PENGARUH KONSELING OBAT DALAM HOME CARE TERHADAP KEPATUHAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI HIPERTENSI

dokumen-dokumen yang mirip
AKSEPTABILITAS PELAYANAN RESIDENSIAL KEFARMASIAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II TANPA KOMPLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang panjang. Efek

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberikan pretest (sebelum perlakuan) dan. penelitian kuasi eksperimental dengan metode non-randomized

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENERAPAN PELAYANAN KEFARMASIAN RESIDENSIAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI KOTA CILACAP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di

PELAYANAN INFORMASI OBAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN GERIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 1999). Berdasarkan data dari WHO

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. naiknya kadar glukosa darah karena ketidakmampuan tubuh untuk. memproduksi insulin (IDF, 2015). DM adalah suatu penyakit yang

HUBUNGAN KARAKTERISKTIK PASIEN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI TERAPI DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS TEMBUKU 1 KABUPATEN BANGLI BALI 2015

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. insulin secara relatif maupun absolut (Hadisaputro & Setyawan, 2007).

STUDI SISTEM PELAYANAN PENGOBATAN PT. ASKES (PERSERO) CABANG DENPASAR BERDASARKAN ATURAN PERUNDANGAN ABSTRAK

BAB II METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

EVALUASI PENGARUH PEMBERIAN INFORMASI OBAT OLEH APOTEKER TERHADAP KEPATUHAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 RAWAT JALAN DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

NI LUH PUTU DIAN WULANDARI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. juga berpengaruh terhadap keadaan sosioekonomi meskipun berbagai upaya. penyakit ini (Price & Wilson, 2006; Depkes RI 2006).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi energi yang dibutuhkan oleh otot dan jaringan. Orang yang menderita DM

PERANAN APOTEKER DALAM PEMBERIAN INFORMASI OBAT DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI ANDI SULTHAN DAENG RADJA KABUPATEN BULUKUMBA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIDIABETES PADA RESEP PASIEN DI APOTEK RAHMAT BANJARMASIN

Kata kunci: diabetes melitus tipe 2, kepatuhan, home care service

Pengaruh Pemberian Informasi Obat...(Stefy Muliyani Muljabar, dkk) 143

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Saftia Aryzki* dan Alfian R. Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin Jl. Flamboyan III/7B Kayu Tangi Banjarmasin 70123

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Konseling Farmasis terhadap Kepatuhan dan Kontrol Hipertensi Pasien Prolanis di Klinik Mitra Husada Kendal

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

rumah sakit. Selain hal tersebut, pasien juga dapat mengalami resistensi terhadap obat tertentu (Hayers dkk., 2009). Seperti halnya diagnosa suatu

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah medication error tidak dapat dipisahkan dengan Drug

PENGARUH KONSELING APOTEKER DENGAN ALAT BANTU PADA PASIEN DIABETES MELITUS

Hasil Guna Edukasi Diabetes Menggunakan Telemedicine terhadap Kepatuhan Minum Obat Diabetisi Tipe 2

BAB I PENDAHULUAN. pasien, melalui pencapaian hasil terapi yang optimal terkait dengan obat. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. Farmasi Klinik mulai muncul pada tahun 1960-an di Amerika, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan

PERBANDINGAN PENGARUH EDUKASI MELALUI LAYANAN PESAN SINGKAT DAN BOOKLET TERHADAP KEPATUHAN PASIEN DIABETES MELITUS

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

Efektifitas Edukasi Diabetes dalam Meningkatkan Kepatuhan Pengaturan Diet pada Diabetes Melitus Tipe 2

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN HIPERTENSI DI RSUD PENAJAM PASER UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INTISARI STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN INFORMASI OBAT ANTIHIPERTENSI KEPADA PASIEN DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

POLA PERESEPAN DAN RASIONALITAS PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

INTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA RESEP PASIEN UMUM DI UNIT RAWAT JALAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. H.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

PENGARUH PENGGUNAAN TELEMEDICINE (APLIKASI PESAN BERBASIS INTERNET) TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Keberhasilan pembangunan adalah cita-cita suatu bangsa yang terlihat

BAB II. METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. I. Data Demografi 1. Nama : 2. Umur dan tanggal lahir : 3. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

PENGARUH PELAKSANAAN FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA TERHADAP TERAPI DIET DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

KEPUASAN PASIEN DIABETES MELITUS RUJUK BALIK PESERTA BPJS KESEHATAN TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI KLINIK DAN APOTEK KOTA YOGYAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. vitamin ataupun herbal yang digunakan oleh pasien. 1. Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

Transkripsi:

