KEBIJAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PROPINSI JAWA BARAT DALAM PROGRAM AUDIT MATERNAL PERINATAL DAN PERMASALAHANNYA *) dr. Henni Djuhaeni, MARS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

MANAJEMEN PELAYANAN MEDIK DI RUMAH SAKIT. Henni Djuhaeni

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PENGEMBANGAN PELAYANAN MEDIK DAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT *) dr. Henni D. Supriadi K, MARS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

KEBIJAKAN DEPARTEMEN KESEHATAN TENTANG PKMRS PADA PENYULUHAN KELOMPOU BAGI RS SWANTA SE JABAR BANDUNG, 5 JULI Dr. Henni Djuhaeni, MARS

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PENANGGULANGAN KEBUTAAN KATARA K TERPADU SEBAGAI UPAYA MENCAPAI "VISION 2020 THE RIGHT TO SIGHT " DI PROPINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA KOTA BANDA ACEH

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 5 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. prasarana UPT Kesmas Tegallalang I telah dilengkapi dengan Poskesdes, Pusling,

BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4 adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. kehamilan sebagai komplikasi persalinan atau nifas, dengan penyebab terkait atau

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

Kebijakan Pemerintah Dalam Bidang Pelayanan Medik. dr. Supriyantoro,Sp.P, MARS

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 142 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

Laporan Monev VIII Kualitatif MARIA AGNES E. D. DJEHA UNDANA 29 MEI 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

MAKALAH MANAJEMEN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT

Pendekatan Kebijakan di Hulu. Maria Agnes Etty Dedy Disajikan dalam Forum Nasional IV Kebijakan Kesehatan Indonesia Kupang, 4 September 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini dalam setiap menit setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

BAB I PENDAHULUAN. keadaan lingkungan tempat bidan bekerja (Soepardan & Hadi, 2008).

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 19 TAHUN 2002 SERI D NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 18 TAHUN 2002 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN WALIKOTA BANDA ACEH NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG

URAIAN TUGAS BERDASARKAN JABATAN. Kepala Puskesmas A. Tugas Pokok Mengusahakan agar fungsi puskesmas dapat diselenggarakan dengan baik.

GUBERNUR SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dilakukan di negara berkembang termasuk Indonesia. Hal

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan Luas Bangunan Rumah Sakit terdiri dari 2 Lantai Gedung, yaitu : Lantai Bawah : 5.721,71 m 2 Lantai Atas : 813,84 m 2

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

RENCANA STRATEGIS CARA MENCAPAI TUJUAN/SASARAN URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM KETERANGAN. 1 Pelayanan Kesehatan 1.

BAB II RUMAH SAKIT UMUM SITI HAJAR MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian Millenium Development Goals (MDGs). Dimana MDGs adalah. Millenium Summit NewYork, September 2000 (DKK Padang, 2012).

PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIREBON

BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terserang peyakit degenerative, Dinas Kesehatan kota Yogyakarta terus menerus

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: DELIFIANI HIDAYATI J

KERJASAMA DEPARTEMEN OBGIN UNHAS DENGAN RS DAERAH BOMBANA KABUPATEN BOMBANA

BUPATI PURWOREJO TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1987 Tentang : Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan Dalam Bidang Kesehatan Kepada Daerah

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB I PENDAHULUAN. yang khusus agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Karena itu kehamilan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal. Tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah Indonesia selalu mengupayakan peningkatan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU

2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan ( Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 100, Tambah Lembaran Negara Nomor 3445 );

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN PELAYANAN KESEHATAN GRATIS BAGI PASIEN TIDAK MAMPU PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG NOMOR 10 TAHUN 1999 SERI D NO. 7

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dalam meningkatkan derajat kesehatan masyara kat yang setinggitingginya.

