Rekomendasi Rakornas Kadin Indonesia Bidang Industri, Teknologi dan Kelautan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

BAB V PENUTUP. rahim kedaulatan internal sebuah negara pantai / kepulauan atas territorial laut dan

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

PENGUATAN KELEMBAGAAN DAN DASAR HUKUM UNTUK REVITALISASI DEWAN RISET DAERAH * Oleh: Berna Sudjana Ermaya **

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

Pembangunan Pariwisata di PPK yang didalamnya berisi beberapa strategi, meliputi:

VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan

Laporan Pengendalian Inflasi Daerah

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

PROGRAM EKONOMI PDI PERJUANGAN Oleh : Muhammad Islam

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tergolong padat penduduk. Dizaman

I. Permasalahan yang Dihadapi

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

IV.B.9. Urusan Wajib Penanaman Modal

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN

BAB 4: PELAKSANAAN DAN TATA KELOLA MP3EI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN MODAL DASAR PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04/PRT/M/2015 TENTANG KRITERIA DAN PENETAPAN WILAYAH SUNGAI

KEPASTIAN HUKUM DAN PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM MEMBANGUN KENYAMANAN BERUSAHA DAN MENINGKATKAN INVESTASI DI INDONESIA DALAM ERA PERDAGANGAN BEBAS

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

DAFTAR ISI BAGIAN PERTAMA PRIORITAS NASIONAL DAN BAB 1 PENDAHULUAN PRIORITAS NASIONAL LAINNYA

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

POKOK-POKOK METERI FORUM (MIF) 2016 GUBERNUR JAWA TENGAH PADA ACARA :

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. antara satu negara dengan negara lainnya. Salah satu usaha yang selalu dilakukan

PENGEMBANGAN UMKM MENGHADAPI EKONOMI GLOBAL

penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan yang kemudian menimbulkan masalah yang harus dihadapi pemerintah yaitu permasalahan gizi. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL I. PENDAHULUAN

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 18 TAHUN 2017

Pembangunan Ekonomi Indonesia Yang Berkualitas: Langkah dan Tantangan

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

B. Maksud dan Tujuan Maksud

KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

sektor investasi dalam negeri, namun peningkatan dari sisi penanaman modal asing mampu menutupi angka negatif tersebut dan menghasilkan akumulasi

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

PEREKONOMIAN INDONESIA

KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN. Deputi Bidang SDA dan LH

I. PENDAHULUAN. Skala Usaha UK UM UB Jumlah (Unit/%) /99, /0, /0,01 Kesempatan kerja (%) 88,92 10,54 0,54 Nilai tambah

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

BAGAIMANA MENAKAR PEMBANGUNAN EKONOMI LOKAL DI ERA OTONOMI DAERAH*)

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

MENINGKATKAN DAYA SAING DAN PRODUKTIVITAS MELALUI PEKERJAAN YANG LAYAK. Oleh : 9 Juli 2015 DPN APINDO

Resensi Buku. Mas Wigrantoro Roes Setiyadi. Mahasiswa S3 Manajemen Strategi di Universitas Indonesia.

PENDAMPINGAN TEKNIS PEMERINTAH DAERAH TINGKAT II KAB. KLATEN DALAM PENGEMBANGAN KEBIJAKAN DAN REGULASI MIKROHIDRO Tanggal : 1 3 Desember 2008

KEBIJAKAN EKONOMI PADA MASA PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO (SBY) DAN JUSUF KALLA TAHUN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN

MEMBANGUN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN MEDIA NASIONAL YANG KONDUSIF UNTUK INVESTASI

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Analisis Terhadap Hasil Pemeriksaan BPK Mengenai Pemenuhan Kewajiban Pembiayaan Pada Masa Transisi Pemekaran Daerah

INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

mencerminkan tantangan sekaligus kesempatan. Meningkatnya persaingan antar negara tidak hanya berdampak pada perekonomian negara secara keseluruhan,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011