PENGARUH KONSELING OBAT DALAM HOME CARE TERHADAP KEPATUHAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI HIPERTENSI Suryani, N.M 1, Wirasuta, I.M.A.G 1, Susanti, N.M.P 1 1 Jurusan Farmasi - Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam - Universitas Udayana Korespondensi: Suryani, N.M Jurusan Farmasi - Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam - Universitas Udayana Jalan Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364 Telp/Fax: 0361-703837 Email : suryani_granger@ymail.com ABSTRAK Diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi hipertensi merupakan penyakit degeneratif dengan pengobatan jangka panjang yang memerlukan pelayanan kefarmasian home care untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan konseling obat dalam home care terhadap kepatuhan pasien dalam penggunaan obat. Diperoleh 16 pasien (15,53%) DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi di unit rawat jalan RSUD Wangaya selama bulan November-Desember 2012 yang bersedia mengikuti home care. Pasien kemudian diberikan konseling obat melalui kunjungan home care selama 24 kali kunjungan. Evaluasi kepatuhan pasien terhadap pengobatan dilakukan dengan pengisian kuesioner sebelum menerima konseling (pretest) dan setelah menerima konseling (posttest). Hasil kuesioner dianalisis menggunakan uji Wilcoxon dengan taraf kepercayaan 95%. Sebelum dilakukan konseling skor rata-rata pasien adalah sebesar 3,48 + 0,16. Sedangkan setelah dilakukan pelaksanaan konseling dalam home care skor rata-rata pasien sebesar 3,98 + 0,58. Terjadi peningkatan skor kepatuhan pasien yaitu sebesar 0,5 + 0,15. Terdapat perbedaan yang bermakna antara kepatuhan pasien dalam penggunaan obat sebelum dan setelah pelaksanaan konseling dalam home care dengan nilai signifikansi 0,000 (p <0,05). Dengan demikian, pelaksanaan konseling dalam home care berpengaruh terhadap peningkatan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat. Kata kunci : home care, konseling, kepatuhan penggunaan obat, diabetes melitus tipe 2, komplikasi hipertensi. 1. PENDAHULUAN Pada saat ini paradigma pelayanan kefarmasian telah meluas dari pelayanan yang berorientasi pada obat (drug oriented) menjadi pelayanan yang berorientasi pada pasien (patient oriented). Sebagai konsekuensi pergeseran orientasi pelayanan kefarmasian ini, maka apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien (Menkes RI, 2004). Salah satu aspek pelayanan kefarmasian yang dapat dilakukan oleh apoteker di apotek adalah home care (Depkes RI, 2008). Pelaksanaan jaminan kesehatan diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 (Anonim, 2013). Dalam jaminan kesehatan ini dinyatakan bahwa seluruh rakyat Indonesia memperoleh jaminan kesehatan, baik pelayanan kesehatan tingkat dasar maupun pelayanan kesehatan lanjutan. Pada pelayanan kesehatan tingkat dasar, farmasis bersama tenaga kesehatan lainnya berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan preventif dan promotif. Dengan adanya peraturan yang mewajibkan apoteker untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian home care dan sistem jaminan kesehatan yang mendukung pelayanan home care sebagai wujud pelayanan kesehatan promotif dan preventif pada tingkat dasar, maka disinilah peluang dan tantangan besar bagi apoteker dalam melaksanakan praktek kefarmasianya. Konseling dalam home care ditujukan untuk meningkatkan hasil terapi dengan 6

