ANALISIS TEGANGAN PADA BELOKAN PIPA HOT LEG SISTEM PRIMER PWR MENGGUNAKAN PRINSIP MEKANIKA TEKNIK ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
APLIKASI MSC PATRAN UNTUK PENENTUAN RENTANG MAKSIMUM PENYANGGA PIPA PRIMER REAKTOR AP1000

BAB V ANALISA HASIL. 1. Tegangan-tegangan utama maksimum pada pipa. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut :

Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA PROCESS LIQUID DARI VESSEL FLASH SEPARATOR KE CRUDE OIL PUMP MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI. 2.1 Lokasi dan kondisi terjadinya kegagalan pada sistem pipa. 5th failure July 13

BAB V ANALISA HASIL. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut :

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB VII PENUTUP Perancangan sistem perpipaan

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

ANALISIS TEGANGAN PADA SAMBUNGAN NOSEL MASUK DAN KELUAR BEJANA TEKAN REAKTOR DENGAN MEH

BAB IV PEMBAHASAN Analisis Tekanan Isi Pipa

TUGAS AKHIR. Analisa Kekuatan Sambungan Pipa Yang Menggunakan Expansion Joint Pada Sambungan Tegak Lurus

2 BAB II TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka. Suatu sistem perpipaan dapat dikatakan aman apabila beban tegangan

TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA GAS DARI VESSEL SUCTION SCRUBBER KE BOOSTER COMPRESSOR DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II

PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik MARULITUA SIDAURUK NIM

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Torsi. Pertemuan - 7

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput

Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Korosi Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Korosi

DESAIN TEGANGAN PADA JALUR PEMIPAAN GAS DENGAN PENDEKATAN PERANGKAT LUNAK

PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

Dinamika. DlNAMIKA adalah ilmu gerak yang membicarakan gaya-gaya yang berhubungan dengan gerak-gerak yang diakibatkannya.

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya suatu sistem pemipaan yang memiliki kualitas yang baik. dan efisien. Pada industri yang menggunakan pipa sebagai bagian

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN ANALISIS

ANALISA OVER STRESS PADA PIPA COOLING WATER SYSTEM MILIK PT. XXX DENGAN BANTUAN SOFTWARE CAESAR II

TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN JALUR PIPA UAP PADA PROYEK PILOT PLANT

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR

PERHITUNGAN BALOK DENGAN PENGAKU BADAN

Latihan I IMPULS MOMENTUM DAN ROTASI

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mengalirkan suatu fluida (cair atau gas) dari satu atau beberapa titik

xxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out. Mulai

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²).

SIMULASI PENGUJIAN TEGANGAN MEKANIK PADA DESAIN LANDASAN BENDA KERJA MESIN PEMOTONG PELAT

ANALISA STRUKTUR RANGKA DUDUKAN WINCH PADA SALUTE GUN 75 mm WINCH SYSTEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DISPLACEMENT PADA BATANG PRISMATIS DENGAN LUAS PENAMPANG BERVARIASI. Mekanika Kekuatan bahan 2 nd and 3 rd session

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu pembangkit daya uap. Siklus Rankine berbeda dengan siklus-siklus udara

Kuliah ke-2. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax:

LEMBAR PENGESAHAN Tugas Akhir Sarjana Strata Satu (S-1)

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

dengan g adalah percepatan gravitasi bumi, yang nilainya pada permukaan bumi sekitar 9, 8 m/s².

