PENTINGNYA STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jihan Ade Daties, 2013

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

PENDEKATAN KOMUNIKATIF DI DALAM PENGAJARAN BAHASA JEPANG

I. Metode Tata Bahasa dan Terjamah ( ) (Grammar-Translation Method)

BAB I P E N D A H U L U A N. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dalam kehidupan manusia, baik secara

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ghyna Amanda Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn

2014 MODEL PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH DASAR DI BANDAR LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat manusia adalah fenomena sosial (Chaer, 2007:32).

BAB II KAJIAN TEORI. kehidupan sehari-hari. Seseorang lebih sering memilih berbicara untuk

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya menuju masyarakat global adalah kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk kepentingan komunikasi dengan dunia internasional dengan baik,

METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur. Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris yang baik dan benar secara lisan dan tulis.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan-kebijakan tersebut. Di awal kemerdekaan republik ini, dunia pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa dan Sastra Indonesia,

Menurut Conny (2002: 49) perkembangan bahasa memperlihatkan berbagai prinsip yang juga menjadi karakteristik dari aspek perkembangan yang lain,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Seringkali terjadi kesalahpahaman dalam menggunakan bahasa, terutama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PENERAPAN PENDEKATAN PENGALAMAN BERBAHASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH

BUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki tanggung jawab dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu bahasa yang wajib di kuasai. Terbukti dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang

Peningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki.

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG PADA MATA KULIAH CHOKAI DENGAN METODE DISKUSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

BAB I PENDAHULUAN. interaksi belajar mengajar. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Orang banyak menyangka bahwa penguasaan tiap bahasa pertama seakanakan

2015 PENERAPAN TEKNIK READING ALOUD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA TINGKAT DASAR

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewariskan nilai-nilai luhur budaya bangsa

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF KELAS VI SD YPKP 1 SENTANI, KABUPATEN JAYAPURA PAPUA

BAB II KAJIAN TEORI Metode Pembelajaran Drill And Practice Pengertian Metode Pembelajaran Drill And Practice

BAB I PENDAHULUAN. Andina Pernatawaty,2014 PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. sosial, emosional peserta didik juga merupakan penunjang keberhasilan

METODE TRADISIONAL BELAJAR BAHASA KEDUA

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN BAHASA JEPANG

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

BAB I PERKEMBANGAN DAN PEMEROLEHAN BAHASA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan siswa lainnya. Bagi siswa sekolah dasar, kadang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi. Oleh karena itu dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mega Sari, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang sangat. dasar dan menjadi masa keemasan (golden age) bagi anak.

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hesti Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas berperan penting dalam proses pembelajaran, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. Usia anak-anak adalah salah satu periode yang tepat untuk belajar bahasa. Masa anakanak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, serta

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut. Hal ini tertera didalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. membuat bahasa tersebut menjadi sarana komunikasi, karena fungsi bahasa adalah

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KOLABORATIF Sebuah Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis dalam Pembelajaran Bahasa Asing. ~Dante Darmawangsa ~

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahasa, terdapat aturan-aturan pemakaian bahasa yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting bagi siswa dan di Sekolah Dasar merupakan landasan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

Permainan Kartu pada Pembelajaran Bahasa Jepang untuk Meningkatkan Keterampilan dalam Berbahasa Jepang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Resti Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia yang benar adalah yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Shindy Grafina Callista, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang unik, dan memiliki karakteristik khusus,

BAB 1 PENDAHULUAN. menulis. Keempat aspek keterampilan berbahasa itu saling berhubungan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

I. PENDAHULUAN. sekolah meliputi empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendekatan pengajaran, yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua

BAB I PENDAHULUAN. bahasa lain atau bahasa kedua yang dikenal sebagai pengetahuan yang baru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, karena interaksi pembelajaran merupakan kegiatan inti

Transkripsi:

PENTINGNYA STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR A. PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan terjemahan kata instruction mengandung makna tidak hanya ada dalam konteks guru murid di kelas formal, akan tetapi juga meliputi kegiatan belajar mengajar yang tidak dihadiri oleh guru secara fisik, dan dalam kata pembelajaran ditekankan pada kegiatan belajar siswa melalui usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar mengajar. Kegiatan pembelajaran merupakan bagian yang paling penting dalam implementasi kurikulum. Untuk mengetahui apakah pembelajaran itu efektif atau efisien, dapat diketahui melalui kegiatan pembelajaran. Untuk itu pengajar dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran seyogyanya tahu bagaimana membuat kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Ciri utama kegiatan pembelajaran adalah adanya interaksi. Interaksi yang terjadi antara siswa dengan lingkungan belajarnya, baik dengan guru, teman-temannya, tutor, media pembelajaran, dan sumber-sumber belajar lainnya. Ciri lain dari pembelajaran adalah merupakan suatu system, yang di dalamnya terdapat komponen-komponen sebagai berikut: tujuan, materi / bahan ajar, metode pengajaran, media, evaluasi, siswa dan guru. Strategi dan metode pengajaran merupakan salah satu komponen di dalam system pembelajaran, tidak dapat dipisahkan dari komponen lain yang dipengaruhi oleh factor-faktor, antara lain: tujuan pembelajaran, materi ajar, peserta didik / siswa, fasilitas, waktu dan guru. B. STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN Seperti telah diuraikan di atas, strategi pembelajaran dipengaruhi oleh factor-faktor lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pembelajaran adalah: tujuan pembelajaran, materi ajar, peserta didik / siswa, fasilitas, waktu, dan guru. Metode dan teknik di dalam kegiatan belajar mengajar bergantung pada tingkah laku yang terkandung di dalam rumusan tujuan pembelajaran. Oleh karena itu metode dan teknik pengajaran yang digunakan untuk tujuan yang menyangkut pengetahuan akan berbeda dengan metode dan teknik untuk tujuan keterampilan atau sikap. 1

Contoh: (1.) tujuan-tujuan yang menyangkut aspek pengetahuan ( siswa dapat menjelaskan cara penggunaan kosakata atau kalimat bahasa Jepang) (2) tujuan yang menyangkut aspek keterampilan (siswa dapat menggunakan kosakata atau pola kalimat bahasa Jepang dengan benar), (3) tujuan yang menyangkut dengan sikap (siswa menyadari pentingnya pengetahuan cara pemakaian kosakata atau kalimat bahasa Jepang dengan benar. Untuk tujuan yang pertama yaitu aspek pengetahuan dapat digunakan Tanya jawab dan diskusi. Untuk tuan kedua yaitu aspek keterampilan tentu saja perlu dipraktekkan bagaimana cara pemakaian kosakata atau pola kalimat bahasa Jepang baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan.untuk tujuan ketiga, aspek sikapperlu memilih strategi yang lebih tepat, termasuk membiasakan pemakaian yang baik dan benar serta contoh dari guru. Beberap factor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan strategi pembelajaran; a. Faktor tujuan Tujuan pengajaran menggambarkan tingkah laku yang harus dimiliki siswa setelah proses belajar mengajar selesai dilaksanakan.tujuan merupakan factor yang paling pokok, karena semua factor yang ada di dalam situasi pembelajaran termasuk strategi dan metode pengajaran, diarahkan dan diupayakan untuk mencapai tujuan. b. Faktor materi Dilihat hakekatnya, materi pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik materi pembelajaran membawa implikasi terhadap penggunaan cara dan teknik dalam kegiatan belajar mengajar. Atas dasar inilah maka setiap bidang studi atau mata mata pelajaran memiliki strategi yang berbeda dengan mata pelajaran lain, sehingga muncul metodik khusus mata pelajaran, seperti metode khusus Matematika, metode khusus, IPS, metode khusus Bahasa. c. Faktor Siswa Siswa sebagai pihak yang berkepentingan di dalam proses belajar Mengajar, sebab tujuan yang harus dicapai dalam kegiatan belajar mengajar adalah untuk mengubah prilaku siswa itu sendiri. Oleh karena itu sangat tidak bijaksana bila proses belajar mengajar tidak didasarkan kepada factor siswa itu sendiri. Strategi, metode dan teknik pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, bergantung pada keadaan siswa.maka dari itu perlu dipertimbangkan: 1) siswa sebagai keseluruhan, 2) siswa sebagai pribadi sendiri, 3) tingkat perkembangan siswa. 2

d. Faktor Waktu Faktor waktu dibedakan menjadi dua bagian, yaitu menyangkut jumlah waktu dan kondisi waktu. Hal yang menyangkut jumlah waktu ialah berapa lama waktu yang tersedia untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar untuk satu mata pelajaran. (menit atau jam). Hal yang menyangkut dengan kondisi waktu ialah kapan atau pukul berapa pelajaran tersebut dilaksanakan (pagi, siang, atau malam). e. Faktor Guru Faktor guru adalah salah satu factor yang memegang peranan penting diantara factor-faktor yang ada. Pertimbangan semua factor tersebut diatas akan sangat bergatung kepada kreativitas guru. Dedikasi dan kemampuan gurulah yang pada akhirnya mempengaruhi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. C. BEBERAPA METODE PEMBELAJARAN BAHASA Metode Terjemahan Metode terjemahan terutama ditujukan untuk belajar bahasa tulisan, bukan untuk bahasa lisan. Oleh karena itu, latihan-latihan untuk penguasaan bahasa lisan tidak nampak dalam kegiatan belajar mengajar yang menggunakan metode ini. Dengan demikian tujuan pelajaran yang dapat dicapai dengan menggunakan metode ini hanya terbatas pada kemampuan membaca, menulis (mengarang), dan terjemahan, sedangkan kemampuan berbicara nampak seperti diabaikan. Keunggulan bila menggunakan metode terjemahan dalam kegiatan belajar mengajar antara lain: 1) Pengajar tidak perlu terlatih betul dalam bahasa yang diajarkannya (bahasa sasaran). Pengajar tidak perlu menguasai betul pengucapan kosakata yang diajarkan. 2) Selain mudah dilaksanakan, dapat pula dipakai pada kelas yang jumlah pembelajarnya banyak. 3) Dalam tempo yang cepat pengajar dapat menanamkan pengetahuan tentang kosakata, karena pemakaian bahasa ibu pembelajar dalam hapir setiap situasi pengajaran. 4) Dengan cara memberikan terjemahan, memberikan penjelasan-penjelasan dan batasan-batasan materi pengajaran dengan bahasa ibu, dapat menghindari pemborosan waktu dan tenaga. 5) Pembelajar dapat segera menguasai arti kosakata dan dapat menghindari dari kebingungan terhadap aturan-aturan tatabahasanya. 6) Dikarenakan adanya latihan bagi pembelajar membandingkan bahasa sasaran 3

dengan bahasa ibu, maka kesalahan-kesalahan pemakaian bahasa itu dapat dihindari. 7) Sejak awal pengajar dapat menggunakan bahan bacaan yang isinya baik dan menarik bagi pembelajar. 8) Pengajar dapat mengajarkan tatabahasa dengan terjemahannya sejak awal pengajaran. 9) Pembelajar dapat belajar sendiri tampa bimbingan. Kelemahan-kelemahan dalam metode terjemahan adalah: 1) Tujuan pengajaran yang dapat dicapai terbatas pada pengetahuan dan kemampuan tertentu. Antara lain pengetahuan kosa kata, aturan-aturan tata bahasa, dan kemampuan membaca. Kemampuan membaca dalam hal ini dapat digolongkan pada tingkat kemampuan tingkat rendah. Oleh karena itu kemampuan membaca dan menulis (mengarang) tidak dapat dicapai dengan baik. 2) Untuk mencapai pengetahuan dan penguasaan kosakata, media pengajaran yang digunakan tidak dapat berfungsi dengan semestinya. 3) Tidak semua kosakata atau ungkapan-ungkapan dalam bahasa asing atau bahasa sasaran yang diajarkan arti atau sinonimnya persis sama dengan bahasa ibu pembelajar. 4) Latihan terjemahan pada hakekatnya bukanlah suatu keuntungan, sebab pembelajar selalu teringat hubungan bhasa sasaran dengan bahasa ibunya. Dengan demikian hubungan itu pada hakekatnya hanya merupakan rintangan dalam menggunakan bahasa yang dipelajari. 5) Akibat kebiasaan menterjemahkan kosakata demi kosakata, pembelajar menghadapi kesulitan untuk menangkap pengertian yang terkandung dalam kelompok kosakata. Padahal menangkap pengertian yang terkandung dalam kelompok kosakata merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan berkomunikasi. 6) Sebagian besar waktu digunakan untuk latihan terjemahan, maka waktu untuk latihan kemampuan yang lain menjadi terbatas. 7) Pembelajar tidak terlatih untuk mengemukakan pendapat atau pikiran dalam bahasa yang dipelajarinya, karena bahasa ibu terasa lebih mudah dari pada bahasa asing yang dipelajarinya. 8) Akibat di dalam kegiatan belajar mengajar pembelajar maupun pengajar terlalu banyak menggunakan bahasa ibu, motivasi pembelajar untuk menggunakan bahasa sasaran yang dipelajarinya rendah, walau banyak kosakata yang telah dipelajarinya. 4

