BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Perencanaan berfungsi sebagai alat koordinasi antar lembaga pemerintahan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melakukan upaya yang berfokus pada peran serta rakyat dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia (Badan Pusat Statistik, 2013). Walaupun Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran,

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB IV PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang maupun negara maju, meskipun telah terjadi perbaikan-perbaikan

KATA PENGANTAR. Surakarta, Desember KEPALA BAPPEDA KOTA SURAKARTA Selaku SEKRETARIS TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN KOTA SURAKARTA

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

S PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

LAMPIRAN DATA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Problema kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah. Sumber daya alam nantinya dapat digunakan sebagai pendukung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. selain persoalan kemiskinan. Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

METODOLOGI. 3. Cakupan Imunisasi Lengkap, Departemen Kesehatan RI Badan Pusat Statistik RI (BPS RI)

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil apabila

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi meningkat (Atmanti, 2010). perekonomian. Secara lebih jelas, pengertian Produk Domestik Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. berbasis lingkungan (Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, 2011). Menurut Depkes RI (2012) bahwa rumah sehat merupakan rumah yang

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

BAB V RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS APBD

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB IV. PENCAPAIAN MDG s DI INDONESIA Hasil Pencapaian Tujuan Pertama: Penanggulangan Kemiskinan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

II. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hilir tahun adalah Indragiri Hilir berjaya dan gemilang Pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah pembangunan Indonesia seutuhnya. Kemiskinan merupakan

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. orang lain, daerah yang satu dengan daerah yang lain, negara yang satu dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. bermutu secara adil dan merata, serta mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat


BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB I PENDAHULUAN. dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB I PENDAHULUAN. sama. Angka tersebut yang akan menjadi indikator penilaian derajat

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga investasi untuk

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menciptakan manusia Indonesia seutuhnya serta untuk membangun masyarakat Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur merupakan hakikat pembangunan nasional yang dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2000 tentang program pembangunan nasional yang didalamnya tercantum Visi Indonesia sehat 2015. Salah satu misi pembangunan kesehatan 2015 yaitu memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau (Depkes RI, 2008). Menurut Soleha (2009), Pembangunan di bidang kesehatan perlu dilaksanakan dan terus ditingkatkan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional, karena pada dasarnya pembangunan nasional di bidang kesehatan berkaitan erat dengan peningkatan mutu sumber daya manusia yang merupakan modal dasar dalam melaksanakan pembangunan. Salah satu indikator yang dapat menentukan keberhasilan pembangunan di sektor kesehatan masyarakat suatu bangsa dapat dilihat dari tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. Morbiditas (kesakitan), merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur derajat kesehatan penduduk selain mortalitas/angka kematian serta umur harapan hidup dari penduduk. Semakin tinggi angka morbiditas, berarti tingkat kesehatan penduduk semakin buruk. Sebaliknya semakin rendah angka morbiditas (kesakitan) menunjukkan tingkat kesehatan penduduk yang semakin baik. Semakin banyak penduduk yang mengalami keluhan kesehatan berarti

2 semakin rendah derajat kesehatan dari masyarakat bersangkutan. Adapun berbagai macam penyakit mengancam masyarakat yang timbul sebagai akibat lemahnya daya resistensi antara lain malaria, tuberkulosis, penyakit mata, kwasioskor, dan penyakit lainnya. Kondisi kesakitan menyebabkan usia harapan hidup penduduk pendek dan tingkat kematian penduduk juga tinggi. Angka Morbiditas merupakan angka yang menunjukan tingkat kesakitan akibat gangguan struktur maupun fungsi tubuh seseorang yang merupakan derajat sakit, cedera maupun gangguan pada populasi yang merupakan penyimpangan dari status sehat atau kesejahteraan suatu masyarakat. Angka Morbiditas merupakan indikator yang dapat dipergunakan untuk mengukur tingkat kesehatan masyarakat umum yang dilihat dari persentase penduduk dengan keluhan kesehatan yang mengindikasikan terkena suatu penyakit tertentu. Adapun keluhan kesehatan yang sering dialami penduduk antara lain panas, sakit kepala, batuk, pilek, diare, asma/sesak nafas, sakit gigi sedangkan bagi masyarakat yang menderita penyakit kronis dianggap memiliki keluhan kesehatan walaupun pada waktu survei (satu bulan terakhir) yang bersangkutan tidak kambuh penyakitnya. World Health Organisation (WHO) sudah menetapkan tiga ukuran utama dari angka morbiditas yakni jumlah orang sakit, lamanyanya sakit, perode sakit. Pada Tahun 2013 Angka Morbiditas di Provinsi Bali masih sangat tinggi, jauh diatas nasional yang sebesar 13,46 persen sedangkan Provinsi Bali sudah mencapai 20,43 persen, menduduki posisi ke 2 setelah Nusa Tenggara Timur. Hal ini dapat dilihat pada Grafik 1.1.

