PENGARUH WAKTU LOOPING TERHADAP NILAI KOREKSI HARIAN DAN ANOMALI MAGNETIK TOTAL PADA PENGOLAHAN DATA GEOMAGNET STUDI KASUS : DAERAH KARANG SAMBUNG

dokumen-dokumen yang mirip
Pengolahan awal metode magnetik

Teori Dasar GAYA MAGNETIK : (F) Jika dua buah benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m 1.

Teori Dasar GAYA MAGNETIK. Jika dua buah benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m 1. dan m 2

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran.. 66 DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran... 69

PENENTUAN BATAS KONTAK BATUAN GUNUNG PENDUL DAN GUNUNG SEMANGU, BAYAT, KLATEN MENGGUNAKAN METODA MAGNETIK

Kata kunci : Metode geomagnet, Mineral Sulfida, Foward Modeling, Disseminated.

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 3 (2014), Hal ISSN :

STUDI ANOMALI BAWAH PERMUKAAN DAERAH SEKITAR MANIFESTASI AIR PANAS, DESA WAGIR LOR, KEC. NGEBEL, KAB. PONOROGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJI BESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH GUNUNG MELATI KABUPATEN TANAH LAUT

PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH SUMBER AIR PANAS SONGGORITI KOTA BATU BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Vetran Republik Indonesia

SURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA. Eddy Sumardi, Timor Situmorang

Deliniasi Prospek Bijih Besi Dengan Mengunakan Metode Geomagnetik (Lokasi Penelitian Pelaihari, Kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan)

Kata kunci: Metode geomagnetik, bendungan Karangkates (Lahor-Sutami), jenis batuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI POLA SEBARAN INTRUSI BATUAN BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI SUNGAI JENELATA KABUPATEN GOWA

Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA LAPANGAN

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. Sepertiga wilayah Indonesia berada di atas permukaan laut yakni belasan

Physics Communication

BAB III METODE PENELITIAN

Identifikasi Sesar di Perairan Misool, Papua Barat dengan Menggunakan Metode Magnetik Nur Novita Sari a, Okto Ivansyah b, Joko Sampurno a*

Karakterisasi Panasbumi di Sumber Air Panas dengan Menggunakan Metode Geomagnet (Studi Kasus: Sumber Air Panas Panggo Kabupaten Sinjai)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

POSITRON, Vol. IV, No. 1 (2014), Hal ISSN :

Kelompok 3 : Ahmad Imam Darmanata Pamungkas Firmansyah Saleh Ryan Isra Yuriski Tomy Dwi Hartanto

Identifikasi Keberadaan Heat Source Menggunakan Metode Geomagnetik Pada Daerah Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triantara Nugraha, 2015

Pengaruh Pola Kontur Hasil Kontinuasi Atas Pada Data Geomagnetik Intepretasi Reduksi Kutub

Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014

DESAIN SURVEI METODA MAGNETIK MENGGUNAKAN MARINE MAGNETOMETER DALAM PENDETEKSIAN RANJAU

PENERAPAN METODA TIE-LINE LEVELLING PADA DATA MAGNET LAPANGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI KOREKSI HARIAN

Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung

Kata Kunci : Metode Geomagnet, suseptibilitas magnetik, perbandingan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

V. HASIL DAN INTERPRETASI. panas bumi daerah penelitian, kemudian data yang diperoleh diolah dengan

INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK PADA DAERAH MATA AIR PANAS JATIKURUNG KABUPATEN SEMARANG

1.2 Tujuan Makalah Makalah ini dibuat untuk membantu para taruna-taruni dalam hal memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan medan magnet Bumi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghasilkan variasi medan magnet bumi yang berhubungan dengan

BAB III METODE PENELITIAN

PENDUGAAN POSISI DAPUR MAGMA GUNUNGAPI INELIKA, FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR BERDASARKAN SURVEI MAGNETIK

PENGARUH POLA KONTUR HASIL KONTINUASI ATAS PADA DATA GEOMAGNETIK INTEPRETASI REDUKSI KUTUB

PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA. Oleh Liliek Rihardiana Rosli

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Pendugaan Struktur Bawah Permukaan Daerah Prospek Panas Bumi Gunungapi Hulu Lais Lereng Utara dengan Menggunakan Metode Magnetik

TEORI DASAR. batuan, yaitu kandungan magnetiknya sehingga efektifitas metode ini bergantung

BAB I PENDAHULUAN I.1.