Metode Langsung Kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode ini mengharapkan sejak awal pembelajar dapat belajar berpikir dalam bahasa yang sedang dipelajarinya. Oleh karena itu dengan menggunakan metode ini pengajar harus berupaya menciptakan suasana dalam kelas sebagaimana yang terdapat dalam masyarakat bahasa yang yang dipelajari. Hal ini sekaligus pengajar harus berupaya agar pe mbelajar dapat belajar berbahasa sebagaimana bahasa ibunya. Maka dari itu metode langsung dalam kegiatan belajar mengajar bahasa asing (bahasa Jepang) didasarkan atas prinsip-prinsip seagai berikut: 1. Tujuan pengajaran yang ingin dicapai adalah penguasaan dan pengembangan bahasa yang berakar dalam hubungan langsung antara pengalaman dan ekspresi. Hal itu bersumber pada bahasa lisan. Oleh karena itu pada tahap awal yang diutamakan adalah keterampilan bercakap, sedangkan keterampilan membaca dan menulis (mengarang) diberikan kemudian. 2. Bahasa ibu pembelajar tidak digunakan sebagai bahasa pengantar, agar hubungan langsung antara pengalaman dan ekspresi pembelajar dapat dijaga. 3. Penguasaan pola kalimat dan cara pemakaiannya disampaikan secara induktif. 4. Sebagian besar waktu digunakan untuk latihan bercakap, dan kondisi kelas diciptakan kedalam suasana belajar yang kondusif. Pelajaran yang diberikan diharapkan dapat menumbuhkan motivasi belajar bagi pembelajar. Dalam pengajaran bahasa Jepang diketahui ada metode langsung yang sebut Metode Yamaguchi. Metode ini dikatakan sebagai metode langsung murni yang pernah dipraktekan untuk pengajaran bahasa Jepang pada tahun 1943 di Taiwan dan Korea, dan berhasil dengan baik. Prinsip dasar metode Yamaguchi adalah sebagai berikut: 1. Pengajaran bahasa bahasa Jepang dimulai dari mendengar dan membaca. 2. Pada waktu kegiatan belajar mengajar tidak digunakan terjemahan. 3. Pengajar melatih pembelajar untuk menjiwai ungkapan-ungkapan bahasa Jepang yang diajarkan, dan melatih menyampaikan ide atau pikirannya langsung menggunakan bahasa Jepang tanpa menggunakan bahasa pengantar. (Kimura Muneo, 1988) Keuntungan menggunakan metode langsung dalam kegiatan belajar pengajar bahasa Jepang antara lain: 1. Pengajar dapat menghindari tindakkan untuk menyuruh pembelajar menghafalkan bahasa Jepang baku, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan 5

