PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENJAGAAN

dokumen-dokumen yang mirip
STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR PENJAGAAN TAHANAN

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWALAN

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI PELAKSANAAN TUGAS PENJAGAAN SUBDIT GASUM DITSABHARA POLDA NTB BULAN FEBRUARI 2017

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN TINDAK PIDANA RINGAN (TIPIRING)

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG TIPIRING

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PATROLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PENGAWALAN TAHANAN POLRES MATARAM

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 4 TAHUN 2005 TENTANG

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEGIATAN PENGAWALAN SAT SABHARA POLRES SUMBAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 5 TAHUN 2005 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

URAIAN TUGAS SATPAM INTERNAL

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGAMANAN EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA

2017, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran N

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLRI. Tindakan. Penggunaan Kekuatan. Pencabutan

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

PEDOMAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) INISIATIF. Tentang SISTEM PENGUNGKAPAN KASUS SAT RESKRIM DENGAN TEAM ELITE SAT SABHARA POLRES LOMBOK TIMUR

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGAMANAN EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PENERTIBAN PEMELIHARAAN HEWAN TERNAK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROSEDUR TETAP KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PROTAP/ 1 / X / 2010 TENTANG PENAGGULANGAN ANARKI

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG TEKNIS PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PROSEDUR KERJA. Kencana Loka BLOK F JABATAN : KOORDINATOR SECURITY TGL TERBIT : SATUAN PENGAMAN / SECURITY NO REVISI : 0

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Penggunaan Senjata Api Dinas di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1996 te

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 17 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN

2015, No. -2- untuk melaksanakan ketentuan Pasal 50 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan Pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN INFORMASI

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) SATUAN SABHARA POLRES MATARAM DALAM PENANGANAN UNJUK RASA

NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

( SOP BALIKPAPAN, PEBRUAR

STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR (SOP) TPTKP

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA POL R E S B I M A K O T A

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

PP 58/1999, SYARAT-SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PERAWATAN TAHANAN

PELAKSANAAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tanggal 1 Agustus Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

MENTER! HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SELAM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TATA CARA PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT RESESRE NARKOBA KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1983 Tentang : Pelaksanaan Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETERTIBAN DALAM KAWASAN PELABUHAN PEMERINTAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG

TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG SEKRETARIAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SEWAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1997 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DIMUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN USAHA RUMAH KOST DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 135 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG IZIN GANGGUAN

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PELETON PENGURAI MASSA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

2016, No perkembangan peraturan perundang-undangan sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN ILIR,

PERATURAN DAN TATA TERTIB RUMAH KOS

: PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 5 TAHUN 2010

Transkripsi:

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENJAGAAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Polri dalam kedudukannya sebagai alat negara penegak hukum, merupakan salah satu aparatur negara pengemban kedaulatan dan kekuasaan negara di bidang hukum; b. bahwa kesiapsiagaan Polri dalam menanggulangi setiap bentuk gangguan Kamtibmas merupakan tuntutan tugas, perlu dipelihara oleh setiap jajaran Polri dalam mewujudkan situasi Kamtibmas yang mantap dan dinamis; c. bahwa dalam rangka memelihara Kamtibmas Polri melakukan kegiatan yang sifatnya pencegahan (preventif) berupa kegiatan Penjagaan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b dan c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pemelihara Keamanan Polri tentang Penjagaan; Mengingat : Pasal 13 dan Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); MEMUTUSKAN..