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING TAHAN GEMPA

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KESELAMATAN KAPSUL FASILITAS IRADIASI PRTF

PERANCANGAN DAN ANALISIS TEGANGAN SISTEM PERPIPAAN AUXILIARY STEAM PADA COMBINED CYCLE POWER PLANT

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BERATURAN TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

PENGARUH REYNOLD NUMBER ( RE ) TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA ( BERJARI JARI DAN PATAH )

BAB IV PERHITUNGAN DAN HASIL PEMBAHASAN

Gambar 2.1 Bagian-bagian mesin press BTPTP [9]

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER

Uji Kompetensi Semester 1

BAB II TEORI DASAR TEGANGAN PIPA DAN PENGENALAN CAESAR II

Tegangan Dalam Balok

III. METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. i ii iii iv vi v vii

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

VII. KOLOM Definisi Kolom Rumus Euler untuk Kolom. P n. [Kolom]

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Prinsip Statika Keseimbangan (Meriam& Kraige, 1986)

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

BAB II LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Kata Kunci : LRFD, beban, lentur, alat bantu, visual basic.

PERHITUNGAN TEGANGAN PIPA DARI DISCHARGE KOMPRESOR MENUJU AIR COOLER MENGGUNAKAN SOFTWARE CAESAR II 5.10 PADA PROYEK GAS LIFT COMPRESSOR STATION

PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Distribusi Tekanan pada Fluida

TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA

BAB I PENDAHULUAN. dan efisien.pada industri yang menggunakan pipa sebagai bagian. dari sistem kerja dari alat yang akan digunakan seperti yang ada

Optimasi konfigurasi sudut elbow dengan metode field cold bend untuk pipa darat pada kondisi operasi

STUDI PARAMETER PENGARUH TEMPERATUR, KEDALAMAN TANAH, DAN TIPE TANAH TERHADAP TERJADINYA UPHEAVAL BUCKLING PADA BURRIED OFFSHORE PIPELINE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

BAB I PENDAHULUAN. Plant, Nuclear Plant, Geothermal Plant, Gas Plant, baik di On-Shore maupun di. Offshore, semuanya mempunyai dan membutuhkan Piping.

PENGARUH VARIASI JARAK DAN SUDUT KONTAK SADDLE TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA BEJANA TEKAN HORIZONTAL

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

VI. BATANG LENTUR. I. Perencanaan batang lentur

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk

I. PENDAHULUAN. yang memproduksi bahan kimia serta obat-obatan, dan juga digunakan dalam

UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut!

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

Transkripsi:

ANALISIS TEGANGAN PADA BELOKAN PIPA HOT LEG SISTEM PRIMER PWR MENGGUNAKAN PRINSIP MEKANIKA TEKNIK Abdul Hafid Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir ABSTRAK ANALISIS TEGANGAN PADA BELOKAN PIPA HOT LEG SISTEM PRIMER PWR MENGGUNAKAN PRINSIP MEKANIKA TEKNIK. Analisis tegangan pipa merupakan metoda yang tepat untuk memberikan jaminan bahwa sistem pipa instalasi dapat bekerja aman. Tujuan dilakukannya analisis tegangan adalah untuk memastikan bahwa beban-beban yang bekerja tidak melebihi batas tegangan maksimal seperti yang diatur oleh code dan standar khususnya pada daerah belokan pipa hot leg. Sebagai akibat dari pembelokan arah aliran air pendingin primer di belokan pipa maka aliran air terbagi yang menyebabkan terjadinya pusaran air, kavitasi dan getaran. Hal ini mengakibatkan tegangan yang ditahan oleh pipa pada daerah belokan besar. Setelah dilakukan analisis dan perhitungan diperoleh bahwa besar tegangan akibat aliran air tanpa efek termal mencapai 86 MPa dalam arah tangensial sedangkan jika efek termal diberikan dengan temperatur lebih dari 321 0 C diperoleh nilai tegangan maksimum hingga 175,8 MPa. Dari hasil perbandingan perhitungan syarat batas yang diperoleh menunjukkan bahwa pipa hot leg dengan sudut belok 51 0 adalah sangat aman untuk dioperasikan. Kata Kunci : analisis tegangan, hot leg, belokan perpipaan, mekanika teknik. ABSTRACT STRESS ANALYSIS OF HOT LEG PIPE ELBOW IN THE PRIMARY SYSTEMS OF PWR USING THE PRINCIPLE OF MECHANICS. Pipe stress analysis is an the appropriate method to ensure that the plumbing system of the plant can work safely. The purpose of stress analysis is to ensure that the loads do not exceed the maximum stress limit as stipulated by the code and standards especially in the area of the hot leg pipe bends. As a result of the deflection of the primary cooling water flow in pipe bends divided the flow of water that caused the whirlpool, cavitation and vibration. This results in a stress being held by a large pipe on the bend area. After the analysis and calculation of the stress that is obtained as a result of water flow without thermal effects reached 86 MPa in the tangential direction, while if the temperature of the thermal effect is given to more than 321 0 C obtained maximum voltage of up to 175.8 MPa. From the comparison of the calculation results obtained by the boundary conditions shows that the hot leg pipe with a turn angle of 51 0 is very safe to operate. Keywords : stress analysis, hot leg, pipe bend, engineering mechanic. PENDAHULUAN Rencana strategi PTRKN 2010 2014 bertujuan untuk menguasai teknologi keselamatan reaktor nuklir dengan cara antara lain melalui evaluasi desain teknis (1). Salah satu bentuk teknik penguasaan dengan evaluasi desain adalah melakukan analisis tegangan perpipaan sistem primer reaktor daya PWR. Setiap instalasi nuklir diharapkan dapat beroperasi dengan aman oleh karena itu maka perlu dilakukan perhitungan dan analisis tegangan. Salah satu bagian yang perlu dilakukan analisis adalah pada belokan pipa hot leg. Sebagai penyalur air pendingin primer maka pipa hot leg harus dapat dipastikan beroperasi dengan aman. 69

