WEWENANG KEPOLISIAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI POLDA BALI

dokumen-dokumen yang mirip
PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI OLEH KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK)

PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PERJUDIAN DI POLRESTA DENPASAR

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KEWENANGAN PENYIDIKAN DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI

KAJIAN NORMATIF TERHADAP DUALISME KEWENANGAN PENYIDIKAN DAN PENUNTUTAN TINDAK PIDANA KORUPSI ANTARA KEPOLISIAN, KEJAKSAAN DAN KPK

UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENCABULAN ANAK Oleh Wayan Widi Mandala Putra I Gusti Ngurah Wairocana

URGENSI PENERBITAN SURAT PERINTAH PENGHENTIAN PENYIDIKAN (SP3) OLEH KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang terbukti melakukan korupsi. Segala cara dilakukan untuk

KINERJA KEPOLISIAN DALAM UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PERJUDIAN TOGEL DI WILAYAH HUKUM KEPOLISIAN RESORT GIANYAR

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN

MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG. Oleh : PROF.DR.H.M. SAID KARIM, SH. MH. M.Si. CLA

Oleh : Putu Kartika Sastra Gde Made Swardhana Ida Bagus Surya Darmajaya. Bagian Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana

NASKAH AKADEMIK PELAKSANAAN PERKAP NO. 14 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DALAM PROSES PENYIDIKAN PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

DASAR HUKUM KEWENANGAN PRAPERADILAN DALAM MEMUTUS PENETAPAN TERSANGKA

BENTURAN KEWENANGAN POLRI DAN KPK SEBAGAI PENYIDIK DALAM KASUS SIMULATOR SIM (Kajian Yuridis Penyelesaian Melalui Memorandum of Understanding)

Oleh: I Gede Sarta I Wayan Parsa Ni Gusti Ayu Dyah Satyawati Bagian Hukum Pemerintahan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kelima, Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)

WEWENANG DISKRESI OLEH PENYIDIK Oleh : Pebry Dirgantara I Made Tjatrayasa Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum,Universitas Udayana

RIFA MUFLIHAH C

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

PERLUNYA NOTARIS MEMAHAMI PENYIDIK & PENYIDIKAN. Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N. Disampaikan pada Konferda INI Kota Surakarta, Tanggal, 10 Juni 2014

JURNAL PENEGAKAN HUKUM OLEH POLRI TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN KEKERASAN DI KABUPATEN SLEMAN

BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk

BAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

BAB III PENUTUP. bencana terhadap kehidupan perekonomian nasional. Pemberantasan korupsi

IMPLEMENTASI PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PERINDUSTRIAN DIBIDANG SNI WAJIB OLEH DITRESKRIMSUS POLDA JATENG

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya

PROSES PENYIDIKAN TERHADAP TINDAK PIDANA PERJUDIAN (Studi di Kepolisian Sektor Mrebet Purbalingga) SKRIPSI

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HAMBATAN PENEGAKAN HUKUM PERSAINGAN USAHA OLEH KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU)

BAB V ANALISIS. A. Analisis mengenai Pertimbangan Hakim Yang Mengabulkan Praperadilan Dalam

PENEGAKAN HUKUM DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERJADINYA PENCEMARAN AIR SUNGAI DI KOTA DENPASAR AKIBAT PEMBUANGAN LIMBAH SABLON

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI KOORDINASI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DENGAN BADAN PENYIDIK HUKUM LAIN DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

PENYITAAN DALAM PERKARA PIDANA DI POLRESTA DENPASAR

KEDUDUKAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (PPNS) DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sesutu tentang tingkah laku sehari-hari manusia dalam masyarakat agar tidak

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atau hukum (constitutional democracy) yang tidak terpisahkan

LAMPIRAN. 1. Apakah ada penyidik khusus untuk judi online? 5. Sebelum melakukan penangkapan, tindakan apa yang dilakukan oleh penyidik?

Keywords: Financial loss of countries, corruption, acquittal, policy, prosecutor

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1988 TENTANG

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN/ ATAU SAKSI KORBAN TRANSNATIONAL CRIME DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM PIDANA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN PENYU DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI DENPASAR

DISKRESI KEPOLISIAN DALAM PENGHENTIAN PENYIDIKAN DI POLRESTA DENPASAR. Oleh: GEDE DICKA PRASMINDA. I Wayan Tangun Susila. I Wayan Bela Siki Layang

JURNAL KOORDINASI PENYIDIK POLRI DAN PENUNTUT UMUM DALAM PENGENDALIAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI KLATEN.

PENGATURAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 3 TAHUN 1988 SERI D NOMOR 2

2011, No b. bahwa Tindak Pidana Korupsi adalah suatu tindak pidana yang pemberantasannya perlu dilakukan secara luar biasa, namun dalam pelaksan

PROSES HUKUM TERHADAP ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM TINDAK PIDANA PENGGELAPAN JURNAL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemberantasan tindak pidana korupsi di negara Indonesia hingga saat

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KORUPSI YANG DILAKUKAN OLEH KPK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2002

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyidikan tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Hukum adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Terdapat

PERANAN KEJAKSAAN DALAM UPAYA PENGEMBALIAN KERUGIAN KEUANGAN NEGARA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI (Studi kasus di Kejaksaan Negeri Singaraja)

JURNAL HUKUM TANGGUNG JAWAB PENYIDIK POLRI TERHADAP PENGGELAPAN BARANG BUKTI DI POLDA DIY

NOMOR : M.HH-11.HM th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYELIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA PENCURIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

JURNAL KEKUATAN PEMBUKTIAN ALAT BUKTI INFORMASI ATAU DOKUMEN ELEKTRONIK DALAM PERADILAN PERKARA PIDANA KORUPSI

PENERAPAN SISTEM PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

UNSUR MELAWAN HUKUM DALAM PASAL 362 KUHP TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan yang berlaku. Salah satu upaya untuk menjamin. dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana ( KUHAP ).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dan barang bukti, karena keduanya dibutuhkan dalam penyidikkan kasus

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBATALAN STATUS TERSANGKA DALAM PUTUSAN PRAPERADILAN

PRAPERADILAN SEBAGAI KEWENANGAN TAMBAHAN PENGADILAN NEGERI PRETRIAL COURT AS ADDITIONAL POWERS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

BAB I BERKAS PENYIDIKAN

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN ANAK SEBAGAI SAKSI KORBAN KEKERASAN RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. hukum (Rechtstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machstaat). Ini

KONSEP DISKRESI KEPOLISIAN DALAM PROSES PIDANA

KONSEP DISKRESI KEPOLISIAN DALAM PROSES PIDANA

KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

IMPLEMENTASI OTOPSI FORENSIK DI INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. pidana, oleh karena itu, hukum acara pidana merupakan suatu rangkaian

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan manusia Indonesia

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat lagi diserahkan kepada peraturan kekuatan-kekuatan bebas dalam

PELAKSANAAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI KEJAKSAAN NEGERI SIMPANG EMPAT PASAMAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan oleh Ankum yang menangani pelanggaran disiplin.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PERAN POLRI DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PEREDARAN MINYAK GORENG TANPA IZIN EDAR (STUDI KASUS PADA POLDA LAMPUNG) (Jurnal Skripsi) Oleh

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. profesi maupun peraturan disiplin yang harus dipatuhi oleh setiap anggota Polri.

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

KEWENANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DALAM UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan salah satu Negara Hukum. Hal ini

BAB II PROSES PENYIDIKAN BNN DAN POLRI TERHADAP TERSANGKA NARKOTIKA MENGACU PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

Transkripsi:

WEWENANG KEPOLISIAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI POLDA BALI IMade Widiasa Pembimbing : I ketut Rai Setiabudhi A.A Ngurah Wirasila Program Kekhususan Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstrak Penelitian ini mengkaji tentang Wewenang Kepolisian dalam Proses Penyidikan Tindak Pidana Korupsi. Ada dua permasalahan yang dikaji. Pertama, apa wewenang Kepolisian dalam proses penyidikan terhadap penanganan tindak pidana korupsi. Kedua, faktor-faktor apakah yang mendukung dan menghambat dalam penyidikan Kepolisian terhadap tindak pidana korupsi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian hukum empiris. Dengan demikian data-data hukum yang diperoleh melalui dua cara yaitu data primer diperoleh langsung dilapangan (field research) dan data sekunder diperoleh melalui penelitian kepustakaan (library research). Adapun hasil penelitian sebagai berikut bahwa Kepolisian mempunyai kewenangan dalam penyidikan tindak pidana korupsi berdasarkan UU No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia, UU No.31Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dan UU No.30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, semuanya merujuk kepada KUHAP sebagai dasar dalam hukum acara pidana. Pemblokiran yang dilakukan dalam proses penyidikan digunakan penyidik sebagai upaya preventif dan penyitaan dapat digunakan sebagai upaya represif dalam penyelamatan hasil perolehan tindak pidana korupsi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penyidikan yaitu faktor pendukung yaitu faktor hukum sedangkan faktor penghambat yaitu faktor sarana prasarana dan faktor aparat penegak hukum. Kata kunci : Wewenang kepolisian, Penyidikan, Tindak pidana korupsi, dan proses penyidikan tindak pidana korupsi. AUTHORITY POLICE CRIMINAL INVESTIGATION PROCESS IN CORRUPTION IN BALI POLICE Abstract This study examines the Police Authority in Corruption Investigation Process. There are two issues that were examined. First, what is the authority of the Police in the investigation of the handling of corruption. Second, whether the factors that support and hinder the police investigation against corruption. This research was conducted using the method of empirical legal research. Thus the legal data obtained in two ways, namely primary data obtained directly in the field and secondary data obtained through library research. The following results that the Police have the authority to investigate corruption by Act 2 of 2002 on the Indonesian National Police, Law No.31 of 1999 on Eradication of Corruption, and Law No.30 of 2002 on Corruption Eradication Commission, all of them referring to the criminal Procedure Code as a basis for criminal law. Blocking is done in the process of investigation is used as an investigator and foreclosure prevention efforts can be used as a repressive efforts in saving the 1

proceeds of corruption. The factors that influence the investigation of the factors supporting the legal factors inhibiting factor is the factor of infrastructure and law enforcement factors. Keywords: Authority Police, Investigation, Crime of corruption, and process investigation of corruption. I. Pendahuluan A.Latar Belakang Memperhatikan pendapat Van Hamel bahwa hukum pidana merupakan semua dasar-dasar yang diatur oleh suatu negara dalam menyelenggarakan ketertiban hukum (rechtsorde) yaitu dengan melarang apa yang bertentangan dengan hukum dan mengenakan suatu nestapa kepada pelanggar larangan-larangan tersebut 1. Berkaitan dengan penegakan hukum pidana materiil, Polri memiliki wewenang untuk melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi. Kewenangan dalam penyidikan tindak pidana korupsi oleh Polri, merupakan bagian dari tugas pokok kepolisian dalam menjaga keamanan dan ketertiban di masyarakat. Dalam hal ini khususnya Polda Bali mempunyai tugas pokok menjaga keamanan Pulau Bali sesuai ketentuan Pasal 13 UU No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia. Salah satu wujud dari tugas pokok Kepolisian yang dilakukan Polda Bali yaitu melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi di wilayah hukum Polda Bali. Pemberantasan tindak pidana korupsi di wilayah hukum Polda Bali dilakukan berdasarkan kewenangan Polri dalam penyidikan tindak pidana korupsi yang diatur dalam Pasal 14 ayat (1g) UU No.2 Tahun 2002. Penyidikan tindak pidana korupsi tidak hanya dimiliki oleh Polri, namun Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga memiliki kewenangan penyidikan. Selanjutnya, berkaitan dengan pemblokiran rekening simpanan milik tersangka yang diatur dalam Pasal 29 ayat (4) UU No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, memperhatikan pendapat Marwan Effendy bahwa pemblokiran ini merupakan suatu upaya paksa yeng bersifat baru sehinggar dalam praktek perlu disosialisasikan kepada aparat penegak hukum 2. Sebagai salah satu upaya paksa yang diberikan kepada penyidik Polri mekanisme pemblokiran tidak diatur secara jelas dalam Pasal 29 ayat (4) UU No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 1 Moeljatno, 2009, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, Hal. 9. 2 Marwan Effendy, 2012, Sistem Peradilan Pidana, Refrensi, Jakarta, Hal.75. 2

