PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. fosfor 40 mg; dan menghasilkan energi 30 kalori (Tarmizi, 2010).

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

PENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. tahun ke tahun, baik untuk pemenuhan kebutuhan domestik maupun ekspor,

EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN WORTEL (Daucus carota L) UNTUK MEMPERTAHANKAN KADAR VITAMIN A DALAM PENGASINAN TELUR SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral.

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengolah sumber daya alam pertanian dengan intensif. maka itu pilihan terakhir karena usaha di bidang lainnya gagal.

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris masih mengandalkan sektor pertanian

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aneka ragam jenis tanaman sayuran dapat dibudidayakan dan dihasilkan di

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

Tahun Bawang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR PETANI SEBAGAI INDIKATOR KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. buahan juga bersifat spesifik lokasi, responsif terhadap teknologi maju, produk

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membengkak membentuk umbi lapis. Bagian yang membengkak berisi cadangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis usaha industri tempe kedelai skala rumah tangga di kota Surakarta

I. PENDAHULUAN. commit to user

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar mata

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi tinggi. Tanaman cabai dapat tumbuh di berbagai tipe tanah dan tanah yang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

I. PENDAHULUAN. Buah naga merupakan buah yang berkhasiat bagi kesehatan. Beberapa khasiat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

Kajian Efisiensi Tataniaga Cabai Merah Pada Pedagang Pengecer di Kecamatan Banyuasin III Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Komoditi. commit to user

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. nilai ekonomis tinggi ditinjau dari sisi pemenuhan konsumsi nasional dan sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ekonomi. Peranan sektor pertanian memiliki kontribusi terhadap Produk

BAB I PENDAHULUAN. iklim dan aktivitas fisik (Almatsier 2004). pangan untuk dikonsumsi. Selain dari faktor pengetahuan dan faktor

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari

beberapa desa salah satunya adalah Desa Yosowilangun Kidul

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lokal karena memiliki kandungan karbohidrat yang relatif tinggi. Zuraida dan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi berarti peluang pasar internasional bagi produk dalam negeri dan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor penting di Indonesia. Pembangunan pertanian

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura adalah segala hal yang berkaitan dengan buah, sayuran, bahan obat nabati, dan florikultura termasuk di dalamnya jamur, lumut, dan tanaman air yang berfungsi sebagai sayuran, bahan obat nabati, dan atau bahan estetika (Menteri Perdagangan, 2012). Komoditas hortikultura tidak hanya berfungsi sebagai bahan pangan, tetapi juga berfungsi sebagai penyedia pangan, berfungsi secara ekonomi yaitu menjadi sumber pendapatan bagi petani dan pedagang, berfungsi bagi kesehatan, dan berfungsi dalam hal sosial dan budaya sebagai salah satu unsur keindahan. Pengertian tanaman obat sebagai salah satu hortikultura menurut Flora (2008) adalah tanaman yang memiliki khasiat obat dan digunakan sebagai obat dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit. Pengertian berkhasiat obat adalah mengandung zat aktif yang berfungsi mengobati penyakit tertentu atau jika tidak mengandung zat aktif tertentu tetapi mengandung efek resultan atau sinergi dari berbagai zat yang berfungsi mengobati. Sedangkan tanaman hias menurut Ditjenhort (2012) merupakan salah satu komoditas pertanian yang permintaannya terus meningkat untuk berbagai keperluan rangkaian bunga, vas bunga, dekorasi ruangan, pertamanan, serta bahan parfum. Tanaman hias adalah jenis tanaman yang memiliki nilai artistik. Secara garis besar fungsi tanaman flori meliputi fungsi ekologis, sosial dan estetika. Sayuran sebagai salah satu tanaman hortikultura memegang peranan penting untuk meningkatkan mutu gizi dalam makanan sehari-hari yang dibutuhkan oleh setiap individu. Sayuran merupakan produk yang berdaya guna antara lain sebagai penunjang gizi masyarakat, sumber pendapatan serta penyerap tenaga kerja apabila diusahakan secara intensif. Bawang putih adalah salah satu komoditas sayuran yang dibudidayakan. Tanaman bawang putih merupakan tanaman yang mempunyai bau yang khas dan merangsang, umbinya biasanya digunakan untuk bumbu. Umbi bawang putih tersusun atas beberapa siung secara teratur. commit Bawang to putih user cocok ditanam di dataran tinggi, 1