Tujuan dari analisis tegangan pada belokan perpipaan sistem primer PWR adalah untuk mengetahui reaksi gaya-gaya mekanis yang terjadi pada belokan pipa hot leg yang menimbulkan terjadinya tegangan dimana tegangan tersebut tidak melebihi batas tegangan maksimal sebagaimana diatur berdasarkan code dan standar ASME. Pada PLTN jenis PWR AP1000 untuk setiap steam generator hanya ada satu pipa hot leg yang mengalirkan air bertekanan tinggi dengan temperatur tinggi dari reactor vessel ke steam generator. Pipa hot leg membentang lurus dengan panjang 2,85 m dari pressure vessel kemudian berbelok arah membentuk sudut 51 0 menuju steam generator. Akibat adanya belokan pipa maka aliran air akan terbagi sehingga menimbulkan pusaran fluida (vortex), kavitasi dan getaran yang berakibat terjadinya kerugian energi serta penurunan tekanan dan konsentrasi tekanan pada satu titik di dinding pipa. Efek lain belokan adalah terjadinya penurunan tekanan (pressure drop) yang lebih besar terhadap aliran fluida dibanding pipa lurus (2). Pada penelitian ini analisis yang dilakukan dengan menghitung besar konsentrasi tekanan pada dinding pipa akibat aliran air yang menumbuk dinding pipa. Untuk dapat mencapai tujuan analisis tersebut di atas digunakan metode analisis berdasarkan kajian literatur dengan menggunakan prinsip mekanika teknik, yaitu persamaan persamaan mekanika, seperti kesetimbangan partikel, hukum Newton dan persamaan-persamaan tegangan. Untuk analisis perhitungan pemeriksaan batas tegangan maksimum yang diizinkan maka digunakan persamaan-persamaan pragmatis berdasar pada standar ASME code section III. TEORI Pipa hot leg pada sistem primer instalasi pembangkit listrik reaktor daya nuklir PWR AP1000 adalah pipa yang berfungsi untuk mengalirkan air dengan temperatur (T) dan tekanan (P) tinggi dari reactor vessel ke steam generator. Pada sistem perpipaan primer reaktor daya nuklir AP1000 jenis dua loop, pipa hot leg ada dua dengan tata letak seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Gaya-Gaya Reaksi Pada Belokan Pipa Pada saat air bertekanan dan temperatur tinggi menabrak dinding belokan pipa hot leg maka terjadi tumbukan yang menyebabkan perubahan gaya (δf) yang terjadi setiap waktu. Perubahan tersebut adalah sama dengan perubahan massa (δm) dan kecepatan air yang mengalir atau perubahan impulsnya sama dengan perubahan momentum yang terjadi. Pada saat air bergerak dalam belokan pipa akan muncul gaya sentrifugal yang bekerja pada partikel-partikel air. Gaya sentrifugal yang terjadi sebanding dengan kuadrat kecepatan (u) air. Akibatnya kecepatan air tidak seragam dalam hal ini makin besar pada bagian tengah dan makin kecil pada dekat dinding pipa. Hal ini menyebabkan timbulnya vortex atau swirl yang menyebabkan air berputar sehingga terjadi aliran sekunder (4). 70

