BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang berkaitan dengan yang akan diteliti.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN PROVINSI DI INDONESIA TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kemiskinan. Berdasarkan tujuan pembangunan Millennium

I. PENDAHULUAN. hidup pada tahap subsisten dan mata pencarian utama adalah dari mata. pencaharian di sektor pertanian, perikanan dan berburu.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil apabila

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu negara sangat tergantung pada jumlah penduduk

PENGARUH PDB DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA PERIODE

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik (BPS, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

PENGANGGURAN, INFLASI & KEBIJAKAN PEMERINTAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masalah klasik dan mendapat perhatian khusus dari negara-negara di dunia.

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Todaro (2006), ketimpangan dan memberantas kemiskinan untuk mencapai kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

Judul : Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali Nama : Ita Aristina NIM :

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

BAB V HASIL ESTIMASI DAN ANALISIS MODEL. Tabel 5.1. Output regresi model persentase penduduk miskin absolut (P 0 )

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama pada negara yang

PEMODELAN LAJU INFLASI DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN REGRESI DATA PANEL

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah masalah pengangguran (Sukirno,1985). Menurut Nanga

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan merupakan indikator penting untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja. Biasanya semakain tinggi pertumbuhan ekonomi cenderung

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

Cakupan Teori Ekonomi Makro, Output, Inflasi, Pengangguran, dan Variabel ekonomi Makro lainnya

BAB I PENDAHULUAN. berkembang maupun negara maju, meskipun telah terjadi perbaikan-perbaikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak,

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, kesulitan dan kekurangan diberbagai keadaan hidup. Sebagian orang

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

Analisis dalam teori mikro ekonomi pada umumnya meliputi bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian, mis. Kegiatan seorang konsumen,

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat berkembang dengan baik hal terburuk yang akan muncul salah. satunya adalah masalah pengangguran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

BAB I PENDAHULUAN. didunia, termasuk Indonesia. Apabila inflasi ditekan dapat mengakibatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, JUMLAH TENAGA KERJA, DAN INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan pelayanan publik yang lebih efisien, efektif, dan merata serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara ketimpangan dan pertumbuhan ekonomi. pembangunan ekonomi yang terjadi dalam suatu negara adalah pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi meningkat (Atmanti, 2010). perekonomian. Secara lebih jelas, pengertian Produk Domestik Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. masa depan perekonomian dunia. Menurut Kunarjo dalam Badrul Munir (2002:10),

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan nasional suatu negara yakni melalui jumlah dan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala sektor diharapkan dapat mewujudkan struktur ekonomi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Boediono (2000) Inflasi dapat diartikan sebagai kecenderungan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan umum yang sering dihadapi oleh negara-negara sedang

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI, JUMLAH PENGANGGURAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN SIDOARJO

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akandibahas mengenai teori yang menjadi dasar pokok permasalahan. Teori yang akan dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita, pengangguran, inflasi, serta hubungan antara variabel. Selain itu akan dikemukakan hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan yang akan diteliti. 2.1. Kemiskinan 2.1.1. Definisi Kemiskinan Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara terutama negara berkembang, tidak terkecuali negara Indonesia. Secara umum, kemiskinan merupakan ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar atas setiap aspek kehidupan. Akan tetapi ada banyak definisi dan konsep tentang kemiskinan. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengartikan kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Badan Pusat Statistik (2014) mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Kemudian menurut Kuncoro (2000) kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup minimum. Dapat disimpulkan bahwa kemiskinan merupakan keadaan dimana seseorang atau suatu daerah tidak 12