2 MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEMANANAN POLRI TENTANG PENJAGAAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Polri adalah alat penegak hukum yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, dan memberikan perlindungan, pengayoman serta pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. 2. Penjagaan adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh anggota Polri yang bersifat pencegahan (preventif) dengan memberikan perlindungan, pengayoman, pelayanan dan memelihara keselamatan jiwa dan harta benda untuk kepentingan masyarakat dan negara. 3. Penjagaan perkantoran adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh anggota Polri untuk menjaga keamanan perkantoran yang menjadi tanggung jawabnya. 4. Penjagaan tahanan adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh anggota Polri untuk memberikan perlindungan terhadap tahanan dalam pelaksanaan proses hukum. 5. Penjagaan objek tertentu adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh anggota Polri untuk memberikan perlindungan dan pengayoman terhadap objek tertentu. 6. Keamanan adalah kondisi dinamis kedamaian dan ketentraman yang merupakan hasil integrasi dan interaksi faktor-faktor dinamis yang memungkinkan semua kegiatan dapat berkembang sesuai dengan kemampuan dan tuntutan tugasnya. 7. Potensi Gangguan yang selanjutnya disingkat PG adalah kondisi/situasi yang merupakan faktor stimulan/pencetus/embrio gangguan keamanan yang berpotensi besar akan tumbuh menjadi gangguan nyata keamanan. 8. Ambang..

3 8. Ambang Gangguan yang selanjutnya disingkat AG atau Police Hazard adalah kondisi gangguan Kamtibmas skala menengah yang jika dibiarkan tidak ada tindakan kepolisian dapat meningkat menjadi Gangguan Nyata. 9. Gangguan Nyata yang selanjutnya disingkat GN atau Ancaman Faktual adalah gangguan keamanan berupa kejahatan atau pelanggaran yang terjadi dan menimbulkan kerugian bagi masyarakat berupa kerugian harta benda ataupun jiwa raga. 10. Situasi aman adalah situasi keadaan bebas dari bahaya yang dirasakan oleh seseorang. Pasal 2 (1) Penjagaan bertujuan untuk menjaga keamanan terhadap kemungkinan timbulnya kriminalitas, mencegah terjadinya gangguan Kamtibmas, memberikan perlindungan, pengayoman, dan rasa aman serta rasa tenteram. (2) Penjagaan berfungsi untuk melakukan pencegahan dan penindakan kejahatan, memelihara keamanan serta menjaga jiwa dan harta benda dari ancaman kejahatan. (3) Penjagaan dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip keterpaduan dengan fungsi-fungsi lain, selektif prioritas dan tindakan preventif. BAB II TUGAS DAN PERAN Pasal 3 Tugas penjagaan meliputi : a. mencegah/menangkal segala bentuk tindak kejahatan/pelanggaran di daerah tanggung jawabnya masing-masing, baik bersifat pos tetap, pos sementara dan pos bergerak (mobile); b. memberikan pelayanan, antara lain menerima laporan/pengaduan dari masyarakat; c. memonitor secara aktif segala bentuk gangguan Kamtibmas yang terjadi pada seluruh jajaran Polri di wilayahnya; dan d. melaporkan....

4 d. melaporkan secara cepat dan tepat setiap segala bentuk kejadian/gangguan Kamtibmas yang terjadi di wilayahnya kepada satuan tingkat atas guna mendapatkan petunjuk lanjut. Pasal 4 Peran penjagaan sebagai pintu gerbang pertama dalam memberikan pelayanan kepolisian kepada warga masyarakat yang membutuhkan, dalam bentuk : a. penerimaan dan penanganan laporan/pengaduan; b. pelayanan permintaan bantuan/pertolongan kepolisian; c. penjagaan markas termasuk penjagaan tahanan dan pengamanan barang bukti; dan d. penyelesaian perkara ringan/perselisihan antar warga, sesuai ketentuan hukum/peraturan perundang-undangan dan norma yang berlaku/kebijakan dalam organisasi Polri. Pasal 5 Ruang lingkup penjagaan meliputi : a. penjagaan perkantoran; b. penjagaan tahanan; dan c. penjagaan objek tertentu. BAB III PERORGANISASIAN Pasal 6 (1) Penjagaan perkantoran dilaksanakan pada tingkat Mabes Polri sampai dengan tingkat kewilayahan yang meliputi : a. satuan-satuan jajararan Mabes Polri; b. Polda; d. Polres..

