SISTEM DISTILASI AIR LAUT TENAGA SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT DATAR DENGAN TIPE KACA PENUTUP MIRING

dokumen-dokumen yang mirip
PRESTASI SISTEM DESALINASI TENAGA SURYA MENGGUNAKAN BERBAGAI TIPE KACA PENUTUP MIRING

Kaji Eksperimental Pemisah Garam dan Air Bersih Dari Air LAut Mengunakan Kolektor Plat Alumunium Dengan Mengunakan Energi Surya

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Studi Alat Destilasi Surya Tipe Basin Tunggal Menggunakan Kolektor Pemanas

PENGOLAHAN AIR LAUT MENJADI AIR BERSIH DAN GARAM DENGAN DESTILASI TENAGA SURYA

Analisa Performansi Destilasi Air Laut Tenaga Surya Menggunakan Penyerap Radiasi Surya Tipe Bergelombang Berbahan Dasar Beton

KAJI EKSPERIMENTAL ALAT PENGOLAHAN AIR LAUT MENGGUNAKAN ENERGI SURYA UNTUK MEMPRODUKSI GARAM DAN AIR TAWAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar

PERFORMANSI DESTILASI AIR BENTUK DASAR, REFLEKTOR DAN PARABOLA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Bergelombang untuk Pengering Bunga Kamboja

PENGARUH BENTUK DAN OPTIMASI LUASAN PERMUKAAN PELAT PENYERAP TERHADAP EFISIENSI SOLAR WATER HEATER ABSTRAK

KAJI EKSPERIMENTAL UNTUK MENINGKATKAN PERFORMASI DESTILASI SURYA BASIN TIGA TINGKAT MENGGUNAKAN BEBERAPA BAHAN PENYIMPAN PANAS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Pengaruh Tebal Plat Dan Jarak Antar Pipa Terhadap Performansi Kolektor Surya Plat Datar

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Analisa Teknis dan Ekonomis Terhadap Metode Direct System pada Solar Energy Distilation di Pulau Tabuhan untuk Kapasitas 100 Liter/Hari

Analisa performansi kolektor surya pelat bergelombang dengan variasi kecepatan udara

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

Analisa Kinerja Alat Destilasi Penghasil Air Tawar dengan Sistem Evaporasi Uap Tenaga Surya

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

PENGARUH JARAK ANTAR PIPA PADA KOLEKTOR TERHADAP PANAS YANG DIHASILKAN SOLAR WATER HEATER (SWH)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis performansi kolektor surya terkonsentrasi menggunakan receiver berbentuk silinder

SISTEM PERPINDAHAN PANAS SINGLE BASIN SOLAR STILL DENGAN MEMVARIASI SUDUT KEMIRINGAN KACA PENUTUP. Irfan Santosa ABSTRAK

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi

Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE

Radiasi ekstraterestrial pada bidang horizontal untuk periode 1 jam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk membuat agar bahan makanan menjadi awet. Prinsip dasar dari pengeringan

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Energi surya merupakan energi yang didapat dengan mengkonversi energi radiasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGANTAR PINDAH PANAS

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR DENGAN VARIASI JARAK PENUTUP DAN SUDUT KEMIRINGAN KOLEKTOR

3. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan,

PENGUJIAN MESIN PENGERING KAKAO ENERGI SURYA

PENGARUH PERBEDAAN JENIS PLAT PENYERAP KACA DAN PAPAN MIKA TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS AIR MINUM PADA PROSES DESTILASI ENERGI TENAGA SURYA

9/17/ KALOR 1

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB

ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK

Pengaruh Jarak Kaca Ke Plat Terhadap Panas Yang Diterima Suatu Kolektor Surya Plat Datar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) VIII

TEKNOLOGI ALAT PENGERING SURYA UNTUK HASIL PERTANIAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR BERPENUTUP MIRING

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR, KELEMBABAN, INTENSITAS CAHAYA, LAMA PENYINARAN DAN KONSENTRASI LARUTAN TERHADAP PENGUAPAN AIR GARAM DALAM DISITILAOR

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber energi pengganti yang sangat berpontensi. Kebutuhan energi di

RANCANG BANGUN PEMANAS AIR TENAGA SURYA ABSORBER GELOMBANG TIPE SINUSOIDAL DENGAN PENAMBAHAN HONEYCOMB OLEH : YANUAR RIZAL EKA SB

POTENSI PENGGUNAAN KOMPOR ENERGI SURYA UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA

BAB II LANDASAN TEORI

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik TAMBA GURNING NIM SKRIPSI