Gambar 1. Letak pipa hot leg pada sistem pendingin reaktor AP1000 (3) Bila percepatan (a) gerak air dalam segala arah dinyatakan dalam bentuk sumbu x, y dan z dimana x adalah sejajar dengan sumbu pipa lurus dan y adalah tegak lurus sumbu x ke atas maka persamaan gerak untuk aliran air bertekanan di dalam pipa dapat menggunakan persamaan Newton II yang dituliskan (4) : F X F ma max Y Y F z ma z (1) Oleh karena analisis yang dilakukan pada belokan pipa dalam penelitian ini merupakan analisis dua dimensi dimana reaksi gaya arah sumbu z adalah nol maka reaksi gaya gaya yang terjadi seperti pada Gambar 2. Massa jenis air berubah akibat temperatur dan tekanan yang terjadi padanya. Sehingga massa (m) dapat diubah menjadi perkalian antara massa jenis (ρ) dengan luas penampang pipa (A), yaitu: m = ρ A u (2) Gaya reaksi dinyatakan dengan R dan sudut belokan pipa dinayatakan dengan θ maka gayagaya reaksi yang terjadi pada belokan pipa dapat dianalisis seperti pada Gambar 2 dan dihitung dengan persamaan-persamaan berikut, dalam arah sumbu x: R x = m u (1 cos θ) (3) Jika Persamaan 2 dimasukkan ke Persamaan 3, maka: 71

R x D 2 in 2 u 2 (1 cos ) (4) R y Din 2 2 u 2 sin (6) Selanjutnya, dalam arah y: R y = m u sin θ (5) Seperti pada persamaan sebelumnya maka Persamaan 2 ke 5, menjadi: Resultan gaya yang terjadi pada belokan pipa adalah: R R R 2 2 ( x y) (7) Gambar 2. Reaksi gaya-gaya pada belokan pipa Teori Tegangan Pada Pipa Panas Tegangan pada pipa bagian terbesarnya akibat beban gravitasi. Tegangan akibat gravitasi sebagai akibat berat sendiri dan berat komponen lain yang terletak pada pipa seperti katup, isolator, dan sebagainya. Ada dua jenis tegangan akibat beban gravitasi yaitu tegangan normal dan tegangan geser. Berdasarkan posisi gaya yang bekerja pada pipa maka tegangan normal pada pipa dibedakan atas tiga, yaitu tegangan longitudinal, tegangan hoop atau disebut juga tegangan tangensial yaitu tegangan yang searah dengan garis singgung penampang pipa dan tegangan radial. Selanjutnya tegangan geser pada pipa juga ada dua, yaitu tegangan puntir dan tegangan geser akibat gaya geser. Tegangan longitudinal ( L ) pada pipa adalah tegangan yang searah dengan panjang pipa dan merupakan jumlah dari nilai tegangan aksial ( ax ), tegangan tekuk ( b ) dan tegangan longitudinal tekan ( LP ), dinyatakan dengan Persamaan 8. L ax b LP (8) Jika pipa lurus dalam arah x maka tegangan aksial adalah berbanding lurus dengan gaya aksial pada pipa (F ax ) dan berbanding terbalik dengan luas penampang pipa (A). Arah dan bentuk tegangan longitudinal dan tegangan 72

