PERAN STAKEHOLDER DALAM UPAYA PENCIPTAAN EFISIENSI KOLEKTIF PADA KLASTER JAMBU AIR MERAH DELIMA DI KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

EVALUASI PERAN FORUM KLASTER PARIWISATA CEPOGO SELO SAWANGAN (FCSS) DALAM PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI LOGAM TUMANG BOYOLALI TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH

AKTIVITAS EKONOMI HULU-HILIR DI PERBATASAN. ARIS SUBAGIYO Halama n

ARAHAN PENGEMBANGAN USAHATANI TANAMAN PANGAN BERBASIS AGRIBISNIS DI KECAMATAN TOROH, KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR

PERAN FORUM LINTAS PELAKU KLASTER PARIWISATA CEPOGO SELO SAWANGAN DALAM PENGEMBANGAN KLASTER PARIWISATA SELO-SAWANGAN TUGAS AKHIR

DINAMIKA PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU DESA BULAKAN, SUKOHARJO TUGAS AKHIR. Oleh : SURYO PRATOMO L2D

PENGARUH PERUBAHAN TEKNOLOGI TERHADAP PERKEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: A. ARU HADI EKA SAYOGA L2D

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

DAMPAK PERKEMBANGAN INDUSTRI BESAR TERHADAP SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN TEMANGGUNG TUGAS AKHIR. Oleh: RIZKI OKTARINDA L2D

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No.

ABSTRAK. Kata kunci : Produk unggulan, strategi pengembangan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGELOMPOKAN INDUSTRI PAKAIAN JADI DI KECAMATAN CIPONDOH KOTA TANGERANG TUGAS AKHIR

Pengaruh Modal Sosial Terhadap Pertalian Usaha Klaster Pariwisata Borobudur

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

ARAHAN PERWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

POLA KERUANGAN DAN FAKTOR-FAKTOR LOKASI SENTRA INDUSTRI KECIL DI KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh: MUHAMMAD FAJAR NUGROHO L2D

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

PRIORITAS AKTIVITAS PERTANIAN, INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN DI KABUPATEN KULON PROGO TUGAS AKHIR. Oleh: B U S T A M I L2D

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang kaya dengan hasil pertanian serta

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. didominasi oleh usaha tani kecil yang dilaksanakan oleh berjuta-juta petani yang

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat.

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. orang pada tahun (Daryanto 2010). Daryanto (2009) mengatakan

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tersebut adalah melalui pembangunan. Menurut Tjokroamidjojo

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia akan terlindas oleh era globalisasi dan perdagangan bebas.

Analisis Isu-Isu Strategis

PENGEMBANGAN MODEL KONSENTRASI SPASIAL PENGUATAN USAHA KECIL MENENGAH (Kasus Industri Kecil Menengah di Pantura Jawa Tengah)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN MENJADI LAHAN INDUSTRI

3 KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam menghadapi globalisasi diperlukan perekonomian yang. Menurut Simon Kuznet dalam Jhingan (2007) mendefinisikan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

PENDAHULUAN. Latar Belakang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan ini berasal dari kemampuan secara mandiri maupun dari luar. mempunyai tingkat kesejahteraan yang lebih baik.

CONTRACT FARMING SEBAGAI SUMBER PERTUMBUHAN BARU DALAM BIDANG PETERNAKAN

I. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

Nilai Tukar Petani Kabupaten Magelang Tahun 2013

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh : NURUL KAMILIA L2D

I. PENDAHULUAN. Rajabasa dan merupakan desa pesisir pantai, secara geografis Desa Hargo

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah

2015 PENGARUH BUDIDAYA TANAMAN MENDONG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN KOMODITAS PERKEBUNAN KABUPATEN JEMBRANA

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

POLA KERJASAMA PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA BANYUURIP ANTARA KOTA MAGELANG DAN KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia saat ini sudah semakin maju. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI CINDERAMATA DAN MAKANAN OLEH-OLEH DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR TKP Oleh: RINAWATI NUZULA L2D

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

PERAN STAKEHOLDER DALAM UPAYA PENCIPTAAN EFISIENSI KOLEKTIF PADA KLASTER JAMBU AIR MERAH DELIMA DI KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR Oleh : HELLY SEPSIANA L2D 003 347 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008