B.Tujuan Penulisan Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui wewenang Kepolisian dalam proses penyidikan tindak pidana korupsi dan faktor-faktor yang mendukung maupun menghambat penyidikan tindak pidana korupsi. II. Isi Makalah A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam hal ini adalah penelitian hukum empiris. Oleh karena itu data-data hukum dapat diperoleh melalui dua cara yaitu data primer diperoleh langsung di lapangan (Penelitian lapangan/field research) dan data sekunder diperoleh melalui penelitian kepustakaan/library research. Selanjutnya, pembahasan dan hasil disajikan secara deskriptif. B. Hasil dan Pembahasan Adapun wewenang kepolisian dalam penyidikan tindak pidana korupsi diatur dalam Pasal 6 ayat (1a) KUHAP., Pasal 14 ayat (1g) Undang-undang No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Pasal 25 UU No.31 Tahun1999. Adapun ketentuan kerugian negara yang dapat ditangani oleh penyidik kepolisian yaitu dibawah Rp 1000.000.000,00 (satu milyar rupiah) sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 11 Undang-undang No.30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Jadi dapat disimpulkan, sebagai penyidik tunggal dalam KUHAP kepolisian tetap memiliki kewenangan dalam penyidikan tindak pidana korupsi. Dilihat dalam praktek, melalui hasil wawancara dengan Kompol Komang Swastika,.S.H., Mkn, pada tanggal 17 September 2012, Pukul 10:00 WITA di POLDA Bali, menyebutkan bahwa dalam hal dilakukan penyidikan terdapat proses yang perlu dilalui. Tahap pertama dalam pemeriksaan yaitu lidik atau yang disebut juga penyelidikan. Jika sudah terdapat cukup bukti dan diketahui tindak pidananya maka dilanjutkan dengan tahap sidik atau penyidikan. Dalam sidik tersebut adapun kewenangan yang dimiliki Kepolisian yaitu yang pertama langkah penindakan, pemeriksaan, dan pemberkasan. Adapun proses yang dilakukan oleh penyidik dalam penindakan yaitu pemanggilan, penggeledahan, penangkapan, penyitaan, dan Penahanan. Dalam pemeriksaan yaitu pemeriksaan terhadap saksi dan tersangka. Dalam pemberkasan yaitu pembuatan resume dan pembuatan daftar barang bukti yang selanjutnya dilakukan penyerahan berkas perkara kepada penuntut umum/jaksa.. 3

Selanjutnya, berdasarkan hasil wawancara dengan BRIPKA I Ketut Redi Gunantara, anggota SUBDIT III POLDA Bali, pada tanggal 20 November 2012, Pukul 10:35 Wita, di POLDA Bali, bahwa pemblokiran yang dilakukan oleh penyidik kepolisian melalui laporan dari Penyidik Kepolisian melalui surat permintaan pemblokiran. Tujuan dari pemblokiran ini agar rekening tersangka tidak dapat dipindahkan atau dialihkan oleh tersangka. Kemudian menurut AIPTU I Made Suweca, pada tanggal 20 November 2012, Pukul 08:00 Wita, yang merupakan Anggota Reserse Kriminal Unit III, di POLRES Badung, menambahkan penyidik dapat melakukan penyitaan jika diperlukan guna melengkapi alat bukti. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyitaan dan pemblokiran merupakan upaya preventif dan represif dalam penyidikan guna penanganan terhadap benda perolehan dari tindak pidana korupsi Berkaitan dengan penegakan hukum dalam masyarakat, dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor hukum atau peraturan perundang-undangan, faktor aparat penegak hukum, faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum, faktor masyarakat, dan faktor kebudayaan/culture 3. Berdasarkan penjelasan Kompol Komang Swastika S.H, Mkn, pada tanggal 17 September 2012, pukul 09:00 Wita, di POLDA Bali, faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyidikan antara lain : Faktor pendukung : Faktor Hukum : Segala peraturan yang menjadi dasar hukum Kepolisian dalam melakukan penyidikan. Faktor Penghambat : Faktor aparat penegak hukum Sumber daya manusia yang kurang memadai untuk menangani kasus tindka pidana korupsi yang tergolong kedalam kriteria perkara sulit Perbedaan persepsi antara penyidik dan jaksa penuntut umum yang sering bolak balik perkara Dalam hal untuk mengetahui kerugian negara penyidik harus menunggu hasil dari BPK/BPKP yang terkadang membutuhkan waktu lama. 3 Soerjono Soekanto, 2012, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta. Hal.5. 4

Faktor sarana prasarana : Tidak banyak anggota penyidik yang memiliki kemampuan dalam penyidikan tindak pidana korupsi Tidak dimilikinya sarana prasarana yang lengkap dan memadai guna menunjang proses penyidikan. III. Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas, dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut : 1. Adapun dasar hukum Kepolisian dapat melakukan penyidikan tindak pidana korupsi yaitu Pasal 14 ayat (1g) UU No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia, Pasal 25 UU No.31 Tahun 1999, Pasal 6 ayat (1a) KUHAP dan Pasal 11 UU No.30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Upaya pemblokiran dan penyitaan merupakan upaya prefentif dan represif dalam penyidikan tindak pidana korupsi. 2. Faktor pendukung dan penghambat proses penyidikan Kepolisian, antara lain : (a) faktor hukum dan (b) sarana prasarana serta aparat penegak hukum. Daftar Pustaka Buku Moeljatno, 2009, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, Marwan Effendi, 2012, Sistem Peradilan Pidana, Refrensi, Jakarta. Soerjono Soekanto, 2012, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta. Peraturan Perundang-undangan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 5