BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

Estimasi Kesalahan Sampling Riskesdas 2013 (Sampling errors estimation, Riskesdas 2013)

2

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

INDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI BARAT TAHUN 2017

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN

INDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI UTARA TAHUN 2017

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH FEBRUARI 2016

Jumlah Ternak yang dipotong di rumah potong hewan (RPH) menurut Provinsi dan Jenis Ternak (ekor),

INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan

PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi

INDEKS KEBAHAGIAAN KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2017

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PAPUA BARAT MARET 2017 MEMBAIK

BERITA RESMI STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2013

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

DATA MENCERDASKAN BANGSA

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

INDEKS KEBAHAGIAAN MALUKU UTARA TAHUN 2017

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.

BERITA RESMI STATISTIK

INDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D.

BERITA RESMI STATISTIK

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

INDEKS KEBAHAGIAAN DKI JAKARTA TAHUN 2017

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2014

BAB I PENDAHULUAN. antara pemerintah dan pihak swasta (masyarakat) sehingga sumber daya yang ada

BERITA RESMI STATISTIK

INDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL SEMESTER II TAHUN 2013

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

INDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN PROV BENGKULU TAHUN 2017 SEBESAR 70,61 PADA SKALA 0-100

BERITA RESMI STATISTIK

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

Antar Kerja Antar Daerah (AKAD)

INDEKS KEBAHAGIAAN SUMATERA UTARA TAHUN 2017

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

POLICY UPDATE WIKO SAPUTRA

INDEKS KEBAHAGIAAN JAWA BARAT TAHUN 2017

Keterwakilan Perempuan Di Lembaga Legislatif

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal

INDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI TENGAH TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI TENGAH TAHUN 2017 SEBESAR 71,92 PADA SKALA 0-100

BKN. Kantor Regional. XIII. XIV. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

Tabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi

BERITA RESMI STATISTIK

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)

INDEKS KEBAHAGIAAN INDONESIA TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN RIAU TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN PAPUA BARAT TAHUN 2017

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2012

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH JULI 2015

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

Transkripsi:

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Indikasi adanya ledakan penduduk di Indonesia yang ditunjukkan beberapa indikator demografi menjadikan pengendalian penduduk menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan. Pergeseran perilaku ibu dalam membatasi jumlah anak, pergeseran usia perkawinan pertama, dan beberapa masalah lain ditunjukkan hasil SDKI-2002 dan SDKI-2007 cukup mengkhawatirkan. Namun permasalahan-permasalahan di atas tidak terjadi di semua provinsi. Masingmasing provinsi memiliki permasalahan masing-masing yang dipengaruhi keadaan ekonomi, sosial, budaya dan kondisi demografinya, sehingga pengelompokan provinsi-provinsi dilakukan untuk mendapatkan kelompok provinsi yang lebih homogen (variabilitas kecil) dan antar kelompok lebih heterogen. Pengelompokan provinsi menghasilkan 4 kelompok yaitu : i. Kelompok 1 terdiri dari 16 provinsi yaitu DI Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Kep. Riau, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat memiliki karakteristik rata-rata lama sekolah ibu rendah (7,59 tahun), umur ibu muda (31,8 tahun), usia perkawinan pertama termuda (19,26 tahun), keaktifan petugas KB paling tinggi (6,2 persen), dan mayoritas menginginkan anak ke-3 (77,1 persen). ii. Kelompok 2 terdiri dari 9 provinsi yaitu Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Sulawesi Barat memiliki karakteristik rata-rata lama sekolah ibu paling tinggi (9,22 tahun), akses ke media dan alokon tinggi (88 persen dan 91,2 persen), partisipasi kerja rendah (55,9 persen), 79

suami bekerja di luar pertanian tinggi (72 persen), suami setuju KB (80,1 persen), menginginkan anak ke-3 terendah (68,9 persen). iii. Kelompok 3 terdiri dari 4 provinsi yaitu Riau, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Kalimantan Barat memiliki karakteristik rata-rata lama sekolah ibu paling rendah (7,49 persen), akses ke media dan alokon paling rendah (65 persen dan 70,2 persen), partisipasi kerja rendah (57,8 persen), suami bekerja di sektor pertanian (56,1 persen), persentase suami setuju KB terendah (59,2 persen), menginginkan anak ke-3 rendah (72 persen). iv. Kelompok 4 terdiri dari 4 provinsi yaitu Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah memiliki karakteristik ratarata lama sekolah ibu tinggi (8,22 tahun), umur ibu tua (33,17 tahun), usia perkawinan pertama tertinggi (21,3 tahun), akses ke media rendah (67,8 persen), dan persentase wanita tidak menginginkan anak ke-3 tertinggi (13,7 persen). 2. Data jarak kelahiran anak kedua dan ketiga yang dihubungkan dengan beberapa faktor yang mempengaruhinya mengandung data tersensor yang dapat ditangani dalam analisis survival dengan Model Proporsional Hazard. Model yang terbentuk masing-masing kelompok adalah : i. Kelompok 1 menggunakan model dengan interaksi yaitu: h = 0,5361 0,02238 0,2395 2 0,2223 3 ii. 0,8228 0,9332 +0,03081 +0,9236 2,962 4 h Pada kelompok 1 ini faktor yang mempengaruhi jarak kelahiran anak kedua dan ketiga adalah akses ke media informasi, umur ibu pada saat melahirkan anak kedua, anak yang diinginkan, status bekerja suami dan tipe tempat tinggal. Model untuk Kelompok 2 adalah model tanpa interaksi yaitu: h = 0,05756 0,8791 2 0,6673 3 0,9844 4 1,095 5 +0,3186 7 +1,176 h 80

