DINAMIKA SIFAT FISIK TANAH PADA AREAL PERTANAMAN KAKAO AKIBAT ALIH GUNA LAHAN HUTAN DI KECAMATAN PAPALANG KABUPATEN MAMUJU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol atau dikenal dengan nama Podsolik Merah Kuning (PMK)

Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di

KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA TANJUNG PUTUS KECAMATAN PADANG TUALANG KABUPATEN LANGKAT

KEMANTAPAN AGREGAT ULTISOL PADA BEBERAPA PENGGUNAAN LAHAN DAN KEMIRINGAN LERENG

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERUBAHAN SIFAT FISIKA ULTISOL AKIBAT KONVERSI HUTAN MENJADI LAHAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah

TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi

DISTRIBUSI PORI DAN PERMEABILITAS ULTISOL PADA BEBERAPA UMUR PERTANAMAN

The Effect of Lands Use Change From Peat Bog Forest to Industrial Forest Acacia Crassicarpa on Physical and Chemical Properties of Peat Soil

I. PENDAHULUAN. Besar jenis tanah suatu massa (unit massa) tanah yang seharusnya dinyatakan gr/cm 3. Volume

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium

KARAKTERISASI FISIK DAN KELEMBABAN TANAH PADA BERBAGAI UMUR REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan kering masam cukup luas yaitu sekitar 99,6 juta hektar

BEBERAPA SIFAT FISIKA TANAH PADA LAHAN USAHATANI KARET DAN KELAPA SAWIT RAKYAT DI DAS BATANG PELEPAT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengatur tata air, mengurangi erosi dan banjir. Hutan mempunyai

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok

Gambar 1. Tabung (ring) tembaga dengan tutup Tahapan-tahapan pengambilan contoh tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. =^

Sifat-sifat fisik tanah. Texture Structure Soil density Bulk density Moisture content Porosity Measurement methods

TINJAUAN PUSTAKA. profil tanah. Gerakan air ke bawah di dalam profil tanah disebut perkolasi

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah

Gambar 1. Lahan pertanian intensif

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman ubi kayu (Manihot esculenta

PENGARUH POSISI LERENG TERHADAP SIFAT FISIKA TANAH

DEGRADASI BEBERAPA SIFAT FISIK TANAH AKIBAT ALIH GUNA LAHAN HUTAN MENJADI LAHAN PERKEBUNAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI DESA SEJAHTERA, PALOLO

TINJAUAN PUSTAKA. Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Kandungan hara pada 1m3 limbah cair setara dengan 1,5 kg urea, 0,3 kg SP-36,

KAJIAN PERMEABILITAS BEBERAPA JENIS TANAH DI LAHAN PERCOBAAN KWALA BEKALA USU MELALUI UJI LABORATORIUM DAN LAPANGAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. menerus menyebabkan kerusakaan sifat fisik tanah dan selanjutnya akan

STUDI BEBERAPA SIFAT FISIKA TANAH PADA BEBERAPA UMUR PERSAWAHAN DI KECAMATAN PEMAYUNG

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik

I. PENDAHULUAN. induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol

TINJAUAN PUSTAKA. dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gravitasi

I. PENDAHULUAN. kerusakan akibat erosi dalam ekosistem DAS (Widianto dkk., 2004). Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISITK SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN PRODUKSI RENDAH DAN TINGGI DI PT GREAT GIANT PINEAPPLE

INFILTRASI PADA HUTAN DI SUB DAS SUMANI BAGIAN HULU KAYU ARO KABUPATEN SOLOK

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara pedologi, tanah didefinisikan sebagai bahan mineral ataupun organik di

PENENTUAN BULK DENSITY ABSTRAK

Soilrens, Volume 14 No.1, April 2016 ABSTRACT 1. PENDAHULUAN. Apong Sandrawati 1), Ade Setiawan 1), dan Gilang Kesumah 2)

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

PENENTUAN BOBOT ISI TANAH(BULK DENSITY) UJI LAB

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN SIFAT FISIKA TANAH PADA PERKEBUNAN KARET DI PROVINSI BENGKULU STUDY OF SOIL PHYSICAL ON RUBBER PLANTATION IN BENGKULU PROVINCE ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen

SKRIPSI DEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK DI DALAM TANAH PADA BEBERAPA KETINGGIAN TEMPAT DI KOTA PADANG. Oleh: ANDITIAS RAMADHAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

PEMANFAATAN KOMPOS KOTORAN SAPI DAN ARA SUNGSANG UNTUK MENURUNKAN KEPADATAN ULTISOL. Heri Junedi, Itang Ahmad Mahbub, Zurhalena

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. Untuk dapat melakukan perencanaan secara menyeluruh dalam hal

EROSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OLEH: MUH. ANSAR SARTIKA LABAN

Erosi Kualitatif Pada Perkebunan Karet Umur 25 Tahun di Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015

ABSTRACT ABSTRAK. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang Oktober 2016 ISBN...