13 dapat meningkatkan kehidupan yang lebih layak atau dapat dikatakan tidak dapat meningkatkan standar hidup lebih baik. 2.1.2. Indikator Kemiskinan Menurut Badan Pusat Statistik indikator kemiskinan terdiri dari: Pertama,Head Count Index, yaitu persentase penduduk miskin yang berada di bawah garis kemiskinan. Kedua, Poverty Gap Indekx yang merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Ketiga, Indeks Keparahan Kemiskinan merupakan indeks yang memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin (BPS,2014). Selain itu terdapat indikator utama kemiskinan lain yaitu: 1) Pendapatan/konsumsi per minggu/bulan/tahun, yang paling umum digunakan untuk mengukur apakah seseorang itu miskin atau tidak adalah jumlah pendapatan dari hasil kerja/usaha rata-rata per minggu, per bulan, atau per tahun. 2) Aset, jumlah atau nilai aset, seperti tanah, rumah/gedung, dan aset-aset lainnya yang bergerak juga bisa digunakan sebagai salah satu indikator kemiskinan. 3) Total kekayaan, jumlah kekayaan seseorang (atau sebuah keluarga) adalah perdefinisi jumlah dari semua aset yang dimiliki orang itu ditambah dengan jumlah pendapatan yang didapatnya dari segala sumber, termasuk sebagai pekerja atau pegawai.

14 4) Makanan yang dikonsumsi, menyoroti makanan sebagai salah satu indikator kemiskinan harus terutama melihat pada dua hal, yakni porsi dan kualitas dari makanan yang di konsumsi. 5) Tempat tinggal, bisa dalam arti rumah dan lokasi dimana rumah itu berada. 6) Pendidikan formal, merupakan salah satu aspek penting dari kemiskinan. 7) Infrastruktur dasar rumah tangga yaitu, air bersih, sanitasi layak, listrik yang cukup, telekomunikasi, dan transportasi yang baik. 8) Kesehatan, seperti halnya pendidikan, kesehatan juga dilihat sebagai salah satu aspek penting dari kemiskinan dan oleh karena itu, dianggap sebagai salah satu indikator penting untuk menggabarkan kemiskinan di suatu wilayah/masyarakat (Tambunan, 2015). Secara umum terdapat dua jenis ukuran kemiskinan yang digunakan yaitu: kemiskinan absolut merupakan situasi ketidakmampuan atau nyaris tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasar berupa makanan, pakaian, dan tempat tinggal (Todaro, Smith: 2011). Sedangkan kemiskinan relatif dimana tinggi rendahnya tingkat kemiskinan ditentukan oleh lingkungan sekitarnya (Arsyad, 2010). 2.1.3. Penyebab Kemiskinan Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan (Todaro dan Smith, 2011) adalah tingkat pendapatan rendah, laju pertumbuhan ekonomi lambat, distribusi pendapatan tidak merata, fasilitas kesehatan dan pelayanan yang

15 terbatas, serta fasilitas pendidikan masih belum memadai. Penyebab kemiskinan yang lain yaitu: pendidikan yang terlampau rendah, malas bekerja, keterbatasan sumber alam, terbatasnya lapangan kerja, keterbatasan modal, dan beban keluarga. Rendahnya pendidikan menyebabkan seseorang mempunyai sedikit keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupan. Dengan adanya keterbatasan pendidikan atau keterampilan mempersulit seseorang untuk memasuki dunia bisnis atau dunia kerja. Adanya sikap malas yang dimiliki seseorang menyebabkan orang tersebut tidak bersemangat dalam bekerja (Aziz, 1997 dalam Annur, 2013). Menurut Teori Malthus (Todaro, 2006) pertumbuhan penduduk yang pesat pada suatu negara akan menyebabkan terjadinya kemiskinan kronis. Malthus menggambarkan suatu kecenderungan universal bahwa jumlah populasi di suatu negara akan meningkat sangat cepat menurut deret ukur. Sementara itu, karena adanya proses penambahan hasil yang semakin berkurang dari suatu faktor produksi yang jumlahnya tetap yaitu tanah, maka persediaan pangan hanya akan meningkat menurut deret hitung. Karena pertumbuhan pengadaan pangan tidak dapat berpacu secara memadai terhadap kecepatan peningkatan penduduk, maka pendapatan perkapita cenderung terus mengalami penurunan sampai sedemikian rendahnya sehingga segenap populasi harus bertahan pada kondisi sedikit diatas tingkat subsisten. World Bank mengidentifikasikan penyebab kemiskinan dari perspektif akses dari individu terhadap sejumlah aset yang penting dalam menunjang kehidupan, yaitu aset dasar kehidupan (contohnya kesehatan dan ketrampilan/