hoop seperti pada Gambar 3. Dari Gambar 2, bila P adalah tekanan yang dalam hubungan ini adalah sama dengan nilai rata-rata tegangan normal bidang yang bernilai negatif maka dinyatakan sebagai: 1 p ( (9) xx yy ) 3 Berdasar pada Gambar 2, besar tegangan aksial pipa dapat dihitung dan diperoleh dari kesetimbangan gaya-gaya. Dalam hal ini gaya internal diberikan oleh tekanan internal terhadap luas penampang pipa internal, gaya eksternal berasal dari tekanan luar terhadap luas penampang pipa bagian luar dan tegangan aksial diperoleh dari besar tekanan dalam dan luar pipa terhadap dinding pipa luar dan dalam. Dengan menggunakan metode kesetimbangan partikel diperoleh besar tegangan aksial dengan menggunakan Persamaan 10. ax P r P r 2 2 i i o o 2 2 ro ri (10) Tegangan tekuk adalah tegangan akibat momen (M) yang terjadi pada ujung pipa. Tegangan tekuk berbanding lurus dengan momen dan jarak sumbu pipa ke permukaan pipa (c) dan berbanding terbalik momen inersia penampang pipa (I). Bentuk dan arah tegangan aksial seperti pada Gambar 4. Tegangan tangensial (s H ) adalah tegangan yang terjadi akibat tekanan di dalam pipa yang bekerja secara tangensial dan nilainya tergantung tebal dinding pipa. Tegangan tangensial dapat dihitung dengan persamaan: H Pd 2t i (11) Tegangan radial (s rad ) merupakan tegangan yang terjadi pada dinding pipa yang nilainya variatif dan mencapai nilai maksimum pada permukaan dalam pipa dan minimum pada permukaan luarnya. Bentuk dan arah tegangan radial seperti pada Gambar 2 dan dapat dihitung dengan Persamaan 10. Gambar 3. Bentuk dan arah tegangan longitudinal dan tegangan tangensial (hoop) (5). 73

Gambar 4. Tegangan aksial, tegangan radial dan tegangan tangensial (hoop) (6) rad 2 2 2 i o ( i ) 2 Pr r r r 2 2 ( ro ri ) (12) Pipa hot leg AP1000 berfungsi sebagai alat transportasi panas dari reactor vessel ke steam generator. Hal ini menyebabkan adanya perubahan temperatur yang cukup besar pada dinding pipa. Saat panas maka pipa akan mengembang dan saat dingin akan terjadi kontraksi pada dinding pipa. Peristiwa ini mengakibatkan terjadinya regangan pada dinding pipa yang diakibatkan oleh panas yang berasal dari fluida. Besar regangan (ε) termal yang terjadi dapat dihitung dengan Persamaan 13: t (13) dimana α adalah koefisien termal material dan Δt adalah perubahan temperatur. Bila besar regangan yang terjadi dikali dengan modulus elastis (E) dari material maka nilai yang diperoleh merupakan nilai tegangan (s) yang terjadi pada dinding pipa akibat termal, dinyatakan dalam bentuk Persamaan 14: = E (14) Batasan Tegangan Berdasarkan ASME Code Section III (7) Batasan standar yang digunakan untuk pipa hot leg mengacu pada ASME section III, division 1-NB. Kriteria umum desain dinyatakan dalam NB-3100 yang meliputi kondisi pembebanan NB-3111 dan beban desain NB-3112. Standar dimensi pipa berdasarkana table NB-3132-1 ASME section III yang merujuk pada ASME B36-10M-2000 untuk dimensi pipa. Kriteria analisis dan desain perpipaan dinyatakan pada NB-3630. Pada division NB-3652 menyatakan, batas intensitas tegangan primer terpenuhi jika syarat pada Persamaan 12 berikut terpenuhi, yaitu: Pd0 d0 B1 B2 Mi 1,5 S 2t 2I dimana: (15) B 1, B 2 = indek tegangan utama untuk produk tertentu, untuk pipa dengan belokan diatur dalam NB-3683.7, yaitu: B 1 = -0,1 + 0,4 h tidak boleh < 0 atau > 0,5 B 1,30 h 2 2/3 m < 1,0 74

