BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Definisi atau pengertian tentang hutan menurut Dengler (1930) dalam Suginingsih (2008), hutan adalah asosiasi tumbuhan dimana pohonpohon atau tumbuhan berkayu lainya secara predominan menempati wilayah yang luas dan keadaannya cukup rapat sedemikian sehingga mampu menciptakan iklim yang berbeda dengan di luarnya. Menurut Spurr (1997), hutan dianggap sebagai persekutuan tumbuh-tumbuhan dan binatang yang hidup dalam suatu asosiasi biotis atau biocoenoese. Selanjutnya, asosiasi hutan atau komunitas hutan adalah suatu persekutuan pohon-pohon dan binatang yang hidup bersama di dalam suatu lingkungan yang sama (Suginingsih,2008). Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan merupakan sumber daya alam yang mempunyai berbagai fungsi bermacam-macam dari segi ekologi, ekonomi, sosial dan budaya. Dari waktu ke waktu, hutan khususnya di Indonesia mengalami banyak kerusakan yang disebabkan oleh bencana alam atau pun pembalakan liar secara besar-besaran, sehingga banyak lahan hutan yang gundul. Luas tutupan hutan pada tahun 2009 berkurang menjadi 88,17 juta ha atau telah 1
mengalami deforestasi seluas 15,15 juta ha. Dengan demikian, laju deforestasi Indonesia pada kurun waktu ini adalah sebesar 1,51 juta ha per tahun. ( Anonim, 2011). Hutan merupakan salah satu sumber daya alam terpenting bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang sedang meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, Indonesia berusaha mendayagunakan sumber daya alam termasuk hutannya secara optimal sebagai modal dasar bagi pembangunan. Dalam bidang pengusahaan, hutan produksi hampir seluruhnya telah dikontrakkan kepada perusahaan pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Bagian terbesar dari kawasan hutan produksi ini berupa hutan alam campuran yang diusahakan dengan cara tebang pilih menggunakan sistem TPTI (Tebang Pilih Tanam Indonesia). Sistem TPTI adalah suatu sistem yang digunakan HPH dalam pengelolaan hutan dengan melakukan penebangan pada diameter pohon tertentu, selanjutnya dilakukan kegiatan penanaman sehingga hutan tetap lestari. Tujuan TPTI adalah meningkatkan produktivitas hutan alam tegakan tidak seumur melalui tebang pilih dan pembinaan tegakan tinggal dalam rangka memperoleh hasil panen yang lestari. Walaupun menggunakan kata tebang pilih, bukan hanya suatu cara menebang pohon di hutan semata mata, melainkan merupakan suatu sistem penataan dan silvikultur yang bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan jumlah dan mutu hasil hutan. Para pemegang HPH mulai memanfaatkan kayu kayu yang komersial dengan pengendalian dan pengawasan yang sangat 2
minim, karena belum adanya pengalaman di kalangan pemerintah. Terlebih lagi penebangan banyak yang diikuti perladanagan tradisional oleh masyarakat. Pohon pohon yang tertinggal ditebas dan dibakar. Kegiatan perladangan tersebut merubah susunan atau komposisi jenis dalam hutan alam. Beberapa jenis akan tersingkir karena tidak mampu bersaing dalam habitat yang berubah, sebaliknya jenis jenis dominan baru akan tumbuh sesuai dengan kondisi baru. Pembinaan hutan merupakan salah satu bagian yang memiliki peran penting dalam keberlangsungan pengelolaan hutan alam yang berkelanjutan di areal IUPHHK-HA. Departemen Pembinaan Hutan bertugas merencanakan dan melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan dengan melakukan tindakan silvikultur, untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan sehingga memberikan manfaat ekonomi, ekologis dan sosial. Kegiatannya meliputi pengorganisasian kegiatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan pembinaan hutan. Departemen pembinaan hutan melaksanakan kegiatan antara lain persemaian, penanaman, pemeliharaan, serta konservasi dan penelitian pengembangan. Persemaian merupakan tempat kegiatan pengadaan bibit yang akan digunakan untuk penanaman dengan luas tertentu. Untuk memenuhi luas areal penanaman, persemaian harus mampu menghasilkan bibit sesuai target sehingga hutan tetap lestari. Bibit yang dihasilkan harus mempunyai mutu yang baik. Untuk mendapatkan semai yang berkualitas baik, pengelolaan persemaian harus dikerjakan dengan baik pula. Untuk 3
mengetahui kualitas persemaian sudah berjalan dengan baik ataupun belum harus dilakukan evaluasi kegiatan persemaiannya. 1.2. Permasalahan Persemaian adalah tempat atau lokasi dimana dilakukan kegiatan pembuatan bahan tanaman berupa semai yang siap untuk ditanam di lapangan. Jadi bahan tanaman tersebut merupakan perkembangan dari materi generatif (semai). Selain materi generatif, di persemaian juga dikembangkan bahan tanaman dari bagian vegatatif tanaman. Bibit yang di hasilkan persemaian harus mempunyai kualitas dan kuantitas yang baik. Guna mencapai target kebutuhan semai yang mempunyai kualitas baik, persemaian harus mempunyai sistem pengelolaan yang baik pula. Penelitian ini berupaya mengungkap operasional persemaian dalam pengusahaan hutan yang dilakukan di PT. Erna Djuliawati, dengan mengamati kegiatan pengadaan bibit khususnya di Persemaian KM 95. 1.3.Tujuan Penelitian Tujuan diadakannya penelitian adalah: 1. Mengetahui ragam metode dan tahap pengadaan bibit di Persemaian PT. Erna Djuliawati. 2. Mengetahui metode pengadaan bibit yang terbaik untuk jenis meranti di PT. Erna Djuliawati. 4
1.4.Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi tentang pelaksanaan pengelolaan persemaian di PT. Erna Djuliawati bagi perusahaan hutan yang lain, gambaran mengenai pelaksanaan kegiatan di persemaian, meningkatkan mutu standarisasi bibit dan serta hasil pengamatan dapat digunakan sebagai sarana evaluasi bagi pengembangan persemaian yang akan datang. 5