pemakaian bahasa Jepang yang sebenarnya berlaku pada masyarakat pemakai bahasa tersebut. 2. Perhatian dan aktivitas pembelajar lebih banyak dari pada menerima pelajaran yang bersifat verbalistik. Perhatian pembelajar akan tumbuh dengan sendirinya tampa paksaan. Kelemahan atau kritikan-kritikan terhadap metode langsung dalam kegiatan belajar mengajar antara lain: 1. Tidak semua kosakata dapat diajarkan dengan cara menghubungkan secara langsung dengan benda, situasi, pekerjaan yang digambarkannya. Kadang-kadang perlu diberikan sinonim, antonim, difinisi atau penjelasan untuk pemakaian kosakata atau ungkapan tertentu. 2. Jika semua kosakata diajarkan seperti prinsip-prinsip di atas, maka kemajuan dalam keterampilan membaca pada tahap awal cenderung lambat. 3. Pembelajar memperoleh pengetahuan kosakata secara berlebihan, namun penguasaan dalam pemakaiannya kurang. 4. Pembelajar menghadapi kesulitan dalam memahami bentuk-bentuk kalimat, sebab media pengajaran yang diharafkan dapat memberi penjelasan tentang hal tersebut, malah menjadi sumber kesulitan. Hanya pada kelas tingkat atas pembelajar dianggap mampu berpikir menggunakan bahasa yang dipelajarinya. 5. Kondisi kelas yang mendorong pembelajar untuk belajar bahasa yang dipelajarinya seperti ketika belajar bahasa ibunya, jarang dapat dipertahankan dalam jangka waktu lama. Metode Audio Lingual Kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode audio lingual, pada umumnya menggunakan pendekatan yang disebut Oral Approach. Ciri khas dari Oral Approach adalah digunakan latihan-latihan Pattern practice atau Mim-mem (meniru dan mengingat). Metode Audio Lingual berorientasi pada hasil analisa struktur bahasa dan perbandingan antara bahasa ibu pembelajar dengan bahasa sasaran yang pelajarinya, menentukan pola kalimat yang harus dipelajarinya serta membiasakan bahasa yang baru dipelajarinya dengan menggunakan latihan drill terutama Pettern practice. Pembelajar dituntut perlu menirukan dan mengingat atau menghapal materi pengajaran yang telah diperolehnya. Dalam kegiatan belajar mengajar yang menggunakan metode Audio lingual materi pengajaran diberikan dari yang mudah, bertahap ke materi yang sulit. 6

Cara pemakaian metode Audio Lingual adalah sebagai berikut: Untuk mengukur tingkat kemampuan yang telah dicapai dalam hal pemakaian kosakata dan pola kalimat digunakan jenis latihan Pattern Practice. 1. Latihan pattern practice dilakukan dalam tempo yang sesuai dengan keadaan. 2. Pengajar bicara dengan kecepatan yang wajar atau alami sesuai dengan situasi / kondisi komunikasi yang sebenarnya. 3. Kosakata baru diajarkan dengan melalui pemakaian pola kalimat yang telah diajarkan sebelumnya. 4. Pemakaian pola kalimat diluar yang telah diajarkan bukan merupakan hal yang salah. Jenis latihan yang dapa digunakan dalam kegiatan belajar mengajar bahasa asing bahasa (Bahasa Jepang) dilihat dari bentuknya dapat dikelompokkan menjadi empat jenis. 1. Subtitution drill. Latihan menukar kata (yang digaris bawahi) dengan kata lain. 2. Grammar drill Latihan mengubah bentuk kata (yang digaris bawahi). 3. Expansion drill Latihan mengembangkan kalimat dengan cara menambah kata sesuai dengan maknanya. 4. Responce drill Latihan membuat pertanyaan atau menjawab pertanyaan dengan menggunakan kalimat yang telah dipelajari. Latihan drill akan baik sekali apabila dibantu media pengajaran seperti, gambar, barang atau benda asli maupun tiruan. Dan juga, tujuan atau sasaran pengajaran akan tercapai dengan baik bila digunakan metode Mim-mem sebelum atau sesudah latihan pattern practice untuk kosakata atau kalimat. Beberapa keunggulan penggunaan metode Audio Lingual : 1. Cocok digunakan bagi kelompok pembelajar di sekolah. 2. Dikarenakan penyusunan pokok-pokok materi pengajaran dilakukan secara teoritis, maka penyusunan tatabahasa lebih mudah 3. Karena latihan dilakukan secara berulang-ulang, maka mudah untuk mengingatnya. 4. Bila pengajar adalah penutur asli, pembelajar dapat menguasai dengan baik pengucapan atau lapal bahasa yang dipelajari. 7