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BULUNGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

Transkripsi:

KEBIJAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PROPINSI JAWA BARAT DALAM PROGRAM AUDIT MATERNAL PERINATAL DAN PERMASALAHANNYA *) dr. Henni Djuhaeni, MARS I. Pendahuluan Dewasa ini Pembangunan Kesehatan memasuki periode Pembangunan Jangka Panjang Kedua. Pada periode ini issue kematian ibu dan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia mendapat perhatian khusus. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia khususnya di Jawa Barat masih tinggi. Angka yang pasti saat ini di Jawa Barat belum diketahui, namun diperkirakan tidak jauh dari angka nasional, yaitu AKI 421 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 74 per 1.000 kelahiran hidup. Pada akhir PELITA VI diharapkan terdapat penurunan angka kematian ibu menjadi 225 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi menjadi 20 per 1.000 kelahiran hidup. Untuk itu telah dilakukan berbagai upaya, baik di tingkat pelayanan dasar maupun pelayanan rujukan di Propinsi Jawa Barat. Upaya-upaya tersebut berjalan serentak dan seiring berupa program integrasi Rumah Sakit dan Puskesmas, seperti Eliminasi Tetanus Neonatorum, Audit Maternal-Perinatal dan peningkatan mutu pelayanan Puskesmas dan Rumah Sakit, sehingga Hospital Without Wall dapat terwujud, dengan Rumah Sakit sebagai tempat rujukan dan pembina Puskesmas. Namun di dalam pelaksanaannya banyak ditemui kendala-kendala/ permasalahan yang harus menjadi pemikirian kita semua agar rumah sakit dapat berperan sebagai Pusat Rujukan di daerah. Sistem Rujukan itu sendiri seharusnya dapat berlangsung secara optimal, sehingga dampak upaya penurunan angka kematian ibu dan perinatal dapat segera dirasakan. *) Dibawakan pada : Temu Ke rj a dan Pemantapan Sistem Rujukan Melalui Medical Audit. Bandung, 27 Juni 1994.

II. Analisa Situasi Perumah-Sakitan Di Jawa Barat Dibandingkan dengan Propinsi lain, jumlah Rumah Sakit di Jawa B arat cu kup b an yak, se kalipun be lum memenuhi se mua kebutuhan masyarakat wilayah Jawa Barat. Untuk lebih jelasn ya jumlah Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta di Jawa Barat dapat dilihat seperti dalam tabel di bawah ini. Tabel 1. Jumlah Rumah Sakit Pemerintah Berdasarkan Kelas RS (Keadaan 15 Juni 1994) No. K e la s Jumlah Keterangan 1. A - 2. B - B Pendidikan - B Pemda 1 5 1 persetujuan MENPAN: RSU Samsudin, SH Sukabumi 3. C 1 1 persetujuan MENPAN: RSU Sekarwangi 4. D 5 5. RS Bersalin 1 Jumlah 30 Tabel 2. Jumlah Rumah Sakit Swasta dan BUMN Berdasarkan Status Perizinan (Keadaan 15 Juni 1994) No. K e l a s RSU RSB RSIA RSK Bedah RSK Ginjal 1. Izin mendirikan 9 1 2 2 1 2. Izin menyelengarakan sementara 3. Izin menyelenggarakan tetap 6 1 1 0 0 34 5 2 1 0 Keterangan 4. Tidak ada izin 1 0 0 0 0 Dalam proses Jumlah 50 7 5 3 1 Untuk merencanakan Program Pelayanan Kesehatan secara menyeluruh perlu diketahui juga jumlah Puskesmas. Jumlah seluruh Puskesmas di Jawa

Barat adalah 1.057 Puskesmas (keadaan Desember 1993), di antaranya 125 Puskesmas dengan Tempat Tidur (TT). Melihat data di atas, secara kuantitas jumlah Rumah Sakit dengan ratio Rumah Sakit : Puskesmas sebesar 1:10 cukup menggembirakan, namun secara kualitas ditinjau dari berbagai segi belum seperti yang diharapkan. Hal ini antara lain disebabkan karena : 1. Ketenagaan Di Jawa Barat, belum semua Rumah Sakit Umum Pemerintah dilengkapi dengan tenaga 4 dasar (Obgin, Anak, Bedah dan Penyakit Dalam), seperti halnya di : RSU Arjawinangun RSU Pelabuhan Ratu RSU Pandeglang RSU Ujungberung. Sebagian besar tenaga Rumah Sakit Swasta adalah : o Tenaga paruh waktu (medis, paramedis, non-medis) o Tenaga dokter tamu o Tenaga Pegawai Negeri Sipil yang diperbantukan Swasta (sebelum tahun 1990). 2. Geografis dan Distribusi Rumah Sakit Sebagian Puskesmas berada jauh dari Rumah Sakit sehingga diperlukan biaya yang cukup besar untuk mencapainya. Distribusi Rumah Sakit tidak merata di tiap daerah, baik untuk Rumah Sakit Pemerintah maupun Rumah Sakit Swasta. III. Program Integrasi Program Integrasi adalah program terpadu Puskesmas - Rumah Sakit dalam berbagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan indikator yang terukur seperti angka kematian ibu dan bayi yang rendah, status gizi yang baik dan lain-lain.

