BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu perusahaan memiliki kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan perusahaan yang sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan oleh lembaga yang berwenang. Dalam penyampaian informasi laporan keuangan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pihak-pihak pemakai laporan keuangan tersebut. Tujuan dari pembuatan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna dalam menilai kinerja manajemen di suatu perusahaan. Laporan keuangan biasanya terdiri dari laporan laba rugi, neraca, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Semua bagian dari laporan keuangan tersebut sangat penting untuk digunakan dalam pengambilan keputusan. Namun biasanya para pemakai laporan keuangan hanya terfokus pada laporan laba atau rugi yang dihasilkan perusahaan dalam satu periode tanpa mempedulikan prosedur yang telah digunakan untuk menghasilkan laba atau rugi tersebut. Hal ini telah mendasari seorang manajer untuk melakukan manajemen laba. Manajemen laba didefinisikan sebagai usaha manajer untuk melakukan manipulasi laporan keuangan dengan sengaja dalam batasan yang dibolehkan oleh prinsip-prinsip akuntansi yang bertujuan untuk memberikan informasi yang menyesatkan kepada para pengguna laporan keuangan untuk kepentingan para manajer (Muttaqin 2013). Sekarang ini praktik manajemen laba seakan-akan telah 1
2 menjadi budaya bagi perusahaan. Manajemen laba telah dilakukan di Negara- Negara yang sistem bisnisnya telah tertata maupun Negara yang sistem bisnisnya belum tertata. Aktivitas manipulasi manajerial ini sebenarnya dapat merusak moral pebisnis dan menghancurkan tatanan ekonomi. Manipulasi tersebut bisa dilakukan dengan cara yang legal maupun illegal, baik mengikuti maupun melanggar standar akuntansi keuangan yang ada. Pada umumnya manajemen laba dilakukan dengan dua cara yaitu manipulasi akrual dan manipulasi aktivitas riil. Pengguna laporan keuangan memerlukan cara untuk mendeteksi manipulasi laba agar tidak menjadi korban dari trik akuntansi yang agresif atau skandal akuntansi yang mungkin akan terjadi. Kasus tentang pelaporan keuangan yang pernah terjadi di Indonesia seperti kasus PT. Lippo Tbk dan PT Kimia Farma (Sulistiawan et al. 2011). Dalam teori keagenan (agency theory) ditekankan pentingnya pemilik perusahaan (pemegang saham) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga professional (agen). Biasanya yang berperan sebagai agen adalah manajer. Kewajiban manajer dalam perusahaan adalah memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan. Sebagai pengelola perusahaan, manajer mempunyai lebih banyak informasi mengenai kondisi internal perusahaan dibanding dengan pemilik perusahaan (pemegang saham). Akan tetapi informasi yang diberikan manajer pada pemilik perusahan dimungkinkan tidak mencerminkan kondisi perusahaan yang sesungguhnya. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan kepentingan antara manajer dan pemilik perusahaan. Sehingga seorang manajer dimungkinkan dapat melakukan manajemen laba.
3 Teori keagenan (agency theory) memberikan gambaran bahwa manajemen laba dapat diminimalisir dengan pengawasan melalui good corporate governance. Corporate governance merupakan suatu proses dan struktur yang digunakan oleh perusahaan (pemegang saham, komisaris, dan direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan stakeholder lainnya, berlandaskan pada peraturan perundangundangan dan nilai-nilai etika (Sutedi 2012). Dengan adanya good corporate governance diharapkan akan tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih baik. Sehingga dapat menguntungkan banyak pihak. Dalam penelitian ini good corporate governance diproksikan dengan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen dan ukuran komite audit. Pemegang saham institusional merupakan pemilik saham institusi yang dianggap cenderung berhati-hati dalam menggunakan informasi keuangan, sehingga diharapkan para pemegang saham institusi dapat meminimalisir manajer melakukan praktik manajemen laba. Sedangkan kepemilikan saham oleh manajemen dianggap dapat menyeimbangkan kepentingan antara manajer dengan investor. Kebijkan dividen merupakan hal yang penting menyangkut apakah arus kas akan dibayarkan kepada para pemegang saham atau akan ditahan untuk diinvestasikan kembali oleh perusahaan. Jika dibayarkan kepada para pemegang saham, besarnya deviden yang dibagikan tergantung kepada kebijakan masingmasing perusahaan. Besarnya dividen ini dapat mempengaruhi harga saham. Apabila dividen yang dibayar tinggi, maka harga saham cenderung tinggi sehingga
4 nilai perusahaan juga tinggi. Sebaliknya jika dividen yang dibayarkan kecil maka harga saham perusahaan tersebut juga rendah (Hidayat 2013). Saputra (2012) melakukan penelitian yang berjudul pengaruh penerapan Good Corporate Governance terhadap manajemen laba dengan studi pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa variabel ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit dan keberadaan top share terbukti tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. Hal ini dikarenakan penerapan Good Corporate Governance yang masih belum dapat dilaksanakan secara optimal dan efektif oleh masing-masing perusahaan. Penelitian yang telah dilakukan oleh Putri (2012) bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris bahwa Kebijakan Dividen dan Good Corporate Governance (GCG) yang diproksi dengan kepemilikan institusional dan dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan dividen berpengaruh terhadap manajemen laba. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba dan dewan komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba. Penelitian ini mengukur pada pengaruh kebijakan dividen dan Good Corporate Governance terhadap manajemen laba pada perusahaan property dan real estate. Peneliti memilih sampel perusahaan property dan real estate karena perusahaan tersebut termasuk perusahaan yang aktif transaksi di bursa sehingga akan banyak analis yang melakukan pembahasan mengenai perusahaan tersebut. Selain itu perusahaan di bidang property dan real estate merupakan ladang investasi
5 yang sedang diminati oleh banyak investor. Sehingga perusahaan di sektor property dan real estate merupakan objek dengan laba penghasilan yang baik untuk diteliti. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Apakah kebijakan dividen berpengaruh terhadap manajemen laba? 2. Apakah Good Corporate Governance berpengaruh terhadap manajemen laba? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Membuktikan secara empiris mengenai pengaruh kebijakan dividen terhadap manajemen laba. 2. Membuktikan secara empiris mengenai pengaruh good corporate governance terhadap manajemen laba. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai bahan tambahan wawasan mengenai pengaruh kebijakan dividen dan good corporate governance terhadap manajemen laba. 2. Sebagai informasi yang dapat meningkatkan kebijakan dividen dan good corporate governance dalam pengelolaan perusahaan agar dapat meminimalkan praktik manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan.