BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berkomunikasi, dimana anak dapat menyampaikan makna, ide, pikiran dan perasaannya melalui

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KEMAMPUAN PRA MENULIS ANAK USIA DINI DAN MENGGAMBAR

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian menulis 2.1.1Keterampilan Menulis nama sendiri bagi anak usia 5-6 Tahun

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. masih bisa menunjukkan perbedaan makna. Fonem berbentuk bunyi. Misalkan dalam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Momi Mahdaniar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu ciri orang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. usia Taman Kanak-kanak memiliki karakteristik yaitu rasa ingin tahu dan antusias

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol untuk berkomunikasi yang meliputi Fonologi (Unit

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang tidak dapat keluar dari sistem yang mengikatnya atau mengaturnya.

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari empat keterampilan berbahasa. Dilihat dari proses pemerolehan

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MODEL PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS III DI SEKOLAH DASAR BAWAMAI PONTIANAK KOTA

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas berperan penting dalam proses pembelajaran, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

Kata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Intelektual dan Penulisan Karya Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. seorang pendidik yang mempunyai kompetensi, baik kompetensi pedagogik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) secara umum dikembangkan menjadi keterampilan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: C.V Diponegoro, 1984), hlm Yus Rusyana, Bahasa dan Sastra dalam Gempita Pendidikan,

DYSGRAPHIA DAN DISCALCULIA ADRIATIK IVANTI, M.PSI, PSI KULIAH 5

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan ia unggul atas makhluk-makhluk lain di muka bumi. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II PEMBAHASAN. dengan cepat tetapi tidak benar maka ia tidak dapat dikatakan terampil. menghasilkan sesuatu dengan cepat dan tepat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan baik secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa,

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi menulis dalam KTSP SD yang berbunyi sebagai berikut:

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF INDUKTIF MENGGUNAKAN METODE KONTEKSTUAL. ( DESKRIPTIF PADA Siswa Kelas X SMA Darmayanti

Nurdia Artu. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat jenis keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. periode jenjang pendidikan. Kurikulum tercatat sebagai perubahan ketiga selama

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Nasional/Negara yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir.

BAB I PENDAHULUAN. Menulis atau mengarang ialah kemampuan mengekspresikan pikiran, perasaan, pengalaman, dalam bentuk tulisan yang disusun secara

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya kemampuan bahasa bagi kehidupan manusia, tidak terkecuali bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. individu karena adanya interaksi dengan antar individu dan lingkungannya. 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal di sekolah memegang peranan yang sangat besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan tersebut adalah keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Proses tersebut sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya penguasaan yang menggunakan bahasa lisan, sementara

BAB I PENDAHULUAN. dan jenjang pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF INDUKTIF MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI KELAS V SDS WINDU PUTRA. Wiwin Widianti

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

ANALISIS KEMAMPUAN MENULIS ARGUMENTASI PADA MAKALAH ILMIAH MAHASISWA FARMASI UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAAN. kaidah-kaidah tata bahasa kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf.

BAB I PENDAHULUAN. kita dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Keterampilan Menulis Permulaan 2.1.1 Pengertian Menulis Permulaan Menurut Nurbiana (2011: 3.10) menulis merupakan salah satu media untuk berkomunikasi, dimana anak dapat menyampaikan makna, ide, pikiran dan perasaannya melalui untaian kata-kata yang bermakna. Anak mulai menulis dimulai dengan kegiatan mencorat-coret (scribbing) sekitar usia 2 tahun atau 3 tahun. Keahlian motorik halus anak berkembang sedemikian rupa sehingga anak mulai sanggup menulis huruf-huruf pada masa awal kanak-kanak (Santrock : 2007: 365). Pada usia 4 tahun mereka sudah dapat menuliskan nama depan nama mereka. Pada usia 5 tahun dapat menuliskan kembali huruf-huruf yang mereka lihat dan meniru menuliskan beberapa kata yang pendek. Mereka lambat laun akan mampu membedakan ciri khas dari huruf seperti huruf V, S, I. Poerwadarminta (dalam Nurbiana 2011: 3.10) mengemukakan bahwa menulis memiliki batasan sebagai berikut: (1) membuat huruf, angka dan lainnya dengan pensil, kapur dan lainnya; (2) mengekspresikan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, dan lainnya dengan tulisan. Senada dengan pernyataan tersebut Badudu (dalam Nurbiana, 2005: 3.8) mengemukakan bahwa menulis adalah menggunakan pena dan pensil diatas kertas, kain ataupun papan yang menghasilkan huruf, kata, maupun kalimat. Menurut Nurbiana (2005: 3.8) kegiatan menulis di TK harus memperhatikan kesiapan dan kematangan anak. Kegiatan tersebut dapat dilakukan jika perkembangan motorik halus anak telah matang dimana dilihat dari kemampuannya dalam memegang pensil. Pada awalnya anak