MONITORING GUNUNG API DENGAN METODE MAGNETIK

STUDI ZONA MINERALISASI EMAS MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DESA SILIWANGA KECAMATAN LORE PEORE KABUPATEN POSO

Pendugaan Struktur Bawah Permukaan Daerah Prospek Panas Bumi Gunungapi Hulu Lais Lereng Utara dengan Menggunakan Metode Magnetik

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara secara geografis terletak pada 1ºLintang Utara - 4º Lintang Utara dan 98 Bujur Timur Bujur

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Emas Dengan Menggunakan Metode Magnetik Di Papandayan Garut Jawa Barat

ANALISIS DISTRIBUSI ANOMALI MEDAN MAGNET TOTAL DI AREA MANIFESTASI PANASBUMI TULEHU

PENERAPAN METODA GEOMAGNET DALAM PENDUGAAN POTENSI LATERIT BIJIH BESI DI PANGALASIANG DONGGALA

ESTIMASI ZONA BIJIH BESI DI DAERAH LAMPUNG MENGGUNAKAN PEMODELAN MAGNETIK

BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI

Interpretasi Struktur Bawah Tanah pada Sistem Sungai Bribin dengan Metode Geomagnet

IDENTIFIKASI JALUR SESAR MINOR GRINDULU BERDASARKAN DATA ANOMALI MEDAN MAGNET

EKSPLORASI GEOMAGNETIK UNTUK PENENTUAN KEBERADAAN PIPA AIR DI BAWAH PERMUKAAN BUMI

Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin SARI BACAAN

Aplikasi Metoda Magnetik Untuk Eksplorasi Bijih Besi Studi Kasus : Bukit Munung Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat Joko Sampurno *)

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian

PENENTUAN POLA HARI TENANG UNTUK MENDAPATKAN TINGKAT GANGGUAN GEOMAGNET DI TANGERANG

POSITRON, Vol. I, No. 1 (2011), Hal ISSN :

PENYELIDIKAN GEOMAGNETIK MENGGUNAKAN TRANSFORMASI PSEUDOGRAVITY PADA ANOMALI MAGNETIK DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

UPGRADE SISTEM PERALATAN MAGNET BUMI. Oleh : Yohanes Tasar, Ahmad Kadarisman, Mahmud Yusuf, Abdul Aziz

Jurnal Einstein 3 (1) (2015): 1-8. Jurnal Einstein. Available online

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data dipusatkan di kawasan Gunung Peben Pulau Belitung. Untuk

APLIKASI METODE GEOFISIKA UNTUK GEOTEKNIK. Oleh: Icksan Lingga Pradana Irfan Fernando Afdhal Joni Sulnardi

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH PEMALONGAN, BAJUIN TANAH LAUT

PEMODELAN 3-D SUSEPTIBILITAS MAGNETIK BAWAH PERMUKAAN DASAR LAUT PERAIRAN LANGSA, SELAT MALAKA-SUMATERA UTARA

Analisis Medan Magnet Bumi Sebelum dan Sesudah Kejadian Gempa (Studi Kasus: Gempa 18 November 2014 di Sabang)

BAB II TEORI DASAR METODE GRAVITASI

ANALISIS MODEL VARIASI HARIAN KOMPONEN GEOMAGNET BERDASARKAN POSISI MATAHARI

OLEH : S I S W O Y O, S.Si MAHMUD YUSUF,ST MUHAMAD SANUSI,S.Si 1

MODUL METODE MAGNETOTELLURIK

ALHAZEN Journal of Physics ISSN Volume 2, Nomor 1, Issue 1, Juli 2015

PENYELIDIKAN GEOFISIKA DI DAERAH GUNUNG RAWAN, KECAMATAN SEKAYAM, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB III DASAR TEORI. permeabilitas medium magnetik (untuk ruang hampa µ = 1). per satuan muatan P1 didefenisikan sebagai kuat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Secara umum teknik pengukuran magnetik ini pada setiap stasiun dapat dijelaskan sebagai berikut :