memaksimalkan penggunaan obat-obatan yang tepat (Rantucci, 2007). Manfaat dari konseling adalah meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat, sehingga angka kematian dan kerugian (baik biaya maupun hilangnya produktivitas) dapat ditekan (Schnipper, 2006). Salah satu faktor yang berperan dalam kegagalan kontrol glukosa darah pasien DM adalah ketidakpatuhan pasien terhadap pengobatan (Suppapitiporn, 2005). Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol dengan baik dapat menimbulkan komplikasi baik akut maupun kronik. Sebanyak 63,1% dari pasien DM tipe 2 memiliki faktor resiko terjadinya komplikasi hipertensi (Mangesha, 2007). Peran farmasis melalui home care sangat diperlukan dalam pengelolaan penyakit DM tipe 2 beserta komplikasinya. Home care yang dilakukan oleh farmasis dapat memberikan pemahaman tentang pengobatan dan meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan. 2. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuesioner yang telah diisi oleh pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. 2.2 Metode Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian pre-eksperimental dengan rancangan penelitian one-group pretest-posttest. Populasi penelitian yang diambil adalah seluruh pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi di unit rawat jalan RSUD Wangaya selama bulan November- Desember 2012. Cara pemilihan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, dimana sampel dipilih berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan tujuan peneliti. Adapun kriteria inklusi meliputi, pasien memiliki data rekam medis yang jelas dan lengkap, pasien yang didiagnosis menderita DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi, pasien dengan usia 45-65 tahun, serta bersedia untuk menjadi sampel penelitian dengan mengisi lembar persetujuan penelitian (inform consent). Sedangkan kriteria eksklusi meliputi, pasien dengan kehamilan dan pasien diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi hipertensi yang memiliki penyakit penyerta lain. Farmasis melakukan kunjungan ke rumah pasien selama 24 kali kunjungan, kemudian memberikan konseling tentang obat. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan pasien terhadap penggunaan obat, setiap pasien dilakukan penilaian awal (pretest) sebelum pemberian konseling dan penilaian akhir (posttest) dengan menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Metode analisis deskriptif digunakan untuk menjabarkan karakteristik sampel penelitian. Sedangkan analisis Wilcoxon digunakan untuk menggambarkan pengaruh pemberian konseling obat terhadap kepatuhan pasien dalam penggunaan obat. 3. HASIL 3.1 Karakteristik Sosio Demografi Sampel Terdapat 16 pasien yang bersedia mengikuti home care. Karakteristik sosio demografi sampel penelitian ditampilkan pada gambar A.1. Berdasarkan jenis kelamin, persentase pasien perempuan dan laki-laki sama banyaknya, yaitu 50%. Pasien berumur 56-60 tahun merupakan kelompok pasien dengan persentase tertinggi (56,25%). Terdapat 50% pasien yang memiliki pendidikan S1. Sebanyak 56,25% merupakan pasien yang tidak bekerja. Pasien telah menderita DM tipe 2 selama 1-5 tahun (43,75%). Munculnya komplikasi hipertensi pada pasien dalam penelitian ini paling banyak terjadi pada tahun ke-3 setelah menderita DM tipe 2. 3.2 Kepatuhan Penggunaan Obat Perubahan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat selama pelaksanaan home care ditampilkan pada gambar A.2, tabel B.1, dan B.2. 4. PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Sosio Demografi Sampel Pasien berjenis kelamin pasien perempuan sama jumlahnya dengan pasien laki-laki. Pasien berumur 56-60 tahun merupakan kelompok pasien dengan persentase tertinggi. Lima puluh persen pasien memiliki pendidikan S1 dan sisanya berpendidikan SD, SMP, dan SMA. Sebagian pasien merupakan pasien yang tidak bekerja. Hal ini disebabkan karena pasien tersebut adalah ibu rumah tangga dan pensiunan, dimana umur pasien berkisar 56-65 tahun atau berada pada kelompok usia yang tidak produktif (> 55 tahun). Sebanyak 7