P = Tekanan desain (MPa) d 0 = Diameter pipa bagian luar (mm) Mt = Momen dari kombinasi beban mekanik pada ujung-ujung pipa (N-mm) I = Momen inersia pipa (mm 4 ) t = Tebal pipa (mm) S m = Nilai intensitas tegangan desain yang diizinkan (MPa) diperoleh dari ASME CODE section II part D table 2A (8) METODOLOGI Analisis tegangan pipa hot leg ini dilakukan dengan menggunakan metode prinsip mekanika teknik. Hal ini dimulai dari perolehan data hasil kajian. Hasil telusur data diperoleh bahwa material pipa hot leg AP1000 adalah Stainless Steel (SS) jenis SA376-TP316LN dengan dimensi dan kondisi operasi seperti Tabel 1. Berdasarkan data pada Tabel 1 maka dapat dihitung besar jari-jari pipa, tebal pipa, luas penampang pipa, momen inersia, berat pipa dan berat fluida. Hasil perhitungan data Tabel 1 seperti ditunjukkan pada Tabel 2. Hasil pengolahan data pada Tabel 2 merupakan hasil pengolahan data yang akan digunakan untuk analisis gaya, tegangan dan batas aman desain. Tabel 1. Data pipa hot leg AP1000 dan fluida alir di dalam pipa (3) Jenis material pipa SA376-TP316LN Berat jenis (g pipe ) 8100 kg/m 3 Diameter dalam (D in ) 31 in (0,7874 m) Diameter luar (D out ) 37,5 in (0,9525 m) Tegangan Yield (s y ) 205 MPa Modulus elastisitas (E) pada temp. ruang 193 GPa Fluida alir dalam pipa Air dengan temperatur dan tekanan tinggi Temperatur fluida 321 0 C Tekanan fluida (P) 15,6 MPa Massa jenis air pada tekanan dan temperatur (316 0 C dan 15,6 MPa) (ρ fluid ) 10,89 kg/m 3 Koefisian termal ekspansi SA376-TP316LN (α) pada 343 0 C 1,78 x 10-5 (m/m/ 0 C) Modulus elastisitas (E 3430C ) pada 343 0 C 173 GPa Tabel 2. Beban-beban tetap pada hot leg Jari jari pipa bagian dalam (r in ) 393,7 mm Jari jari pipa bagian luar (r out ) 476,25 mm Tebal pipa 82,55 mm Luas penampang pipa efektif (A m ) 0,0214 m 2 Luas penampang pipa bagian dalam (A in ) 0,4877 m 2 Berat pipa per satuan panjang 174 kg/m Berat fluida penuh per satuan panjang 5,31 kg/m Momen inersia (I) 0,0215 m 4 75