PEMODELAN 2D RESERVOAR GEOTERMAL MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DESA KASIMBAR BARAT ABSTRAK ABSTRACT

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

MENGIDENTIFIKASI POTENSI HIDROKARBON DI KEPULAUAN ARU SELATAN, PAPUA BARAT MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET. Tri Nurhidayah, Muhammad Hamzah, Maria

Albert Wenanta 1, Piter Lepong 2. Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul Periode Maret 2016, Samarinda, Indonesia ISBN:

EKSPLORASI BIJIH BESI DENGAN METODE DIPOLE-DIPOLE DAN GEOMAGNET DI WILAYAH GANTUNG, KABUPATEN BLITUNG TIMUR, PROVINSI BLITUNG

ANALISIS KETELITIAN PENGUKURAN GAYABERAT MENGGUNAKAN METODE GRID TERATUR DAN GRID ACAK

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal

APLIKASI METODE GEOMAGNETIK UNTUK MEMETAKAN SITUS ARKEOLOGI CANDI BADUT MALANG JAWA TIMUR

MAGNET - Materi Ipa Fisika SMP Magnet magnítis líthos Magnet Elementer teori magnet elementer.

IDENTIFIKASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DASAR LAUT BERDASARKAN INTERPRETASI DATA ANOMALI MAGNETIK DI PERAIRAN TELUK TOLO SULAWESI

KELURUSAN ANOMALI MAGNET BENDA X DI DAERAH Y DARI HASIL REDUKSI KE KUTUB

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

Identifikasi Jalur Sesar Opak Berdasarkan Analisis Data Anomali Medan Magnet dan Geologi Regional Yogyakarta

sumber daya alam yang tersimpan di setiap daerah. Pengelolaan dan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

PENGARUH WAKTU LOOPING TERHADAP NILAI KOREKSI HARIAN DAN ANOMALI MAGNETIK TOTAL PADA PENGOLAHAN DATA GEOMAGNET STUDI KASUS : DAERAH KARANG SAMBUNG 1 La Ode Marzujriban, 2 Sabriabto Aswad 1 Mahasiswa Program Studi Geofisika, Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin 2 Dosen Program Studi Geofisika, Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin imaniban@gmail.com Sari Metoda Geomagnet merupakan Metoda Geofisika yang dapat dilakukan untuk menentukan suseptibilitas material disekitar tempat pengukuran, adapun pengukuran dengan menggunakan Metoda ini biasanya dilakukan dengan dua cara dalam hal pengambilan data yakni dilakukan dengan menggunakan dua alat untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan pada keadaan tertentu dilakukan dengan menggunakan satu alat namun data yang didapatkan akan kurang akurat serta bergantung pada waktu Looping yang tentukan. Dengan menggunakan data pengukuran yang menggunakan dua alat didaerah Karang Sambung, maka dapat dilakukan simulasi pengukuran seolah olah hanya menggunakan satu alat, dan dengan mencacah waktu Looping mulai dari 10 hingga 60 menit dan dilakukan koreksi harian untuk mendapatkan nilai anomali magnetik total didapati bahwa terdapat perubahan yang signifikan pada pengukuran dengan waktu Looping diatas 50 menit dimana dalam persen, perbedaan nilai anomali magnetik total hasil simulasi jika dibandingkan dengan pengukuran yang dilakukan menggunakan dua alat mulai dari waktu Looping 10 hingga 60 menit yakni 7.232%, 5.335%, 11.077%, 24.138%, -14.807%, 1412.1711% sehingga dapat disimpulkan pada kasus ini apabila pengukuran dilakukan dengan menggunakan satu alat, waktu Looping yang digunakan sebaiknya mulai dari 10 30 menit dan sangat tidak dianjurkan untuk melakukan pengukuran dengan waktu Looping diatas 50 menit karena perbedaan persentase yang sangat jauh pada hasil nilai anomali magnetik total yang diperoleh jika dibandingkan dengan pengukuran menggunakan dua alat. magnet bumi saat batuan itu terbentuk. Bumi merupakan sebuah benda magnet raksasa. Letak kutub utara dan selatan magnet bumi tidak berimpit dengan kutub geografis. Pengaruh kutub utara dan selatan magnet bumi dipisahkan oleh khatulistiwa magnet. Intensitas magnet akan bernilai maksimum di kutub dan minimum (nol) di khatulistiwa. Karena letak yang berbeda terdapat perbedaan antara arah utara magnet dan geografi yang disebut deklinasi. Arah polarisasi benda magnet akan ditentukan oleh nilai inklinasi dimana benda tersebut diletakkan ( Broto & Putranto 2011). Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga elemen medan magnet bumi (gambar I), yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan intensitas kemagnetannya. Parameter fisis tersebut meliputi : - Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetik dengan komponen horizontal yang dihitung dari utara menuju timur - Inklinasi(I), yaitu sudut antara medan magnetik total dengan bidang horizontal yang dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertikal ke bawah. - Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total pada bidang horizontal. - Medan magnetik total (F), yaitu besar dari vektor medan magnetik total. Kata kunci : Geomagnet,Koreksi,Looping. Pendahuluan Metoda Geomagnet merupakan Metoda yang digunakan untuk memperkirakan gambaran bawah permukaan bumi berdasarkan karakteristik magnetiknya. Metoda ini didasarkan pada pengukuran intensitas medan magnet pada batuan yang timbul karena pengaruh dari medan Gambar I. Tiga Elemen medan magnet bumi (Ismail,2010). 89