hanya memegang pensil untuk mencoret-coret, namun seiring perkembangannya anak akan mengkonsentarikan jari-jarinya untuk menulis lebih baik. Menurut Brewer (dalam Nurbiana 2011: 3.10-3.11) ada 4 tahapan dalam kemampuan menulis sebagai berikut: 1. Scribble stage yaitu tahap mencoret atau membuat goresan. Pada tahap ini anak mulai membuat tanda-tanda dengan menggunakan alat tulis. Pada tahap ini mereka mulai belajar tentang bahasa tulis dan cara mengerjakan tulisan tersebut; 2. Linear Repetitive Stage yaitu tahap pengulangan linear. Pada tahap ini anak menelusuri bentuk tulisan yang horizontal; 3. Random Letter Stage yaitu tahap menulia random. Pada tahap anak belajar berbagai bentuk yang merupakan suatu tulisan dan mengulang berbagai kata ataupun kalimat. 4. Letter name writing or phonetic writing, yaitu tahap menulis nama. Pada tahap ini anak mulai menyusun dan menghubungkan antara tulisan dan bunyinya. Anak mulai menulis nama dan bunyi secara bersamaan. Menurut Lerner (dalam Mulyono, 2003:224) mengemukakan bahwa menulis adalah menuangkan ide ke dalam suatu bentuk visual. Selanjutnya Mulyono menjelaskan menulis adalah mengungkapkan bahasa dalam bentuk simbol gambar. Menulis adalah suatu aktivitas kompleks, yang mencakup gerakan lengan, tangan, jari, dan mata secara integrasi. Menulis juga terkait dengan pemahaman bahasa dan kemampuan berbicara. Tarigan (1986:3) memberikan pengertian bahwa menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan kosa kata untuk menyampaikan maksud serta

tujuan yang ingin diungkapkan. Menulis adalah keterampilan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dapat dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut jika mereka memahami bahasa dan gambaran grafik yang dituliskan. Pengajaran menulis yang di berikan pada usia dini khususnya memerlukan materi menulis permulaan. Tarigan (dalam Mulyono, 2003:224) mendefinisikan menulis sebagai melukiskan lambang-lambang grafis dari bahasa yang dipahami oleh penulisnya maupun orangorang lain yang menggunakan bahasa yang sama dengan penulis tersebut. Menulis bukan hanya sebagai kegiatan menulis kata dari deretan kata, melainkan juga keindahan tulisan yang terdapat diantara baris. Dengan demikian dalam menulis bukan hanya sekedar menuangkan kata dalam tulisan melainkan berusaha memahami tulisan yang sesuai dengan ejaan yang benar. Kemampuan menulis merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat produktif, artinya kemampuan menulis ini merupakan kemampuan- kemampuan yang menghasilkan, dalam hal ini menghasilkan tulisan. Menulis permulaan merupakan kegiatan yang memerlukan kemampuan yang bersifat kompleks kemampuan yang diperlukan antara lain kemampuan berpikir secara teratur dan logis, kemampuan mengungkapkan pikiran atau gagasan secara jelas, dengan menggunakan bahasa yang efektif dan kemampuan menerapkan kaidah tulis menulis dengan baik. Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang- lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang- lambang grafis tersebut. Alhaidah (1996:13) memberi pengertian bahwa menulis adalah suatu aktivitas komunikasi bahasa yang menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Tulisan itu terdiri atas