43,75% pasien telah menderita DM tipe 2 selama 1-5 tahun. Tingginya kadar glukosa dalam darah akan memicu terjadinya resistensi insulin yang menyebabkan timbulnya intoleransi glukosa dan hiperinsulinemia. Faktor intoleransi glukosa dan hiperinsulinemia ini akan berpengaruh pada peningkatan tekanan darah (Alam dan Hadibroto, 2008). Lama waktu menderita DM berkaitan dengan penurunan fungsi sel beta pankreas sehingga menimbulkan komplikasi yang secara umum terjadi pada pasien dengan lama sakit 5-10 tahun (Smeltzer dan Bare, 2010). Sementara penelitian ini memperlihatkan bahwa komplikasi sudah terjadi pada durasi waktu yang relatif lebih pendek. Munculnya komplikasi hipertensi pada pasien dalam penelitian ini paling banyak terjadi pada tahun ke-3 setelah menderita DM tipe 2. Kemungkinan waktu yang disebutkan oleh pasien tidak menjamin bahwa waktu tersebut menggambarkan waktu sebenarnya pasien mengalami DM, hanya saja pasien baru mengetahui mengalami DM setelah pasien melakukan pemeriksaan ke unit pelayanan kesehatan. 4.2 Kepatuhan Penggunaan Obat Keberhasilan suatu pengobatan tidak hanya dipengaruhi oleh kualitas pelayanan kesehatan dan sikap serta keterampilan petugasnya, tetapi dipengaruhi pula oleh perilaku pasien terhadap pengobatan (Ramadona, 2011). Salah satu upaya untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan adalah dengan pemberian konseling dalam home care (Depkes RI, 2008). Pada penelitian ini terjadi perubahan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat setelah pemberian konseling obat dalam home care. Hal ini terlihat dari skor rata-rata kepatuhan pasien, dimana sebelum dilakukan konseling skor ratarata pasien adalah sebesar 3,48 + 0,16. Sedangkan setelah dilakukan pelaksanaan konseling dalam home care skor rata-rata pasien adalah sebesar 3,98 + 0,58. Terjadi peningkatan skor kepatuhan pasien yaitu sebesar 0,5 + 0,15. Berdasarkan analisis Wilcoxon diperoleh nilai signifikansi 0,000 (p<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara kepatuhan paisen dalam penggunaan obat sebelum dan setelah pelaksanaan konseling dalam home care. Peningkatan skor kepatuhan pasien yang terjadi setelah pemberian konseling dalam home care menunjukkan bahwa tujuan konseling dapat tercapai. Ramadona (2011) melaporkan hal yang sama, dimana terjadi peningkatan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat setelah konseling. Konseling dapat meningkatkan pengetahuan dan memperbaiki asumsi pasien yang salah terhadap pengobatan karena pasien diberikan informasi tentang obat yang mencakup nama obat, dosis, waktu penggunaan obat, dan cara penggunaan obat. Rantucci (2007) menyatakan bahwa konseling harus bertujuan untuk mendidik pasien sehinggga pengetahuan pasien terhadap penyakit serta pengobatannya akan meningkat dan hal ini akan mendorong pada perubahan perilaku pasien. Melalui konseling maka asumsi dan perilaku pasien yang salah akan dapat diperbaiki/dikoreksi. Dengan demikian, pelaksanaan konseling dalam home care yang dilakukan secara kontinu mampu meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat. 5. KESIMPULAN Pelaksanaan konseling dalam home care berpengaruh terhadap peningkatan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat. Hal ini terlihat dari peningkatan rata-rata skor kepatuhan pasien yaitu sebesar 0,5 + 0,15 serta terdapat perbedaan yang bermakna antara kepatuhan paisen dalam penggunaan obat sebelum dan setelah pelaksanaan konseling dalam home care. UCAPAN TERIMA KASIH Seluruh dosen pengajar beserta staf pegawai di Jurusan Farmasi Fakultas MIPA Universitas Udayana, orang tua, saudara, sahabat, serta teman-teman seangkatan penulis atas segala ide, saran, serta dukungannya. DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2013). Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan. Jakarta: Presiden Republik Indonesia. Hal. 2. Alam dan Hadibroto. (2008). Gagal Ginjal. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 33-34. Depkes RI. (2008). Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care). Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 13-29. 8

Mangesha, A. Y. (2007). Hypertension and Related Risk Factors in Type 2 Diabetes Mellitus (DM) Patients in Gaborone City Council (GCC) Clinics, Gaborone, Botswana. Afr. Health. Sci, 7 (4), 244-245. Menkes RI. (2004). Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 3-7. Ramadona, A. (2011). Pengaruh Konseling Obat Terhadap Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik Khusus Rumah Sakit Umum Pusat DR. M. Djamil Padang. Skripsi. Program Pascasarjana Universitas Andalas, Padang. Rantucci, M. J. 2007. Komunikasi Apoteker- Pasien Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 23. Suppapitiporn, C.B., & Onsanit, S. (2005). Effect of Diabetes Drug Counseling by Pharmacist, Diabetic Disease Booklet and Special Medication Containers on Glycemic Control of Type 2 Diabetes Mellitus: A Randomized Controlled Trial. J Med. Assc. Thai, 88 (4), 134-141. Schnipper. (2006). Role of Pharmacist Counseling in Preventing Adverse Drug Events After Hospitalization. Arch. Intern. Med, 166 (5), 565-571. Smeltzer dan Bare, 2010. Brunner & Suddarth's Textbook of Medical Surgical Nursing. Philadelpia: Lippicontt. Hal. 152-155 9

APENDIK A. Gambar A.1. Karakteristik Sosio Demografi Sampel Penelitian. Gambar A.2. Kepatuhan Pasien dalam Penggunaan Obat Keterangan: skor 4 = selalu patuh, skor 3 = sering patuh, skor 2 = jarang patuh, skor 1 = tidak pernah patuh. 10

APENDIK B Tabel B.1. Hasil Skor Kepatuhan Penggunaan Obat Output Hasil Kepatuhan Penggunaan Obat Sebelum Setelah Peningkatan Minimum 3,17 3,83 0,17 Maksimum 3,83 4,00 0,83 Tabel B.2. Hasil Rata-rata Skor Kepatuhan Penggunaan Obat Output Hasil Kepatuhan Penggunaan Obat +SD sebelum 3,48 + 0,16 +SD setelah 3,98 + 0,58 +SD peningkatan 0,5 + 0,15 Tabel B.3. Hasil Uji Wilcoxon Z Asymp. Sig. (2-tailed) Kepatuhan obat sebelum Kepatuhan obat setelah -3.619.000 Keterangan: Hasil uji Wilcoxon menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara kepatuhan obat sebelum dan setelah pelaksanaan konseling melalui home care pada p <0,05. 11

12