PENGARUH KOMPOS AMPAS TEBU DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI KEDALAMAN TERHADAP SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN TEMBAKAU DELI.

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas

Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September )

PERBAIKAN SIFAT FISIKA TANAH PERKEBUNAN KARET (Havea brasiliensis) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BIOPORI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hantaran Hidrolik

II. TINJAUAN PUSTAKA

Survey dan Pemetaan Status Hara-P di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADI SAWAH, PANGAN LAHAN KERING DAN TANAMAN TAHUNAN SUB DAS MALANGGA DESA TINIGI KECAMATAN GALANG KABUPATEN TOLITOLI

Lampiran 1. Deskripsi Profil

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

θ t = θ t-1 + P t - (ETa t + Ro t ) (6) sehingga diperoleh (persamaan 7). ETa t + Ro t = θ t-1 - θ t + P t. (7)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. Hasil dan Pembahasan. pada Gambar 2 dan data hasil pengamatan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 1. Deskripsi Profil di Lokasi Penelitian Horison Kedalaman Uraian

TUGAS TUTORIAL IRIGASI DAN DRAINASE : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (2)

KEMAMPUAN LAHAN UNTUK MENYIMPAN AIR DI KOTA AMBON

Rate Infiltration Evaluation on Several Land Uses Using Infiltration Method of Horton at Sub DAS Coban Rondo Kecamatan Pujon Kabupaten Malang

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan laju infiltrasi pada berbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam dunia pertanian, tanah mempunyai peranan yang penting, tanah sangat

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)

AGIHAN KESUBURAN TANAH PADA LAHAN PADI SAWAH DI KECAMATAN JOGOROGO KABUPATEN NGAWI PROPINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. tinggi sehingga rentan terhadap terjadinya erosi tanah, terlebih pada areal-areal

PENGARUH OLAH TANAH DAN MULSA JERAMI PADI TERHADAP AGREGAT TANAH DAN PERTUMBUHAN SERTA HASIL JAGUNG

METODE PENELITIAN. Sampel tanah untuk analisis laboratorium yaitu meliputi sampel tanah terusik dan sampel tanah tidak terusik. 2.

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

KONDISI BEBERAPA KOMPONEN HIDROLOGI PADA TEGAKAN SENGON WURI HANDAYANI DAN EDY JUNAIDI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa

Transkripsi:

DINAMIKA SIFAT FISIK TANAH PADA AREAL PERTANAMAN KAKAO AKIBAT ALIH GUNA LAHAN HUTAN DI KECAMATAN PAPALANG KABUPATEN MAMUJU DYNAMIC OF SOIL PHYSICS ON COCOA AGROFORESTRY AS AN EFFECT OF FOREST CONVERSION IN PAPALANG, MAMUJU DISTRICT Ida Suryani 1) Christianto Lopulisa 2) Baharuddin Nurkin 3) dan Anna Pairunan 2) 1) Mahasiswa S3 UNHAS, 2) Dosen Ilmu Tanah UNHAS, 3) Dosen ilmu Kehutanan UNHAS E-mail : Ida_suryani07 @ yahoo.com ABSTRAK Pembukaan lahan hutan menjadi lahan pertanian dapat diduga sebagai penyebab rusaknya sifat fisik tanah, baik di lapisan atas maupun lapisan bawah.. Kerusakan struktur tanah lapisan atas serta lapisan bawah diakibatkan karena berubahnya lingkungan atau kondisi tanah hutan yang semula habitat akar dan terjadi interaksi antara tanah dengan akar. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Nobember 2010 sampai Juli 2011.di Kecamatan papalang, kabupaten Mamuju. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode Survei dan experiment di Laboratorium. Kegiatan survei meliputi empat tahapan utama, yaitu 1) studi pustaka, 2) Pra Penelitian, 3) Penelitian utama dan 4) Analisis dan interpretasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Transek 1 dan 2, memperlihatkan kecenderungan nilai bulk density makin besar dengan meningkatnya kedalaman, kecuali profil 3 (P3) Transek 2, dan profil 2 () yang memperlihatkan bulk density makin kecil dengan meningkatnya kedalaman, porositas semakin kecil dengan meningkatnya kedalaman, kecuali pada profil3 (P3) Transek 2 dan Profil2 (), permiabilitas tanah pada Transek 1, 2, berfluktuasi dari lapisan atas ke lapisan bawah dan cenderung menurun dengan bertambahnya kedalaman tanah danpersentase liat pada umumnya menurun dengan meningkatnya kedalaman tanah, kecuali pada Profil 1 dan 2 ( dan ) untuk kedua Transek, nilainya berfluktuasi menurut kedalaman Kata Kunci: Alih guna lahan, bulk density, porositas, permiabilitas, persentase liat. ABSTRACT Clearing of forest to agricultural land could be suspected as the cause of damage to soil physical properties, both in the top layer and bottom layer. Damage to the structure of the top soil and the lower layer caused by changing environmental or soil conditions of the original forest habitat interactions between roots and soil with roots. This commenced in Nopember 2010 until July 2011 at Papalang, Mamuju district. The research was conducted by using survey methods and experiments in the laboratory. Activity survey covers four main stages, namely 1) the study of literature, 2) Pre Research, 3) the main research and 4) Analysis and interpretation of data. The results showed that Transect 1 and 2, showing the trend value of the greater bulk density with increasing depth, except for profile 3 (P3) Transect 2, and profile 2 () which shows the smaller the bulk density with increasing depth, the smaller with increasing porosity depth, except at profil 3 (P3) transect 2 and Profil2 (), soil permiability on transect 1, 2, fluctuates from the upper to 1