Performansi Kolektor Surya Tubular Terkonsentrasi Dengan Pipa Penyerap Dibentuk Anulus Dengan Variasi Posisi Pipa Penyerap

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu

BAB IV. HASIL PENGUJIAN dan PENGOLAHAN DATA

PERPINDAHAN KALOR J.P. HOLMAN. BAB I PENDAHULUAN Perpindahan kalor merupakan ilmu yang berguna untuk memprediksi laju perpindahan

Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. seperti kulit binatang, dedaunan, dan lain sebagainya. Pengeringan adalah

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Energi Matahari

OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI PADA SOLAR WATER HEATER MENGGUNAKAN VARIASI SUDUT KEMIRINGAN

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

RANCANG BANGUN KONVERSI ENERGI SURYA MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN MODEL ELEVATED SOLAR TOWER

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) G-184

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA KOLEKTOR PEMANAS AIR TENAGA SURYA DENGAN TURBULENCE ENHANCER

Analisa Performansi Kolektor Surya Plat Datar Dengan Penambahan Sirip Berlubang Berdiameter Berbeda Yang Disusun Secara Staggered

PENINGKATAN KAPASITAS PEMANAS AIR KOLEKTOR PEMANAS AIR SURYA PLAT DATAR DENGAN PENAMBAHAN BAHAN PENYIMPAN KALOR

Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca

Pengaruh Sudut Kemiringan Kolektor Surya Pelat Datar terhadap Efisiensi Termal dengan Penambahan Eksternal Annular Fin pada Pipa

KALOR SEBAGAI ENERGI B A B B A B

PENGHITUNGAN EFISIENSI KOLEKTOR SURYA PADA PENGERING SURYA TIPE AKTIF TIDAK LANGSUNG PADA LABORATORIUM SURYA ITB

Pengaruh variasi jenis pasir sebagai media penyimpan panas terhadap performansi kolektor suya tubular dengan pipa penyerap disusun secara seri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida

Jurnal Flywheel, Volume 2, Nomor 1, Juni 2009 ISSN :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SUDUT PASANG SOLAR WATER HEATER DALAM OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI DI DAERAH CILEGON

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis

PENGARUH PERBANDINGAN TANPA SIRIP DENGAN SIRIP LURUS DENGAN ALIRAN AIR BERLAWANAN TERHADAP EFISIENSI PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER ABSTRAK

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan

PENGARUH BENTUK PLAT KOLEKTOR MATAHARI TERHADAP PRODUKSI KONDENSAT

P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN

RANCANG BANGUN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK UNTUK SIMULASI SATU UNIT MESIN PENDINGIN SIKLUS ADSORPSI YANG DIGERAKKAN ENERGI SURYA DENGAN LUAS KOLEKTOR 1,5 m 2

LAMPIRAN I. Tes Hasil Belajar Observasi Awal

PENGARUH BENTUK PLAT ARBSORBER PADA SOLAR WATER HEATER TERHADAP EFISIENSI KOLEKTOR. Galuh Renggani Wilis ST.,MT. ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN PASIR BESI PADA HEAT ABSORBER PLATE TERHADAP PRODUKTIFITAS DAN EFISIENSI SOLARDESTILLATION

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

Transkripsi:

SISTEM DISTILASI AIR LAUT TENAGA SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT DATAR DENGAN TIPE KACA PENUTUP MIRING Mulyanef 1, Marsal 2, Rizky Arman 3 dan K. Sopian 4 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin Universitas Bung Hatta, Padang-Indonesia 4 Jabatan Mekanik dan Bahan Universiti Kebangsaan Malaysia mulyanef@yahoo.com ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tipe kaca penutup kolektor yang sesuai untuk dipasang pada peralatan distilasi air laut jenis basin type solar still. Peralatan tersebut digunakan untuk memproduksi air bersih dari air laut bagi masyarakat pesisir pantai. Sebanyak tiga tipe kaca penutup kolektor plat datar diteliti, yaitu tipe satu permukaan kaca miring, tipe dua permukaan kaca miring dan tipe empat permukaan kaca miring. Luas kolektor plat datar adalah 0,45 m 2, volume air laut di dalam kolektor adalah 9 liter dan isolasi dari serabut kaca. Pengujian dilakukan dari pukul 09.00 16.00 WIB pada bulan Januari, Februari dan Maret tahun 2006. Tempat pengujian dilakukan pada lantai lima gedung C kampus III Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung Hatta. Hasil pengujian menunjukkan tipe dua permukaan kaca miring menghasilkan kondensat terbanyak yaitu 255 ml/jam, dengan intensitas surya tertinggi 757,37 W/m 2. Kata kunci: energi matahari, kolektor plat datar, distilasi. 1. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kupulauan yang terbesar di dunia. Memiliki luas wilayah 5.193.252 km 2, dua pertiga luas wilayah Indonesia merupakan lautan, yaitu sekitar 3.288.683 km 2. Sehingga Indonesia juga mendapat julukan negara maritim. Melihat Indonesia yang terletak di tengah kepungan air laut, kekurangan air bersih banyak menimpa masyarakat yang tinggal di pesisir pantai. Air merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk hidup. Makalah ini merupakan bagian dari hasil penelitian tentang rekayasa peralatan yang dapat memproduksi air bersih dari air laut. Peralatan yang diteliti adalah distilasi surya tipe basin yang mempunyai konstruksi sederhana, mudah dioperasikan dan hemat energi karena energi yang digunakan adalah radiasi matahari. Peralatan ini sangat cocok digunakan pada daerah pesisir, yang air laut dan surya banyak. Kaca penutup kolektor surya plat datar merupakan komponen terpenting dari distilasi surya, yang berfungsi untuk mengurangi kehilangan panas dari plat penyerap ke lingkungan dan tempat kondensasi. Kaca tebal 4 mm dipilih sebagai penutup karena kaca dapat menyekat sinaran yang melebihi 3 μm dan tahan lama. Secara umum kaca mempunyai indeks bias 1,5 dan dapat meneruskan radiasi yang datang lebih kurang 88%. 1.1 Distilasi Surya tipe Basin Prinsip kerja distilasi surya tipe basin diperlihatkan pada Gambar 1. Radiasi surya menembus kaca penutup dan mengenai permukaan dari plat penyerap, maka plat penyerap akan panas, dan energi panas dari plat penyerap akan memanasi air laut yang ada didalam kolam (basin). Air akan menguap dan berkumpul dibawah permukaan kaca penutup. Oleh karena temperatur udara di dalam basin lebih tinggi dari pada temperatur lingkungan, maka terjadi kondensasi yaitu uap berubah menjadi cair dan melekat pada kaca penutup bagian dalam. Cairan (air bersih) akan mengalir mengikuti kemiringan kaca penutup dan masuk kedalam kanal, terus mengalir ke tempat penampungan air bersih. Sedangkan garam akan tinggal diatas plat penyerap karena adanya perbedaan massa jenis. -1-

9 10 8 1 4 3 2 7 5 6 Keterangan gambar: 1. Kaca penutup 2. Kanal 3. Plat penyerap 4. Basin 5. Isolasi 6. Rangka 7. Tabung, tempat air bersih 8. Pipa 9. Katup 10. Resevoir air laut Gambar 1. Distilasi Surya Tipe Dua Permukaan Kaca Miring Reservoir Air Laut Radiasi Surya Kaca penutup Kanal Basin Gelas Ukur Plat Penyerap Isolasi Gambar 2. Distilasi Surya Tipe Satu Permukaan Kaca Miring 1.2 Tinjauan Thermal Pada Sistem Destilator Surya Dalam destilator surya akan terjadi perpindahan panas yang terdiri dari : 1. Konduksi Panas mengalir secara konduksi dari daerah yang bertemperatur tinggi ke daerah yang bertemperatur rendah. Laju perpindahan panas dinyatakan dengan hukum Fourier berikut: Q = - k. A. dt dx (watt)......(1) Dimana: k = Konduktivitas termal (W/ m. 0 K) A = Luas penampang tegak lurus terhadap arah aliran panas (m 2 ) -2-

dt/dx = Gradien temperatur dalam arah aliran panas ( 0 K/m) 2. Konveksi Udara yang mengalir diatas suatu permukaan panas, misalnya dalam saluran baja sebuah alat pemanas udara surya dipanasi secara konveksi. Apabila aliran udara disebabkan oleh sebuah blower, kita menyebutnya sebagai konveksi paksa dan apabila disebabkan oleh gradien massa jenis, maka disebut konveksi alamiah. Pada umumnya, perpindahan panas konveksi dapat dinyatakan dengan hukum pendinginan Newton sebagai berikut : q = h. A. ( Tw-T ) (Watt). (2) Dimana: h = Koefisien konveksi (W/m 2. 0 K) A = Luas permukaan (m 2 ) Tw = Temperatur dinding ( 0 K ) T = Temperatur fluida ( 0 K ) Umumnya koefisien konveksi (h) dinyatakan dengan parameter tanpa dimensi yang disebut bilangan Nusselt (menurut nama dari Wilhelm Nusselt ), Nu = h.d/k, dimana (k) adalah konduktivitas termal. 3. Radiasi Berlainan dengan mekanisme konduksi dan konveksi dimana perpindahan energi terjadi melalui perantara, kalor juga dapat berpindah melalui daerah daerah hampa. Mekanismenya disini adalah sinaran atau radiasi Elektromagnetik. Penukaran panas netto secara radiasi antara dua badan ideal ( hitam ) adalah : q = σ. A ( T 4 1 - T 4 2 ) (Watt... (3) Dimana : σ = konstanta Stefan Boltzmann, 5, 67 x 10-8 (W/m 2. 0 K 4 ) A = Luas bidang ( m 2 ) Gabungan perpindahan panas tersebut dapat dianalisa dengan menggunakan diagram aliran energi I t Pantulan q r,0 Ta Tg Tsv q c,0 q c,1 q r.l q c,w Tw Tp qk Gambar 3. Diagram aliran energi Keterangan gambar : Ta = Temperatur lingkungan ( o C ) Tw = Temperatur air ( o C ) Tg = temperatur permukaan kaca ( o C ) Tsv = Temperatur uap air ( o C ) I T = Intensitas matahari ( W/m 2 ) q r, 1 = Laju perpindahan panas radiasi dari air kolektor kepermukaan dalamkaca q c,1 = Laju perpindahan panas konveksi dari uap air kepermukaan dalam kaca q c,w = Laju perpindahan panas konveksi dari air q k = Laju perpindahan panas konduksi dari kolektor kedinding luar q r,o = Laju perpindahan panas radiasi yang hilang dari kaca q c,o = Laju perpindahan panas konveksi dari kaca keudara Kesetimbangan energi dari sistem adalah sebagai berikut : q c, w + q r,1 + q c,1 + (α.i T.A c ) + (α. I t ) = q k + q c, o + q r, o. (4) -3-

2. METODOLOGI Penelitian ini bertujuan untuk mencari alternatif tipe kaca penutup kolektor plat datar yang dapat menghasilkan kondensat tinggi. Hal ini berhubungan dengan aplikasi dari alat distilasi surya yaitu dapat menghasilkan air bersih dari air laut bagi masyarakat yang tinggal dipinggir pantai. Alternatif tipe kaca penutup yang akan diteliti dan sesuai untuk menghasilkan air tawar yang banyak adalah sebagai berikut: 1. Tipe satu permukaan kaca miring. 2. Tipe dua permukaan kaca miring. 3. Tipe empat permukaan kaca miring. Untuk menentukan nilai dari energi yang berguna, energi yang hilang dan efisiensi dapat digunakan persamaan berikut: 1. Energi radiasi yang diserap oleh plat penyerap Q in = α. I T. Ac Dimana : I T = intensitas surya ( W/m 2 ) Ac = Luas plat penyerap ( m 2 ) α = absorpsivitas plat penyerap 2. Energi yang hilang dari kolektor Q Losses = U L. Ac. ( Tp Ta ) Dimana : U Losses = Koefisien perpindahan panas total ( W / m 2. o C ) Tp = Temperatur plat penyerap ( o C ) Ta = Temperatur lingkugan ( o C ) Ac = Luas plat penyerap ( m 2 ) 3. Energi yang berguna pada destilasi air laut Q U = Ac (I T. α ) U Losses (Tp Ta)) Dimana : Qin = Energi radiasi yang sampai ke plat penyerap ( Watt ) Q Losses = Energi yang hilang dari kolektor ( Watt ) 4. Efisiensi kolektor η c = Qu x 100% Q in 5. Efisiensi Destilator η = m. h fg Ac. I. t T Dimana: m = Massa air ( kg / jam ) h fg = Panas laten untuk penguapan ( kj / kg ) Ac = Luas plat penyerap ( m 2 ) I T = Intensitas surya ( W / m 2 ) t = Lama waktu pengujian ( jam ) -4-