ABSTRAK Kegiatan pertanian merupakan salah satu karakteristik perekonomian di daerah pedesaan. Ekonomi pedesaan didominasi oleh sektor pertanian, lebih-lebih didukung dengan adanya kenyataan bahwa wilayah pedesaan pada umumnya merupakan wilayah yang cocok untuk kegiatan agraris. Untuk lebih mengoptimalkan potensi pertanian tersebut, dapat berkembang dengan adanya klaster pertanian. Klaster pertanian merupakan suatu kegiatan pertanian oleh sekelompok petani dimana di dalamnya mencakup 3 hal penting, yaitu : berorientasi untuk pemenuhan permintaan dari konsumen, adanya efek kumulatif yang biasanya ditandai debngan kedekatan area, serta yang ketiga adalah efisiensi kolektif dengan harapan untuk memudahkan dalam melakukan kerjasama dan mengembangkan teknologi tepat guna (Schmitz, 1995) Salah satu aspek penting dalam klaster, yaitu efisiensi kolektif. Efisiensi kolektif dapat didefinisikan sebagai keuntungan yang diperoleh dari terjalinnya hubungan antar unit usaha sebagai akibat adanya tindakan bersama dalam upaya mengurangi biaya ekonomi eksternal yang timbul Hal ini sangat penting, karena dengan adanya efisiensi, maka sangat berpeluang dalam peningkatan kapasitas, memudahkan dalam melakukan kerjasama dengan institusi terkait, yang pada akhirnya dapat memudahkan dalam memperoleh akses ke pasar. Melihat begitu begitu banyaknya manfaat dari efisiensi kolektif dalam klaster, maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengidentifikasi bagaimanaperan Stakeholder dalam upaya penciptaan efisiensi kolektif pada Klaster Jambu Air merah Delima di Kabupaten Demak. Penelitian mengenai efisiensi kolektif ini, dilakukan mulai dari mengidentifikasi bagaimana karakteristik klaster Jambu Air Merah Delima disana, bagamana proses produksi yang dilakukan, bagaimana pemanfaatan yang diperoleh oleh masing-masing aktor yang terlibat mulai dari produksi, distribusi, serta bagaimana pemasaran komoditas yang dihasilkan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif meliputi indepth interview, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan untuk penentuan sampelnya melalui purposive dengan melibatkan masyarakat dan aparat pemerintahan yang berkompeten. Dari penelitian Peran Stakeholder Dalam Upaya Penciptaan efisiensi kolektif pada Klaster Jambu Air Merah Delima di Kabupaten Demak ini diharapkan dapat menghasilkan suatu rekomendasi dalam memperbaiki efektivitas dari efisiensi kolektif klaster Klaster Jambu Air Merah Delima di Kabupaten Demak. Key Word : Klaster Pertanian, Efisiensi Kolektif, Partisipasi Masyarakat i

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi ini, pengembangan ekonomi kerakyatan yang berbasis potensi lokal diharapkan dapat memberikan pengaruh yang lebih signifikan terhadap perubahan perekonomian rakyat. Hal ini dikarenakan dengan mengembangkan potensi lokal yang ada, akan lebih memudahkan dalam menyesuaikan dengan kultur masyarakat setempat. Sehingga untuk penerapan program-program pengembangan juga diharapkan lebih mudah untuk diterapkan. Salah satu metode pengembangan potensi lokal adalah dengan penerapan konsep klaster. Dimana klaster merupakan merupakan suatu kelompok orang atau barang yang tergabung bersama secara dekat khususnya secara geografis, sehingga dapat memiliki keterkaitan yang sinergis, dilengkapi oleh institusi dan aktivitas penunjang lainnya sebagai penopang. Dengan adanya kedekatan geografis tersebut, maka khususnya untuk lahan pertanian akan memiliki kesamaan karakteristik yang pada akhirnya juga memiliki kesamaan potensi untuk dikembangkan komoditas tertentu disana. Dengan potensi kondisi fisik geografis yang relatif subur, maka salah satu pengembangan ekonomi lokal yang dapat diterapkan di wilayah Propinsi Jawa Tengah salah satunya di Kabupaten Demak adalah pengembangan pertanian. Dimana Kabupaten Demak merupakan salah satu wilayah yang berbasis pada kegiatan pertanian, terlihat dari hampir 90% tanah yang dimiliki dimanfaatkan untuk pertanian meliputi persawahan, perikanan, dan perkebunan (Kabupaten Demak dalam Angka, 2005). Tetapi jika melihat dari pendapatan yang diperoleh, sektor pertanian hanya menyumbangkan sekitar 41,79% terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) kabupaten. Pertumbuhan perekonomian antara pedesaan dengan perkotaan ada beberapa perbedaan. Pertumbuhan perekonomian pedesaan cenderung lambat jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi di wilayah perkotaan. Kenaikan pendapatan wilayah dai kenaikan pendapatan rumah tangga tidak menunjukkan adanya perubahan yang signifikan. Hal ini dikarenakan oleh beberapa hal, seperti : aspek kemampuan (tingkat pengetahuan dan ketrampilan masyarakat serta tingkat penguasaan teknologi masyarakat); aspek sumber daya (pemilikan dan penguasaan, akses, serta pemanfaatan 1