the lower layer and tends to decrease with increasing soil depth and Persentage of clay generally decreases with increasing soil depth, except at profiles 1 and 2 ( and ) for both transects, its value fluctuates according to the depth. Keywords:Forest conversion, bulk density, porosity, permiability, Percentage of clay. PENDAHULUAN Alih guna hutan menjadi lahan pertanian telah menunjukkan dampak yang sangat besar terutama terhadap kerusakan lingkungan, akan tetapi proses itu terus berlangsung dan telah menunjukkan dampak-dampak negatif yang berlangsung dan tidak seorangpun yang tahu sampai kapan proses itu dipastikan dapat dihentikan. Alih guna lahan menyebabkan berkurangnya kerapatan tanaman dan keragaman jenis tanaman. Akibatnya lingkungan pertanaman menjadi lebih fragile (rapuh) dan rentan terhadap kerusakan jika tidak dikelola dengan baik. Aktivitas masyarakat yang intensif dapat menyebabkan kerusakan tanah berupa penurunan kapasitas tanah dalam mendukung kehidupan (RAPA- FAO, 1993) baik saat ini maupun yang akan datang (Oldeman, 1993). Selanjutnya Arsyad (2006), mengemukakan bahwa kerusakan tanah adalah hilangnya atau menurunnya fungsi tanah, baik sebagai sumber unsur hara tumbuhan maupun sebagai matriks tempat akar tumbuhan berjangkar dan tempat air tersimpan. Pembukaan lahan hutan menjadi lahan pertanian dapat diduga sebagai penyebab rusaknya struktur tanah baik di lapisan atas maupun lapisan bawah. Kerusakan struktur tanah lapisan atas serta lapisan bawah diakibatkan karena berubahnya lingkungan atau kondisi tanah hutan yang semula habitat akar dan terjadi interaksi antara tanah dengan akar. Perubahan ini menghasilkan kondisi tanah yang berbeda, sehingga pada awalnya tanah hutan mampu menjaga fungsi tanah menjadi menurun akibat rusaknya keseimbangan kondisi tanah karena perakaran hutan yang hilang. 2

Perubahan kondisi tanah ini, disebabkan karena adanya perubahan karakteristik jenis perakaran pada tanah hutan yang lebih bervariasi dari pada lahan pertanian monokultur. Jenis perakaran yang monokultur cenderung memiliki kapasitas yang sama dalam menjalankan aktivitasnya dalam tanah. Perbedaan jenis perakaran juga mempengaruhi keberadaan biota dalam tanah. Selain perbedaan perakaran dalam tanah, perubahan lahan hutan menjadi lahan pertanian monokultur menyebabkan berubahnya tutupan lahan yang semula adalah multistrata menjadi strata tunggal dimana tajuk tanaman menjadi seragam. Tajuk yang multi strata akan membantu dalam mengurangi lebih besar kontak tanah terhadap air hujan dari pada kondisi tanaman monokultur. Perubahan sifat fisika yang terjadi dapat dilihat secara langsung dan ada yang mengalami perubahan sejalan dengan waktu. Tekstur tanah pada kondisi alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian monokultur juga ikut berubah jumlah fraksi yang membentuk tanah. Menurut penelitian Didik Suprayogo dkk., 2004, pada kasus perubahan lahan hutan menjadi lahan pertanian kopi monokultur, terjadi perubahan kandungan fraksi tanah. Semula pada tanah hutan diketahui fraksi tanah berkisar dari lempung liat berpasir hingga lempung berpasir. Setelah mengalami perubahan fungsi lahan, tekstur tanah berubah menjadi tekstur liat. Penelitian ini bertujuan menelaah dinamika sifat fisik tanah pada areal pengembangan tanaman kakao yang sebelumnya merupakan kawasan hutan Perubahan tekstur tanah ini juga berpengaruhi terhadap fungsi kimia tanah, yaitu reaksi (tanah akan cenderung mengalami penurunan ph karena meningkatnya potensial H + ). Selain itu degradasi bahan organik juga terjadi secara bertahap. Degradasi bahan organik akan berpengaruh terhadap laju infiltrasi dan kapasitas memegang air. 3

