RESPON TANAMAN KARET DI PEMBIBITAN TERHADAP PEMBERIAN PUPUK MIKRO MAJEMUK Nurjaya Balai Penellitian Tanah RINGKASAN Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Selain pupuk makro pemberian pupuk mikro pada tanaman karet juga sangat penting terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Penelitina pemberian pupuk mikro majemuk terhadap tanaman karet di pembibitan dilaksanakan di Instalasi Sindangbarang, Balai Penelitian Tanah, Bogor. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (Randomize Complete Block Design). Penelitian pengujian pupuk Mikro Majemuk terdiri atas delapan perlakuan dengan tujuh ulangan. Perlakuan terdiri atas: kontrol lengkap, pupuk NPK standar, pupuk Mikro Majemuk dengan dosis,5; 1; 1,5; 2; 2,5; dan 3 g/pohon. Sebagai pupuk dasar diberikan urea 4,89 g/pohon, SP-36 6,35 g/pohon, KCl 1,6 g/pohon dan Kieserite 2,2 g/pohon. Pemupukan urea, SP36, KCl dan Kieserite diberikan setiap dua bulan sekali dengan dosis yang sama; sedangkan pupuk Mikro Majemuk diberikan dua kali sampai umur 6 bulan. Parameter yang diukur yaitu: tinggi tanaman, diameter batang, bobot tanaman dan akar serta nilai RAE. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pemberian pupuk Mikro Majemuk dosis 2 gram/pohon yang dikombinasikan dengan pupuk NPK standar dapat meningkatkan tinggi tanaman dan diameter batang, bobot basah dan kering tanaman, serta bobot basah dan kering akar dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK standar. Pemberian pupuk Mikro Majemuk dicapai pada dosis optimum 1,5 gram/pohon. PENDAHULUAN Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 2 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1. juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada tahun24. (Balai Penelitian Sembawa, 25). Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara nasional pada tahun 25 mencapai angka sekitar 2.2 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani dan lahan kosong/tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan karet (Chairil Anwar, 28). 195
Nurjaya Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas areal perkebunan karet tahun 25 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Umumnya tanah yang tersedia merupakan tanah marginal yang didominasi oleh Ultisols dan Oxisols yang penyebarannya cukup luas. Penyebaran Ultisols di Indonesia antara lain terdapat di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya meliputi areal 47,5 juta ha atau 24,9 % dari seluruh luas daratan Indonesia (Muljadi dan Soepraptohardjo, 1975). Ciri khas tanah Ultisols adalah nilai ph tanah rendah, persentase kejenuhan basa rendah dan kandungan aluminium tertukar tinggi (Buol et al., 198; Koch et al., 1992). Masalah yang dihadapi dalam pengembangan tanaman karet pada tanah ini ialah ph dan kandungan bahan organik rendah, miskin hara kalium (K), kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) serta mempunyai daya fiksasi P tinggi kahat unsur hara mikro. Selain pemupukan unsur hara makro seperti N, P, dan K untuk mengatasi kendala tersebut pemupukan hara mikro seperti Mn, Cu, Zn dan B akan menentukan keberhasilan pengembangan tanaman karet selanjutnya pada tanah ini. Sehingga untuk mengatasi kendala kesuburan tanah pada tanah ini maka pemeliharaan agar bibit karet pertumbuhannya sehat memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman dikemudian hari. Faktor kesehatan tanaman pada fase pembibitan sangat ditentukan oleh tingkat pemeliharaan bibit setelah fase okulasi sampai siap dindahkan ke lapang diantaranya melalui pemupukan yang tepat sesuai dengan kebutuhan tanaman. Tujuan penelitian yaitu mengetahu pengaruh pemberian pupuk mikro majemuk terhadap pertumbuhan dan menentukan dosis optimum terhadap pertumbuhan tanaman karet di pembibitan. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada tanah Inceptisols di Instalasi Sindang Barang Bogor, yang dimulai pada bulan Mei 28 hingga Januari 29. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (Randomize Complete Block Design). Penelitian pengujian pupuk Pupuk mikro majemuk terdiri atas delapan perlakuan dengan tujuh ulangan. Sebagai tanaman indikator, di tanaman bibit karet klon PB-26 umur empat bulan. Perlakuan terdiri atas: kontrol 196
Respon Tanaman Karet di Pembibitan Terhadap Pemberian Pupuk lengkap, pupuk NPK standar, pupuk Pupuk mikro majemuk dengan dosis,5; 1; 1,5; 2; 2,5; dan 3 g/pohon. Sebagai pupuk dasar diberikan urea 4,89 g/pohon, SP-36 6,35 g/pohon, KCl 1,6 g/pohon dan Kieserite 2,2 g/pohon (Nasution dan Adiwiganda, 199). Pemupukan urea, SP-36, KCl dan Kieserite diberikan setiap dua bulan sekali dengan dosis yang sama; sedangkan pupuk Pupuk mikro majemuk diberikan dua kali sampai umur enam bulan. Susunan perlakuan dan dosis pupuk secara lengkap disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Perlakuan takaran pupuk uji efektivitas pupuk mikro majemuk Pupuk mikro majemuk untuk tanaman karet di pembibitan pada tanah Inceptisols Bogor No. Perlakuan Dosis pupuk Ppk mikro Urea SP-36 KCl Kieserite majemuk. g/pohon. 1. Kontrol 2. NPK standar 4,89 6,35 1,6 2,22 3. majemuk (,5) 4,89 6,35 1,6 2,22,5 4. NPK+ ppk mikro majemuk (1) 4,89 6,35 1,6 2,22 1 5. NPK+ ppk mikro majemuk (1,5) 4,89 6,35 1,6 2,22 1,5 6. NPK+ ppk mikro majemuk (2) 4,89 6,35 1,6 2,22 2 7. NPK+ ppk mikro majemuk (2,5) 4,89 6,35 1,6 2,22 2,5 8. NPK+ ppk mikro majemuk (3) 4,89 6,35 1,6 2,22 3 Sebagai media pertumbuhan bibit karet digunakan tanah Inceptisols Bogor yang diambil pada lapisan top soil sampai subsoil dari kedalaman -4 cm. Setiap pot diisi 2 kg tanah yang telah dikering anginkan dan lolos ayakan 2 mm.tata letak perlakuan percobaan disusun dengan jarak antara pot perlakuan 9 cm x 9 cm. Pupuk dasar urea, SP-36, KCl dan Kieserite diberikan sebagai pupuk dasar, sedangkan pupuk Pupuk mikro majemuk sebagai pupuk yang diuji pemberiannya disesuaikan dengan lamanya waktu pengujian. Pupuk dasar diberikan setiap dua bulan sekali dimulai pada saat tanaman. Untuk masa pengujian selama enam bulan, pupuk pupuk mikro majemuk diberikan dua kali, pertama saat tanam (pemindahan bibit ke polibag besar) dan pada umur tiga bulan setelah tanam. Pupuk dasar dan pupuk mikro majemuk diberikan dengan 197
