PELAKSANAAN KONSTRUKSI DENGAN SISTEM TOP-DOWN

dokumen-dokumen yang mirip
9- STRUKTUR BASEMENT

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi high risk building tentu memerlukan metode. Keberadaan bangunan sekitar gedung memberikan andil dalam proses

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BASEMENT. Saat penulis mulai melakukan kerja praktik pada pembangunan proyek Verde

LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SARJANA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BASEMENT

BAB I PENDAHULUAN. Metode pelaksanaan pekerjaan sub struktur yang umum atau sering digunakan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KASUS TERHADAP PELAKSANAAN BASEMENT 5 LANTAI DI WILAYAH SURABAYA BARAT

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 950

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BASEMENT. aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metode-metode pelaksanaan

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) D-1

PEMILIHAN DAN OPTIMASI METODE KONSTRUKSI BOTTOM-UP PADA PEMBANGUNAN BASEMENT BANGUNAN BERTINGKAT DI JAKARTA BERBASIS EXPERT KNOWLEDGE TESIS

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya 163

BAB II DASAR TEORI. 4. Keselamatan Kerja Banyak kegiatan pekerjaan yang rawan terhadap kecelakaan, baik disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. basement. Pekerjaan basement adalah pekerjaan yang paling krusial dalam

BAB V TEMUAN DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PENGERJAAN PONDASI PADA PROYEK YANG MENGGUNAKAN UP DOWN CONSTRUCTION DENGAN MENGGUNAKAN METODA KONVENSIONAL

Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S1)

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu


TUGAS AKHIR ANALISA METODE TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN SUB STRUKTUR DENGAN KONSTRUKSI SISTEM SEMI TOP DOWN (STUDI KASUS PROYEK MNC MEDIA TOWER J.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diambil disimpulkan untuk tugas akhir ini diantaranya :

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB IV DATA DAN ANALISA. pengembangan dari gedung existing yaitu gedung Bimantara MNC Tower

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MEDAN PROGRAM MEDAN LAPORAN. oleh:

ANALISA PERBANDINGAN METODE TOP-DOWN DAN BOTTOM-UP PADA PROYEK FAVE HOTEL KETINTANG DITINJAU DARI SEGI BIAYA DAN WAKTU

PERBANDINGAN ANTARA METODE PELAKSANAAN PELAT CAST IN SITU DAN PELAT PRECAST DITINJAU DARI SEGI WAKTU DAN BIAYA PADA GEDUNG SMPN 43 SURBAYA

Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP DAHNIAR ADE AYU R NRP

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PILE CAP DAN RETAINING WALL. Dalam setiap proyek konstruksi, metode pelaksanaan konstruksi

LAPORAN KERJA PRAKTIK. PELAKSANAAN KONSTRUKSI PC WALL DAN PILE CAP PADA PROYEK GEDUNG St. CAROLUS TAHAP II, JAKARTA-PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. dampak pada perubahan pola kehidupan sosial masyarakat dengan trend

PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR PILE CAP, KOLOM, BALOK & PLAT LANTAI PADA PROYEK PENGEMBANGAN GEDUNG RSUD BUDHI ASIH. Yusti prabowo

Gambar 1.1. Dinding penahan tanah geofoam

Laporan Kerja Praktik Nusa Konstruksi Enjiniring - Proyek Apartemen Ciputra International Tower 4&5 BAB 3 TINJAUAN UMUM PROYEK

PENGENDALIAN MUTU STRUKTUR BETON BERTULANG

JURUSAN SIPIL F AKUL T AS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2016

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB IV PERALATAN DAN MATERIAL. tertentu sesuai kebutuhan untuk mendukung pembangunan tersebut. Alat-alat

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi

INOVASI DALAM SISTEM PENAHAN BEBAN GRAVITASI UNTUK GEDUNG SUPER-TINGGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Galian adalah pekerjaan menggali tanah untuk keperluan konstruksi

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek

BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI

Bottom-Up Construction pada Gedung 48 Lantai dengan 5 Besmen Plaza Indonesia II Jakarta

CHECKLIST PEMERIKSAAN STRUKTUR

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. pengamatan struktur plat lantai, pengamatan struktur core lift.