HASIL DAN PEMBAHASAN Pipa hot leg terpasang lurus dari tanki reaktor bertekanan (reactor vessel) hingga jarak sekitar 3,033 meter. Selanjutnya dengan jari jari kelengkungan sekitar 1,43 meter pipa dibelok kan ke atas hingga membentuk sudut belok 51 0. Air dengan temperatur 321 0 C dan tekanan 15,6 MPa mula-mula mengalir pada pipa lurus. Dengan Persamaan 1 hingga 7 dan dengan prinsip kesetimbangan gaya berdasarkan Gambar 2. Diagram benda bebas dari pipa yang dibelokkan serta data tentang nominal massa jenis (ρ), diameter dalam pipa (D in ), kecepatan (u) dan sudut belokan pipa (θ) seperti Gambar 2. Gaya-gaya pada belokan pipa hot leg akibat aliran massa dan kecepatan aliran diperoleh seperti pada Tabel 1 dan Tabel 2. Sehingga, hasil perhitungan gaya-gaya reaksi pada belokan pipa dapat diperoleh seperti pada Tabel 3. Aliran air dalam arah x dan y di dalam pipa yang menumbuk dinding pipa menyebabkan terjadinya gaya internal. Akibat adanya gaya internal maka timbul tekanan internal terhadap luas penampang pipa internal. Selain gaya internal ada gaya eksternal, yaitu gaya yang berasal dari luar terhadap dinding pipa bagian luar. Gaya eksternal ini juga mengakibatkan terjadinya tekanan pada dinding luar pipa dalam hal ini terhadap luas penampang pipa bagian luar. Sehingga, tegangan aksial dapat diperoleh dari besar tekanan dalam pipa dan tekanan luar pipa terhadap dinding pipa. Dengan menggunakan metode Persamaan 8 sampai dengan 12 nilai-nilai tegangan yang terjadi pada dinding pipa adalah seperti pada Tabel 4. Tabel 3. Gaya-gaya pada belokan pipa hot leg karena aliran massa dan kecepatan aliran serta akibat tekanan di dalam pipa. Gaya akibat aliran massa dan kecepatan Nilai Satuan aliran Kecepatan air (u) 14,25 m/det Aliran massa (ṁ) 76 kg/det Gaya arah x (R x ) 399 N Gaya arah y (R y ) 837 N Resultan gaya (R) 927 N Gaya akibat tekanan dalam pipa Tekanan dalam pipa (P in ) 15,6 MPa Gaya dalam arah x 2.816 kn Gaya dalam arah y 5.904 kn Resultan gaya akibat tekanan 6.541 kn Resultan gaya dihasilkan akibat aliran fluida dan tekanan 6.542 kn 76

Tabel 4. Nilai-nilai nominal hasil perhitungan tegangan aksial, longitudinal, tangensial (hoop) dan radial. Jenis Tegangan Nilai Satuan Tegangan aksial 34,4 MPa Tegangan longitudinal tekan 45,0 MPa Tegangan longitudinal 79,4 MPa Tegangan tangensial (hoop) 86,0 MPa Tegangan radial -16,3 MPa Tabel 5. Regangan dan tegangan material pipa hot leg AP1000 Temp. Operasi Temp. α ε s Jenis Material desain Ruang ( 0 C) ( 0 C) (m/m/ 0 C) (m/m) MPa SA376-TP316LN 343 25 1,78 x 10-6 5,7x10-4 98,04 Tabel 6. Hasil perhitungan berdasarkan syarat batas ASME Code Sec. III B 1 B 2 S m [9] (MPa) B Pd 0 1 2t B 2 d 0 M i 2I 1,5 S m (MPa) 0,1494 1,7815 117,2 92,28 175,8 Perhitungan tegangan lain yang perlu diperhitungkan untuk material pipa hot leg adalah tegangan yang terjadi akibat beban termal. Hal ini karena temperatur operasi desain pipa hot leg mencapai temperatur 343 0 C seperti data pada Tabel 1. Dengan menggunakan Persamaan 13 dan 14 besar regangan dan tegangan termal yang terjadi pada material pipa hot leg seperti Tabel 5. Berdasarkan hasil perhitungan tegangan pada Tabel 4 dan Tabel 5 diperoleh bahwa tegangan yang terjadi pada dinding pipa akibat aliran fluida maksimum untuk tegangan tangensial sebesar 86,0 MPa dan tegangan maksimal dengan memperhitungkan efek termal adalah sebesar 98,04 MPa. Untuk menjamin bahwa penggunaan belokan pipa pada hot leg aman maka dilakukan perhitungan pemeriksaan dengan menggunakan standar. Nilai batas syarat tegangan maksimum yang diacu adalah ASME Code Sec III sub-section NB. Dengan menggunakan Persamaan 15 yang merupakan persamaan syarat batas yang sesuai standar ASME Code Sec III sub-section NB dapat diperoleh batas tegangan primer seperti ditunjukkan pada Tabel 6. Setelah membandingkan hasil perhitungan syarat batas yang diperoleh pada Tabel 6 dengan hasil perhitungan Tabel 4 dan Tabel 5, diperoleh bahwa selisih nilai minimum aman tanpa mempertimbangkan faktor koreksi nilai intensitas tegangan desain yang diizinkan mencapai 19,16 MPa. Dalam hal ini, 77