Nurjaya cara ditugal disamping tanaman dengan jarak 3 cm dari pangkal batang dengan kedalaman + 5 cm. Pengamatan pertumbuhan tanaman setiap bulan sekali selama 6 bulan. Parameter pertumbuhan tanaman yang diamati terdiri atas : (1) tinggi tanaman. (2) diameter batang, dan (3) bobot basah dan kering bagian atas tanaman. Sebelum penelitian, sifat kimia tanah yang dianalisis terdiri atas: tekstur 3 fraksi, ph ekstrak H 2 O dan KCl; C dan N-organik; P dan K total (ekstrak HCl 25%), P- tersedia Bray1; nilai tukar kation Ca, Mg, K dan Na ekstrak NH4-Ac 1N ph7; kejenuhan bassa (KB) dan kapasitas tukar kation (KTK). Setelah penelitia dianalisis yaitu kadar N-organik, P-tersedia terekstrak Bray 1, K-dd terekstrak NH4OAc. 1N ph 7. Untuk mengetahui serapan hara dilakukan analisis jaringan tanaman terdiri atas: N, P dan K-total tanamam. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan, data dianalisis dengan analisis sidik ragam (ANOVA) dan diikuti dengan uji lanjutan menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% untuk melihat perbedaan antar perlakuan. Untuk mengetahui efektivitas pupuk Pupuk mikro majemuk dianalisis dengan Relative Agronomic Effectiveness (RAE) (Machay et al., 1984) dengan rumus sebagai berikut: RAE = (Bobot tanaman dari perlakuan pupuk yang diujikontrol)/(bobot tanaman dari perlakuan pupuk standar -kontrol) x 1% HASIL DAN PEMBAHSAN Hasil analisis pupuk pupuk mikro majemuk Pupuk Pupuk mikro majemuk merupakan pupuk mikro yang mengandung,16% Mn;,1% Cu;,34% Zn;,25% B; dan,2% Co sedangkan unsur hara mikro Mo tidak terdeteksi dengan kadar air 1,87%. Adapun kandungan logam berat Pb, Cd dan Hg masing-masing 11,4;,2 dan,18 ppm sedangkan kandungan logam berat As tidak terdeteksi. 198
Respon Tanaman Karet di Pembibitan Terhadap Pemberian Pupuk Tabel 2. Hasil analisis sifat kimia pupuk mikro majemuk Jenis analisis Kadar ppm Mn 16 Cu 1 Zn 34 B 2.5 Mo td Co 2 Kadar air 1,87 * Pb 11,4 Cd,2 As td Hg,18 Keterangan : * = % Tekstur dan sifat kimia tanah Inceptisols Data tekstur dan sifat kimia tanah Inceptisols sebelum pengujian disajikan pada Tabel 3. Hasil analisis menunjukkan tanah Inceptisols bertekstur liat; ph tanah terekstrak H 2 O tergolong masam, ph terekstrak KCl 4,4. Kadar C- organik, N-total dan C/N rasio tergolong rendah. Kadar P dan terekstrak HCl 25% tergolong rendah, kadar P tersedia (terekstrak Bray 1) tergolong sangat rendah. Nilai tukar kation Ca-dd, K-dd dan Na-dd tergolong rendah, sedangkan Mg-dd tergolong sedang. Kapasitas tukar kation (KTK) tergolong rendah dengan kejenuhan basa (KB) tergolong tinggi. Berdasarkan data hasil analisis laboratorium, tanah Inceptisols yang digunakan sebagai media tanaman mempunyai permasalahan tingkat kesuburan yang rendah yaitu ph tanah masam, kandungan C-organik dan N-total rendah serta Ca- dan K-dapat ditukar tanah tergolong rendah. Kapasitas tukar kation tanah selain berasal dari bahan organik juga dari mineral liat. Tanah dengan KTK dan kandungan bahan organik yang rendah berpengaruh terhadap daya sangga kation dalam tanah. Tanah dengan kadar bahan organik dan KTK rendah menyebabkan tingkat efisiensi pemupukan menjadi rendah karena unsur hara kation dalam tanah mudah tercuci dari komplek pertukaran. Tingkat efisiensi pemupukan yang rendah menyebabkan produktivitas tanaman menjadi tidak optimal. 199