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 300 Proiduktivitas Kondensat (ml/jam ) 250 200 150 100 50 0 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 Waktu ( Jam ) tipe satu permukaan kaca miring tipe dua permukaan kaca miring tipe empat permukaan kaca miring Gambar 4. Grafik Hubungan antara Produktivitas Kondensat dan waktu Gambar 4. menampilkan hubungan antara produktivitas kondensat dan waktu dari tiga tipe permukaan kaca miring alat uji destilasi surya. Produktivitas air yang paling banyak dihasilkan adalah pada tipe dua permukaan kaca miring, sedangkan produktivitas yang paling sedikit terdapat pada tipe empat permukaan kaca miring. Jumlah kondensat yang paling banyak terdapat pada jam 13.00, sedangkan produktivitas yang paling sedikit terdapat pada pada jam 09.00 untuk setiap tipe permukaan kaca miring. Hal ini disebabkan oleh intensitas surya pada jam 09.00 masih rendah dan pada jam 13.00 intensitas surya sudah tinggi. Faktor lain yang mempengaruhi produktivitas air bersih dari alat uji destilasi surya adalah kecepatan angin, temperatur lingkungan dan cuaca. Gambar 5. menunjukan grafik hubungan antara produktivitas kondensat, intensitas surya dan waktu. Tipe satu permukaan kaca miring menghasilkan produktivitas kondensat yang paling banyak yaitu 190 ml/jam pada intensitas surya 757,37 W/m 2, sedangkan hasil kondensat yang paling sedikit terdapat pada jam 09.00 Wib yaitu 20 ml/jam dengan itensitas surya 428,7 W/m 2. Pada tipe dua permukaan kaca miring menunjukan produktivitas kondensat yang paling banyak terdapat pada jam 13.00 Wib dengan intensitas surya 757,37 W/m 2 dan hasil kondensat 255 ml/jam, sedangkan hasil yang paling sedikit terdapat pada jam 09.00 Wib dengan itensitas surya 428,7 W/m 2 dan hasil kondensat 50 ml/jam. 300 800 Proiduktivitas Kondensat (ml/jam ) 250 200 150 100 50 700 600 500 400 300 200 100 Intensitas radiasi matahari ( W/m2 ) 0 0 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 Waktu ( Jam ) Intensitas radiasi matahari Tipe satu permukaan kaca miring Tipe Dua permukaan kaca miring Tipe Empet permukaan kaca miring Gambar 5. Grafik Hubungan produktivitas kondensat, intensitas surya dan waktu Pada tipe dua permukaan kaca miring menunjukan produktivitas kondensat yang paling banyak terdapat pada jam 13.00 Wib dengan intensitas surya 757,37 W/m 2 dan hasil kondensat 110 ml/jam, sedangkan hasil yang paling sedikit terdapat pada jam 09.00 Wib dengan itensitas surya 428,7 W/m 2 dan hasil kondensat 30 ml/jam. -5-

Gambar 5 menunjukan terdapat hubungan antara produktivitas kondensat dengan intensitas surya, yaitu semakin tinggi intensitas maka produktivitas air bersih yang dihasilkan semakin makin banyak. Semakin rendah intensitas maka produktivitas air bersih semakin sedikit. Dari ketiga tipe permukaan kaca miring yang digunakan tipe dua permukaan kaca miring yang lebih banyak menghasilkan air bersih dibandingkan dengan tipe satu permukaan dan tipe empat permukaan kaca miring. Sedangkan yang paling sedikit menghasilkan air tawar adalah empat permukaan kaca miring. 4. KESIMPULAN Dari pengujian ketiga tipe permukaan kaca miring diperoleh hasil yaitu sebagai berikut: Produktivitas air bersih pada alat uji distilasi surya dipengaruhi oleh intensitas surya. Semakin tinggi intensitas surya semakin tinggi produktivitas air bersih yang dihasilkan. Tipe dua permukaan kaca miring menghasilkan air bersih terbanyak yaitu 255 ml/jam, jika di bandingkan dengan tipe satu permukaan kaca miring dan tipe empat permukaan kaca miring. DAFTAR PUSTAKA Arismunandar Wiranto. 1995 Teknologi Rekasaya Surya, Jakarta, PT. Pradnya Paramita. Bernard D. Wood, 1998, Edisi Kedua, Penerapan Termodinamika, Diterjemahkan oleh Zulkifli Harahap, Erlangga, Jakarta. Ernani Sartoni. 1996, Solar Energy Solar Still Versus Solar Evaparator : Comparatife Study Between Their Thermal Behaviars, Val. 56. No.2 pp. 199 206. Holman J.P, 1993, Perpindahan Kalor, Diterjemahkan oleh Ir.E.Jasjfi, M.Sc, Erlangga, Jakarta. Marsal, 2005, Studi Eksperimental Alat Desalinasi Air Laut Menggunakan kolektor Tipe dua permukaan kaca Miring, Tugas Akhir Jurusan Teknik Mesin, Universitas Bung Hatta. Padang. Sujito.2004 Penelitian Penyerap Surya Untuk Peralatan Desalinasi Air Laut Jenis Solar Still, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Soteris A. Kalogirou, Seawater Desalination Using Renewable Energy Sources, Prongress In Energy And Combustiaon science 31 ( 2005 ) 242 281. -6-