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Nobember 2010 sampai Juli 2011. Untuk mendukung pelaksanaan penelitian ini, berbagai bahan dan alat penelitian diperlukan diantaranya adalah kertas, bahan-bahan kimia untuk analisis contoh tanah dan untuk pengawetan contoh tanah dan air, citra satelit Kabupaten Mamuju skala 1:175.000, peta penutupan lahan skala 1: 500.000, Peta Rupa Bumi Indonesi lembar Kabupaten Mamuju skala 1: 500.000, Peta Land system skala 1: 250.000, Peta Kemiringan Lereng skala 1: 500.000, Peta Penutupan Lahan skala 1:500.000, Peta Tanah Kabupaten Mamuju skala 1:500.000, Peta Kawasan Hutan Kabupaten Mamuju skala 1:500.000, kantong plastik, karung, karet pengikat, dan lain-lain. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode Survei dan experiment di Laboratorium. Kegiatan survei meliputi empat tahapan utama, yaitu 1) studi pustaka, 2) Pra Penelitian, 3) Penelitian utama dan 4) Analisis dan interpretasi data. Studi pustaka bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara lengkap tentang kondisi umum wilayah penelitian. Tahapan ini merupakan tahapan awal yang dimulai melalui penelusuran pustaka dari berbagai sumber, baik melalui media elektronik, media cetak, perpustakan konvensional maupun perpustakaan modern, laporan bulanan atau tahunan lembaga terkait termasuk hasil-hasil penelitian (terpublikasi atau tidak terpublikasi) yang sudah pernah dilakukan sebelumnya di wilayah tersebut dan memiliki relevansi dengan tujuan penelitian ini. Semua informasi yang dihimpun melalui tahapan ini dikaji dan diinterpretasi yang kemudian dijadikan sebagai dasar dalam menyusun rencana kegiatan pengumpulan data di lapangan. Rencana kegiatan observasi lapangan dibuat berdasarkan peta-peta hasil interpretasi Citra Satelit Kabupaten Mamuju Skala 1: 175.000 ( Sumber: Citra Spot 4 Rekaman tahun 2008 dan citra Aster 2008, Peta Rupa Bumi Indonesia tahun 1999 skala 1:50.000 dan Peta Administrasi Kabupaten Mamuju. 4

Disamping itu, juga digunakan peta Land System skala 1:500.000, Peta Penutupan Lahan skala 1: 500.000, Peta Kemiringan Lerang skala 1:500.000, Peta Tanah Kabupaten Mamuju skala 1:500.000 dan Peta Kawasan Hutan Kabupaten Mamuju skala 1:500.000 (Baja et al. 2008). Tahapan Pra Penelitian bertujuan untuk melakukan penjajakan dan orientasi lapangan untuk mendapatkan gambaran penyebaran areal-areal pertanaman kakao secara langsung di lapangan. Menggunakan peta penutupan lahan hasil interpretasi sebagai dasar/panduan. Penentuan plot-plot pengamatan dan pengukuran di lapangan dilakukan melalui hasil observasi langsung di lapangan dengan bantuan peta-peta penutupan lahan, peta Land System, peta lereng dan peta-peta tematik lainnya. Pola Agroforestri kakao dengan tanaman lain pada berbagai toposequen yang berbeda (2 transek), digunakan sebagai dasar penentuaan plot/site pengamatan. Setiap transek terdiri atas 3 desa yang diambil sebagai lokasi penelitian. Pembuatan profil tanah pada masing-masing site di dasarkan atas kesamaan Great Group (Jenis tanah) yang dominan pada masing-masing sistem lahan. Pengambilan contoh tanah untuk analisis sifat fisik tanah yaitu: bulk density, partikel density, porositas, permiabilitas dilakukan pada masing-masing profil tanah. Tahap Penelitian Utama bertujuan untuk melakukan pengamatan, pengukuran dan pengambilan contoh tanah pada profil tanah meliputi: contoh tanah tak terganggu dengan ring sample (permiabilitas, bulk density dan persentase liat ). Pengambilan contoh tanah dilakukan pada masing-masing plot penelitian yang telah ditentukan pada saat Pra penelitian dilakukan. Analisis sifat fisik tanah di Laboratorium tanah Fakultas Pertanian Unhas. 5