digilib.uns.ac.id 2 namun ada pula yang dapat ditanam di dataran rendah seperti lumbu putih. Ukuran umbi bawang putih bervariasi tergantung jumlah dan ukuran siungnya dengan warna putih sampai kekuning-kuningan (Aak, 2010). Kebutuhan bawang putih bagi masyarakat di Indonesia cukup besar dan terus meningkat. Menurut data Susenas 2003, konsumsi per kapita bawang putih penduduk Indonesia mencapai 1,13 kg/tahun menyebabkan kebutuhan bawang putih nasional per tahun mencapai sekitar 250 ribu ton, dan jumlahnya cenderung meningkat karena pertambahan penduduk atau ragam penggunaan yang semakin banyak (Bahar, 2007). Bawang putih biasanya digunakan sebagai bumbu dapur. Bawang putih memiliki kandungan gizi yang berguna bagi tubuh manusia, selain itu bawang putih juga diyakini sebagai salah satu produk untuk mencegah kanker. Menurut Wibowo (2009), komposisi kimia bawang putih, tersaji dalam Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Kimia Pada Umbi Bawang Putih Komponen Kimia Jumlah Air (%) 60,9-67,8 Protein (%) 3,5-7,0 Lemak (%) 0,3 Karbohidrat (%) 24,0-27,4 Kalori (kal) 122 Mineral dan Fosfat : Kalsium (Ca) (mg%) 26-28 Fosfat (PO 4 ) (mg%) 79-109 Zat besi (Fe) (mg%) 1,4-1,5 Natrium (Na) (mg%) 16-28 Kalium (K) (mg%) 346-377 Vitamin thiamin, riboflavin, Kecil niasin, dan asam askorbat β-karoten (µg) Sangat kecil Sumber: Wibowo (2009) Tabel 1 mengenai kandungan kimia pada umbi bawang putih, dapat diketahui bahwa kandungan kimia yang terdapat pada umbi bawang putih adalah kalium sebesar 346-377 (mg%), kemudian kandungan tertinggi setelah kalium adalah fosfat sebesar 79-109 (mg%). Bawang putih rata-rata mengandung kalori sebesar 122 kal, dan kandungan β-karoten pada bawang putih sangat kecil.

digilib.uns.ac.id 3 Distribusi bawang putih agar sampai ke tangan konsumen memerlukan kegiatan pemasaran yang efisien. Pemasaran dapat didefinisikan sebagai seluruh kegiatan yang mengarahkan arus barang dari produsen ke konsumen. Dengan demikian, di dalam pemasaran menyangkut kegiatan operasi dan transaksi yang terlibat di dalam pergerakan, penyimpanan, prosesing, dan distribusi barang. Aspek yang unik dari pemasaran hasil hortikultura adalah sifat produk yang mudah rusak dan meruah (voluminous). Produk yang sudah dipanen sesungguhnya masih hidup, sehingga mutu cepat merosot dan cepat pula membusuk bila tidak ditangani secara benar. Mutu akhir produk yang menentukan nilai ekonominya sangat tergantung pada perlakuan-perlakuan pascapanen. Pemasaran dapat menaikan nilai produk hortikultura melalui pemanfaatan fungsi-fungsi pemasaran yang dikategorikan sebagai fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi kemudahan (Zulkarnain, 2010). Masalah pemasaran komoditi pertanian yang banyak ditemukan di Negaranegara yang sedang berkembang pada umumnya, dan di Indonesia pada khususnya yaitu tidak tersedianya komoditi pertanian dalam jumlah yang cukup dan kontinyu, harga komoditi yang sering berfluktuasi secara tajam, tidak efisiennya para pelaku pasar dalam melakukan kegiatan, tidak memadainya fasilitas, lokasi produsen dan konsumen yang terpencar, kurang lengkapnya informasi pasar, kurangnya pengetahuan terhadap pemasaran, kurangnya modal, kurangnya respon dari produsen terhadap permintaan pasar, dan tidak memadainya peraturan-peraturan yang ada (Soekartawi, 2002). Setiap tanaman membutuhkan syarat tumbuh yang khas, demikian pula bawang putih. Syarat tumbuh bawang putih harus dipenuhi agar bawang putih mampu tumbuh dengan baik, sehingga produktifitasnya besar. Kabupaten Karanganyar adalah kabupaten yang berada di wilayah Jawa Tengah merupakan salah satu produsen bawang putih. Penanaman bawang putih memerlukan suhu yang paling baik antara 20 0-25 0 C, dengan curah hujan sekitar 1.200-2.400 mm setiap tahunnya. Bawang putih sangat baik ditanam di dataran tinggi (pegunungan) dengan ketinggian lebih dari 600 mdpl. Wilayah Kabupaten Karanganyar yang commit digunakan to user sebagai lahan tanam bawang putih

digilib.uns.ac.id 4 mempunyai ketinggian rata-rata 1.200 m di atas permukaan laut serta beriklim tropis dengan temperatur rata-rata 22 0 31 0 C. Sehingga keadaan agroklimat Kabupaten Karanganyar sesuai untuk membudidayakan tanaman bawang putih. Selain itu, menurut data BPS Jawa Tengah, Kabupaten Karanganyar merupakan produsen utama bawang putih di Jawa Tengah yang tersaji dalam Tabel 2. Tabel 2. Luas Panen dan Produksi Tanaman Bawang Putih Menurut Kabupaten/Kota Produsen Bawang Putih di Jawa Tengah Tahun 2012 No Kabupaten/Kota Luas Panen (Ha) Produksi (Kw) 1 Karanganyar 76 9.755 2 Temanggung 115 4.600 3 Magelang 58 2.467 4 Wonosobo 33 1.646 5 Brebes 20 1.458 6 Tegal 30 1.369 7 Batang 8 618 8 Wonogiri 7 182 Sumber: BPS Jawa Tengah Dalam Angka 2012 Tabel 2 mengenai luas panen dan produksi tanaman bawang putih di Jawa Tengah menegaskan bahwa Kabupaten Karanganyar merupakan wilayah yang produksinya tertinggi di Jawa Tengah yaitu sebesar 9.755 kuintal. Kabupaten Temanggung merupakan produsen kedua bawang putih tetapi luas panen Kabupaten Temanggung lebih luas daripada Kabupaten Karanganyar. Produsen bawang putih yang paling kecil yaitu Kabupaten Wonogiri sebesar 182 kuintal. Kesesuaian kondisi alam Kabupaten Karanganyar dengan syarat-syarat usaha budidaya tanaman bawang putih menjadikan banyak petani yang membudidayakan tanaman bawang putih. Selain kondisi alam yang mendukung, bawang putih dipilih karena nilai ekonomis yang tinggi, dan konsumsi bawang putih hampir setiap hari dan setiap rumah tangga menggunakanya sebagai bumbu masakan. Varietas bawang putih yang dibudidayakan di Kabupaten Karanganyar sebagian besar adalah varietas Tawangmangu Baru. Varietas Tawangmangu Baru memiliki keunggulan dibandingkan dengan varietas lain.

digilib.uns.ac.id 5 Kondisi pemasaran produk pertanian di Indonesia menurut Soekartawi (2002) adalah kurangnya perhatian terhadap pemasaran mengakibatkan efisiensi pemasaran menjadi rendah. Dalam banyak kenyataan hal ini juga disebabkan karena tingginya biaya pemasaran. Macam komoditi pertanian, lokasi pemasaran, macam dan peranan lembaga pemasaran adalah variabelvariabel yang diduga sebagai penyebab tingginya biaya pemasaran. Menurut Sudiyono (2002) indikator yang digunakan untuk menentukan efisiensi pemasaran adalah margin pemasaran, harga di tingkat konsumen, tersedianya fasilitas fisik pemasaran dan intensitas persaingan. Margin pemasaran merupakan perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan harga yang diterima petani. Sementara ini, terdapat anggapan bahwa semakin besar margin pemasaran, semakin tidak efisien suatu proses pemasaran. Anggapan ini tidak selamanya benar, sebab margin pemasaran pada hakikatnya terdiri dari biaya-biaya untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga-lembaga pemasaran. Nilai margin pemasaran yang menjadi indikator efisien tidaknya suatu sistem pemasaran mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian mengenai pemasaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi margin pemasaran bawang putih di Kabupaten Karanganyar. B. Perumusan Masalah Wilayah pemasaran bawang putih yang ditanam di Kabupaten Karanganyar menurut informasi yang diperoleh dari Mantri Tani Kabupaten Karanganyar, baru dipasarkan di sekitar wilayah Kabupaten Karanganyar saja. Karena bawang putih lokal, kalah bersaing dengan bawang putih impor yang harganya di bawah bawang putih lokal. Menurut Nurhayat (2013) harga bawang putih di pasaran domestik sudah hampir menembus Rp 40.000/kg. Bahkan di beberapa tempat harganya sudah melambung hingga Rp 50.000/kg. Sedangkan harga bawang putih dari Cina sebesar Rp. 15.000,00 Rp 17.000,00/kg. Harga bawang putih impor di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah menurut kementrian pertanian (2013) data terakhir yaitu pada tanggal 14 Januari 2013 sebesar Rp.25.000,00/kg. Volume impor bawang putih selama lima tahun terakhir mengalami kenaikan, yang mengancam keberadaan