Kelompok 2, faktor yang mempengaruhi bertahannya propgram Dua Anak Cukup pada individu ibu adalah umur ibu pada saat melahirkan anak kedua, agama dan tipe tempat tinggal. iii. Model untuk Kelompok 3 yaitu tanpa interaksi dengan persamaan: h = 0,1009 0,6571 2 0,4093 3 h Pada kelompok 3, ketahanan program Dua Anak Cukup dipengaruhi oleh faktor umur ibu pada saat melahirkan anak kedua dan anak yang diinginkan. iv. Model untuk kelompok 4 menggunakan model tanpa interaksi yaitu : h = 0,4838 0,06106 0,3092 2 0,4788 3 h Pada kelompok terakhir ini program Dua Anak Cukup dipengaruhi oleh faktor kemampuan baca tulis, umur ibu pada saat melahirkan anak kedua dan anak yang diinginkan. 3. Kelompok yang paling membutuhkan perhatian adalah kelompok 1, dimana memiliki hazard rate tertinggi, rata-rata lama sekolah rendah dan usia perkawinan pertama muda. Keadaan perekonomian keluarga mempengaruhi keputusan mempunyai anak ketiga yang mayoritas ibu masih menginginkan memiliki anak ketiga walaupun keaktifan petugas KB paling tinggi dibanding kelompok lain. Selain itu, umur ibu saat melahirkan anak kedua sangat kecil mempengaruhi resiko gagalnya program Dua Anak Cukup. Meskipun ada penundaan usia perkawinan pertama yang akibatnya menunda kelahiran anak kedua dan memperkecil resiko lahirnya aanak ketiga, namun efeknya sangat kecil. Jadi dibutuhkan kerja keras pemerintah dan semua pihak untuk dapat melakukan intervensi pembatasan jumlah anak pada kelompok 1 ini. 5.2. Saran Dalam kerangka pembangunan nasional baik ditinjau dari sisi ekonomi maupun pembangunan manusia, masalah kependudukan tidak bisa diabaikan. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi pada level tertentu tidak dapat dipisahkan dari 81

pengendalian jumlah pengangguran, jumlah penduduk miskin, partisipasi sekolah, dan lain-lain yang berkaitan erat dengan penduduk. Sehingga pengendalian jumlah penduduk rasanya masih diperlukan di Indonesia dengan kebijakan yang mengintervensi jumlah anggota keluarga seperti Dua Anak Cukup yang sekarang di perbarui dengan Dua Lebih Baik. Beberapa hal yang dapat disarankan adalah: 1. Untuk pemerintahan pusat, menunda usia perkawinan adalah usaha yang dapat dilakukan secara nasional dengan melalui pendekatan kesehatan seperti bahayanya melahirkan di usia dini, dari sisi pendidikan dengan meningkatkan partisipasi sekolah untuk perempuan pada tingkat sekolah menengah atas dan perguruan tinggi, dari sisi ekonomi dengan meningkatkan partisipasi angkatan kerja perempuan dan lain-lain. Selain itu, memberikan pemahaman yang sama kepada pemerintah daerah tentang pentingnya program kependudukan bagi pembangunan. 2. Untuk pemerintah daerah, faktor-faktor yang mempengaruhi kurang berhasilnya program Dua Anak Cukup berbeda antar wilayah sehingga disesuaikan dengan kondisi wilayahnya masing-masing. Bahkan jika memungkinkan sampai tingkat kabupaten/kota dapat dilakukan dengan pendekatan yang berbeda mengingat pada era otonomi beberapa urusan telah dijadikan urusan wajib bagi pemerintah daerah termasuk kelembagaan KB sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Untuk Badan Pusat Statistik sebagai penyelenggara SDKI, pengambilan sampel dapat dilakukan dengan penimbang beberapa variabel yang memungkinkan mempengaruhi perilaku individu dibidang demografi dan kesehatan seperti suku dan agama. Bahkan kenyataan bahwa dalam provinsipun terdapat perbedaan-perbedaan karakteristik antar kabupaten/kota yang dalam pemecahan masalah seperti kependudukan tidak dapat digeneralisir menurut provinsi. Pengambilan sampel untuk estimasi tingkat kabupaten/kota kiranya perlu menjadi perhatian untuk penyelenggaraan SDKI yang akan datang. 82