rangkaian huruf yang bermakna. Dalam komunikasi tertulis paling tidak terdapat tiga unsur yang terlibat, yaitu penulis sebagai penyampai pesan atau isi tulisan, saluran atau medium tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan. 2.1.2 Tujuan Keterampilan Menulis Permulaan Keterampilan menulis permulaan dengan baik tidak dapat dimiliki oleh seorang anak dengan begitu saja. Perlu adanya latihan terbimbing dari seorang guru yang berkompeten dalam mengarahkan dan membimbing dengan terus menerus dan teratur. Dengan demikian pembelajaran menulis permulaan melalui pendekatan guru adalah kegiatan belajar mengajar yang menerapkan proses bimbingan dan latihan dalam menulis permulaan. Tujuan keterampilan menulis permulaan pada anak usia dini adalah melatih motorik halus anak agar mampu mengarahkan dan menyeimbangkan antara gerak tangan dan pikiran yang dituangkan melalui coretan di atas kertas. Kegiatan menulis permulaan pada anak usia dini diawali dari kegiatan cara memegang pensil yang baik. Disamping itu, tujuan menulis permulaan pada anak usia dini adalah melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa tulis yang dapat dibaca oleh orang lain. Untuk menghasilkan suatu tulisan yang baik haruslah banyak melatih diri dan seorang guru haruslah membimbingnya. 2.1.3 Fungsi Keterampilan Menulis Permulaan Fungsi menulis adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung penulis dan pembaca dapat berkomunikasi melalui tulisan. Oleh karena itu, prinsipnya hasil menulis (tulisan) yang paling utama, adalah dapat menyampaikan pesan penulis kepada pembaca, sehingga pembaca memahami maksud tulisan yang dituangkan dalam tulisannya.

Mengingat proses komunikasi ini dilakukan secara tidak langsung, tidak melalui antara tatap muka penulis dan pembaca, dan agar tulisan itu dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan oleh penulis, maka isi tulisan lambang yang dipergunakan oleh penulis harus benarbenar dipahami oleh penulis atau pembacanya. Apabila tidak demikian, mungkin tulisan itu berfungsi sebagai alat komunikasi, melainkan hanya sebagai alat lukisannya saja. Banyak sekali manfaat atau keuntungan yang dapat diperoleh dari kegiatan menulis. Menurut Akhadiah (dalam Suriamiharja, dkk. 1996:4) ada delapan manfaat yang dapat dirasakan dari kegiatan menulis, yaitu: Pertama, melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya. penulis dapat mengetahui sampai di mana pengetahuannya mengenai suatu topik karena menulis berarti mengembangkan suatu topik tertentu dan proses pengembangan tersebut membutuhkan keterampilan berpikir dan menggali pengetahuannya. Kedua, penulis dapat terlatih mengembangkan berbagai gagasan. Seorang penulis harus bernalar, menghubungkan serta membanding-bandingkan fakta untuk mengembangkan berbagai gagasannya. Ketiga yaitu, penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis. Penulis juga dapat memperluas wawasan penulisan secara teoretis mengenai fakta-fakta yang berhubungan. Keempat, penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis kemudian mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian, melalui tulisannya penulis dapat menjelaskan permasalahan yang semula masih samar menjadi lebih jelas dan dimengerti oleh pembaca.

Kelima, penulis akan dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara lebih objektif. Keenam, dengan menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahan karena dapat menganalisis tulisan tersebut secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret. Manfaat yang ketujuh adalah dengan menulis akan mendorong kita untuk terus belajar secara aktif. Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar penyadap informasi dari orang lain. Manfaat yang terakhir yaitu, menulis akan membiasakan kita berfikir serta berbahasa secara tertib dan teratur jika kegiatan menulis tersebut dilakukan secara terencana. 2.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Anak Untuk Menulis Permulaan Menurut Lerner (dalam Mulyono 2003:227) ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak untuk menulis diantaranya : 1) Motorik. Anak yang perkembangan motoriknya belum matang atau mengalami gangguan, akan mengalami kesulitan dalam menulis, tulisannya tidak jelas, terputusputus, atau tidak mengikuti garis. 2) Perilaku. Anak yang hiperaktif atau yang perhatiannya mudah teralihkan, dapat menyebabkan pekerjaannya terhambat, termasuk pekerjaan menulis. 3) Persepsi. Anak yang terganggu persepsinya dapat menimbulkan kesulitan dalam menulis. 4) Memori. Gangguan memori juga dapat menjadi penyebab terjadinya kesulitan belajar menulis karena anak tidak mampu untuk mengingat apa yang akan ditulis. 5) Kemampuan melaksanakan cross modal. Yaitu kemampuan menyangkut mentransfer dan mengorganisasikan fungsi visual ke motorik.