2 dan penggalian nilai tambah dari sumber daya); serta aspek aset dan pendukung (skala perekonomian, infrastruktur, dan serapan pasar yang terbatas) Untuk meminimalisir pertumbuhan perekonomian pedesaan yang cenderung lambat tersebut, maka diperlukan suatu usaha berupa pembangunan pertanian. Pembangunan pertanian disini perlu lebih diarahkan pada pembangunan yang mampu meningkatkan peran serta, prakarsa, dan kreativitas petani serta para pelaku ekonomi lainnya. Ada beberapa indikator yang menunjukkan keberhasilan dalam pelaksanaan suatu program pembangunan pertanian. Diantaranya adalah peningkatan pendapatan petani dan peningkatan harga jual dari komoditas yang dihasilkan (Corebest, 2006). Untuk dapat mewujudkan terjadinya perbaikan perbaikan pada salah satu indikator tersebut, hal mendasar yang perlu untuk dilakukan adalah dengan adanya perbaikan mekanisme dan strategi pemasaran. Dengan mekanisme dan strategi pemasaran yang tepat diharapkan komoditas pertanian atau produk yang dihasilkan dapat berkembang di pasaran sesuai dengan kebutuhan pasar dan secara otomatis dapat meningkatkan pendapatan dari para pelakunya. Pertanian merupakan suatu bidang usaha yang mencakup bidang tanaman, peternakan, dan perikanan juga dapat dianggap sebagai suatu usaha untuk mengadakan suatu ekosistem buatan yang bertugas menyediakan bahan makanan bagi manusia. Pertanian juga merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pertumbuhan tumbuhtumbuhan dan hewan (Fatah, 2006) Adapula yang mengatakan bahwa pertanian adalah kegiatan manusia mengelola lahan melalui proses produksi biologis tumbuhan dan hewan untuk kesejahteraan umat manusia, termasuk kegiatan ekstraktif yang selektif yang tidak merusak kelestarian lingkungan. Secara garis besar dapat dirangkum bahwa unsur-unsur penting dalam pertanian mencakup : proses produksi, tanah tempat usaha, petani dan pengusaha, dan usaha pertanian. Pertanian di Kabupaten Demak salah satunya yang memiliki potensi untuk berkembang adalah buah-buahan khususnya Jambu Air Merah Delima. Komoditas ini dapat dikembangkan di pekarangan rumah (dalam pelaksanaan program pemanfaatan lahan kosong), di sawah, bantaran sungai, bahkan sampai dekat pesisir pantai. Para petani di Kabupaten Demak khususnya yang mengembangkan komoditas hortikultura belum bisa mendapatkan hasil yang maksimal darinya. Hal ini disebabkan karena para pelaku tersebut belum memiliki kemampuan yang cukup memadai untuk bisa

3 memperoleh posisi tawar dalam usaha yang digeluti tersebut (khususnya pada saat pemasaran). Hal ini dikarenakan mereka dalam pemasaran hanya tergantung kepada para tengkulak yang akan datang kepada mereka, dimana para tengkulak tersebut akan memetik sendiri buah tersebut dari pohonnya, menyortir yang menurut mereka baik, juga menentukan harga yang yang menurut mereka layak. Hal tersebut sangat merugikan para petani. Pada kenyataan di tempat lain harga Jambu Air Merah Delima bisa mencapai tiga kali lipat daripada harga di petani. Sebagai contoh, dari petani perkilo dibeli oleh para tengkulak seharga Rp 6.500,00 tetapi di konsumen, harga perkilo bisa mencapai Rp 19.000,00 bahkan lebih. Untuk itu diperlukan suatu upaya untuk memotong rantai pemasaran yang dibuat oleh para tengkulak agar lebih efisien sehingga manfaatnya juga dapat dirasakan oleh para petani. Salah satu upaya yang sedang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Demak adalah pembangunan pertanian dengan program pengklasteran untuk produk atau komoditas yang sejenis. Klaster menurut Porter (dalam Andersson, 2004) adalah konsentrasi geografis antara merupakan perusahaan-perusahaan yang saling terkait dan bekerjasama yang dapat bersifat vertikal (melalui rantai pembelian dan penjualan), serta horisontal (melalui produk dan jasa komplementer, penggunaan input terspesialisasi, teknologi atau institusi). Selain iu juga dalam Encarta Dictionary, dikatakan bahwa klaster merupakan suatu kelompok orang atau barang yang tergabung bersama secara dekat khususnya secara geografis, sehingga dapat memiliki keterkaitan yang sinergis, dilengkapi oleh institusi dan aktivitas penunjang lainnya sebagai penopang Pada program ini, para petani khususnya untuk komoditas jambu air merah delima dikumpulkan dalam wadah semacam kelompok kerja (pokja) berdasarkan kedekatan wilayahnya. Di setiap pokja akan didampingi oleh pendamping klaster dari kabupaten yang akan mengadakan pendampingan minimal sebulan sekali pada saat pertemuan pokja tersebut. Dengan pertemuan yang rutin ini diharapkan agar kegiatan pertanian jambu air merah delima yang pada awalnya hanya sebagai kegiatan sampingan, dapat lebih teratur, testruktur dan dapat membuahkan hasil yang lebih baik khususnya dalam peningkatan perekonomian para petani. Sehingga tujuan utama dari kegiatan pengklasteran ini yaitu untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat dapat terwujud. Dalam pelaksanaan program pengklasteran ini, pertama yang dilakukan adalah tahap produksi. Untuk tahap ini, sudah terlaksana cukup baik. Terlihat dari semakin