16 pengetahuan), aset alam (misalnya tanah pertanian atau lahan olahan), aset fisik (modal, sarana produksi, infrastruktur), aset keuangan (contohnya kredit bank dan pinjaman lainnya) kemudian aset sosial (jaminan sosial dan hak politik).hilangnya akses dari satu atau lebih dari aset diatas menyebabkan seseorang jatuh terjerembab kedalam kemiskinan. Tidak hanya itu faktor penyebab kemiskinan antara lain rendahnya kesehatan, gizi serta kurangnya perbaikan mutu pendidikan. Maka dari itu pemerintah harus memperbaikinya dengan melakukan perbaikan mutu pendidikan, perbaikan gizi dan kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 2.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita Dalam kegiatan perekonomian pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fiskal produksi barang dan jasa yang berlaku di suatu negara. Untuk memberikan gambaran kasar mengenai pertumbuhan ekonomi yang di capai suatu negara ukuran yang sering di gunakan adalah tingkat pertumbuhan pendapatan riil yang dicapai. Di negara berkembang konsep Produk Domestik Bruto (PDB) yaitu konsep yang paling penting jika dibandingkan dengan kosep pendapatan nasional lainnya. Produk Domestik Bruto (PDB) diartikan sebagai nilai barang dan jasa yang diproduksikan di dalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu (Sukirno, 2009). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau

17 merupakan jumlah dari seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Selain digunakan untuk membedakan tingkat kemajuan ekonomi antara negara maju dan negara sedang berkembang, pendapatan per kapita juga dapat digunakan sebagai indikator pembangunan. Pendapatan per kapita dapat memberikan gambaran mengenai laju pertumbuhan kesejahteraan masyarakat di berbagai negara dapat juga menggambarkan perubahan corak perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakat yang sudah terjadi di berbagai negara. Akan tetapi dalam menggunakan pendapatan per kapita sebagai salah satu indikator pembangunan harus hati-hati. Dikarenakan adanya pendapat yang menyebutkan bahwa pembangunan bukan hanya sekedar meningkatkan pendapatan riil saja, akan tetapi kenaikan tersebut harus berkesinambungan dan mantap serta harus disertai pula oleh perubahan sikap dan kebiasaan sosial yang sebelumnya menghambat kemajuan ekonomi. Pendapatan per kapita memfokuskan pada rasion d etre dari pembangunan, yaitu kenaikan tingkat hidup dan menghilangkan kemiskinan (Arsyad, 2004). Pendapatan yang diterima oleh rumah tangga akan digunakan untuk membeli makanan, pakaian, membayar pendidikan, dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok yang lainnya. Jika rumah tangga mampu memenuhi kebutuhan pokoknya maka akan menurunkan kemiskinan dan yang terjadi adalah kesejahteraan. Namun sebaliknya, jika rumah tangga tidak mendapatkan pendapatan maka akan menaikkan tingkat kemiskinan, karena rumah tangga tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya.

18 2.3. Pengangguran Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang begitu cepat dan pertumbuhan lapangan kerja yang relatif lambat mengakibatkan masalah pengangguran di negara sedang berkembang semakin serius. Untuk membedakan jenis pengangguran, terdapat dua cara untuk menggolongkan, yaitu (Sukirno, 2009) : pertama, berdasarkan kepada penyebab yang mewujudkan pengangguran tersebut. kedua, berdasarkan kepada ciri pengangguran yang wujud. Berdasarkan penggolongan tersebut, pengangguran dapat dibedakan menjadi empat tipe (Sukirno, 2009), yaitu : 1. Pengangguran Friksional atau Normal. Pada pengangguran ini tidak ada pekerjaan bukan karena tidak mendapatkan pekerjaan, akan tetapi dikarenakan sedang mencari pekerjaan yang lebih baik. 2. Pengangguran Siklikal. Permintaan agregat yang lebih tinggi akan mendorong pengusaha menaikkan produksinya. Banyak pekerja yang digunakan dan akan menurunkan pengangguran. Akan tetapi suatu saat, permintaan agregat mengalami penurunan dan penurunan ini yang menyebabkan efek kepada perusahaan lain yang berhubungan. Perusahaan yang terkena dampaknya juga akan mengalami kemerosotan dalam produksinya, mengurangi pekerja atau bahkan menutup perusahaannya. 3. Pengangguran Struktural. Semua industri dalam suatu perekonomian pasti akan mengalami suatu penurunan. Penurunan yang dialaminya tersebut dapat disebabkan beberapa faktor berikut : adanya barang baru yang lebih baik, kemajuan teknologi yang akan mengurangi permintaan, biaya