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian A.1. Transek 1 A.1.1 Bulk Density 1.2 1.3 /cm3) 1.4 0 T R AN S EK 1 B ulk De ns ity ( gr/cm3) 1.2 1.3 1.4 1.5 T R A NS E K 1 P e r m e a b ili ta s (C m / J a m ) 0 1.2 1.4 1.6 1. 8 T R AN SE K 2 Liat (%) 0 20 40 60 80 37.5 50.0 P3 : K e d a l a m a n ( C m ) 37.5 50.0 P3 K e t e r a n g a n : Pr ofil 1 Desa Bunde) : Profil 2 ( Desa Salukayu 3) P3 : Profil 3 ( Desa Kalonding) K e d a l a m a n ( C m ) 35.0 50.0 /cm 3 ) K e te ra n g a n 35.0 P rofil 1 (D esa Bu nde) 37.5 Prof il 2 (Desa Salu kayu 3) Prof il 3 (Desa Kalonding) 50.0 K e d a l a m a n ( C m ) /cm 3 ) Keterangan : Profil 1 (Desa Toabo) : Profil 2 (Salukayu 2) P3: Profil 3 (Desa Salukayu 4) P3 Gambar 1. Bulk Density, Porositas, Permiabilitas dan Persentase liat menurut kedalaman pada Transek 1 Data hasil analisis Bulk Density Transek 1 disajikan pada Gambar 1. Dari gambar 1 terlihat bahwa, Bulk Density lapisan atas pada P3>> (1,40 g cm -3 ; 1,33 g cm -3 dan 1,22 g cm -3 ). Secara umum semua profil (1, 2 dan 3) memperlihatkan nilai bulk density berangsur meningkat dari lapisan atas ke lapisan bawah. Pada Profil 1 nilai bulk density berkisar 1,22 cm jam -1 1,25 cm jam -1, Profil 2 (1,33 cm jam -1 1,37 cm jam -1 ) dan Profil 3 (1,40 cm jam -1 1,43 cm jam -1 ). Walaupun kecenderungan tersebut relatif sama pada semua profil, tetapi nilai bulk density profil 3 lebih besar dibanding profil 2 dan 1 (P3>>). 6

A.1.2. Porositas Data hasil analisis Porositas Transek 1disajikan pada Gambar 1. Porositas untuk Transek 1 menunjukkan bahwa profil1 memiliki porositas yang lebih tinggi pada lapisan atas dibanding profil 2 dan 3 >P3> (53,79%; 48,26% dan 48,25%). Profil 1 mengalami penurunan porositas pada lapisan 2 dan meningkat kembali pada lapisan 62,5 cm dan relatif sama sampai pada kedalaman 112,5 cm. Porositas Profil 1 berkisar 46,59% - 53,79%. Profil 2 memiliki porositas 47,10% - 48,26%. Sebaliknya pada profil 3, porositas menurun dari lapisan 1 sampai kedalaman 35 cm (50 % - 45%). Namun demikian, porositas tanah pada tiga profil dalam transek ini secara umum mempunyai kecenderungan yang relatif sama menurut kedalaman. A.1.3. Permiabilitas Data hasil analisis permiabilitas Transek 1 disajikan pada Gambar 1. Gambar 1 menunjukkan bahwa Permiabilitas pada lapisan atas pada P3>>Pl (1,77 cm jam -1 ; 1,33 cm jam - dan 1,30 cm jam -1 ). Secara umum permiabilitas tanah lapisan atas lebih tinggi dibanding lapisan di bawahnya pada semua profil. Pada permiabilitas berkisar 1,26 cm jam -1 1,30 cm jam -1, permiabilitas (1,29 cm jam -1-1,33 cm jam -1 ) dan P3 (0,80 cm jam -1 1,77 cm jam -1 ). Walaupun demikian, secara umum ketiga profil tanah tersebut memiliki permiabilitas dengan status agak lambat. A.1.4. Persentase (%) Liat Data hasil analisis persentase liat Transek 1 disajikan pada Gambar 1. Gambar 1, menunjukkan persentase liat lapisan atas pada P3>> (62%; 53% dan 52%). Persentase liat pada dan berfluktuasi dari lapisan atas ke lapisan bawah. Pada profil 1 dan 2 persentase liat meningkat pada lapisan 50 cm, dan selanjutnya menurun sampai pada lapisan 112,5 cm (profil 1), dan pada profil 2 penurunan hanya 7