6) Penggunaan tangan yang dominan. Yaitu anak yang tangan kirinya lebih dominan atau kidal tulisannya juga sering terbalik-balik dan kotor. 7) Kemampuan memahami instruksi. Ketidakmampuan memahami instruksi dapat menyebabkan anak sering keliru menulis kata-kata yang sesuai dengan perintah guru. Menurut Patton dan polloway yang dikutip Mumpuniarti (2007: 107) bahwa anak belajar menulis jika telah mampu menyentuh, meraihnya, melepaskan suatu benda, mampu membedakan persamaan dan perbedaaan antara objek dan rancangannya, serta sudah menentu gerakan jari tangannya. Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi menulis antara lain kematangan koordinasi motorik dan sensoris serta didukung oleh lingkungan. 2.1.5 Langkah-langkah dalam Pengajaran Menulis Permulaan Adapun langkah-langkah menulis permulaan menurut Suprapto (1992: 6) adalah sebagai berikut : 1). Pengenalan huruf a) Guru terlebih dahulu mengenalkan bunyi suatu tulisan atau huruf yang terdapat pada kata-kata dalam kalimat. b) Guru menunjukan suatu gambar benda atau anak yang ada hubungannya dengan huruf yang hendak diperkenalkan siswa. c) Guru memperkenalkan nama-nama dan mnenunjukan gambar. 2). Latihan Latihan diperlukan agar anak mengenal, dan terampil dalam memegang pensil yang baik. Latihan tersebut antara lain : a) Latihan memegang pensil dan sikap duduk.

b) Latihan gerakan tangan c) Guru sambil bercerita menuliskan contoh-contoh pembuatan garis-garis dipapan tulis. d) Guru menugaskan siswa untuk mengikuti menggerakan tangan di udara dengan pensil yang belum diruncingkan. e) Anak diberi latihan membuat garis di buku tulis. f) Guru memperhatikan sikap duduk, dan cara memegang pensil g) Guru memeriksa hasil kerja anak. h) Guru juga menerangkan bentuk-bentuk yang lain dengan langkah-langkah seperti diatas. 3). Menjiplak Menjiplak adalah menirukan atau menebalkan suatu tulisan dengan menindas tulisan yang telah ada. Maksudnya adalah untuk melatih gerakan jari-jari anak dalam menuliskan sesuatu tulisan. Mengeblat dapat dilakukan dengan berbagai cara diantarannya adalah : a). memakai karbon b). memakai kertas tipis 4). Menulis nama Guru memberi tugas pada anak untuk menuliskan huruf awal nama benda, orang, jalan dan sebagainya yang terdapat dilingkungan sekitar. 2.1.6 Contoh Gambar Anak Yang Berkesulitan Belajar Dalam Memegang Pensil 1. Sudut Pensil Terlalu Besar

1. Sudut Pensil Terlalu besar 2. Sudut Pensil Terlalu Kecil 3 Menggenggam Pensil 4. Menyeret Pensil 5 Memegang Pensil Yang Benar 6. Memegang pensil dengan bantuan segitiga 2.2 Hakikat Bimbingan Individual 2.2.1 Pengertian Bimbingan Individual Pendekatan individual adalah suatu pendekatan yang melayani perbedaan-perbedaan anak yang sedemikian rupa, sehingga dengan penerapan pendekatan individual memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing anak secara optimal. Dasar pemikiran dari pendekatan individual ini ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan individual masing-masing anak. Sebagai individu anak mempunyai kebutuhan dasar baik fisik maupun kebutuhan anak untuk diakui sebagai pribadi, kebutuhan untuk dihargai dan menghargai orang lain, kebutuhan rasa