5 c. Polres; d. Polsek; dan e. Polsubsektor. (2) Penjagaan tahanan dilaksanakan di rutan yang ada di jajaran kepolisian dari tingkat pusat sampai tingkat kewilayahan. (3) Penjagaan obyek tertentu dilaksanakan pada obyek-obyek yang dipandang perlu untuk dilakukan penjagaan berdasarkan pertimbangan keamanan yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Pasal 7 (1) Petugas yang melaksanakan tugas penjagaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 adalah anggota Polri yang mendapat perintah dari atasannya. (2) Selaku pembina fungsi tugas penjagaan untuk di tingkat Mabes Polri adalah Direktorat Sabhara Polri, sedangkan untuk tingkat kewilayahan adalah Direktorat Sabhara Polda. Pos penjagaan terdiri dari : Pasal 8 a. pos tetap adalah suatu pos polisi yang bersifat permanen dan ada kegiatan kepolisian yang dilaksanakan sepanjang waktu serta dikukuhkan dengan Surat Keputusan Kapolda; b. pos sementara (taktis) adalah pos polisi yang diadakan dalam rangka menghadapi ancaman gangguan dan kegiatan masyarakat yang bersifat temporer; dan c. pos bergerak (mobile) adalah pos polisi yang sifatnya bepindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan bermotor roda empat. Pasal 9 Sistem penjagaan meliputi : a. 3 (tiga) ploeg yaitu dalam 24 jam dibagi dalam 3 giliran petugas jaga; b. 2 (dua) ploeg yaitu dalam 24 jam dibagi dalam 2 giliran petugas jaga; c. 1 (satu) ploeg yaitu tugas jaga bergantian selama 24 jam/satu hari. Pasal..

6 Pasal 10 Kekuatan petugas jaga pada tiap-tiap pos penjagaan jumlahnya disesuaikan dengan beban tugas dan ancaman gangguan Kamtibmas. Pasal 11 Persyaratan yang harus dimiliki oleh petugas penjagaan : a. kemampuan melayani masyarakat; b. kemampuan melakukan TPTKP; c. kemampuan memproses Tipiring; d. kemampuan pengumpulan bahan keterangan (Baket); e. kemampuan membuat laporan tertulis (verbal); f. kemampuan melakukan tindak represif tahap awal; dan g. kemampuan bela diri Polri. BAB IV PERSIAPAN Bagian Kesatu Penjagaan Perkantoran Pasal 12 (1) Setengah jam sebelum dimulai giliran tugas jaga, maka petugas jaga baru sudah siap di tempat jaga. (2) Memeriksa ruang jaga, lingkungan sekitarnya dan barang-barang inventaris penjagaan. (3) Memeriksa kerapihan meliputi: sikap tampang, perlengkapan dan persenjataan. (4) Menerima/meminta informasi dan mempelajari tugas-tugas yang telah dilakukan oleh petugas jaga lama, memperhatikan petunjuk-petunjuk dan perintah-perintah dari pimpinan. (5) Ka jaga memberikan AAP/APP tentang penekanan tugas penjagaan kepada anggotanya. Bagian..

7 Bagian Kedua Penjagaan Tahahan Pasal 13 (1) Penjagaan tahanan dilakukan oleh anggota jaga dengan pengaturan sesuai jadwal tugas jaga tahanan. (2) Ka Jaga memberikan AAP/APP kepada anggota jaga tahanan. (3) Mengecek kelengkapan (senjata api, senter malam hari) dan kelengkapan lain yang diperlukan. (4) Anggota jaga tahanan harus mengetahui jumlah dan keadaan tahanan dari daftar tahanan yang ada (pada buku dan papan tahanan). (5) Sebelum serah terima jaga tahanan, anggota jaga lama dan baru mengadakan pemeriksaan jumlah tahanan, keadaan tahanan, mencocokkan daftar tahanan dan mengadakan pemeriksaan kondisi ruang tahanan. Bagian Ketiga Penjagaan Obyek Tertentu Pasal 14 (1) Menyiapkan Surat Perintah Penugasan, (2) Pa jaga menentukan titik titik kerawanan obyek penjagaan dengan memperhatikan tempat yang akan dijaga dan diamankan, lamanya kegiatan, jumlah masyarakat yang hadir dan jenis kegiatan yang akan dijaga, tokoh/ pejabat yang hadir dan jenis ancaman dan gangguan yang mungkin timbul. (3) Menyiapkan kekuatan yang akan dilibatkan, berdasarkan kerawanan di atas dan kemampuan personel sesuai sasaran penjagaan yang dihadapi. (4) Mengecek kesiapan peralatan dan kelengkapan yang digunakan untuk melaksanakan tugas jaga. (5) Memberikan AAP/APP kepada anggota yang akan melaksanakan tugas penjagaan. (6) Petugas jaga harus sudah siap di lokasi penjagaan satu jam sebelum acara/ kegiatan masyarakat dimulai. (7) Menyiapkan administrasi pelaporan. BAB V..

8 BAB V PELAKSANAAN Bagian Kesatu Penjagaan Perkantoran Pasal 15 (1) Penjagaan perkantoran di bawah tanggung jawab Ka Jaga, adapun kegiatankegiatan penjagaan antara lain membuat jadwal tugas-tugas penjagaan, mengisi buku mutasi, melaksanakan dinas jaga sesuai jadwal tugas penjagaan, memukul lonceng setiap jam sekali, dan ditulis dalam buku mutasi penjagaan dengan tinta warna merah. (2) Pelaksanaan tugas jaga perkantoran memperhatikan dan meneliti secara khusus kelengkapan administrasi penjagaan, barang inventaris penjagaan dan kebersihan ruang penjagaan serta lingkungannya. (3) Selama melaksanakan tugas penjagaan maupun sedang dalam istirahat tetap memperhatikan kesiapsiagaan. (4) Melaksanakan pengawasan terhadap situasi perkantoran dan sekitarnya. (5) Menjaga, memelihara dan mengawasi serta mengatur keluar masuknya barang bukti, barang titipan dan barang temuan yang menjadi tanggung jawab petugas jaga, agar tetap utuh dan tidak rusak serta dicatat dalam buku mutasi. (6) Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan bantuan, pertolongan dan informasi, serta menyiapkan ruang tunggu tamu. (7) Mencatat dalam buku mutasi setiap kejadian yang menjadi tanggung jawabnya. (8) Melaksanakan pengawasan, pengamatan dan pengecekan di lingkungan perkantoran, memeriksa pintu-pintu kantor apakah sudah terkunci atau belum terutama di luar jam kantor atau malam hari termasuk adanya anggota yang lembur. (9) Anggota yang mendapat giliran istirahat memanfaatkan waktu istirahat di tempat yang sudah ditentukan. (10) Pelaksanaan tugas jaga perkantoran agar senantiasa diadakan koordinasi dengan petugas jaga instansi lain. (11) Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh anggota jaga dicatat dalam buku mutasi penjagaan. Bagian..