sampai pada lapisan 87,5 cm dan selanjutnya meningkat kembali pada lapisan 112,5 cm. Pada P3 % liat menurun dari lapisan atas ke lapisan bawah. Persentase liat pada (23% - 80%), dengan kriteria tekstur liat, kecuali pada kedalaman 37,5 cm, tekstur lempung berdebu. Pada, persentase liat 35% - 70%, dengan kritera tekstur liat, kecuali pada kedalaman 87,5 cm tekstur lempung berliat. Pada P3, porositas berkisar 56% - 62%, dengan kriteria tekstur liat. Pola penurunan kadar liat cenderung sama pada profil 1 dan profil 2, kecuali pada profil 3 (dangkal). A.2. Transek 2. A.2.1. Bulk Density Data hasil analisis Bulk Density Transek 2 disajikan pada Gambar 2 T R A N SE K 2 B u lk D e n s ity (g r/c m 3 ) TR A N S E K 2 P o ro s it a s (% ) T R A N S E K 2 P e r m e a b ili ta s ( C m / J a m ) TRANS EK 2 Liat (%) 0 1.2 1.3 1.4 1. 5 1.6 0 15 30 45 60 0 1.2 1.4 1.6 1. 8 0 20 40 60 80 K e d a l a m a n ( C m ) 37.5 50.0 P3 K e te r a n g a n : Profil 1 ( De sa To ab o) 37.5 : Profil 2 ( Desa Salukayu 2) P3: Profil 3 ( Desa Salukayu 4) 50.0 K e d a l a m a n ( C m ) P3 /cm 3 ) K e t e ra n g a n : P rofil 1 (Desa Toa bo) : Pro f il 2 (D e sa S a lu ka y u 2 ) K e d a l a m a n ( C m ) P 3: P rofi l 3 (Des a S alu kayu 4) 37.5 50.0 /c m 3 ) K e t e r a n g a n Pr ofi l 1 ( D esa Toab o) Pro fil 2 (Desa Sa lukayu 2) Pr ofil 3 ( Desa Salu kayu 4 ) K e d a l a m a n ( C m ) 35.0 37.5 50.0 /cm 3 ) Keterangan : Profil 1 (Desa Toabo) : Profil 2 (Salukayu 2) P3: Profil 3 (Desa Salukayu 4) P3 P3 Gambar 2. Perubahan Bulk Density, Porositas, Permiabilitas dan Persentase liat menurut kedalaman pada Transek 2. Pada gambar 2 menunjukkan BD pada lapisan atas, >P3> (1,40 g cm -3 ; 1,36 g cm -3 dan 1,22 g cm -3 ). Pada Profil 1 dan 2 ( dan ), bulk density meningkat dengan bertambahnya kedalaman tanah, sebaliknya pada P3, menurun dengan bertambahnya kedalaman, tetapi penurunan tersebut tidak terlalu signifikan. 8

Data bulk density pada profil 1 menunjukkan angka-angka yang relatif tinggi berkisar (1,4 1,59 g cm -3 ). Bulk density pada lapisan permukaan sebesar 1,4 gr cm -3 meningkat menjadi 1,59 gr cm -3 pada kedalaman 12,5 cm kemudian cenderung konstan menurut kedalaman. Pada profil 2 () bulk density lapisan atas relatif lebih rendah (1,2 g cm -3 ) dan konstan di sekitar nilai tersebut hingga ke dalaman 50 cm, meningkat pada kedalaman 62,5 cm dan selanjutnya menurun secara konstan menurut kedalaman disekitar nilai tersebut. Pada profil P3, nilai bulk density berkisar antara 1,3 g cm -3 hingga 1,4 g cm -3 dan relatif konstan di sekitar nilai tersebut. A.2.2. Porositas (%) Data hasil pengukuran porositas Transek 2 disajikan pada Gambar 2. Gambar 2, menunjukkan untuk lapisan atas, Porositas >P3> 53,43%; 47,13% dan 46,77%). Pada Profil 1 (), porositas menurun dengan meningkatnya kedalaman tanah, berkisar dari 39.31 % hingga 46,77%,%, dan pada dan P3, porositas berfluktuasi dari lapisan atas ke lapisan bawah berkisar 47,10 % hingga 53,79%, sedangkan pada P3 porositas berkisar 47,13% - 48,64%. A.2.3. Permiabilitas Data hasil pengukuran permiabilitas Transek 2 disajikan pada gambar 2. Gambar 2 menunjukkan pada lapisan atas permiabilitas = > P3 (1,22 cm jam -1 ; 1,21 cm jam - 1 ). Secara umum, permiabilitas, dan P3 makin ke bawah meningkat, tetapi peningkatan itu sangat kecil, karena kisaran permiabilitas 1,21 cm jam -1-1,30 cm jam -1 (0,01 0,09). Pada Profil 1 () kisaran permiabilitas berkisar 1,22 cm jam -1 1,30 cm jam -1. Kisaran permiabilitas berkisar 1,22 cm jam -1 1,27 cm jam -1. Pada P3 permiabilitas 9