aman, dan juga sebagai makhluk sosial, anak mempunyai kebutuhan untuk menyesuaikan dengan lingkungan baik dengan temannya ataupun dengan guru dan orang tuanya. Menurut Herdian (2009: 12) pembelajaran individual merupakan salah satu cara guru untuk membantu membelajarkan anak, membantu merencanakan kegiatan belajar anak sesuai dengan kemampuan dan daya dukung yang dimiliki anak. Pendekatan individual akan melibatkan hubungan yang terbuka antara guru dan anak, yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan bebas dalam belajar sehingga terjadi hubungan yang harmonis antara guru dengan anak dalam belajar. Pengajaran individual dilakukan untuk membantu anak dalam menuntaskan belajar mereka. Oleh karena itu, pendekatan individual dapat mengefektifkan proses belajar mengajar, interaksi guru dan anak berjalan dengan baik, dan terjadinya hubungan pribadi yang menyenangkan antara anak dan guru. Secara tidak langsung hal yang disebut diatas merupakan keuntungan dari pengajaran dengan pendekatan individual. Selain pendapat Herdian di atas, banyak ahli yang telah merumuskan pengertian bimbingan. Di antaranya oleh Crow, Jones, Mortensen & Schmuller (dalam Amti, 1992:2) sebagai berikut : Bimbingan individual adalah bantuan yang diberikan seseorang, baik pria maupun wanita, yang terlatih dengan baik dan memiliki kepribadian dan pendidikan yang memadai kepada seorang individu dari semua usia untuk membantunya mengatur kegiatankegiatan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri, dan menanggung bebannya sendiri. Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu agar dapat mengembangkan kemampuan diri sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan potensi pada diri individu itu dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan. Namun demikian, tidaklah berarti setiap bentuk bantuan adalah bimbingan. Untuk dapat dikatakan yaitu prinsip, tujuan dan metode tertentu sebagaimana terkandung di dalam pengertian bimbingan itu sendiri. Dengan demikian bahwa bimbingan individual adalah jenis bantuan yang diberikan kepada seorang individu yang bermasalah. Pemberian bantuan ini diberikan dengan maksud agar individu tersebut dapat mengatasi masalahnya sendiri, dan pengambilan keputusan akhir tetap pada diri sendiri. 2.2.2 Prinsip-prinsip Bimbingan Individual Prinsip merupakan paduan hasil kajian teoretik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling dan prinsip-prinsip yang digunakannya bersumber dari kajian filosofis, hasil-hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang hakekat manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial budayanya, pengertian, tujuan, fungsi dan proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Prayitno & Amti, Eraman (2004:79) mengemukakan bahwa: (a) Bimbingan didasarkan pada keyakinan bahwa dalam diri tiap anak terkandung kebaikankebaikan; setiap pribadi mempunyai potensi dan pendidikan hendaklah mampu membantu anak memanfaatkan potensinya itu; (b) Bimbingan didasarkan pada ide bahwa setiap anak adalah unik; seseorang anak berbeda dari yang lain; (c) Bimbingan merupakan bantuan kepada anakanak kepada dan pemuda dalam pertumbuhan dan perkembangan mereka manjadi pribadipribadi yang sehat; (d) Bimbingan merupakan usaha membantu mereka yang memerlukannya untuk mencapai apa yang menjadi idaman masyarakat dan kehidupan umumnya; (e) Bimbingan

adalah pelayanan, unik yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dengan latihan-latihan khusus, dan untuk melaksanakan pelayanan bimbingan diperlukan minat pribadi khusus pula. 2.2.3 Kelebihan Dan Kekurangan Pendekatan Individual Menurut Hamalik (2008;187) ada beberapa kelebihan pendekatan individual yaitu: 1) Memungkin anak yang lama dapat maju menurut kemampuannya masing-masing secara penuh dan tepat, 2) Mencegah terjadinya ilusi dalam kemajuan tetapi bersifat nyata melalui bimbingan guru 3) Mengarahkan perhatian anak terhadap hasil belajar perorangan 4) Memusatkan pengajaran terhadap tema dan pertumbuhan yang bersifat mendidik, bukan kepada tuntutan-tuntutan guru, 5) Menumbuhkan hubungan pribadi yang menyenangkan siswa dan guru, 6) Memberi kesempatan bagi anak yang pandai untuk melatih inisiatif berbuat yang lebih baik berikut: Sedangkan kelemahan pembelajaran pendekatan individual secara umum sebagai a. Proses pembelajaran relative memakan banyak waktu sesuai dengan jumlah bahan yang dihadapi dan jumlah peserta didik.

b. Motivasi anak mungkin sulit dipertahankan karena perbedaan-perbedaan individual yang dimiliki oleh peserta didik sehingga dapat membuat beberapa anak rendah diri dalam pembelajaran. c. Guru-guru yang sudah terbiasa dengan cara-cara lama akan mengalami hambatan untuk menyelenggarakan pendekatan ini karena menuntut kesabaran dan penguasaan materi secara lebih luas dan menyeluruh. Kelemahan pendekatan individual secara khusus sebagai berikut: a. Aspek guru adalah (1). Guru harus berwawasan luas; (2) Memiliki kreatifitas; (3) memiliki keterampilan metodologis yang handal; (4) secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. b. Aspek peserta didik. Pendekatan individual mengedepankan pada minat, bakat, motivasi, cara belajar, kecepatan daya tangkap, dan keunikan kebutuhan yang berbeda pada masing-masing peserta didik sehingga guru harus sabar dalam membimbing dan memotivasi siswa agar berpartisipasi dalam aktivitas belajar. c. Aspek sarana dan sumber pembelajaran Pendekatan individual memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga faslitas internet. 1. Aspek kurikulum. Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasasn pemahaman peserta didik.

