ANALISIS STRESS CORROSION CRACKING (SCC) TEMBAGA DENGAN VARIASI PEMBEBANAN PADA MEDIA KOROSI AIR

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS STRESS CORROSION CRACKING AISI C20500 DENGAN VARIASI PEMBEBANAN PADA MEDIA KOROSI AIR

ANALISIS RETAKAN KOROSI TEGANGAN PADA ALUMINIUM DENGAN VARIASI PEMBEBANAN DALAM MEDIA KOROSI HCL 1M

ANALISIS STRESS CORROSION CRACKING LOGAM TEMBAGA DENGAN METODE U-BEND PADA MEDIA KOROSI NH4OH 1M

ANALISIS STRESS CORROSION CRACKING AUSTENITIC STAINLESS STEEL (AISI 304) DENGAN METODE U-BEND PADA MEDIA KOROSIF HCL 1M

UNIVERSITAS DIPONEGORO ANALISIS STRESS CORROSION CRACKING STAINLESS STEEL AISI 430 DENGAN VARIASI PEMBEBANAN PADA MEDIA KOROSI HCL 0,8 M

ANALISIS STRESS CORROSION CRACKING AISI 430 DENGAN VARIASI PEMBEBANAN PADA MEDIA KOROSI HCL 0,8 M

ANALISIS STRESS CORROSION CRACKING LOGAM KUNINGAN DENGAN METODE U-BEND PADA MEDIA KOROSI SODIUM NITRAT 1M DAN MATTSSON PH=7,2

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

BAB III METODE PENELITIAN

Available online at Website

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

BAB I PENDAHULUAN. alam dan juga sifat-sifat yang dimiliki oleh tembaga. Tembaga memiliki

PENGARUH WAKTU DAN JARAK TITIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP KEKUATAN GESER HASIL SAMBUNGAN LAS

KARAKTERISASI BAJA ARMOUR HASIL PROSES QUENCHING DAN TEMPERING

ANALISIS KOROSI DAN EROSI DI DALAM PIPA PDAM SEMARANG

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak. Abstract

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak

ANALISIS KEGAGALAN AKIBAT KOROSI DAN KERETAKAN PADA PIPA ALIRAN GAS ALAM DI NEB#12 PETROCHINA INTERNATIONAL JABUNG LTD

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

PENGARUH PENAMBAHAN NIKEL TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BESI TUANG NODULAR 50

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

BAB IV HASIL DAN ANALISA. pengujian komposisi material piston bekas disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Uji Komposisi Material Piston Bekas

Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 4, No. 4, Tahun 2015 Online:

PENGARUH WAKTU PENGELASAN GMAW TERHADAP SIFAT FISIK MEKANIK SAMBUNGAN LAS LOGAM TAK SEJENIS ANTARA ALUMINIUM DAN BAJA KARBON RENDAH

ANALISIS KEGAGALAN PISTON SEPEDA MOTOR BENSIN 110 cc

PENGARUH TEGANGAN DALAM (INTERNAL STRESS) TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAUT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam, khusunya di dunia body automobiles.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sifat kimia pada baja karbon rendah yang dilapisi dengan metode Hot Dip

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

PENGARUH TEGANGAN DAN KONSENTRASI NaCl TERHADAP KOROSI RETAK TEGANG PADA BAJA DARI SPONS BIJIH LATERIT SKRIPSI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2013, dilaksanakan di

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISA PENGARUH SOLUTION TREATMENT PADA MATERIAL ALUMUNIUM TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

PENGARUH KUAT ARUS PADA PROSES ANODIZING TERHADAP KARAKTERISTIK VELG MOBIL MERK BSA

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

PENGARUH PUTARAN TERHADAP LAJU KEAUSAN Al-Si ALLOY MENGGUNAKAN METODE PIN ON DISK TEST

RISK ASSESSMENT OF SUBSEA GAS PIPELINE PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk.