3 Grafik 1.1 Posisi Relatif Angka Morbiditas Nasional Tahun 2013 (%) Sumber : BPS Jakarta, 2015 (diolah). Posisi angka morbiditas Provinsi Bali jika dibandingkan dengan provinsi lain yang tinggi serta angka yang mengalami posisi nomor 2 tentunya sangat dipengaruhi oleh banyak hal mulai dari faktor kebiasaan masyarakat, faktor pendidikan dari kepala keluarga, faktor lingkungan, dan tingkat kemiskinan. Meningkatnya angka morbiditas juga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, kesehatan lingkungan yang pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum. Ruang lingkup lingkungan yang paling dekat dengan kegiatan manusia adalah rumah, dimana rumah sebagai tempat tinggal dan segala aktifitas manusia. Ketika masyarakat dalam kondisi kesehatan tidak fit dan sakit maka masyarakat tidak bisa menjalankan kehidupan dan bekerja, sehingga penurunan kemiskinan melambat.

4 Kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang sangat mendasar dan diperlukan langkah langkah yang sistematis, terpadu, menyeluruh dan terkoordinasi baik itu dari sektor pemerintah, masyarakat maupun swasta dalam menuntaskannya sehingga tujuan pembangunan nasional serta misi dari Indonesia dapat tercapai. Langkah langkah tersebut tertuang dalam Dokumen rencana pembangunan 5 (lima) tahun di Provinsi Bali yang selanjutnya ditetapkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Bali Tahun 2014-2018. Dokumen ini memuat program penanggulangan kemiskinan di Provinsi Bali dengan melibatkan berbagai bidang terkait dalam penanggulangan kemiskinan yang merupakan prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan khususnya di Provinsi Bali. Langkah-langkah yang diambil pemerintah pusat dalam penanggulangan kemiskinan secara nasional dituangkan dalam Strategi Penanggulangan Kemiskinan Nasional (SPKN), sedangkan di daerah khususnya Provinsi Bali dituangkan dalam Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Provinsi Bali. Strategi ini memuat empat kluster dengan program program penanggulangan kemiskinan yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat miskin. Persentase tingkat kemiskinan provinsi Bali pada Maret 2013 berada pada titik 4,49 persen, Posisi Bali berada dibawah rata-rata Nasional sebesar 11,66 persen, namun jika dibandingkan dengan target penurunan tingkat kemiskinan Provinsi Bali yang merupakan prioritas utama dalam RPJMD 2008-2013 sebesar 4,38 persen, maka penurunan persentase tingkat kemiskinan Provinsi Bali Tahun

5 2013 belum melampui target yang ditetapkan. Untuk lebih jelasnya tentang posisi tingkat kemiskinan Provinsi Bali dibandingkan dengan Provinsi lainnya di Indonesia dapat dilihat pada Grafik 1.2. Sumber : BPS Jakarta, 2015(diolah) Grafik 1.2. Posisi Relatif Tingkat Kemiskinan Nasional Tahun 2013( %) Dilihat dari tingkat kemiskinan, Pemerintah Provinsi Bali sudah mengeluarkan berbagai upaya untuk menuurunkannya, namun berbagai upaya tersebut ternyata belumlah optimal sehingga pada dua tahun terakhir tingkat kemiskinan di Provinsi Bali mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat pada Grafik 1.3.