Struktur dan Konstruksi II

BAB I PENDAHULUAN. borepile, pile cap, raft foundation, tie beam dan dinding penahan tanah. Serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan. Adapun alat-alat yang dipergunakan

BAB V PERALATAN DAN MATERIAL

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

LAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN WISMA KARTIKA JL. KYAI TAPA NO. 101, GROGOL JAKARTA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember 2013

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam melaksanakan suatu proyek konstruksi, diperlukan adanya suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

5- PEKERJAAN DEWATERING

LAPORAN HASIL KERJA PRAKTEK

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN KOEFISIEN PRODUKTIFITAS PEKERJAAN BEKISTING DAN PEMBESIAN PADA PROYEK GRHA WIDYA MARANATHA

BAB III METODOLOGI. penjelas dalam suatu perumusan masalah. Data sekunder berupa perhitungan

BAB IV TINJAUAN KHUSUS

PONDASI RAKIT (RAFT FOUNDATION)

LAPORAN KERJA PRAKTEK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2. Penentuan Elevasi dan Making

BAB IV TINJAUAN BAHAN DAN ALAT-ALAT

BAB I PENDAHULUAN. perbelanjaan maupun tempat hunian seperti hotel, apartemen, dan home stay.

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Dalam setiap Proyek Konstruksi, metode pelaksanaan yang dilakukan memiliki

LATAR BELAKANG JALAN SEMENTARA RISIKO

Berbagai masalah sering ditemui dalam pelaksanaan pekerjaan pada proyekproyek. konstruksi. Berbagai masalah tersebut meliputi kesalahan prosedur

BAB I PENDAHULUAN. manajemen konstruksi. Setidaknya upaya yang dilakukan merupakan usaha untuk

STUDI KEGAGALAN STRUKTUR PRECAST PADA BEBERAPA BANGUNAN TINGKAT RENDAH AKIBAT GEMPA PADANG 30 SEPTEMBER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


BAB VII PENAMBAHAN BALOK STRUKTUR LANTAI ATAP AKIBAT BEBAN GONDOLA DAN ROOF TANK

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. lift di cor 2 lantai diatas level plat lantai. Alasan menggunakan metode perlakuan core sebagai kolom adalah :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V METODE UMUM PELAKSANAAN KONSTRUKSI. Metode pelaksanaan di lapangan akan mudah dikerjaan dengan membuat

BAB V METODE PELAKSANAAN. 5.1 Pekerjaan Pondasi Tiang Bor (Bored Pile) ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah terlebihdahulu, lalu kemudian diisi

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN RAMP. proses pelaksanaan dari suatu item pekerjaan yang harus direncanakan terlebih

BAB VII TINJAUAN KHUSUS

PONDASI TIANG BOR (BOR PILE)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perencanaan desain struktur konstruksi bangunan, ditemukan dua

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM PITER WILSON JALAN SIDODADI BARAT NO 21 SEMARANG

PENGAMATAN PROSES PONDASI BORED PILE dan RTAINING WALL PADA GEDUNG ASPEN ADMIRALTY APARTMENT TOWER C, FATMAWATI, JAKARTA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkembangnya teknologi selalu diiringi dengan semakin meningkatnya kualitas

MATERI KULIAH MEKANIKA TEKNIK OLEH : AGUNG SEDAYU TEKNIK PONDASI TEKNIK ARSITEKTUR UIN MALIKI MALANG

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS

STUDY PERBANDINGAN PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG METODE PELAKSANAAN PRECAST

BAB VII TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK...

Transkripsi:

Simposium Nasional RAPI XIV - 2015 FT UMS ISSN 1412-9612 PELAKSANAAN KONSTRUKSI DENGAN SISTEM TOP-DOWN Maksum Tanubrata Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil Universitas Kristen Maranatha Jl.Prof Drg Suria Sumantri no 65,Bandung Email: maksum.tanubrata150@gmail.com Pendahuluan Metode konstruksi adalah bagian yang sangat penting dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Tujuan dari proyek harus berkaitan dengan biaya, kualitas dan waktu. Aspek penerapan teknologi, sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi. Umumnya, aplikasi penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat, dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga target waktu, biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan akan dapat tercapai. Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, adakalanya juga diperlukan suatu metode terobosan untuk menyelesaikan pekerjaan di lapangan. Khususnya pada saat menghadapi kendala-kendala yang diakibatkan oleh kondisi lapangan yang tidak sesuai dengan dugaan sebelumnya. Untuk itu, penerapan metode pelaksanaan konstruksi yang sesuai kondisi lapangan, akan sangat membantu dalam penyelesaian proyek konstruksi bersangkutan. Penerapan metode pelaksanaan konstruksi, selain terkait erat dengan kondisi lapangan di mana suatu proyek konstruksi dikerjakan, juga tergantung pada jenis proyek yang dikerjakan. Metode pelaksanaan pekerjaan untuk bangunan gedung berbeda dengan metode pekerjaan bangunan irigasi, bangunan pembangkit listrik, konstruksi dermaga maupun konstruksi jalan dan jembatan. Semua tahapan pekerjaan gedung mempunyai metode pelaksanaan yang disesuaikan dengan disain dari konsultan perencana.perencanaan metode pelaksanaan pekerjaan struktur didasarkan atas design, situasi dan kondisi proyek serta site yang ada. Metode site works atau struktur bawah merupakan metode yang memiliki pengaruh yang cukup besar dalam metode pekerjaan struktur secara keseluruhan. Metode struktur bawah akan menentukan ketepatan schedule pelaksanaan struktur. Hal tersebut disebabkan oleh tingkat kesulitan yang tinggi dalam pelaksanaannya. Seiring dengan perkembangan kemajuan teknologi dimana kebutuhan akan pembangunan semakin meningkat, namun lahan yang dimiliki terbatas sehingga mendukung para engineer untuk memanfaatkan lahan yang terbatas semaksimal mungkin menjadi bangunan bertingkat. Bangunan bertingkat tidak hanya berarti berada diatas permukaan tanah, melainkan juga dapat dibuat di bawah permukaan tanah yang dikenal dengan basement. Basementadalah sebuah tingkat atau beberapa tingkat dari bangunan yang keseluruhan atau sebagian terletak di bawah tanah. Jadi dapat dikatakan bahwa basement adalah ruang bawah tanah yang merupakan bagian dari bangunan gedung. Struktur basement gedung bertingkat (tidak termasuk fondasi tiang), secara garis besar, terdiri dari diantaranya raft foundation, kolom, dinding basement, balok dan pelat lantai. Struktur-struktur tersebut, yang dikerjakan adalah struktur beton bertulang dengan sistem dicor ditempat (cast in place). Adanya basement tentunya akan ada penggalian tanah. Bagian ini yang biasa terjadi dan merupakan langkah awal berdirinya sebuah gedung tinggi. Kendala yang dihadapi pada pekerjaan galian basement adalah faktor runtuhnya dinding tanah vertikal dan munculnya air tanah ke permukaan pada galian. Sehingga dalam pelaksanaan konstruksi basement, ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan, yakni metode konstruksi, retaining wall dandewatering. Rumusan masalah Dari uraian di atas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan sistem bottom up dan sistem top down? 2. Bagaimana metode pelaksanaan konstruksi sistem top down? Batasan masalah Dari sekian permasalahan yang ada tidak mungkin dapat dibahasnya secara keseluruhan, karena mengingat jumlah lembar yang dibatasi.. Maka perlu diberikan batasan-batasan masalah untuk penulisan ini. Oleh karena itu, kami memberikan batasan masalah sebagai berikut: 1. Gambaran umum sistem top down pada pelaksanaan konstruksi. 2. Tahapan pelaksanaan metode konstruksi sistem top down pada pembuatan basement bangunan gedung. 3. Kelebihan dan kekurangan secara umum metode pelaksanaan konstruksi sistem bottom up dan sistem top down. Tujuan penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah: 1. Mengetahui yang dimaksud dengan sistem top down pada pelaksanaan konstruksi. 2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan secara umum metode pelaksanaan konstruksi sistem top down. S-289

Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan dalam membuat makalah ini bersifat kepustakaan. Penulis mengambil referensi dari literatur dan beberapa sumber internet yang membahas mengenai metode pelaksanaan konstruksistem top down pada pembuatan basement bangunan gedung. Hasil dan Pembahasan Pelaksanaan struktur basement saat ini ada dua cara, yaitu: 1. Sistem Bottom Up Pada sistem ini, struktur basement dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan galian selesai mencapai galian elevasi rencana (sistemkonvensional). Pelat basement paling bawah dicor terlebih dahulusehingga menjadiraft foundation dengan metode papan catur, kemudian basement diselesaikan dari bawah keatas, dengan menggunakan scaffolding. Kolom, balok dan slab dicor ditempat (cast in place). Pada sistem ini galian tanah dapat berupa open cut, sering tidak menggunakan dewateringcut off, tetapi menggunakan dewatering sistem predrainage dan struktur dinding penahan tanahnya menggunakan steel sheet pileyang bisa sementara maupun permanen dengan perkuatan strutting, ground anchor atau free cantilever. Dalam hal ini pekerjaan dewatering akan diberhentikan, harus dihitung lebih dahulu apakah struktur basement yang telah selesai dibangun mampu menahan tekanan ke atas dari air tanah yang ada, agar terjadi deformasi dari bangunan yang dapat menyebabkan keretakan struktur. 2. Sistem Top Down Pada sistem ini, struktur basement dilaksanakan bersamaan dengan pekerjaan galian basement, urutan penyelesaian balok dan pelat lantainya dimulai dimulai dari atas kebawah, dan selama proses pelaksanaan, struktur plat dan balok tersebut didukung oleh tiang baja yang disebut King Post (yang dipasang bersamaan dengan bored pile). Sedangkan dinding basement dicor lebih dulu dengan sistem diaphragm wall, dan sekaligus diaphragm wall berfungsi sebagai cut off dewatering. Metode pelaksanaan konstruksi sistem top down Pada metode konstruksi Top Down, stuktur basement dilaksanakan bersamaan dengan pekerjaan galian basement, urutan penyelesaian balok dan plat lantainya dimulai dari atas ke bawah, dan selama proses pelaksanaan, struktur plat dan balok tersebut didukung oleh tiang baja yang disebut King Post (yang dipasang bersamaan dengan bored pile). Sedang dinding basement dicor lebih dulu dengan sistem diaphragm wall, dan sekaligus diaphragm wall tersebut. Biasanya untuk penggalian basement digunakan alat khusus, seperti excavator ukuran kecil. Bila jumlah lantai basement banyak, misal lima lantai, maka untuk kelancaran pekerjaan, galian dilakukan langsung untuk dua lantai sekaligus, sehingga space cukup tinggi untuk kebebasan proses penggalian. Lantai yang dilalui, nantinya dilaksanakan dengan cara biasa, menggunakan scaffolding (seperti pada sistem bottom up biasa). Bila struktur basement telah selesai, maka tiang king post dicor beton dan bila diperlukan dapat ditambah penulangannya. Lubang lubang lantai basement yang dipergunakan untuk pegankutan tanah galian, ditutup kembali. Pengecoran struktur atas, dilaksanakan seperti biasa, yaitu dari bawah ke atas (lantai satu, dua, dan seterusnya). Untuk pelaksanaan lantai yang dilalui agar space galian cukup longgar. Maka lantai yang bersangkutan dicor dengan sistemscaffolding biasa. Bila struktur king post cukup kuat. Maka pada saat menyelesaikan basement, dapat dibarengi dengan struktur atas (sering disebut dengan sistem up and down). Pada prinsipnya metode Top down dapat disebut sebagai cara membangun terbalik, yaitu membangun dari atas ke bawah. secara teknis, metode ini sudah bukan menjadi masalah lagi di Indonesia, tetapi mengingat bahwa metode baru pada akhir-akhir ini dicoba, maka permasalahan yang timbul adalah kapan digunakan metode ini serta bagaimana teknik manajemennya agar tercapai tujuan utama proyek tsb. Berikut ini tahapan dalam pelaksanaan metode konstruksi top down: 1. Pengecoran bored pile dan pemasangan king post 2. Pengecoran diaphragm wall. 3. Lantai basement 1, dicor di atas tanah dengan lantai kerja 4. Galian basement 1, dilaksanakan setelah lantai basement 1 cukup strenghtmya menggunakan excavator kecil). Disediakan lubang lantai dan ramp sementara untuk pembuangan tanah galian. 5. Lantai basement 2, dicor diatas tanah dengan lantai kerja. 6. Galian basement 2, dilaksanakan seperti galian basement 1, begitu seterusnya. 7. Terakhir mengecor raft foundation. 8. King post dicor, sebagai kolom struktur. 9. Bila diperlukan, pelaksanaan basement, dapat dimulai struktur atas, sesuai dengan kemampuan dari king post yang ada (sistem up & down) S-290