2. Aspek penilaian. Membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh, yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait dipadukan. 3. Suasana Pembelajaran. a. Membutuhkan suasana pembelajaran yang tenang dan menyenangkan, karena guru harus mengetahui dan menghargai perbedaan pendapat anak didiknya. b. Guru harus dapat menumbuhkan rasa percaya diri anak serta mendorong anak untuk aktif dan tidak takut salah dan berani serta terlibat sepenuhnya dalam proses belajar mengajar. 2.2.4 Fungsi Bimbingan Individual dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Menulis adalah membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena, pensil, kapur dan sebagainya, (dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1984:1098). Menulis bukan hanya sebagai kegiatan menulis kata dari deretan kata, melainkan juga keindahan tulisan yang terdapat diantara baris. Dengan demikian dalam menulis bukan hanya sekedar menuangkan kata dalam tulisan melainkan berusaha memahami tulisan yang sesuai dengan ejaan yang benar. Pengajaran menulis bagi anak usia dini merupakan pengajaran menulis permulaan. Dalam pengajaran menulis permulaan guru sedapat mungkin membimbing anak, karena pada tahap ini anak belum memahami tentang bentuk tulisan. Menulis merupakan dunia baru bagi anak, dengan menulis anak dapat melakukan kreatifitas yang baru bagi mereka, guru dapat memilih metode pengajaran yang dapat memudahkannya untuk mentransfer materi pengajaran menulis, dan anak dengan mudah menerima materi sajian tersebut. Layanan bimbingan individual merupakan bagian integral dari pendidikan di Indonesia. Sebagai sebuah layanan profesional, kegiatan layanan bimbingan individual tidak bisa dilakukan secara sembarangan, namun harus berangkat dan berpijak dari suatu landasan yang kokoh, yang

didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Dengan adanya pijakan yang jelas dan kokoh diharapkan pengembangan layanan bimbingan individual, baik dalam tataran teoritik maupun praktek, dapat semakin lebih mantap dan bisa dipertanggungjawabkan serta mampu memberikan manfaat besar bagi kehidupan, khususnya bagi peningkatan kemampuan menulis permulaan menggunakan pensil. Pelaksanaan bimbingan yang diharapkan bagi anak dalam meningkatkan kemampuan menulis permulaan menggunakan pensil ialah pelaksanaan bimbingan individual yang selalu memberikan bimbingan dan modeling yang diberikan oleh guru sehingga teknik pembelajaran menulis permulaan menggunakan pensil dapat dipahami dan dikuasai oleh anak. 2.2.4 Metode Dan Langkah-Langkah Pembelajaran. a. Kegiatan persiapan awal. Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran, terdiri dari standar kompetensi, kompetensidasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi. b. Kegiatan belajar mengajar (inti). 1) Kegiatan Pendahuluan. a) Memberikan apersepsi kepada anak yaitu menjelaskan tujuan pembelajaran yang diharapkan, materi ajar, serta standar ketuntasan minimum. 2) Kegiatan Inti. a) Menjelaskan materi pelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. b) Memberikan pertanyaan, untuk melihat tingkat penguasaan materi yang dipahami anak. c) Menggunakan pendekatan individual, untuk menjelaskan kembali materi pelajaran kepada anak yang tingkat pemahaman materinya kurang. d) Memberikan tugas individu dalam bentuk praktik.

3) Kegiatan penutup a) Guru memandu untuk pengambilan kesimpulan b) Guru memberikan pengembangan konsep c. Kegiatan evaluasi. Kegiatan evaluasi bertujuan untuk melihat ketuntasan belajar anak, apakah hasil belajar anak tuntas atau belum tuntas. Jika belum tuntas diberikan tugas tambahan yang dapat diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, jika ketuntasan belajar sudah terpenuhi guru dapat mencatat dalam daftar kegiatan anak, untuk mengetahui tingkat penguasaan anak terhadap materi. 2.3 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teoretis di atas, maka dirumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: Jika digunakan pendekatan bimbingan individual maka kemampuan menulis permulaan menggunakan pensil pada anak di TK Makarti Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato dapat ditingkatkan. 2.4 Indikator Kinerja Yang menjadi indikator kinerja dalam penelitian tindakan ini adalah apabila kemampuan anak menulis permulaan menggunakan pensil meningkat dilihat dari jumlah anak yang mampu menulis permulaan menggunakan pensil berjumlah 13 orang atau 61% menjadi 18 orang atau 85% dari jumlah keseluruhan 21 orang anak.