19 pengeluaran yang terlalu tinggi, tidak mampu bersaing. Penurunan tersebut akan mengakibatkan produksi yang semakin berkurang dan perusahaan akan memberhentikan sebagian pekerjanya. 4. Pengangguran Teknologi. Pengangguran dapat ditimbulkan karena pergantian tenaga manusia oleh mesin-mesin dan bahan kimia. Misalnya suatu perusahaan menggantikan tenaga manusia dengan adanya robot-robot yang bekerja. 2.4. Inflasi Selain pengangguran, masalah lain yang terus menjadi sorotan pemerintah adalah adanya inflasi. Pemerintah memiliki tujuan jangka panjang yaitu untuk menjaga tingkat inflasi yang berlaku berada pada tingkat yang sangat rendah. Menghadapi permasalahan inflasi yang bertambah cepat, maka pemerintah akan merancang langkah yang bertujuan agar harga dapat stabil kembali. Berdasarkan sumber atau penyebab kenaikan harga yang berlaku, inflasi dibedakan menjadi tiga bentuk (Sukirno, 2009), yaitu : a. Demand pull inflation. Inflasi ini biasanya terjadi saat perekonomian berkembang dengan sangat pesat. Kesempatan kerja tinggi akan menciptakan tingkat pendapatan tinggi dan selanjutnya dapat menyebabkan pengeluaran melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran yang berlebihan tersebut akan menyebabkan adanya inflasi. b. Cost push inflation. Inflasi yang satu ini berlaku dalam masa perekonomian berkembang dengan pesat ketika tingkat pengangguran sangat rendah. Jika

20 perusahaan masih mengalami kenaikan permintaan, perusahaan tersebut akan menaikkan produksinya dengan cara memberikan gaji dan upah lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari karyawan baru dengan memberikan tawaran upah yang lebih tinggi. Hal tersebut akan berdampak pada biaya produksi meningkat dan menyebabkan kenaikan harga berbagai barang. c. Imported inflation. Inflasi akan terjadi jika harga barang-barang impor mengalami kenaikan. Harga mempunyai peran yang sangat penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan. 2.5. Hubungan Antar Variabel Penelitian 2.5.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita dan Kemiskinan Pendekatan pembangunan tradisional lebih diartikan sebagai pembangunan yang memfokuskan pada usaha peningkatan PDRB suatu provinsi, kabupaten, maupun kota (Kuncoro, 2006). Pendapatan daerah menjadi salah satu sumber dari aktivitas kerja penduduk untuk menghasilkan output dan sebagai imbalan masyarakat memperoleh pendapatannya. Pendapatan yang diterima oleh masyarakat akan berguna untuk memenuhi kebutuhan pokok dan konsumsipun akan meningkat seiring dengan pendapatan yang diterima. Masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhan pokoknya akan mengalami kemakmuran dan keluar dari kemiskinan yang menjerat. Hal ini akan berdampak juga pada negara yaitu akan menurunkan tingkat kemiskinan yang terjadi.