9 (1) Membuat jadwal penjagaan tahanan. Bagian Kedua Penjagaan Tahanan Pasal 16 (2) Penjagaan dan pengawasan tahanan disesuaikan dengan kekuatan personil petugas jaga. (3) Mengawasi lingkungan dalam dan luar ruang tahanan secara ketat dan teliti. (4) Mencatat dalam buku mutasi apabila ada kelainan/penyimpangan dari pada tahanan dan situasi sekitar ruang tahanan serta dibuat laporan. (5) Melakukan tindakan tepat, tegas, cepat dan benar terhadap penyimpanganpenyimpangan dari tahanan. (6) Petugas jaga lama menyerahkan tugas jaga/pengawasan tahanan dengan lengkap dan menginformasikan hal-hal yang perlu diperhatikan oleh petugas jaga baru. (7) Petugas jaga baru mengecek jumlah tahanan, kondisi fisik setiap tahanan, barang-barang milik tahanan yang dititipkan, surat perintah penahanan serta hal-hal lain sehubungan dengan penyerahan dari petugas jaga lama. (8) Serah terima tugas jaga tahanan agar dicatat dalam buku mutasi penjagaan. (9) Pada saat petugas jaga tahanan masuk ke dalam kamar tahanan harus waspada dari kemungkinan tahanan memperdaya, melemahkan atau merampas peralatan/senpi petugas jaga tahanan, melarikan diri, menyandera atau melakukan perbuatan yang melawan hukum. Pasal 17 Tata cara memasuki ruang tahanan meliputi: a. petugas jaga tahanan harus dapat mengetahui tahanan mana yang perlu diwaspadai dan memerlukan perhatian khusus; b. petugas yang memasuki ruang tahanan minimal 2 (dua) orang, petugas pertama yang memasuki ruang tahanan, petugas kedua mengawasi gerakgerik tahanan dalam rangka mengamankan petugas yang masuk ke dalam ruang tahanan; c. kekuatan..

10 c. kekuatan petugas yang masuk dalam ruang tahanan disesuaikan dengan jumlah tahanan; d. petugas yang masuk ke dalam ruang tahanan mengambil posisi taktis yang menguntungkan untuk melumpuhkan gerakan tahanan yang membahayakan; e. keluar dan masuknya tahanan hendaknya diatur secara bergilir sesuai kepentingan; dan f. dilarang membuka kamar tahanan pada malam hari. Pasal 18 Larangan bagi petugas jaga tahanan meliputi: a. meminta uang/barang/jasa apapun dari tahanan atau keluarga yang datang menjenguk; b. menyuruh bekerja seperti membersihkan kendaraan, menyapu halaman/lantai kantor; c. melakukan ancaman, penganiayaan ataupun menyakiti hati tahanan; dan d. apabila terjadi kelalaian atau kesengajaan dari petugas tahanan yang mengakibatkan matinya tahanan atau melarikan diri, maka petugas jaga tahanan dan pimpinan 2 (dua) tingkat di atasnya dikenakan tuntutan sesuai peraturan yang berlaku. Pasal 19 Tata cara memasukkan tahanan ke dalam ruang tahanan meliputi: a. tahanan harus dilengkapi dengan Surat Perintah Penahanan (SPP) yang ditandatangani oleh penyidik; b. setiap tahanan yang ditahan di ruang tahanan, agar dicek kesehatannya dengan minta bantuan tenaga medis; c. pada saat menerima tahanan periksa kondisi tahanan, apakah ada tanda-tanda penganiayaan atau tidak, catat dalam buku penerimaan tahanan, apabila nyata-nyata ada bekas penganiayaan, maka petugas jaga harus memintakan visum ke rumah sakit dengan dibuat berita acara penerimaan dan penyerahan tersangka kemudian dilaporkan kepada atasan agar apabila terjadi sesuatu (mati) hal tersebut dapat dipertanggung jawabkan; d. periksa..