bila nilai koresi intensitas dimasukkan maka selisih nilai aman mencapai 77,4 MPa untuk keadaan tegangan operasional paling maksimum dengan memperhitungkan efek termal. Sehingga dapat dinyatakan bahwa kondisi operasi pipa hot leg berdasarkan hasil analisis adalah sangat aman. KESIMPULAN Pipa hot leg PWR AP1000 beroperasi pada temperatur rata-rata 321 0 C, tekanan 15,6 MPa dan kecepatan aliran air rata-rata 11,7 m/det. Air dengan temperatur tinggi mengalir pada pipa sepanjang 5.867 mm dari tangki reaktor menuju pembangkit uap. Dalam pemasangan nya pipa hot leg mula-mula pipa terpasang lurus dari reactor vessel dengan panjang 3.033 mm kemudian dibelokkan dengan sudut 51 0 ke arah atas dengan panjang 2.834 menuju steam generator. Karena air yang mengalir pada pipa hot leg adalah air pendingin primer yang bersifat radioaktif maka harus dihindari potensi yang dapat menyebabkan konsentrasi tegangan pada pipa. Oleh karena itu pipa dibelokkan secara langsung tanpa menggunakan sambungan elbow dengan las. Hal ini diatur dalam ASME Code Section III, Sub-section NB. Dari hasil perhitungan tegangan diperoleh bahwa nilai tegangan maksimal pada belokan pipa hot leg tanpa pengaruh termal adalah tegangan tangensial sebesar 86,0 MPa, sedangkan tegangan maksimal pada belokan pipa dengan pengaruh termal adalah 98,04 MPa. Setelah dilakukan perhitungan pemeriksaan dengan menggunakan acuan ASME Code Sec. III sub-section NB diperoleh bahwa besar tegangan operasional tersebut sangat jauh dari syarat batas tegangan aman, yaitu 175,8 MPa. DAFTAR PUSTAKA 1. PTRKN - BATAN, Rencana Stratejik Tahun 2010-2011 Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir, 2011. 2. Potter, M. C., Wiggert, D. C. and Ramadan B. H., Mechanics of Fluids, 4 th edition, Cengage Learning, USA, 2010. 3. Campagna, L. A., Reactor Coolant System and Connected Systems, Chapter 5, AP1000 European Design Control Document, EPS- GW-GL-700 Revision 1, Westinghouse, USA, 2009. 4. White, F.M., Fluids Mechanics, fourth edition, Page 45, 227-229, Mc-Graw Hill, USA, 1997. 5. Sharma, S.C., Strength of Materials, Indian Institute of Technology Roorke. Tersedia di http://www.nptel.iitm.ac.in/courses/ Webcourse-contents/IIT-ROORKEE/ strength%20of%20materials/homepage.htm 6. http://www.engineeringtoolbox.com/stressthick-walled-tube-d_949.html 7. ASME Code, ASME Boiler & Pressure Vessel Code, III Division 1- Subsection NB: Rules for Construction Of Nuclear Facility Components, p. 111-113, 121, USA, 2007. 8. ASME Code, ASME Boiler & Pressure Vessel Code, II Part D: Properties (Customary) Materials, p. 296, USA, 2010, 78