Transkripsi:

Gambar dari kanan kekiri: Wakil Presiden RI, M. Yusuf Kalla, didampingi oleh Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bid. Industri, Teknologi & Kelautan Rachmat Gobel, Ketua Umum Kadin Indonesia Mohamad S Hidayat, dan Ketua Panitia Penyelenggara, Gunadi Sindhuwinata, memukul gong, sebagai tanda secara resmi acara Rakornas Kadin Indonesia Bidang Industri, Teknologi & Kelautan dibuka. (foto hdw) Rekomendasi Rakornas Kadin Indonesia Bidang Industri, Teknologi dan Kelautan Pendahuluan Kadin Indonesia Jakarta, 29-30 Agustus 2008 Bangsa Indonesia memiliki potensi yang sangat jelas untuk maju dan berkembang sebagai bangsa yang mandiri dan memiliki pengaruh dalam tatanan pergaulan ekonomi global. Keberadaan sumber daya alam, baik di darat mau pun di laut, sangat besar; dan sebagai negara berkembang dengan jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia, bangsa Indonesia memiliki potensi pasar domestik

yang menarik perhatian para investor manca negara. Namun, pemanfaatan semua potensi tersebut belum optimal karena berbagai kendala struktural. (1) Kendala-kendala struktural tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut: a. Institusi yang lemah ditandai oleh tumpangtindihnya berbagai peraturan perundang-undangan yang tidak konsisten satu sama lain dan rumitnya birokrasi pengurusan berbagai ijin usaha, serta masih terbatasnya upaya enforcement yang tegas terhadap penegakan hukum. Hal ini terutama disebakan oleh lemahnya koordinasi antar para pihak yang berkepentingan, baik itu koordinasi internal antar berbagai lembaga pemerintahan mau pun koordinasi antara lembaga pemerintahan dan para pelaku usaha. b. Standar kualitas yang belum jelas ditandai oleh tidak adanya ketentuan yang baku tentang standar (minimum) mengenai kualitas barang dan jasa yang dihasilkan di dalam negeri. Akibatnya, hanya ada sedikit produk unggulan nasional yang dapat dijadikan andalan ekspor ke manca negara. c. Upaya R&D belum efektif ditandai oleh terbatasnya hasil inovasi baru per-tahun dari putera-puteri Indonesia yang berhasil diterapkan dalam konteks bisnis, sehingga mampu berkontribusi bagi dunia usaha untuk memenangkan pasar persaingan global. Komunikasi yang kurang efektif antara perguruan tinggi/litbang dan dunia usaha menyulitkan lahirnya berbagai inovasi kreatif yang relevan dengan kebutuhan pasar. d. Fasilitas infrastruktur masih terbatas ditandai oleh adanya kelangkaan sarana dan prasarana transportasi, listrik, dan sumber-sumber energi lainnya.

e. Tingkat kompetensi SDM masih rendah ditandai oleh terbatasnya keterampilan, sikap, dan pengetahuan dari angkatan kerja sehingga terjadi mismatch yang signifikan antara kebutuhan dunia usaha dan ketersediaan SDM berkualitas. Akibatnya, di satu pihak dunia usaha kesulitan untuk mendapatkan SDM yang kompeten, dan di lain pihak angka pengangguran terus meningkat dan sulit diturunkan. f. Akses terhadap permodalan bagi UKM ditandai oleh kesulitan para pengusaha kecil dan menengah yang baru memulai usaha mereka untuk mendapatkan akses kepada dana yang dibutuhkan untuk memulai/mengembangkan usaha mereka. g. Keamanan (security) berusaha mencemaskan ditandai oleh banyaknya keluhan para pelaku usaha tentang upaya pemerintah yang kurang memadai dalam mengurangi ancaman terhadap rasa aman bagi kelangsungan usaha mereka dari hari ke hari. Ancaman terhadap rasa aman tersebut tercermin dalam berbagai bentuk, mulai dari yang bersifat keamanan fisik hingga yang bersifat ketidak-jelasan ketentuan. Di samping berbagai kendala struktural di atas yang belum bisa ditanggapi dengan baik, berbagai tantangan baru akibat terjadinya: (a) Perkembangan keterbukaan pasar global (terutama pada sektor industri keuangan global yang sangat volatile); (b) Perkembangan krisis energi dan pangan dunia; (c) Perkembangan pesat kemajuan teknologi infokom, telah mulai melahirkan sejumlah pekerjaan rumah baru bagi dunia usaha nasional. Dialog antara pemerintah dengan dunia usaha merupakan syarat mutlak sebelum pemerintah melakukan negosiasi WTO di tingkat apa pun. Rekomendasi (1) Perlu melakukan studi kelautan secara menyeluruh sehungga potensi kelautan dapat digali dan dimanfaatkan secara optimum. Hal ini terutama Dengan luas 70 persen wilayah Indonesia berupa lautan,