Karakterisasi Material Sprocket

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian struktur mikro dilakukan untuk mengetahui isi unsur kandungan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310 S. Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia

PENGARUH TEKANAN INJEKSI PADA PENGECORAN CETAK TEKANAN TINGGI TERHADAP KEKERASAN MATERIAL ADC 12

PENGARUH PERLAKUAN PANAS T6 TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS MATERIAL MODEL PROPELLER SHAFT BERBAHAN DASAR ALUMINIUM SERI 6063 HASIL PENGECORAN HPDC

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA

DAFTAR ISI Error! Bookmark not defined.

PENGARUH PREHEAT TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIK LAS LOGAM TAK SEJENIS BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK AISI 304 DAN BAJA KARBON A36

STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

STUDI BAHAN ALUMUNIUM VELG MERK SPRINT DENGAN METODE TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

VARIASI WAKTU HARD CHROMIUM PLATING TERHADAP KARAKTERISTIK STRUKTUR MIKRO, NILAI KEKERASAN DAN LAJU KOROSI BAJA KARBON RENDAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Final Project Draft by Asep Asikin 1 TUGAS SARJANA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PEMBENTUKAN KERAK DI DALAM PIPA PDAM SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM

PENGECORAN SUDU TURBIN AIR AKSIAL KAPASITAS DAYA 102 kw DENGAN BAHAN PADUAN TEMBAGA ALLOY 8A

ANALISIS LAJU KOROSI PADA BAJA KARBON DENGAN MENGGUNAKAN AIR LAUT DAN H 2 SO 4

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen,

KINERJA INHIBITOR Na 2 CrO 4 DALAM LARUTAN Nacl UNTUK MELINDUNGI BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK TERSENSITISASI DARI SERANGAN SCC Ishak `*) ABSTRAK

PENGARUH VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES NORMALIZING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S PADA PRESSURE VESSEL

PENGAMATAN MODEL KOROSI PADA PIPA SEA WATER SYSTEM KAPAL DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN FLUIDA AIR LAUT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

BAB III METODE PENELITIAN

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 TUGAS AKHIR TM091486

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

KARAKTERISASI SIFAT FISIS DAN MEKANIS SAMBUNGAN LAS SMAW BAJA A-287 SEBELUM DAN SESUDAH PWHT

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADUAN Co-Cr-Mo-C-N PADA PERLAKUAN AGING

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

STUDI IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING PADA PROSES QUENCHING TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA AISI 4140

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbaikan Sifat Mekanik Paduan Aluminium (A356.0) dengan Menambahkan TiC

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISA LANJUT PERUBAHAN SIFAT MEKANIK BAHAN PEWTER DENGAN REDUKSI 50% PADA PROSES PENGEROLAN BAHAN

Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri ke-20 BAHAN TEKNIK MEKANIKA BAHAN

ANALISA KEKUATAN BAHAN STEEL 304 TERHADAP KEKUATAN IMPAK BENDA JATUH BEBAS ABSTRAK

III. METODOLOGI. ini dibentuk menjadi spesimen kekerasan, spesimen uji tarik dan struktur mikro.

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Pemilihan tempat penyinaran. Mempersiapkan spesimen. Penyinaran spesimen. Pencatatan data untuk parameter lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN DAN WAKTU PELAPISAN NIKEL PADA ALUMINIUM TERHADAP KEKERASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penyambungan Aluminium 6061 T6 dengan Metode CDFW. Gambar 4.1 Hasil Sambungan

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

Transkripsi:

ANALISIS STRESS CORROSION CRACKING (SCC) TEMBAGA DENGAN VARIASI PEMBEBANAN PADA MEDIA KOROSI AIR *Erizal Andi Setyarso, Athanasius Priharyoto Bayuseno 2 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro 2 Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp. +62247460059 *E-mail: rizalandy5@gmail.com Abstrak Pengujian Stress Corrosion Cracking (SCC) dilakukan untuk mengetahui korosi retak tegang pada logam akibat gabungan antara tegangan tarik statik dengan lingkungan korosif. Pada pengujian ini menggunakan benda uji tembaga. Didalam pengujian SCC ini dilakukan dengan menciptakan suatu kondisi spesimen agar mendapatkan tegangan tarik pada lingkungan yang korosif. Tegangan yang diberikan berupa tegangan tarik yang berasal dari pembebanan statik pada sistem pengungkit dengan variasi pembebanan 5 kg, 20 kg, dan 25 kg. Sebagai media korosif menggunakan air tawar dengan ph 7,0. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa kegagalan material lebih disebabkan oleh pengaruh media korosif, hal ini ditunjukkan bahwa tegangan yang bekerja masih dibawah tegangan luluh material. Semakin besar tegangan, maka terjadinya Stress Corrosion Cracking semakin cepat. Kekerasan uji menurun seiring dengan lamanya benda uji terendam dalam media korosif. Jenis retak yang terjadi pada tembaga adalah retak intergranular. Kata kunci: Jenis spesimen uji, Lingkungan korosif, Stress Corrosion Cracking, Variasi pembebanan Abstract Stress Corrosion Cracking (SCC) testing was performed to determine stress corrosion cracking of metal as a result of combination between static tensile stress and corrosive environment.the material used for the experiment is copper. SCC test was done by creating a condition of the specimen under tension in order to get stress on the corrosive environment. The stress given is a tensile stress that comes from the static loading on the lever system with 3 variation of loading : 20 kg, 25 kg, and 30 kg. In this observation use fresh water with 7.0 ph. The observations show that the failure is caused by the effect of corrosive media, it is pointed out that the working stress is below the yield stress of the material. The greater the stress, the faster occurrence of stress corrosion cracking. The value declines with the time length of the test specimen submerged in the corrosive media. Types of cracks that occur in material is intergranular cracking. Keywords: Corrosive environment, Stress Corrosion Cracking, Type of the test specimen, Variation of loading. Pendahuluan Tembaga merupakan salah satu logam yang paling banyak di manfaatkan oleh manusia selain karena kelimpahannya yang sangat besar di alam dan juga sifat-sifat yang dimiliki oleh tembaga. Tembaga memiliki kondukvitas thermal dan elektrik yang baik, relatif lunak, mudah di tempa, memberikan kilau yang indah bila digosok dan mempunyai laju korosi yang lambat []. Stress Corrosion Cracking atau Korosi Retak Tegang merupakan merupakan kegagalan intergranular pada kuningan akibat kegiatan gabungan antara tegangan tarik statik dengan lingkungan khusus.bentuk korosi ini sangat lazim dijumpai lingkungan industri.scc terjadi karena adanya tiga kondisi yang saling berkaitan, yaitu adanya tegangan tarik, lingkungan yang korosif, dan sifat sensitive material [2]. Pengujian SCC sudah pernah dilakukan, yaitu oleh Putrandono [3]. Pengujian tersebut menggunakan spesimen kuningan dan media korosi air. Dari hasil pengujian diperoleh laju korosi dan weight loss yang besar. Waktu yang dibutuhkan spesimen sampai mengalami kegagalan juga singkat. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini akan dibandingkan dengan menggunakan spesimen tembaga dan media korosi air [4]. Pengujian ini perlu dilakukan karena SCC tidak dapat diduga datangnya dan dapat menyebabkan pengurangan dimensi dan kekuatan, meskipun penelitian intensif telah di lakukan tetapi kita baru sampai pada pemahaman tentang proses proses yang terlibat. Sementara usaha usaha pengendalianya sampai sekarang masih sering gagal.sehingga sering kali bahan yang di pilih karena ketahananya terhadap korosi ternyata gagal terhadap tegangan yang jauh di bawah tegangan maksimum [5]. JTM (S-) Vol. 2, No. 4, Oktober 204:463-469 463