21 2.5.2. Pengangguran dan Kemiskinan Menurut Arsyad (2004), menyatakan bahwa salah satu mekanisme untuk menurunkan kemiskinan dan kepincangan distribusi pendapatan di negara berkembang adalah dengan memberikan upah yang memadai dan menyediakan kesempatan kerja bagi kelompok penduduk miskin. Sehingga peningkatan kesempatan kerja merupakan aspek yang paling esensial dalam setiap strategi pembangunan yang menitikberatkan kepada penghapusan kemiskinan. Pengangguran yang tinggi dapat menimbulkan efek buruk pada kemerataan pembagian pendapatan. Semakin tinggi pengangguran, semakin banyak golongan tenaga kerja yang tidak memperoleh pendapatan. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa usaha menaikkan kesempatan kerja akan digunakan sebagai alat untuk memperbaiki pembagian pendapatan dalam masyarakat (Sukirno, 2009). 2.5.3. Inflasi dan Kemiskinan Kenaikan harga-harga menimbulkan efek yang buruk ke dalam perekonomian negara. Di samping menimbulkan efek buruk dalam kegiatan perekonomian negara, inflasi juga akan menimbulkan efek kepada individu dan masyarakat. Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan hargaharga. Inflasi dapat memperburuk prospek pertumbuhan jangka panjang, mengurangi pendapatan riil, mengurangi nilai kekayaan berbentuk uang dan memperburuk distribusi pendapatan (Sukirno, 2009).

22 2.4. Studi Terkait Penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan telah dilakukan sebelumnya. Rusdarti dan Sebayang (2013),menelitiFaktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Jawa Tengah. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah dan menganalisis pengaruh PDRB, pengangguran, dan belanja publik (bidang kesehatan, dan infrastrukur terhadap kemiskinan). Analisis data menggunakan teknik Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan tingkat pengangguran tidak berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan. Faktanya bahwa jumlah orang miskin di daerah lebih besar daripada kota. Secara statistik, PDRB dan variabel lainnya seperti pengeluaran pemerintah publik berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan sedangkan pengangguran pengaruhnya tidak signifikan. Hapsoro dan Gunanto (2013), melakukan penelitian mengenai Pengaruh Variabel Makroekonomi Regional Terhadap Tingkat Kemiskinan Perkotaan Di Indonesia Dalam Periode 2007-2010. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variabel ekonomi seperti PDRB, jumlah pengangguran, dan tingkat inflasi terhadap kemiskinan kota di Indonesia. Analisis penelitian ini menggunakan data panel dengan menggunakan Fixed Effect Model (FEM). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa PDRB berpengaruh negatif dan signifikan, sedangkan variabel jumlah pengangguran dan tingkat inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan kota di Indonesia.

23 Barika (2013), melakukan penelitian mengenai Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengeluaran Pemerintah, Pengangguran, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Sumatera. Penelitian ini menggunakan data panel dengan tahun pengamatan 2007-2011. Estimasi regresi data panel menggunakan pendekatan Random Effect Model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Sumatera. Belanja pemerintah yang tinggi dapat menurunkan kemiskinan dan sebaliknya, sedangkan pengangguran yang tinggi menyebabkan kenaikan angka kemiskinan di Sumatera. Penelitian yang dilakukan oleh Ketut dan Wayan (2013), mengenai Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendidikan, Dan Struktur Tenaga Kerja Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Bali Periode 1995-2013. Tenik analisis dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Hasil analisis berdasarkan empat variabel menunjukkan adanya pengaruh secara simultan PDRB, pendidikan, dan struktur tenaga kerja pertanian terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Bali. Variabel PDRB dan tingkat pendidikan dalam hal ini rata-rata lama sekolah berpengaruh negatif dan signifikan. Sedangkan struktur tenaga kerja di sektor pertanian tidak berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di Provinsi Bali, tahun 19995-2013. Leasiwal (2013), melakukan penelitian mengenai Determinan Dan Karakteristik Kemiskinan Di Provinsi Maluku. Teknik analisis yang digunakan penelitian ini menggunakan data panel dengan pendekatan Fixed Effect Model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat enam variabel yang secara

24 signifikan mempengaruhi tingkat kemiskinan yaitu daya beli masyarakat, inflasi, pendidikan yang terdiriatas rata-rata lama sekolah, angk amelek huruf, dan angka partisipasi kasar, serta angka harapan hidup. Sedangkan faktor yang paling dominan mempengaruhi kemiskinan di Maluku yaitu angka harapan hidup. Karakteristik kemiskinan diantaranya adalah mayoritas penduduk miskin bergerak pada sektor informal.