6 Grafik 1.3 Perkembangan Tingkat Kemisknan Provinsi Bali Tahun 2002 2013 (%) Sumber : BPS Jakarta, 2015(diolah) Tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan dan rendahnya kesempatan memperoleh berbagai fasilitas kesejahteraan sosial akan mempersulit terpenuhinya berbagai keperluan pangan bergizi atau kemampuan untuk menghindar dari penyakit, sehingga tidak mengherankan apabila tingkat kematian bayi tinggi. Lingkungan merupakan tolak ukur mengenai derajat kesehatan masyarakat, sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat juga akan menentukan tinggi rendahnya derajat lingkungan. Hendrik L.Blum dalam Notoatmodjo (1997), mengungkapkan ada empat faktor yang mempengaruhi status derajat kesehatan masyarakat ataupun perorangan. Faktorfaktor tersebut antara lain, faktor lingkungan, perilaku, kesehatan, dan keturunan Faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat antara lain kualitas fisik air minum, akses terhadap sumber air minum berkualitas, akses pembuangan tinja layak sesuai MDGs, pelayanan pembuangan akhir tinja

7 dan kriteria rumah sehat. Dilihat dari posisi persentase rumah tangga dengan sanitasi layak pada tahun 2013, Provinsi Bali berada pada posisi kedua setelah DKI Jakarta yakni pada angka 85,21 persen dan berada diatas rata rata nasional 60.45 persen. Kondisi persentase rumah tangga dengan sanitasi layak menunjukan bahwa di Provinsi Bali pada Tahun 2013, rumah tangga di Provinsi Bali sebesar 85,21 persen telah menggunakan sanitasi yang layak dengan cakupan sanitasinya mulai dari penggunaan jamban serta jarak sumur dengan tempat pembuangan akhir tinja. Hal ini dapat dilihat pada Grafik 1.4. Dilihat dari posisi persentase rumah tangga dengan air minum layak pada tahun 2013, Provinsi Bali berada pada posisi keenam setelah Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Tenggara yakni pada angka 50.20 persen dan berada diatas rata rata nasional 40.82 persen. Posisi ini menggambarkan bahwa penduduk di Provinsi Bali telah menggunakan sumber air yang yang layak terlindung seperti sumur terlindung, ledeng meteran, ledeng eceran, pompa untuk keperluan air minumnya. Hal ini dapat dilihat pada Grafik 1.5. Perilaku masyarakat juga sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Perilaku manusia ini tidak terlepas dari kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, pendidikan, ekonomi dan hal hal lain yang melekat pada diri manusia, terutama faktor pendidikan kepala keluarga yang akan memberikan informasi kepada anggota keluarganya. Pada faktor ekonomi, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan Upah Minimum Kabupaten adalah faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan dan angka morbiditas. Menurunnya kondisi kesehatan masyarakat yang berlangsung terus menerus

8 dapat disebabkan oleh penurunan tingkat kemiskinan yang mengalami perlambatan, padahal jika dibandingkan dengan provinsi lain posisi tingkat kemiskinan di Provinsi Bali sangat rendah, bahkan termasuk nomor dua terendah di Indonesia. Grafik 1.4 Posisi Relatif Rumah Tangga Dengan Sanitasi Layak Tahun 2013 (%) Sumber : BPS Jakarta, 2015 (diolah). Grafik 1.5 Posisi Relatif Rumah Tangga Dengan Air Minum Layak Tahun 2013 (%) Sumber : BPS Jakarta, 2015 (diolah)