Tujuan dari penelitian pengujian SCC (Stress Corrosion Cracking) pada tembaga adalah menganalisis pengaruh variasi pembebanan terhadap SCC tembaga dan mengetahui pengaruh media korosi terhadap pertambahan panjang, lamanya waktu patah serta jenis retak yang terjadi pada benda uji tembaga. 2. Bahan dan Metode Penelitian Alat uji stress corrosion crackng ditujukan untuk menguji specimen uji berbentuk plat dengan dimensi panjang 200 mm dan tebal 0,40 mm. Sistem yang bekerja pada alat uji ini adalah sistem pengungkit yang dilengkapi dengan komponen pendukung yaitu bak penampung yang berfungsi menampung larutan korosif.prinsip kerja alat uji ini adalah untuk menciptakan suatu kondisi spesimen agar mendapatkan tegangan pada lingkungan yang korosif. Tegangan yang diberikan berupa tegangan tarik yang berasal dari pembebanan statik pada sistem pengungkit. Spesimen uji bisa dilihat seperti pada Gambar. Gambar. Spesimen uji SCC 2. Perlindungan korosi dan Media korosi Alat Uji Pemberian perlindungan pada pengait spesimen uji bertujuan supaya pada waktu pengujian pengait spesimen uji tersebut tidak ikut terkena korosi.perlindungan yang dilakukan adalah dengan memberikan lem kaca pada pengait spesimen uji tersebut pada saat benda uji sudah diletakan. Media korosi yang digunakan pada pengujian Stress Corrosion Cracking adalah air dan dibutuhkan sebanyak 3 Liter agar bak penampung terisi dengan penuh pada batas atas pengait spesimen. 2.2 Pengujian Pengujian Stress Corrosion Cracking pada material tembaga betujuan untuk menciptakan perlakuan khusus pada spesimen uji untuk menerima tegangan tertentu pada lingkungan yang bersifat korosi. Skema pengujian bisa dilihat pada Gambar 2. Langkah-langkah pengujian yang dilakukan secara umum adalah sebagai berikut: Pengait spesimen atas Batas atas zat korosi Zat korosi Spesimen uji Gambar 2. Skema pengujian SCC Pengait spesimen bawah a. Memasang spesimen uji pada pengait dan melakukan setting dengan panskrup untuk selanjutnya melakukan pembebanan. b. Melapisi pengait bagian atas maupun bawah dengan lem supaya tidak rusak karena zat korosif. c. Menuangkan media korosi pada bak penampung sampai pada batas atas, agar spesimen uji tercelup semua. d. Memasang beban yang telah ditentukan yaitu 5 kg, 20 kg, dan 25 kg untuk menghasilkan nilai tegangan.. e. Mengukur pertambahan panjang spesimen uji dengan jangka sorong pada waktu yang telah ditentukan, yaitu 6 jam sekali. Teknik pengukuranya yaitu dengan memberikan garis pada bagian terluar gauge lenght, garis tersebut digunakan sebagai titik acuan pengukuran f. Mengulangi langkah ke lima sebanyak 5 kali untuk setiap kali pengujian. 2.3 Pengujian Komposisi Kimia Pada Benda Uji Pengujian komposisi dilakukan di Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro. Data hasil pengujian tersebut akan kami gunakan untuk menganalisis beberapa faktor terjadinya fenomena yang terdapat di dalam proses JTM (S-) Vol. 2, No. 4, Oktober 204:463-469 464