11 d. periksa barang-barang tahanan, seperti : benda tajam/sejenisnya, tali, ikat pinggang, korek api, obeng, kikir atau benda-benda yang dapat diubah menjadi benda yang membahayakan tahanan atau dapat merugikan petugas, agar diamankan oleh petugas jaga; e. apabila ada barang-barang berharga (uang, perhiasan) milik pribadi tahanan, harus dimasukkan ke dalam sampul dan disegel serta disaksikan oleh pemilik; f. penyimpanan barang berharga diupayakan dititipkan di brankas; g. semua barang milik tahanan dicatat secara rinci dalam buku register barang titipan milik tahanan, diketahui oleh tahanan dan petugas dengan membubuhi tanda tangan; h. catat di papan tahanan mengenai: nama, umur, jenis kelamin, kamar, nomor SPP, pasal/kasus yang dilanggar, tanggal dimulai penahanan, perpanjangan masa penahanan dari jaksa serta pengadilan; i. catat tahanan dalam buku daftar tahanan, dan catat identitas yang menyerahkan dalam laporan pelaksanaan tugas jaga; j. SPP harus diperlihatkan kepada tahanan dan setelah ditandatangani disimpan dalam kotak SPP yang tersedia di ruang jaga tahanan dan melekat di dinding ruang jaga tahanan; dan k. masukkan tahanan dalam ruang tahanan dengan cara memisahkan antara tahanan laki-laki dan perempuan, anak-anak dan orang dewasa. Pasal 20 (1) Kepala Jaga bertanggung jawab terjadinya tahanan yang dianiaya oleh sesama tahanan. (2) Petugas jaga tahanan yang melalaikan tugasnya, atau karena kesalahannya menyebabkan seorang tahanan melarikan diri, dapat dikenakan hukuman menurut ketentuan hukum yang berlaku. Pasal 21 Tata cara dalam menjenguk tahanan meliputi: a. ijin menjenguk hanya dapat diberikan oleh perwira jaga serta dicatat dalam buku mutasi; b. waktu menjenguk pada hari Minggu pukul 09.00 s/d 11.00 dan pada hari lainnya pukul 14.30 s/d 15.30; c. tempat..

12 c. tempat menjenguk di tempat yang telah disediakan atau tempat di sekitar ruang jaga disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat, namun keamanan harus terjamin; d. memeriksa makanan dan minuman dengan cara dicicipi disaksikan oleh penjenguk, kemungkinan diselipkannya obat-obat terlarang, benda-benda berbahaya seperti obeng, pisau, kunci, korek api, gergaji besi atau alat-alat lain yang dapat merugikan dan apabila terdapat benda tersebut maka penjenguk dibatalkan dan dilakukan pemeriksaan oleh petugas; e. dilarang memberikan obat nyamuk bakar dan sejenisnya; f. penjenguk agar dicatat secara lengkap identitasnya dalam buku tamu tahanan termasuk status hubungan dengan tahanan; dan g. pembicaraan antar penjenguk dengan tahanan harus disaksikan/dihadapan petugas jaga dan menggunakan bahasa Indonesia. Pasal 22 Tata cara memperlakukan tahanan sakit meliputi: a. berobat jalan ke poliklinik atau ke rumah sakit; b. dicatat dalam buku berobat tahanan; c. dikawal pulang dan pergi oleh petugas bukan petugas jaga tahanan; d. tahanan dalam jumlah banyak perhatikan pengamanannya dengan ketat dan siapkan pengawal yang cukup; e. apabila jaraknya jauh usahakan dibawa dengan kendaraan bermotor roda empat atau kendaraan tahanan; f. apabila ada dokter polisi, datangkan dengan seijin pimpinan; g. apabila tahanan perlu dirawat di rumah sakit agar mengikuti prosedur ketentuan dirawat di rumah sakit didasarkan keputusan dokter yang memeriksa tahanan tersebut dan dijaga oleh petugas yang ditunjuk oleh Kasatwil, koordinasikan penempatannya dengan kepala/petugas rumah sakit setempat; h. tahanan meninggal dunia di ruang tahanan yang disebabkan karena bunuh diri, penganiayaan, keracunan dan sebagainya, maka Kasatwil harus memintakan visum jenazah ke rumah sakit; dan i. tahanan berkelahi/membuat keributan pisahkan penempatan kamarnya, periksa oleh petugas jaga yang bukan petugas jaga tahanan untuk mengetahui sebab terjadinya perkelahian, catat kejadian tersebut dan laporkan kepada perwira jaga dan adakan pembinaan sehingga tidak terulang lagi atau dapat rukun kembali. Pasal..