Gambar 1. Pemasangan bore pile dan king post Gambar 2. Pengecoran lantai basement 1 dan 2 Gambar 3. Pengecoran lantai basement 1, 2 dan 3 S-291

Gambar 4. Galian raft foundation Biasanya untuk penggalian basement digunakan alat khusus, seperti excavator ukuran kecil. Bila jumlah lantai basement banyak, misal lima lantai, maka untuk kelancaran pekerjaan, galian dilakukan langsung untuk dua lantai sekaligus, sehingga space cukup tinggi untuk kebebasan proses penggalian. Lantai yang dilalui, nantinya dilaksanakan dengan cara biasa, menggunakan scaffolding (seperti pada sistembottom up biasa). Bila struktur basement telah selesai, maka tiang king post dicor beton dan bila diperlukan ditambah penulangannya. Lubang-lubang lantai basement dipergunakan untuk pengangkutan tanah galian, ditutup kembali. Pengecoran struktur atas, dilaksanakan seperti biasa, yaitu dari bawah ke atas (lantai satu, dua, dan seterusnya). Untuk pelaksanaan yang dilalui agar space galian cukup longgar, maka lantai yang bersangkutan dicor dengan sistemscaffolding biasa. Bila struktur king post cukup kuat. Maka pada saat menyelesaikan basement, dapat dibarengi dengan struktur atas (sering disebut dengan up and down). Gambar 5. Struktur basementtop down Salah satu detail king post, dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Lantai pertama dan sebagian kolom dicor, dengan memasang starter bar untuk kolom. Gambar 6. Penulangan lantai basement 2. Lantai berikutnya juga dicor dengan cara yang sama. Kemudian starter bar kolom bawah dan atasnya disambung. Kemudian kolom yang bersangkutan. dicor. S-292

Gambar 7. Penulangan tiang king post Metode konstruksi top down Kekurangan metode konstruksi Top Down ini diantaranya ialah: 1. Diperlukan peralatan berat yang khusus. 2. Diperlukan ketelitian dan ketepatan lebih. 3. Sumber daya manusia terbatas. 4. Diperlukan pengetahuan spesifik untuk mengendalikan proyek. 5. Biaya dinding penahan tanah yang digunakan lebih mahal dibanding dengan sheet pile yang umum digunakan untuk metode Bottom Up. Sedangkan kelebihan metode konstruksi Top Down ini diantaranya ialah sebagai berikut: 1. Relatif tidak mengganggu lingkungan. 2. Jadwal pelaksanaan dapat dipercepat. 3. Memungkinkan pekerjaan simultan. 4. Area lahan proyek lebih luas. 5. Resiko teknis lebih kecil. 6. Mutu dinding penahan tanah dapat lebih dikontrol. Kesimpulan Dari pembahasan yang telah dijelaskan maka dapat diperoleh kesimpulan yaitu sistem Top Down merupakan metode pelakasaan konstruksi pembuatan struktur basementyang dilaksanakan bersamaan dengan pekerjaan galian basement, urutan penyelesaian balok dan pelat lantainya dimulai dimulai dari atas kebawah, dan selama proses pelaksanaan, struktur plat dan balok tersebut didukung oleh tiang baja yang disebut King Post (yang dipasang bersamaan dengan bored pile). Sedangkan dinding basement dicor lebih dulu dengan sistem diaphragm wall, dan sekaligus diaphragm wall berfungsi sebagai cut off dewatering. Daftar Pustaka Asiyanto.2008. Metode Konstruksi Gedung Bertingkat. Jakarta: UI Press. http://agunghartoyo.wordpress.com/2010/02/05/metode-konstruksi-gedung/. Diakses pada tanggal: 15 November 2015 Suloko. 2008. Tesis: Pemilihan dan Optimasi Metode Konstruksi Bottom-Up Pada Pembangunan Basement Bangunan Bertingkat di Jakarta Berbasis Expert Knowledge. Depok : Fakultas Teknik UI. S-293