Walaupun kontribusi Rumah Sakit terhadap penurunan angka kematian ibu dan bayi seolah-seolah kecil, namun peranan Rumah Sakit dalam hal ini tidak dapat diabaikan begitu saja. Hal ini karena Rumah Sakit sebagai Pusat Rujukan di daerah serta keberadaan dokter ahli, khususnya dokter ahli Obstetri-Ginekologi dan dokter ahli Anak merupakan salah satu modal dasar berlangsungnya suatu Sistem Rujukan. Pada saat ini dana pemerintah sangat terbatas sehingga peran swasta termasuk penanaman modal asing lebih ditingkatkan. Namun demikian, dalam upaya sistem rujukan sementara ini baru melibatkan Rumah Sakit Pemerintah, baik secara nasional maupun di Jawa barat sendiri. Dalam upaya perbaikan sistem rujukan, mekanisme rujukan yang diharapkan dapat terlaksana adalah seperti pada bagan di halaman berikut. Program integrasi sebetulnya telah lama dilaksanakan di beberapa daerah, misalnya di Kotamadya Sukabumi, dengan adanya kunjungan rutin dokter ahli Obgin dan Anak ke wilayah Puskesmas, sekalipun belum terarah dan terkoordinasi dengan baik. Keadaan ini juga terdapat di daerah lain seperti Sumedang, Tangerang dan Serang. Di Jawa Barat, saat ini telah dilaksanakan upaya-upaya perbaikan dengan program dan koordinasi yang lebih terarah seperti pada berbagai progam di bawah ini: 1. Program peningkatan Sumber Daya Manusia dalam ilmu pengetahuan dan ketrampilan di bidang kesehatan, khususnya Kesejahteraan Ibu & Anak serta Keluarga Berencana. 2. Program Eliminasi Tetanus Neonatorum serta eradikasi polio yang dilaksanakan sejak tahun 1992. 3. Program Audit Maternal-Perinatal di 4 daerah, yaitu Kabupaten Tangerang, Lebak, Cianjur dan Cirebon.

MEKANISME RUJUKAN YANG DIHARAPKAN RSU KELAS B (RSHS) PUSAT RUJUKAN DI JABAR RSU KELAS B (PEMDA) DI 5 WILAYAH RSU KELAS C (PEMDA) PUSKESMAS PUSTU BIDAN DESA POSYANDU PERAWAT DESA - MASYARAKAT - DUKUN PARAJI : * TERLATIH * TIDAK TERLATIH IV. Kendala-Kendala/Permasalahan Seperti telah dikatakan terdahulu, sebetulnya program integrasi sudah berjalan cukup lama di beberapa daerah tertentu, bahkan bagi beberapa daerah yang tidak termasuk dalam daerah bantuan pusat. Namun dari 31 Rumah Sakit Pemerintah hanya ±40% yang telah melaksanakan program integrasi secara terarah dengan tolok ukur : ada perencanaan, ada kegiatan dan ada laporan, sedangkan hasilnya belum tampak jelas. Upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam memperbaiki Sistem Rujukan dengan kendala dana, yaitu dengan dikeluarkannya Instruksi Gubernur No. 21