Kelemahan dari metode ini antara lain: 1. Sulit untuk mengecek kembali atau mempelajari arti kosakata atau kalimat yang dipelajari. 2. Latihan pola kalimat secara mekanik, merupakan pekerjaan yang berat dan membosankan. 3. Karena penekanannya pada belajar pola kalimat atau stuktur, materi yang diajarkan kadang-kadang tidak sesuai dengan situasi atau kondisi komunikasi yang sebenarnya. 4. Karena hanya bisa bicara atau menulis pola kalimat yang tela h dipelajari saja, pembelajar tidak bisa berkomunikasi dalam situasi atau kondisi sesungguhnya. 5. Pembelajar sulit untuk meningkatkan kemampuan baca dan tulis. 6. Karena pada waktu berlatih diperlukan kecepatan, pembelajar biasanya menjadi tegang. Metode Pilihan ( Metode Eklektik) Metode eklektik dapat dikatakan suatu metode yang pleksibel dan mudah disesuaikan dengan kebutuhan. Dewasa ini metode eklektik banyak dipakai orang, karena dengan metode eklektik pengajar dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan untuk pencapaian tujuan pengajaran tanpa perlu menghadapi berbagai kesukaran sebagaimana pemakaian salah satu metode secara khusus Oleh karena penggunaan metode eklektik hanya didasarkan pada bagian-bagian terbaik atau bagian yang menguntungkan dari berbagai metode pengajaran, maka kelemahan-kelemahan dari metode pengajaran tertentu dapat dihindari. Dengan lain kata, bila pengajar menggunakan metode ini, maka ia dapat menghindari masalah-masalah yang terjadi pada saat menyampaikan materi pengajaran. Disamping itu dengan menggunakan metode eklektik pada suatu kegiatan belajar mengajar, pengajar dengan mudah dapat menyesuaikan dengan keperluan pengajaran agar tujuan atau sasaran pengajaran dapat tercapai. D. PENUTUP Kegiatan pembelajaran merupakan suatu sistem, di dalamnya terdapat beberapa komponen yang saling memepengauhi, antara lain komponen siwa, guru, kurikulum, fasilitas dll. Strategi dan metode pengajaran merupakan salah satu komponen di dalam system pembelajaran, tidak dapat dipisahkan dari komponen lain yang dipengaruhi oleh factor-faktor, antara lain: tujuan pembelajaran, materi ajar, peserta didik / siswa, fasilitas, waktu dan guru. 8

Guru adalah salah satu factor yang memegang peranan penting diantara factor-faktor yang ada. Pertimbangan semua factor tersebut diatas akan sangat bergatung kepada kreativitas guru. Dedikasi dan kemampuan gurulah yang pada akhirnya mempengaruhi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. E. DAFTAR RUJUKAN Hastuti, S.P.H. (1996/1997). Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia Jakarta: Dirjen Dikdasmen. Ishibashi, Reiko (1993).Nihongo Kyojuhonyumon, Tokyo: Nihongo no Heibonsha Joice, B & Weik, M. (1980). Model of Teaching. Prentice Hall International. Inc: USA. Kimura, Muneo. (1998). Kyouzuhou Nyuumon. Bonjinsha. Lado. R. (1964). Language Teaching: A Scientific New York: Me. Grow Hill Inc. Niube,Yoshimori & Mizumachi, Isao ( 2005) Teaching Japanese as a Second Language,Tokyo: Surie Net Work Ogawa, Y. (1982), Nihongo Kyouiku Jiten, Tokyo: Taishukan Shoten. Tanaka, Nozomi (1988). Nihongo Kyouiku no Houhou. Taishukan Shoten. 9

PENTINGNYA STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR Materi Pembekalan PLP Mahasiswa Jurusan PendidikanBahasa Jepang Tahun Akademik 2008/2009 Oleh: Wawan Danasasmita JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKANINDONESIA 2009 10