terjadinya erosi korosi. Dari pengujian komposisi maka dapat diketahui komposisi kimia yang terkandung didalam material tembaga. 2.4 Metalografi Dengan metalografi maka dapat diketahui bentuk struktur mikro dan dapat dilakukan pengamatan jenis retakan yang terjadi pada spesimen uji. Metalografi dilakukan pada pembesaran 200X 2.5 Pengujian Kekerasan Material uji yang telah di mikrogarafi selanjutnya digunakan untuk pengujian kekerasan, pada saat diuji material uji di polis kembali setelah itu di etsa.pengujian kekerasan menggunakan metode mikro hardness vikers (Gambar 3), pengujian dilakukan di Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro. Gambar 3. Micro Hardness Vickers 3. Hasil dan Pembahasan 3. Karakteristik Material Uji Dalam penelitian Stress Corrosion Cracking ini bahan yang digunakan sebagai material uji adalah tembaga. Material ini dipilih karena banyak di aplikasikan baik dilingkungan industri maupun kontruksi dan dianggap material yang cukup tahan terhadap serangan korosi. Komposisi kimia dan sifat-sifat mekanik dari material AISI C20500 bisa dilihat pada Tabel. Tabel. Komposisi Kimia Tembaga Unsur % Cu 99,2 Zn 0,56 Pb <0,000 Sn 0,58 Mn <0,0020 Fe <0,0050 Ni 0,0558 Si 0,033 Mg <0,0050 Cr 0,062 Al <0,0050 As 0,3 Be <0,0020 Ag 0,0078 Co 0,0529 Bi 0,044 Cd 0,093 Zr 0,0040 3.2 Konversi nilai beban ke tegangan tiap specimen alat uji SCC Perhitungan konversi nilai beban ke nilai tegangan yang diterima oleh setiap specimen, dapat dilihat pada Tabel 2. JTM (S-) Vol. 2, No. 4, Oktober 204:463-469 465

Tabel 2. Konversi massa ke newton F (Kg) F2 (N) 5 879,52 N 20 02,69 N 25 347,94 N 3.3 Pengujian Benda Uji Media Korosi Air Data waktu dan pertambahan panjang spesimen tembaga pada media korosi air dengan tegangan 46,58 Mpa adalah lihat (Tabel 3) Tabel 3. Data pada tegangan 46,58 MPa Tegangan (Mpa) Waktu (hari) Pertambahan Panjang (mm) 83,78 200,45 83,78 2 200,85 83,78 3 20,20 83,78 4 20,60 83,78 5 202,5 83,78 6 202,50 83,78 7 202,95 83,78 8 202,40 83,78 9 203,65 83,78 0 203,90 83,78 204,45 83,78 2 205,05 83,78 3 205,55 83,78 4 205,95 83,78 5 206,35 83,78 6 206,80 83,78 7 207,25 (PATAH) Data waktu dan pertambahan panjang spesimen tembaga pada media korosi air dengan tegangan 83,78 Mpa adalah lihat (Tabel 4) Tabel 4. Data pada tegangan 83,78 Mpa Tegangan (Mpa) Waktu (hari) Pertambahan Panjang (mm) 224,66 200,60 224,66 2 20,00 224,66 3 20,55 224,66 4 202,05 224,66 5 202,60 224,66 6 203,5 224,66 7 203,60 224,66 8 204,0 224,66 9 204,55 224,66 0 204,95 224,66 205,35 224,66 2 205,85 (PATAH) Data waktu dan pertambahan panjang spesimen tembaga pada media korosi air dengan tegangan 224,66 MPa adalah lihat (Tabel 5) JTM (S-) Vol. 2, No. 4, Oktober 204:463-469 466