Nurjaya Upaya yang diperlukan untuk memperbaiki kesuburan tanah yaitu melalui pemberian pupuk urea, kalium, pupuk fosfat yang optimal sesuai dengan status hara tanah dan kebutuhan tanaman serta pemberian bahan organik. Selain itu, untuk meningkatkan pertumbuhan dan kualitas hasil pemberian pupuk hara mikro sangat diperlukan. Tabel 3. Hasil analisis tanah sebelum penelitian dilaksanakan Jenis penetapan Tekstur Pasir (%) Debu (%) Liat (%) ph H 2 O KCl Bahan organik C (%) N (%) C/N Ekstrak HCl 25% P 2 O 5 (HCl 25%) mg 1g -1 K 2 O (HCl 25%) mg 1g -1 P- Bray 1 (mg kg -1 P) Kation dapat ditukar Ca (cmol (+)kg -1 Mg (cmol (+)kg -1 K (cmol (+)kg -1 Na (cmol (+)kg -1 KTK (cmol (+)kg -1 ) KB (%) Hasil penetapan Berliat halus 2 26 54 5,3 4,4 1,14,15 8 124 15 6,6 5,71 1,94,7,2 13,87 57 Pertumbuhan tanaman Tinggi tanaman Data hasil pengamatan tinggi tanaman karet umur 1 sampai dengan 6 bulan setelah tanaman (BST) di pembibitan sebagai respon terhadap pemberian pupuk Pupuk mikro majemuk disajikan pada Tabel 4. Hasil uji statistik 2
Respon Tanaman Karet di Pembibitan Terhadap Pemberian Pupuk menunjukkan bahwa, pada umur 1 BST pemberian pupuk NPK dikombinasikan dengan Ppk mikro majemuk tidak berbeda nyata dibandingkan dengan pemberian pupuk NPK saja dan kontrol. Namun secara kuantitatif pertumbuhan tanaman karet cenderung meningkat sejalan dengan penambahan dosis pupuk mikro majemuk (Gambar 1). Tabel 4. Data tinggi tanaman karet sebagai respon terhadap pupuk mikro majemuk umur 1 sampai dengan 6 BST di pembibitan pada tanah Inceptisols Bogor No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Perlakuan Kontrol NPK standar majemuk (,5) majemuk (1) majemuk (1,5) majemuk (2) majemuk (2,5) majemuk (3) Tinggi tanaman 1 BST 2 BST 3 BST 4 BST 5 BST 6 BST.. cm.. 1.16 a 11.59 d 13.49 b 11,15 d 113,25 c 114,8 b 1.54 a 1.98 a 12.14 a 12.2 a 12.21 a 12.39 a 12.19 a 11.63 d 15.85 ab 14,58 d 11.85 cd 16.73 ab 111,34 c 129,93 b 132,7 a 132,95 ab 133,77 a 12.34 bcd16.38 ab 112,78 bc 136,13 ab 138,7 a 12.7 abc16.93 ab 114,3 bc 138,7 ab 143,23 a 13.26 ab 18.74 a 118,51 ab 144,3 a 145,18 a 13.64 a 13.61 a 17.26 ab 124,8 a 17.36 ab 122,4 a 136,65 ab 14,4 a 136,62 ab 138,2 a Keterangan : BST = bulan setelah tanaman (ke polibag besar) Pada umur 2 BST hasil uji statistis menunjukan bahwa pemberian pupuk NPK dikombinasikan dengan Pupuk mikro majemuk berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK standar dan kontrol, kecuali pada pemberian pupuk Pupuk mikro majemuk dosis,5-1 g/pohon tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK saja dan kontrol. Pertumbuhan tanaman karet tertinggi 13,64 cm dicapai pada pemberian 2,5 g/pohon. 21
Nurjaya Bobot kering tanaman (g/pohon) 14 12 1 8 6 4 2 y = -2,286x 2 + 69,286x + 55 R 2 =,8812,5 1 1,5 2 2,5 3 Pemberian pupuk Deka Mikro (g/pohon) Gambar 1. Kurva hubungan antara dosis pemberian pupuk mikro majemuk terhadap bobot kering tanaman pada tanah Inceptisols Bogor Pada umur 3 BST hasil uji statistik menunjukan bahwa, secara umum pemberian pupuk NPK dikombinasikan dengan Pupuk mikro majemuk tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK standar dan kontrol kecuali pada pemberian pupuk mikro majemuk dosis 2 g/pohon, secara nyata meningkatkan tinggi tanaman dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK standar dan kontrol. Namun demikian secara kuantitatif pertumbuhan tanaman cenderung meningkat sejalan dengan penambahan pupuk Pupuk mikro majemuk sampai dosis 2 g/pohon yaitu 18,74 cm. Namun selanjutnya pertumbuhan tanaman cenderung menurun sejalan dengan penambahan pupuk Pupuk mikro majemuk di atas dosis 2 g/pohon (Gambar 1). Pada umur 4 BST, hasil uji statistik menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK dikombinasikan dengan Pupuk mikro majemuk berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK standar dan kontrol terhadap tinggi tanaman. Sedangkan antara perlakuan pupuk NPK standar dibandingkan dengan kontrol tidak berbeda nyata. Pertumbuhan tertinggi mencapai 124,8 cm pada pemberian 2,5 g/pohon. 22