Tahun 1993, tentang Pembebasan penderita dengan risiko tinggi, belum berjalan seperti yang diharapkan. Keadaan tersebut disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : 1. Sistem Rujukan yang belum lancar oleh karena : - Kendala jarak - Sosio-ekonomi masyarakat yang masih kurang - Tenaga yang masih kurang - Pengetahuan dan ketrampilan yang kurang - Informasi kepada masyarakat yang masih kurang - Prosedur yang berbelit-belit, belum efektif dan efisien - Sikap dan perilaku petugas yang belum mendukung - Sarana dan prasarana yang belum memadai - Dukungan Pemerintah Daerah belum optimal. 2. Kendala Dana - Adanya persepsi yang salah mengenai Rumah Sakit Swadana - Dana yang turun terkotak-kotak (fragmented) - Belum ada dana khusus untuk menanggulangi pembebasan biaya Rumah Sakit - Laporan jumlah dan jenis kasus pembebasan/pengurangan biaya Rumah Sakit belum tercantum dalam RL. 3. Kemampuan Rumah Sakit sebagai pembina Puskesmas Sebagai pembina Puskesmas, Rumah Sakit sesungguhnya masih mengalami kendala, khususnya dalam bidang rekam medik, yang antara lain disebabkan oleh karena : - Tenaga profesional rekam medik masih jarang - Kualitas tenaga yang ada belum seperti yang diharapkan (pengetahuan dan ketrampilan kurang) - Metoda kerja belum efektif dan efisien - Belum semua status terisi dengan lengkap dan benar

- Pengertian suatu Rumah Sakit sebagai suatu sistem belum dihayati oleh semua petugas - Sikap dan perilaku petugas 4. Koordinasi dengan Dinas Kesehatan masih kurang Berbagai upaya telah dilakukan baik tingkat pusat maupun di tingkat Propinsi, antara lain dengan diadakannya temu kerja ini, dengan harapan akan menghasilkan upaya-upaya untuk mengantisipasi kendala yang ada dan peningkatan mutu pelayanan khususnya pelayanan kesehatan ibu dan anak. V. Kebijaksanaan Propinsi Jawa Barat Pada umumnya kebijaksanaan di Propinsi Jawa Barat mengacu pada kebijaksanaan pusat, dengan beberapa penyesuaian mengingat situasi dan kondisi daerah serta Rumah Sakit yang bersangkutan. Kebijaksanaan itu antara lain : 1. Prioritas penempatan dokter spesialis 4 (empat) dasar, khususnya untuk Obgin dan Anak di Rumah Sakit yang belum ada tenaga tersebut. 2. Penempatan tenaga dokter PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis Kebidanan dan Anak) di Rumah Sakit Rumah Sakit yang termasuk daerah dengan AKI dan AKB yang tinggi atau di daerah yang belum ada tenaga ahlinya 3. Pelatihan gawat darurat obstetri bagi dokter-dokter Unit Gawat Darurat. 4. Seluruh Rumah Sakit Pemerintah diharuskan melaksanakan program integrasi. Target Pemerintah pada Pelita VI, 75% Puskesmas dibina oleh Rumah Sakit dengan masing-masing Rumah Sakit minimal membina 10 (sepuluh) Puskesmas. Namun karena keterbatasan dalam berbagai hal, maka untuk Jawa Barat hanya ditargetkan 20% dari seluruh (1.057) Puskesmas yang ada yaitu ±210 Puskesmas, sehingga tiap Rumah Sakit Peemerintah diharapkan dapat membina 7 Puskesmas.

5. Dalam anggaran tahun 1994/1995 telah diusulan biaya perjalanan dokter ahli Obgin dan Anak bagi seluruh Rumah Sakit, namun yang dapat persetujuan dan tercantum dalam daftar isian proyek adalah wilayah Banten (3 Rumah Sakit). 6. Penyebaran informasi audit Maternal-Perinatal bagi direktur Rumah Sakit dan stafnya. 7. Adanya pelatihan Medical Audit bagi petugas Rumah Sakit.. Melaksanakan Instruksi Gubernur sambil mencari sumber dana lain untuk menanggulanginya. VI. Kesimpulan Pelaksanaan Sistem Rujukan dengan integrasi Rumah Sakit-Puskesmas, khususnya dalam Program Audit Maternal Perinatal dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi masih mengalami beberapa hambatan. Namun dengan berbagai upaya lintas program maupun lintas sektoral diharapkan akan dapat memperbaiki keadaan.