Gaya magnet yang ditimbulkan oleh dua buah kutub yang berlawanan dan terpisah sejau r dengan muatan masing- masing disebut sebagai m1 dan m2, ditulis dengan persamaan 1: Hasil dan Diskusi F = Gaya Magnetik m = Muatan (kutub magnet) µ = Permeabilitas Magnetik r = Jarak antar Muatan r = Vektor satuan Jarak Jika sekarang suatu benda diletakkan dalam suatu medan magnet dengan kuat medan H, akan terjadi polarisasi benda tersebut besarnya ditulis dengan persamaan 2 : I = Intensitas Magnetik k = Suseptibilitas H = Kuat Medan Magnet Pada Metoda Geomagnet variasi medan magnet yang terukur di permukaan merupakan target dari survey magnetik (anomali magnetik). Besarnya anomali magnetik berkisar ratusan sampai dengan ribuan nanotesla, tetapi ada juga yang lebih besar dari 100.000 nt yang berupa endapan magnetik. Secara garis besar anomali ini disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan magnet induksi. Medan magnet remanen mempunyai peranan yang besar pada magnetisasi batuan yaitu pada besar dan arah medan magnetnya serta sangat rumit diamati karena berkaitan dengan peristiwa kemagnetan yang dialami sebelumnya. Dalam survei magnetik, efek medan remanen akan diabaikan apabila anomali medan magnetik kurang dari 25 % medan magnet utama bumi (Telford, 1976), sehingga dalam pengukuran medan magnet berlaku : H T H M H A H T : medan magnet total bumi H M : medan magnet utama bumi H A : medan magnet anomali Apabila HA << HT dan arahnya hampir sama maka anomali magnetik total dapat dihitung sebagai berikut : H Total H T H M Untuk nilai medan magnet bumi bergantung pada waktu pengukuran serta letak geografis daerah penelitian, nilai medan magnet bumi direpresentasikan oleh nilai IRGF (International Reference of Geomagnetic Field). Data dan Metoda / Data and Method Dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari pengukuran menggunakan Metoda Geomagnet disekitar daerah Karang Sambung menggunakan dua alat magnetometer dilakukan skenario seolah-olah pengukuran dilakukan hanya dengan menggunakan satu alat. Pengolahan dimulai dengan melakukan pencacahan waktu Looping dimulai dari 10 hingga 60 menit. Lalu dilakukan penghitungan nilai koreksi variasi harian (diurnal change rate) dengan perhitungan yakni : Diurnal change rete = pb.n+1 p.bn Pb.n+1 = Pembacaan alat di base n+1 Pb.n = Pembacaan alat di base n Tb.n+1 = waktu di base n+1 PT.n = waktu alat di base n tb.n+1 tb.n Selanjutnya dilakukan penghitungan koreksi drift yang merupakan koreksi karena adanya perbedaan pembacaan magnetometer pada tempat yang sama jika pengukuran dilakukan dengan cara Looping dengan menggunakan perhitungan : Base drift loop = Pb.n Pb.awal Pb.n = Pembcaan alat di base ke n Pb. awal = Pembacaan alat di base awal Setelah menghitung kedua parameter diatas kemudian dilakukan perhitungan nilai koreksi untuk pengolahan data Looping berdasarkan waktu Looping yang telah ditentukan menggunakan persamaan : Nilai koreksi = P.sta KH*(T.sta T.base) BDL 90