Respon Tanaman Karet di Pembibitan Terhadap Pemberian Pupuk Diameter batang Data diameter batang tanaman karet umur 1 sampai dengan 6 BST pada fase pembibitan sebagai respon terhadap pemberian pupuk Pupuk mikro majemuk disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Data diameter batang sebagai respon terhadap pupuk Pupuk mikro majemuk umur 1 sampai dengan 6 BST di pembibitan pada tanah Inceptisols Bogor No. Perlakuan Diameter batang 1 BST 2 BST 3 BST 4 BST 5 BST 6 BST.. cm. 1. Kontrol 7.77 a 7.69 a 8.14 a 9,36 b 1,22 b 11,3 b 2. NPK standar 7.64 a 7.98 a 8.56 a 1,24 ab 12, ab 12,7 ab 3. 7.74 a 8.16 a 8.61 a 1,34 ab 12,27 a 13,4 ab majemuk (,5) 4. 7.78 a 8.24 a 8.6 a 1,48 ab 12,73 a 13,42 ab majemuk (1) 5. 7.74 a 8.18 a 8.83 a 11,8 a 12,82 a 13,62 a majemuk (1,5) 6. 8. a 8.28 a 8.86 a 11,72 a 13,16 a 14,22 a majemuk (2) 7. 7.88 a 8.21 a 8.45 a 11,32 a 12,74 a 13,17 ab majemuk (2,5) 8. 7.64 a 7.95 a 8.35 a 11,14 a 12,65 a 13,28 ab majemuk (3) Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK dikombinasikan dengan Pupuk mikro majemuk tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK standar dan kontrol terhadap diameter batang. Kecuali pada umur 4 BST pemberian pupuk Pupuk mikro majemuk dosis,5-1 g/pohon tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol. Sedangkan pada umur 6 BST pemberian pupuk Pupuk mikro majemuk secara umum tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol kecuali pemberian pupuk Pupuk mikro majemuk dosis 1,5-2 g/pohon berbeda nyata dibandingakn dengan kontrol. 23
Nurjaya Namun demikian secara kuantitatif pemberian pupuk Pupuk mikro majemuk sampai dosis 2 g/pohon berpengaruh positif meningkatkan diameter batang. Pertumbuhan diameter batang bibit tanaman karet umur 1 sampai dengan 6 BST terus bertambah sejalan dengan peningkatan dosis pupuk yang diberikan. Pertumbuhan diameter batang terbesar pada umur 1-6 BST masing-masing 8,cm; 8,28 cm; 8,86 cm; 11,72 cm; 13,16 cm; dan 14,22 cm yang dicapai pada pemberian pupuk Pupuk mikro majemuk dosis 2 g/pohon.. Bobot tanaman Data bobot basah dan kering tanaman karet umur 6 BST pada fase pembibitan sebagai respon terhadap pemberian pupuk Pupuk mikro majemuk disajikan pada Tabel 6. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pemberian pupuk Pupuk mikro majemuk berpengaruh nyata meningkatkan bobot basah dan kering tanaman dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK stndar dan kontrol, kecuali pemberian pupuk Pupuk mikro majemuk pada dosis,5; 1 dan 3 g/pohon tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK standar. Sedangkan terhadap bobot kering, pemberian pupuk Pupuk mikro majemuk dosis,5 dan 3 g/pohon tidak berbeda nyata dibandingkan perlakuan pupuk NPK standar. Pemberian pupuk Pupuk mikro majemuk dosis 2 g/pohon menghasilkan bobot basah dan kering teringgi masing-masing 289, dan 127,6 g/pohon, akan tetapi pemberian pupuk Pupuk mikro majemuk >2 g/pohon terjadi penurunan bobot basah dan kering yang cukup tajam terutama pada dosis 3 g/pohon masingmasing menjadi 218,7 dan 77,5 g/pohon (Tabel 6). Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa pemberian pupuk Pupuk mikro majemuk berpengaruh positif meningkatkan bobot kering tanaman. Pemberian pupuk mikro majemuk dosis 1,75 g/pohon merupakan dosis maksimum dalam meningkatkan bobot kering tanaman, akan tetapi peningkatan dosis selanjutnya di atas 2 g/pohon terjadi penurunan bobot kering. Berdasarkan persamaan regresi Y= -2,286X 2 + 69,286X + 55, dosis optimum pupuk P-alam Kelinci adalah 85% dari dosis maksimum 1,75 g/pohon yaitu sebesar 1,49 g/pohon 1.5 g/pohon. 24
Respon Tanaman Karet di Pembibitan Terhadap Pemberian Pupuk Tabel 6. Data bobot tanaman basah dan kering sebagai respon terhadap pupuk Pupuk mikro majemuk umur 6 BST di pembibitan pada tanah Inceptisols Bogor No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Perlakuan Kontrol NPK-standar NPK+Pupuk mikro majemuk (,5) NPK+ Pupuk mikro majemuk (1) NPK+ Pupuk mikro majemuk (1,5) NPK+ Pupuk mikro majemuk (2) NPK+ Pupuk mikro majemuk (2,5) NPK+ Pupuk mikro majemuk (3) Bobot tanaman Basah Kering. g/pohon. 139,3 e 46, e 177,3 de 59,1 de 189,3 d 7,8 cde 2,7 cd 97,8 b 274,3 ab 124,4 a 289, a 127,6 a 242,3 bc 95,4 bc 218,7 cd 77,5 bcd Bobot akar Data bobot basah dan bobot kering akar tanaman karet umur 6 BST sebagai respon terhadap pemberian pupuk Pupuk mikro majemuk disajika pada Tabel 7. Tabel 7. Data bobot akar basah dan kering sebagai respon terhadap pupuk Pupuk mikro majemuk umur 6 BST di pembibitan pada tanah Inceptisols Bogor No Perlakuan Basah Bobot akar Kering 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kontrol NPK standar NPK+Pupuk mikro majemuk (,5) NPK+ Pupuk mikro majemuk (1) NPK+ Pupuk mikro majemuk (1,5) NPK+ Pupuk mikro majemuk (2) NPK+ Pupuk mikro majemuk (2,5) NPK+ Pupuk mikro majemuk (3). g/pohon. 75,5 d 23,4 b 82,5 d 24,5 b 12,7 cd 27,5 b 142,6 ab 39,8 a 15,3 a 42,2 a 155,8 a 47,4 a 146,7 ab 42,7 a 115,1 bc 28,9 b 25
Nurjaya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK dikombinasikan dengan Pupuk mikro majemuk secara umum berbeda nyata dibandingkan dengan pemberian pupuk NPK standar dan kontrol terhadap bobot basah akar, kecuali pada pemberian pupuk Pupuk mikro majemuk dosis,5 g/pohon tidak berbeda nyata dibandingkan pemberian pupuk NPK standar dan kontrol. Bobot basah akar tertinggi diperoleh pada pemberian pupuk Pupuk mikro majemuk dosis 2 g/pohon yaitu 155,8 g/pohon, kemudian bobot basah akar menurun menjadi 146,7 dan terendah 115,1 g/pohon masing-masing pada pemberian pupuk Pupuk mikro majemuk dosis 2,5 dan 3 g/pohon. Demikian pula terhadap bobot kering akar, hasil uji statistik menunjukkan bahwa pemberian pupuk Pupuk mikro majemuk berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK standar dan kontrol. Kecuali pada pemberian pupuk Pupuk mikro majemuk dosis,5 dan 3 g/pohon tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK saja dan kontrol. Bobot kering akar tertinggi mencapai 47,4 g/pohon pada dosis 2 g/pohon dan peningkatan dosis pupuk Pupuk mikro majemuk selajutnya bobot kering akar secara kuantitatif terus menurun menjadi 28,9 g/pohon pada dosis 3 g/pohon. Nilai relative agronomic