Ketentuan olah raga bagi tahanan meliputi: 13 Pasal 23 a. kegiatan olah raga dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan; b. tempat olah raga dilaksanakan di dalam pagar/tembok tahanan; c. dipimpin oleh petugas jaga tahanan dan anggota lainnya mengawasi dengan siaga; dan d. apabila tahanan banyak agar digilir secara berkelompok dan masing masing kelompok waktunya selama 30 menit. Pasal 24 Ketentuan mandi, ibadah keagamaan dan makan bagi tahanan meliputi: a. mandi sehari dua kali, yaitu sekitar pukul 06.00 s/d 07.00 untuk pagi dan 16.00 s/d 17.00 untuk sore, diatur secara bergiliran satu persatu dan diawasi oleh petugas jaga; b. ibadah keagamaan dilaksanakan sesuai agama dan kepercayaan masingmasing dan dilaksanakan di ruang/kamar tahanan masing-masing; dan c. makan sehari tiga kali, peralatan makan yang digunakan dari plastik atau dibungkus, tidak boleh dari logam/kaca dan setelah selesai makan segera dikeluarkan dari dalam kamar tahanan. Pasal 25 Tata cara peminjaman tahanan untuk pemeriksaan meliputi: a. peminjaman tahanan harus dengan bukti peminjaman; b. petugas yang berhak meminjam tahanan hanya penyidik/penyidik pembantu dengan diketahui oleh kepala jaga; c. petugas yang berhak meminjamkan tahanan minimal kepala jaga; d. sebelum dan sesudah tahanan dipinjam agar kondisi fisik tahanan diperiksa dan dicatat dalam buku register tahanan serta diketahui oleh peminjam; e. selama dalam pemeriksaan, keamanan tahanan menjadi tanggung jawab penyidik/penyidik pembantu yang meminjam; f. apabila terjadi perubahan kondisi fisik tahanan agar dibuat laporan polisi untuk dibuat proses lebih lanjut; g. catat..

14 g. catat berapa lama tahanan dipinjam; dan h. setelah tahanan selesai dipinjam selanjutnya dikembalikan ke ruang tahanan. Pasal 26 Pengeluaran/penangguhan tahanan meliputi: a. tahanan dapat dikeluarkan untuk penangguhan penahanan berdasarkan Surat Perintah Pengeluran Tahanan (SPPT) atau Surat Pengalihan Jenis Tahanan yang ditanda tangani oleh Kasatwil; b. barang titipan milik tahanan agar dikembalikan kepada tahanan dan dicatat dalam Buku Register Barang Titipan Tahanan; dan c. identitas tahanan dalam daftar papan tahanan dihapus, demikian pula dalam register tahanan dicatat bahwa dengan dasar SPP tahanan telah dikeluarkan. Pasal 27 Perlakuan terhadap tahanan titipan meliputi: a. prinsip perlakuan dan pengamanan tahanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; b. diusahakan agar tahanan titipan dipisahkan dengan tahanan setempat; c. maksimal batas penitipan disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku; d. catat identitas tahanan maupun yang menitipkan dalam buku register penitipan tahanan; dan e. laporkan kepada Kasatwil. Pasal 28 Perlakuan terhadap tahanan yang ditahan di rumah sakit meliputi: a. jaga dengan ketat untuk mencegah resiko melarikan diri, agar tahanan diborgol dengan cara: 1 borgol di pergelangan kaki, 1 lagi dihubungkan dengan tempat tidur atau menggunakan lebih dari 1 pasang borgol; b. usahakan dalam kamar yang rapat dan tersediri; dan c. menjenguk pasien tahanan disesuaikan dengan prosedur menjenguk tahanan dan/atau atas seijin Kasatwil. Pasal..

