktor Risiko yang Berhubungan Dengan Kejadian Carpal Tunnel Syndrome () Pada Tenaga Kerja Laki-laki bagian Produksi di Industri Pengolahan Kayu dan Meubel CV. Bakti-Batang, FIK UNDIP, akses 12 Agustus 2013. Bridger, R., S. Introduction to Ergonomics. International Editions. General Engineering Series. McGraw-Hill, Inc. 1995. Effendi, Fikri., Ergonomi Bagi Pekerja Sektor informal, Cermin Dunia Kedokteran, Tanggal (akses 22 Desember 2012). Irma, Sri., Ergonomi, Jurnal Materi Pelatihan Upaya Kesehatan Kerja:3-5, 2003. Kurniawan, dkk. 2008. Faktor Resiko Kejadian Carpal Tunnel Syndrome () pada wanita pemetik melati Karangcengis. Purbalingga Lusianawati, dkk, Carpal Tunnel Sndrome, Pada Pekerja Garmen Di Jakarta, (akses 13 Juni 2013). Octarisya, M., Tinjauan Faktor Ergonomi Terhadap Musculoskeletal Disosders (MSDs) Pada Aktivitas Manual Handling di Departemen Operasional HLPA Station PT Repex, FKM UI, Depok, 2009 (akses 21 Juni 2013). Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja, Depnaker RI, 2011. Purwanti, Pengaruh Lama Mengetik Terhadap Resiko Terjadinya Carpal Tunnel Syndrome () Pada Pekerja Rental, FIK UNMSU (akses14 juni 2013). Rambe, Aldy S.,Sindrom Terowongan Karpal () Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran USU/RSUP. H.Adam Malik,2004 (akses 3 agustus 2011). Shebubakar, L., 2013, Keyboard dan Gadget Picu Cedera Tangan, http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=395505e456 ac96cacda61eff35964447&jenis=70efdf2ec9b086079795c442636b55fb, tanggal akses 20 November 2013 Tarwaka., Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja, HARAPAN PRESS, Surakarta, 2011. Wawan,W. 2007. Hubungan Lama Paparan Getaran Dengan Kejadian Pada Pekerja Tikar Mendong Di Bagian Penjahitan. Tugas Akhir Jurusan, Fakultas kesehatan Masyarakat, Universitas Siliwangi. Tasikmalaya Wijaya, C., 1995, Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja, Jakarta : EGC