Tabel 5. Data pada tegangan 224,66 Mpa Tegangan Waktu Pertambahan Panjang (Mpa) (hari) (mm) 224,66 200,60 224,66 2 20,00 224,66 3 20,55 224,66 4 202,05 224,66 5 202,60 224,66 6 203,5 224,66 7 203,60 224,66 8 204,0 224,66 9 204,55 224,66 0 204,95 224,66 205,35 224,66 2 205,85 (PATAH) 3.3 Pengujian kekerasan specimen tembaga Dari hasil pengujian kekerasan didapatkan nilai kekerasan rata-rata benda uji tanpa perlakuan sebesar 90,2 VHN, dan hasil pengujian untuk benda uji yang mengalami pembebanan 5 kg sebesar 3,6 VHN pembebanan 20 kg sebesar 03,7 VHN pembebanan 25 kg sebesar 95,9 VHN. Maka dapat disimpulkan nilai kekerasan yang paling tinggi adalah benda uji yang mengalami pembebanan 5 kg, 20 kg, dan 25 kg. Data uji kekerasan bisa dilihat pada Tabel 6 Tabel 6. Nilai kekerasan mikro Vickers benda uji pada berbagai pembebanan No Benda Uji d(µm) d2 (µm) Kekerasan (VHN) 89,2 89,4 6,3 2 5 Kg 90,28 89,0 5,4 3 9,8 9,78 6,3 4 97,06 9,57 03,6 5 20 Kg 99,23 89,7 0,3 6 00,86 89,94 0,9 7 98,29 92,95 0,4 8 25 Kg 80,89 77.,40 08,0 9 9,49 94,33 94,33 Grafik data hasil pengujian SCC untuk spesimen tembaga dengan variasi tegangan 46,58 MPa, 83,78 Mpa, 224,66 MPa adalah sebagai berikut lihat (Gambar 4) Gambar 4. Grafik pertambahan panjang 3.4 Metalografi Gambar 5 di bawah ini merupakan hasil mikrografi sebelum pengujian yang dilakukan dengan menggunakan mikroskop optik dengan pembesaran strip yang nilainya sama dengan 0 mikron. JTM (S-) Vol. 2, No. 4, Oktober 204:463-469 467

Gambar 5. Bentuk struktur mikro benda uji sebelum pengujian Stress Corrosion Cracking Gambar 6 di bawah ini merupakan hasil mikrografi yang dilakukan dengan pembebanan 25kg dengan pembesaran strip yang nilainya sama dengan 0 mikron \ Gambar 6. Bentuk struktur mikro benda uji setelah pengujian Stress Corrosion Cracking beban 25 kg Gambar 7 di bawah ini merupakan hasil mikrografi yang dilakukan dengan pembebanan 20 kg dengan pembesaran strip yang nilainya sama dengan 0 mikron Gambar 7. Bentuk struktur mikro benda uji setelah pengujian Stress Corrosion Cracking beban 20 kg Gambar 8 di bawah ini merupakan hasil mikrografi yang dilakukan dengan pembebanan 5 kg dengan pembesaran strip yang nilainya sama dengan 0 mikron Gambar 8. Bentuk struktur mikro benda uji setelah pengujian Stress Corrosion Cracking beban 5 kg JTM (S-) Vol. 2, No. 4, Oktober 204:463-469 468

4. Kesimpulan Fenomena terjadinya Stress Corrosion Cracking tembaga dipengaruhi beberapa faktor yaitu tegangan tarik, lingkungan korosi, dan sifat sensitif material.dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa kegagalan disebabkan karena pengaruh media korosif, hal ini ditunjukkan bahwa tegangan yang bekerja masih dibawah tegangan luluh material.semakin besar tegangan, maka terjadinya Stress Corrosion Cracking semakin cepat. Kekerasan uji menurun seiring dengan lamanya benda uji terendam dalam media korosif. Jenis retak yang terjadi pada tembaga adalah retak intergranular 5. Daftar Pustaka [] Han, S., Martenak, D. J., Palermo, R. E., Pearson, J. A. and Walsh, D. E. 994. Direct partial oxidation of methan over ZSM-5 catalyst: metals effects on higher hydrocarbon formation. Journal of Catalysis. 48: 34-37. [2] Siracusa, V., Rocculi, P., Romani, S., Rosa, M.D., 2008, Biodegradable Polymers for Food Packaging: a Review, Trends in Food Science & Technology, 9: 634-643. [3] Putrandono, F.,204,Laporan Tugas Akhir Analisis Stress Corrosion Cracking Kuningan dengan variasi pembebanan pada media korosi air, Semarang. [4] ASM international, 990, Welding Brazing and soldering Vol 6, United States of America. [5] ASM international, 987, metal handbook ninth edition Vol 3 corrosion, metal park, Ohio. JTM (S-) Vol. 2, No. 4, Oktober 204:463-469 469