berkisar 1,21 cm jam -1 1,23 cm jam -1, dengan kriteria permiabilitas agak lambat untuk ketiga profil. A.2.4. Persentase Liat (% Liat ) Data pengukuran persentase liat disajikan pada Gambar 2. Gambar 2, menunjukkan, persentase liat pada lapisan atas >P3> (63%; 62% dan 49%). Pada pada umumnya makin ke bawah persentase liat makin kecil, kecuali pada lapisan 50 cm, mengalami peningkatan, tetapi menurun kembali sampai kedalaman 112,5 cm, dengan kriteria tekstur liat pada semua kedalaman. Pada makin ke bawah persentase liat makin besar sampai kedalaman 50 cm, tetapi menurun kembali sampai kedalaman 112,5 cm, dengan kriteria tekstur liat, kecuali pada kedalaman 62,5 cm dengan kriteria liat berdebu. Pada P3 persentase liat makin ke bawah makin kecil, dengan kriteria tekstur liat, kecuali pada kedalaman 112,5 cm dengan kriteria lempung. B.Pembahasan Secara umum kedua Transek, memperlihatkan kecenderungan nilai bulk density makin besar dengan meningkatnya kedalaman, kecuali profil 3 (P3) Transek 2, dan profil 2 () Transek 3 yang memperlihatkan bulk density makin kecil dengan meningkatnya kedalaman. Meningkatnya Bulk density dari lapisan atas ke lapisan bawah, karena adanya vegetasi dan serasah pada lapisan atas yang mendorong terbentuknya struktur tanah yang lebih gembur yang mengakibatkan nilai bulk density pada lapisan atas yang lebih rendah (Hakim, dkk 1986). Disamping itu, juga dapat disebabkan karena kadar liat di lapisan bawah lebih tinggi sehingga tanah pada lapisan tersebut lebih padat. Tingginya kadar liat pada kedalaman tersebut memenuhi syarat sebagai horison argilik (Hardjowigeno, 1985). 10

Horizon argilik merupakan horizon bawah penciri yang merupakan penciri utama Alfisol dan Ultisol. Pola distribusi nilai bulk density tanah pada 3 profil tanah pada Transek 2, baik secara vertikal maupun horizontal cenderung berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain adalah vegetasi, tekstur tanah, struktur tanah dan aktifitas usahatani. Salah satu faktor penyebab meningkatnya bulk density tanah adalah adanya pengelolaan yang intensif untuk mendapatkan hasil nyang maksimal (Iqbal et al., 2006). Pengelolaan lahan yang dilakukan secara regular seperti mengolah tanah, menyiang, memupuk, pencegahan hama/penyakit, mengairi, panen dan sebagainya mengakibatkan terjadinya pemadatan tanah. Hasil penelitian Monde (2008), mengemukakan bahwa terjadi peningkatan bulk density akibat alih guna lahan hutan menjadi lahan kakao. Selanjutnya dikemukakan bahwa semakin lama penggunaan lahan sebagai lahan kakao semakin meningkat pula bulk densitynya. Meningkatnya bulk density tersebut karena tingginya frekuensi kunjungan petani, terutama lahan yang dekat dengan pemukiman. Akses yang cukup dekat tersebut memungkinkan petani dan keluarganya senantiasa mengunjungi lahan tersebut dalam rangka pemeliharaan dan pengambilan hasil panen tanaman lainnya yang ditanam secara campuran dengan kakao. Secara umum kedua Transek (1, 2,), pada umumnya porositas semakin kecil dengan meningkatnya kedalaman, kecuali pada profil3 (P3) Transek 2 dan Profil2 (). Porositas tanah pada transek ini dipengaruhi oleh pori mikro yang dominan berkaitan dengan tingginya kandungan liat tanah. Tanah dengan kadar liat tinggi memiliki porositas yang lebih kecil dibandingkan tanah-tanah dengan kadar pasir yang tinggi. Hal lain, kemungkinan disebabkan oleh ukuran dari masing-masing pori dan bukan jumlah ruang pori. Granulasi tanah bertekstur halus memperlancar aerasi bukan 11