9 Provinsi Bali telah banyak mengelontorkan dana untuk peningkatan kesehatan masyarakat, bukan hanya bagi golongan masyarakat miskin melainkan bagi semua lapisan masyarakat. Kondisi meningkatnya angka morbiditas Provinsi Bali tentunya menjadi pertanyaan bagi banyak pihak karena sampai menempati posisi kedua tertinggi di Indonesia melebihi rata-rata angka morbiditas secara nasional. Dilihat dari tingkat kemiskinan, posisi persentase tingkat kemiskinan Provinsi Bali yang menempati posisi kedua di Indonesia. Kondisi lingkungan yang dilihat dari proporsi rumah tangga dengan sanitasi layak dan proporsi rumah tangga dengan air minum layak telah berada pada posisi melebihi rata rata nasional. Strata pendidikan yang dilihat dari angka melek huruf Provinsi Bali yang telah mencapai angka 91 persen yang berarti hampir 91 persen dari total jumlah penduduk di Provinsi Bali telah mengenal huruf. Dilihat dari rata-rata lama sekolah penduduk di Provinsi Bali hanya mencapai 8,58 tahun yang berarti penduduk di Provinsi Bali rata rata hanya berpendidikan dasar dan tidak tamat pendidikan menengah. Kondisi ini membuat para kepala keluarga tidak memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai kesehatan, dan lingkungan. Ditinjau dari faktor keturunan, derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh kondisi mulai ibu mengandung sampai membesarkan anak anaknya. Pada kondisi ini bisa dilihat dari kasus kematian ibu melahirkan dan kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan, karena apabila bayi telah mendapatkan asupan gizi yang baik dan cukup selama kehamilan serta tumbuh kembangnya maka angka kesakitan dapat ditekan.

10 Berdasarkan asumsi di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Peningkatan Angka Morbiditas di Provinsi Bali 1.2 Rumusan Masalah Dari penjelasan dan pemaparan di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut. 1) Bagaimanakah pengaruh lingkungan, pendidikan, dan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Bali? 2) Bagaimanakah pengaruh lingkungan, pendidikan dan ekonomi terhadap angka morbiditas di Provinsi Bali? 3) Apakah lingkungan, pendidikan dan ekonomi berpengaruh tidak langsung terhadap angka morbiditas melalui tingkat kemiskinan di Provinsi Bali? 4) Bagaimanakah pengaruh tingkat kemiskinan terhadap angka morbiditas di Provinsi Bali? 1.3 Tujuan penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Untuk menganalisis pengaruh lingkungan, pendidikan, dan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Bali. 2) Untuk menganalisis pengaruh lingkungan, pendidikan, dan ekonomi terhadap angka morbiditas di Provinsi Bali. 3) Untuk menganalisis pengaruh tidak langsung lingkungan, pendidikan, dan ekonomi terhadap angka morbiditas melalui tingkat kemiskinan di Provinsi Bali.

11 4) Untuk menganalisis pengaruh tingkat kemiskinan terhadap angka morbiditas di Provinsi Bali. 1.2 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang diajukan dalam penelitin ini, maka manfaat penelitian ini adalah. 1) Secara teoritis penelitian ini bermanfaat sebagai berikut. (1) Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terutama dalam bidang kesehatan dan kemiskinan, terutama pengaruh dari lingkungan, pendidikan dan ekonomi. (2) Digunakan sebagai bahan informasi dan kajian teoritis bagi pengembangan ilmu pendidikan, perencanaan dan pengendalian serta pengentasan kemiskinan terutama sebagai bahan acuan bagi pelaksanaan penelitian penelitian yang relevan dengan angka morbiditas, tingkat kemiskinan, lingkungan, pendidikan dan ekonomi. 2) Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi. (1) Pemangku kepentingan dalam menetapkan peraturan dan mengambil kebijakan untuk mempercepat pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat. (2) Memberikan masukan kepada pemerintah dalam hal ini Tim Koordinasi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Provinsi Bali dan kabupaten/kota se Bali tentang faktor faktor yang memberikan pengaruh terhadap tingkat kemiskinan terutama dalam bidang kesehatan sehingga

12 dapat memberikan apa program kegiatan serta regulasi yang harus digulirkan. (3) Memberikan gambaran kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga derajat kesehatan, mengenyam pendidikan, tidak malas bekerja, pentingnya menjaga kebersihan air minum.