digilib.uns.ac.id 6 bawang putih lokal. Karena, jika volume impor terlalu besar dan sikap konsumen lebih memilih bawang impor daripada bawang putih lokal, menyebabkan petani kesulitan memasarkan produk hasil panennya. Perkembangan volume impor bawang putih selama lima tahun terakhir, tersaji dalam Tabel 3: Tabel 3. Perkembangan Volume Impor Bawang Putih di Indonesia Tahun 2007-2011 Tahun Volume Impor (ton) Δ Pertumbuhan Pertumbuhan (%) Rata-rata Pertumbuhan 2007-2011 2007 341.102 - - 6% 2008 425.330 84.228 24,69 2009 405.138-20.192-4,7 2010 361.289-43.849-10,82 2011 419.090 57.801 15,99 Total 1951.949 77.988 25,16 Sumber : Ditjenhort (2012) Tabel 3 mengenai perkembangan volume impor bawang putih di Indonesia tahun 2007-2011 dapat diketahui bahwa impor mengalami pertumbuhan sekitar 6 %. Volume impor bawang putih terbesar terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 425.330 ton. Waktu panen yang hanya dilakukan pada musim kemarau, sedangkan kebutuhan bawang putih sepanjang musim, menuntut kegiatan pemasaran yang harus dilakukan dengan baik agar tidak terjadi fluktuasi harga secara tajam. Musim panen misalnya bulan Juli 2012 harga bawang putih per kilogram di tingkat petani Rp. 17. 500,00 dan bulan Agustus 2012 harga bawang putih per kilogram sekitar Rp. 9.500,00 di tingkat petani sedangkan pada saat tidak panen (Februari 2013) harga bawang putih yang dibayarkan konsumen akhir Rp. 32.000,00 per kilogram. Menurut kementrian perdagangan (2013) harga bawang putih berkisar Rp 36.000-Rp 40.000 per kg dari harga normalnya Rp 6.000-Rp 10.000 per kg. Adanya fluktuasi harga yang tajam ini mengindikasikan bahwa kegiatan pemasaran bawang putih

digilib.uns.ac.id 7 belum dilakukan secara efisien. Hal tersebut yang mendorong peneliti untuk mengkaji lebih dalam mengenai: 1. Bagaimana pola saluran pemasaran bawang putih di Kabupaten Karanganyar? 2. Berapa besar biaya, keuntungan dan marjin pemasaran bawang putih di Kabupaten Karanganyar? 3. Saluran pemasaran manakah dari pemasaran bawang putih di Kabupaten Karanganyar yang paling efisien secara ekonomi? 4. Apakah harga di tingkat petani, jumlah lembaga pemasaran yang dilalui, dan jarak petani dengan lembaga pemasaran terdekat mempengaruhi margin pemasaran bawang putih di Kabupaten Karanganyar? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Mengkaji pola saluran pemasaran bawang putih di Kabupaten Karanganyar. 2. Menganalisis biaya, keuntungan dan marjin pemasaran bawang putih di Kabupaten Karanganyar. 3. Mengkaji saluran pemasaran bawang putih di Kabupaten Karanganyar yang paling efisien secara ekonomi. 4. Menganalisis pengaruh harga di tingkat petani, jumlah lembaga pemasaran yang dilalui, dan jarak petani dengan lembaga pemasaran terdekat terhadap margin pemasaran bawang putih di Kabupaten Karanganyar.

digilib.uns.ac.id 8 D. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti, penelitian ini dapat bermanfaat menambah wawasan dan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan topik penelitian serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bagi petani bawang putih, hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan mengenai pemasaran bawang putih dan membantu dalam upaya peningkatan pendapatan petani. 3. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan, serta dapat memberikan sumbangan pemikiran, evaluasi terhadap penetapan kebijakan, terutama kaitannya dengan pemasaran bawang putih di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. 4. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai sumber wacana mengenai permasalahan pemasaran serta sebagai referensi dalam penelitian pemasaran di masa mendatang.