karena jumlah ruang pori bertambah tetapi karena perbandingan ruang pori makro terhadap ruang pori mikro bertambah (Soepardi, 1983). Pada umumnya permiabilitas pada Transek 1, 2, berfluktuasi dari lapisan atas ke lapisan bawah dan cenderung menurun dengan bertambahnya kedalaman. Penurunan permiabilitas menurut kedalaman ini disebabkan oleh adanya vegetasi dan serasah pada permukaan tanah serta adanya aktivitas jasad hidup tanah, khususnya bakteri yang berperan dalam perombakan bahan organik sehingga stabilitas agregat tanah dan pori dapat dipertahankan. Hal ini akan berpengaruh terhadap permiabilitas tanah (Sarief, 1980). Intersepsi akar pohon akan menciptakan granulasi tanah yang baik dan mendorong peningkatan permiabilitas tanah (Baver et al, 1983). Hal yang senada juga dikemukakan oleh Susanto (2005) bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permiabilitas tanah adalah tekstur, struktur dan porositas tanah. Persentase liat pada umumnya menurun dengan meningkatnya kedalaman tanah, kecuali pada Profil 1 dan 2 ( dan ) untuk seluruh Transek nilainya berfluktuasi menurut kedalaman. Secara umum dapat dikemukakan bahwa kandungan liat pada horizon iluviasi lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan liat horizon eluviasi dan memenuhi syarat sebagai horizon argilik (Hardjowigeno, 1985). Hal ini mempertegas bahwa tanah-tanah ini telah mengalami proses pekembangan lebih lanjut ditandai oleh adanya akumulasi liat pada horizon B (subsurface horizon), dengan kejenuhan basa dibawah 50% (Amonium acetat, ph = 7 ). KESIMPULAN 1. Secara umum kedua Transek, memperlihatkan kecenderungan nilai bulk density makin besar dengan meningkatnya kedalaman, kecuali profil 3 (P3) Transek 2, dan 12

profil 2 () yang memperlihatkan bulk density makin kecil dengan meningkatnya kedalaman. 2. Pada umumnya porositas semakin kecil dengan meningkatnya kedalaman, kecuali pada profil3 (P3) Transek 2 dan Profil2 (). 3. Pada umumnya permiabilitas tanah pada Transek 1, 2, berfluktuasi dari lapisan atas ke lapisan bawah dan cenderung menurun dengan bertambahnya kedalaman tanah. 4. Persentase liat pada umumnya menurun dengan meningkatnya kedalaman tanah, kecuali pada Profil 1 dan 2 ( dan ) untuk seluruh Transek nilainya berfluktuasi menurut kedalaman SARAN 1. Lokasi penelitian merupakan lokasi pengembangan tanaman kakao dengan curah hujan yang tinggi dimana erosi tanah merupakan salah satu masalah yang harus ditanggulangi. Oleh karena itu, usaha-usaha konservasi tanah perlu mendapat perhatian yang serius. 2. Pengelolaan bahan organik perlu diperhatikan selain untuk meningkatkan kasar C- organk tanah juga penting dalam hubungannya dengan kebersihan kebun. Serasah tanaman yang berserakan dapat menjadi sarang hama-hama tanaman tertentu. Serasah tanaman yang berserakan sebaiknya dijadikan sebagai bahan kompos PUSTAKA Arsyad, S. 2006. Konservasi tanah dan Air. IPB Press, Bogor. Baver, L.D. 1983. Soil Physics. Modern Asian edition. Hakim, N, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. 13

Hardjowigeno, S. 1985. Genesis dan Klasifikasi Tanah. IPB, Bogor. Iqbal, T, Mandang dan EN Sembiring 2006. Pengarug lintasan traktor dan pemberian bahan organik terhadap pemadatan tanah dan keragaan tanaman kacang tanah. Jurnal keteknikan Pertanian. Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia (PERTETA) dan Departemen Teknik Pertanian (FATETA) IPB, Bogor. 20:225-234. Monde, A. 2008. Dinamika kualitas tanah, Erosi, dan Pendapatan petani akibat alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian dan Agroforestry kakao di DAS Nopu Sulawesi Tangah. Desertasi Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. RAPA-FAO. 1993. Summary of recommendation and conclusions, In. Report of the Experts Consultation of the Asian Network on Problem Soils, Bangkok pp.16-21. Sarief, E.S. 1980. Fisika Tanah Dasar. Bagian Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Bandung. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. IPB, Bogor Suprayogo, D., Widianto, H.Noveras, R.H. Widodo, P. Purnomosidhi. dan M. van Noordwijk.2004. Konversi Hutan Menjadi Lahan Pertanian: Apakah fungsi Hidrologi hutan dapat digantikan system monokultur Agrivita 26 : 47-52. Suprayogo, D; Widianto; Purnomosidi,P.; Widodo, R.H.; Rusiana F. Aini, Z.Z; Khasanah, N. dan Z. Kusuma. 2004. Degradasi sifat fisik tanah sebagai akibat alih guna lahan hutan menjadi system monokultur: kajian perubahan makroporositas tanah. Agrivita 26 (1):60-68. 14