15 Pasal 29 Pengaturan ruang tahanan meliputi: a. tahanan laki-laki, perempuan, anak-anak dan orang dewasa dipisahkan; b. jumlah tahanan masing-masing kamar disesuaikan dengan kapasitas kamar; c. kamar tahanan dipasang lampu penerangan; dan d. kamar tahanan diberi nomor. Kewajiban bagi para tahanan meliputi: Pasal 30 a. mentaati peraturan - peraturan tahanan yang berlaku; b. menjaga ketertiban dan keamanan ruang tahanan; c. menjaga kebersihan ruang tahanan antara lain tidak boleh membuat tulisan atau gambar pada tembok/dinding tahanan yang ada; dan d. mentaati perintah-perintah dinas yang telah ditentukan. Bagian Ketiga Penjagaan Objek Tertentu Pasal 31 (1) Pembagian tugas sesuai obyek yang dijaga. (2) Melakukan penjagaan pada titik-titik rawan. (3) Menerima laporan/pengaduan. (4) Mendatangi Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan melakukan Tindakan Pertama di Tempat Kejadian (TPTK). (5) Mengadakan koordinasi dengan mako dan unsur-unsur pengamanan lainnya yang ada di lokasi tanggung jawabnya. BAB VI..

16 BAB VI PENGAKHIRAN Pasal 32 (1) Kegiatan konsolidasi dari masing-masing sasaran dalam penjagaan perkantoran, penjagaan tahanan dan penjagaan obyek tertentu meliputi: a. dilaksanakan setelah kegiatan penjagaan selesai dengan melakukan apel; b. memeriksa/checking kekuatan, perlengkapan anggota jaga; dan c. membuat laporan pelaksanaan penjagaan. (2) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas baik secara lisan maupun tertulis dalam buku mutasi atau blanko laporan kepada Perwira Jaga. BAB VII ANALISA DAN EVALUASI Pasal 33 Setiap mengakhiri kegiatan penjagaan, pimpinan lapangan/pimpinan kesatuan wajib melakukan analisa dan evaluasi hasil pelaksanaan tugas guna mengadakan koreksi terhadap tindakan dan cara bertindak yang tidak sesuai dengan prosedur. BAB VIII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 34 (1) Susunan mengenai kekuatan penjagaan, perlengkapan/peralatan satuan penjagaan, tercantum dalam lampiran yang tidak terpisahkan dari peraturan ini. (2) Untuk mendapatkan nilai aplikatif yang optimal tidak menutup kemungkinan Kasatwil menjabarkan dalam bentuk Urut-urutan Tindakan sesuai dengan situasi dan kondisi wilayah masing-masing. BAB IX..

17 BAB IX KOORDINASI DAN PENGENDALIAN Pasal 35 (1) Pimpinan kesatuan/pimpinan lapangan dalam pelaksanaan tugas penjagaan dapat melakukan koordinasi dengan satuan fungsi kepolisian maupun instansi terkait lainnya. (2) Dalam pelaksanaan penjagaan, masing-masing pimpinan melakukan koordinasi untuk mencapai hasil yang maksimal. Pasal 36 (1) Dalam tugas penjagaan, kendali taktis dan kendali teknis berada pada pimpinan lapangan/pimpinan kesatuan. (2) Setiap perkembangan eskalasi selama penjagaan, wajib dilaporkan secara lisan dari petugas penjagaan kepada atasannya. (3) Pimpinan tertinggi dari para petugas penjagaan membuat laporan tertulis secara berjenjang tentang pelaksanaan tugas penjagaan. BAB X PEMBIAYAAN Pasal 37 Pembiayaan dalam kegiatan penjagaan dibebankan pada anggaran Polri. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 38 Pada saat peraturan ini mulai berlaku semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penjagaan dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan ini. Pasal 39..

18 Pasal 39 Peraturan Badan Pemelihara Kemananan Polri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 13 Desember 2011 KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN POL Ttd Drs. IMAM SUDJARWO, M.Si. KOMISARIS JENDERAL POLISI

19 MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN PENJAGAAN PERATURAN KABAHARKAM POLRI NOMOR 2 TAHUN 2011 TANGGAL 13 DESEMBER 2011