effectiveness (RAE) Untuk menilai efektivitas pupuk yang diuji dibandingkan dengan pupuk standar (NPK), dihitung dengan menggunakan metode RAE (Relative Agronomic Effectiveness). Nilai RAE pupuk Pupuk mikro majemuk pada tanaman karet di tanah Inceptisols disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Nilai RAE pupuk pupuk mikro majemuk tanaman karet di pembibitan pada Inceptisols No. Perlakuan Nilai RAE % 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kontrol NPK standar NPK+Pupuk mikro majemuk (,5) NPK+ Pupuk mikro majemuk (1) NPK+ Pupuk mikro majemuk (1,5) NPK+ Pupuk mikro majemuk (2) NPK+ Pupuk mikro majemuk (2,5) NPK+ Pupuk mikro majemuk (3) 1 14 128 281 312 215 166 26
Respon Tanaman Karet di Pembibitan Terhadap Pemberian Pupuk Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai RAE pupuk Pupuk mikro majemuk berkisar dari 1-312%. Pemberian pupuk Pupuk mikro majemuk dosis 2 g/pohon menghasilkan nilai RAE tertinggi mencapai 312%, akan tetapi pemberian pupuk Pupuk mikro majemuk yang ditingkatkan terus dosisnya masing-masing menjadi 2,5 dan 3 g/pohon nilai RAE menurun masing-masing menjadi 215 dan 166%. Secara agronomis ditunjukkan bahwa pemberian pupuk Pupuk mikro majemuk meningkatkan efektivitas pupuk NPK dalam meningkatkan bobot tanaman karet pada fase pembibitan dibandingkan dengan pemberian pupuk NPK saja. KESIMPULAN Hasil penenelitian pemberian pupuk mikro majemuk terhadap pertumbuhan tanaman karet umur 6 bulan setalah tanama (BST) di pembibitan pada tanah Inceptisols Bogor dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pemberian pupuk NPK dikombinasikan dengan pupuk mikro majemuk dosis 2 g/pohon dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi, diameter batang tanaman dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK standar dan kontrol. 2. Secara agronomis pemberian pupuk NPK dikombinasikan dengan pupuk mikro majemuk dosis 2 g/pohon efektif meningkatkan bobot tanaman karet umur 6 BST di pembibitan pada Inceptisols Bogor, dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK standar dengan nilai RAE 312 %. 3. Pemberian pupuk NPK dikombinasikan dengan pupuk mikro majemuk pada Inceptisols Bogor dapat meningkatkan pertumbuhan bobot tanaman karet pada fase pembibitan dengan dosis optimum 1.5 g/pohon. DAFTAR PUSTAKA Balai Penelitian Sembawa, 25. Pengelolaan Bahan Tanam Karet. Pusat Penelitian Karet, Balai Penelitian Sembawa, Palembang. Buol, S.W., F.D. Hole, and R.J. Mc Cracken. 198. Soil Genesis and Classification. The IOWA State Uniersity Press, Ames. Chairil Anwar. 21. Manejemen dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet, Medan (http://www. bi.go.id/sipuk/lm/ind/karet). Koch, C.B., M..D. Bentzon, E.W. Larsen, and O.K. Borggard. 1992. Clay mineralogy of Two Ultisols from Central Kalimantan, Indonesia. Soil Sci. Soc. Amer. 154:158-168. 27
Nurjaya Machay, A.D., J.K. Syers, and P.E.H. Gregg. 1984. Ability of chemical extraction procedures to asses the agronomic effectiveness of phosphate rock materials. New Zealand Journal of Agriculture Research. 27:219-23. Muljadi, D. dan Soepraptohardjo. 1975. Masalah Data dan Penyebaran Tanah- Tanah Kritis di Indonesia. Simposium Pencegahan dan Pemulihan Tanah- Tanah Kritis dalam rangka Pengembangan Wilayah. Jakarta, 27-29 Desember 1975. 28