dan panjang pantai mencapai 81.000 km, maka industri maritim merupakan hal yang harus didorong, karena kebutuhan kapal dan produk-produk penunjangnya mencapai skala industri (economies of scale). Teknologi perkapalan, dalam batas tertentu, sudah dikuasai, sehingga dapat mendukung pengembangan industri maritim yang kuat. Industri maritim didefinisikan sebagai industri yang berkaitan dengan pengelolaan laut secara menyeluruh, termasuk di dalamnya industri perkapalan dan produk-produk barang dan jasa lainnya yang terkait. (2) Agar pengeleloaan kelautan lebih efektif, perlu kehendak politik (political will) yang kuat untuk memasukkan kata atau istilah kelautan dalam amandemen Undang-Undang Dasar 1945. Selanjutnya, produk-produk hukum di bawahnya (UU, PP, Keputusan Menteri, dan lain-lain) bisa lebih efektif dan bertenaga (powerful) untuk diimplementasikan dalam pengelolaan kelautan, sesudah mendapatkan payung hukum konstitusi. (3) Sebagai negara yang sering diklam sebagai negara maritim, Indonesia harus lebih banyak bergaul dan mengikuti forum-forum dan asosiasi-asosiasi internasional yang berhubungan dengan kelautan. Melalui forum dan asosiasi internasional tersebut, banyak manfaat dapat kita peroleh, terutama dalam penataan dan perlindungan kekayaan laut, mengingat intensitas penjarahan internasional yang kian canggih dan semakin serius. (4) Industri perbankan seyogianya tidak memandang sektor kelautan sebagai sektor yang berisiko tinggi. Karena itu, perlu pemahaman yang lebih baik di kalangan perbankan untuk membiayai sektor kelautan. Bank tidak mengumpulkan uang-uang di ibukota dan diwajibkan untuk mengembangkan daerah-daerah lain. (5) Pemerintah perlu segera menyusun prioritas pengembangan industri menurut cluster industri dan berdasarkan competitive/comparative advantage masing-masih wilayah geografis (terutama untuk 7 propinsi kepulauan yang memiliki potensi bahari/maritim yang besar dan belum tergarap) secara spesifik dan jelas berdasarkan studi nasional yang rigor. Penentuan prioritas ini selanjutnya dapat dijadikan dasar untuk melakukan alokasi sumber

daya (resource allocation) dengan efektif. Sehingga pada gilirannya, dengan dana yang terbatas dapat dihasilkan pembangunan infrastruktur dan institusi yang kuat untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan daya saing dunia usaha nasional yang berkelanjutan. Prioritas ini seharusnya tercermin dengan sangat jelas dalam APBN. (6) Kerja-sama usaha antara perusahaan skala besar dan perusahaan skala menengah/kecil perlu terus dibangun/dikembangkan sambil dengan tekun mencari dan menemukan pola kemitraan yang paling efektif, agar pada gilirannya angka pengangguran dan kemiskinan nasional dapat terus menurun secara berkelanjutan. (7) Kerja-sama penelitian terapan (terutama di bidang kelautan) antara berbagai lembaga penelitian/universitas dengan dunia usaha perlu dibangun dengan komunikasi yang baik dan saling pengertian tentang masing-masing kemampuan dan kebutuhan, sehingga pada gilirannya hasil inovasi (baik produk mau pun proses) nasional dapat ikut mendorong peningkatan kemakmuran bangsa Indonesia secara berkelanjutan. Kebijakan insentif fiskal untuk kegiatan R&D yang sudah mulai dijalankan diharapkan dapat terus mempercepat terjadinya pertumbuhan produktivitas inovasi kreatif pada dunia usaha nasional. (8) Kemitraan dunia usaha nasional dengan berbagai perusahaan multi-nasional/global harus didasari oleh pertimbangan kekuatan kepentingan bisnis dan kemampuan manajemen yang fit di antara para pihak, agar dampak negatif dari kerja sama lintas bangsa tersebut dapat diminimalkan. (9) Pemerintah pusat mau pun daerah harus membuat komitmen yang serius demi terciptanya rasa aman dan iklim bisnis yang memadai untuk mengundang para investor (baik nasional maupun multinasional) menanamkan modalnya dalam bentuk real assets/fdi di Indonesia, sehingga investor tidak sekedar memasukkan dananya melalui instrumen financial portfolio yang dapat menimbukan instabilitas perekonomian nasional.

(10) Direksi perushaaan besar yang beroperasi di daerah sangat dianjurkan untuk menetap di tempat usaha utamanya dan tidak mengumpulkan di ibukota. (11) Regulasi-regulasi pemerintah dan Pemerintah Daerah yang tumpah tindih, berbelit-belit dan sangat panjang, perlu diserasikan agar doing business di Indonesia menjadi mudah dan cepat. (12) Transfer teknologi dari lembaga Litbang ke masyarakat pengguna perlu dijembatani untuk mempermudah masyarakat memahami dan memodifikasinya. Lembaga seperti Business Technology Transfer (BTC) ataupun Techno/science Park bisa memfasilitasi transfer tersebut (13) Perhatian dan langkah yang efektif untuk mencegah penyelundupan, terutama barang-barang elektronik dan lainnya perlu ditingkatkan, dan import produk-produk yang berpotensi membunuh produk dalam negeri perlu dibatasi. (14) BUMN masih sangat diperlukan sebagai instrumen kebijakan tetapi masih perlu pembenahan yang konsisten (depolitisasi), sehingga baru bisa berjalan sesuai dengan harapan, yaitu profesional dan meritokratik. Keberadaan BUMN menunjukkan kecenderungan yang semakin baik, dan perlu ditingkatkan lagi melalui kebijakan kompetisi, dan segala keuntungan bisa digunakan untuk bangsa. (15) Fungsi Angkatan Laut yang vital perlu mendapat perhatian pemerintah terutama menyangkut masalah pendanaan, infrastruktur dan peralatan sehingga penjagaan keamanan laut Indonesia dapat berjalan dengan baik, dan gairah membuka usaha bagi pelaku bisnis akan semakin baik (16) Usaha perikanan memiliki potensi yang sangat tinggi, tetapi potensi itu tidak hanya bisa, tinggal sebagai potensi, tetapi diperlukan usaha yang keras untuk mengimplementasikan potensi perikanan dan kelautan Indonesia bisa menarik minat pengusaha Indonesia maupun

asing untuk menginvestaasi dan membuka peluang usaha di kini (17) UU 17/2008 memberi kerangka hukum yang lebih baik bagi pemerintahan di laut, namun memerlukan perangkat PP untuk pelaksanaannya. Selanjutnya diperlukan reposisi kelembagaan agar implementasinya segera dapat diwujudkan. Jakarta, 30 Agustus 2008 Dr. Gunadi Sindhuwinata (ketua)