Dimana : P.pos = Pembacaan di Stasitun Pengamatan KH = Koreksi Harian T.Pos = Waktu pembacaan di Stasiun Pengamatan T.Base = Waktu pembacaan di Base sebelumnya BDL = Base Drift loop magnetik total untuk masing masing waktu Looping (Kolom yang berwarna biru) serta dibaris paling bawah merupakan rata-rata dari nilai yang ada diatasnya (baris berwarna Hijau). Data yang telah didapatkan kemudian dikurangkan dengan nilai IRGF (International Reference of Geomagnetic Field yang medan magnet Bumi yang mempengaruhi secara signifikan pengolahan data yang dilakukan. Hasil dan Diskusi Berikut merupakan tabel yang memperlihatkan hasil pengolahan data hingga tahap Nilai koreksi sebelum dikurangi dengan nilai IRGF. Tabel 2. Nilai IRGF dan Anomali Magnetik Total Dari nilai anomali magnetik total yang diperoleh, jika dirata- rata kan lalu dipersentasikan berdasarkan ratarata dari pengukuran tanpa Looping terlihat bahwa terdapat selisih yang cukup signifikan yakni untuk waktu Looping 10 hingga 60 menit masing-masing 7.232%, 5.335%, 11.077%, 24.138%, -14.807%, 1412.1711% hal ini dikarenakan selisih waktu dalam melakukan Looping menjadi parameter penting dalam menghitung nilai koreksi harian yang nantinya akan berpengaruh pada pembuatan peta kontur yang memperlihatkan distribusi anomali Magnetik didaerah pengukuran, meski demikian terlihat bawha nilai IRGF yang menjadi refrensi anomali Magnetik bumi tidak berubah begitu drastis disetiap titik pengambilan data karena titik- titik pengambilan data tidak terlalu jauh satu sama lain. Tabel 1. Hasil pengolahan sebelum dikurangi dengan nilai IRGF Berikut merupakan nilai IRGF untuk masing masing lokasi pengukuran (kolom berwarna orange) serta nilai anomali 91

Gambar 3. Kontur Untuk Looping 10 menit Gambar 6. Kontur Untuk Looping 40 menit Gambar 4. Kontur Untuk Looping 20 menit Gambar 7. Kontur Untuk Looping 50 menit Gambar 5. Kontur Untuk Looping 30 menit Gambar 8. Kontur Untuk Looping 60 menit 92

Dari pengolahan data dan hasil peta kontur terlihat bahwa pada Looping 10 hingga 50 menit tidak terlihat perbedaan yang mencolok pada kontur dalam hal interpretasi kualitatif namun pada kontur hasil Looping 60 menit terlihat jelas perbedaan yang signifikan dimana tidak terdapat beberapa kontur tertutup yang terlihat pada peta kontur sebelumnya hal ini menunjukkan pengaruh yang signifikan atas waktu Looping yang ditentukan terhadap peta kontur. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah pentignya penentuan waktu Looping pada pengukuran anomali magnetik total pada suatu daerah dalam kasus ini waktu Looping sebaiknya antara 0 30 menit melihat hasil peta kontur serta rata-rata anomali magnetik total untuk sistem Looping jika dibandingkan dengan rata-rata pengukuran tanpa Looping terutama jika pengukuran dengan Looping dilakukan dengan rentang waktu diatas 50 menit. Pustaka Broto, S.,Putranto, T.T. 2011. Aplikasi Metoda Panas Bumi dalam Eksplorasi Panas Bumi, TEKNIK, Vol. 32 No.1 2011 Hal. 79-87 ISSN 0852-1697. Ismail.2010.Metoda Geomagnetik.Universitas Sebelas Maret.Surakarta. Telford, W.N. dkk, 1979, Applied Geophysics, Cambridge University Press, Cambridge, London, Newyork, Melbourne. 93