s Indek p verty Ga Po

dokumen-dokumen yang mirip
Pengembangan Daya Saing Daerah Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Timur berdasarkan Potensi Daerahnya

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur

BOKS 1. Posisi Daya Saing Kabupaten/Kota Di Sulawesi Tenggara

Boks 1. Perkembangan Peta Perekonomian Sulawesi Tengah di Indonesia Wilayah Timur 1

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Pengembangan daya saing daerah kabupaten/kota di propinsi jawa timur berdasarkan Potensi daerahnya

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

ANALISIS SWOT. Matriks SWOT Kearns EKSTERNAL INTERNAL. Comparative Advantage. Mobilization STRENGTH WEAKNESS. Sumber: Hisyam, 1998

III. METODE PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

3. Kondisi Ekonomi Makro Daerah

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkannya diperlukan syarat-syarat yang harus terpenuhi, laju pertumbuhan penduduknya. (Todaro, 2011)

BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik Provinsi Lampung ( time series ) pada jangka waktu 6 tahun. terakhir yakni pada tahun 2006 hingga tahun 2007.

8.1. Keuangan Daerah APBD

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam menghadapi globalisasi diperlukan perekonomian yang. Menurut Simon Kuznet dalam Jhingan (2007) mendefinisikan

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN. sebuah penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktur

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

BAB I PENDAHULUAN. berimplikasi kepada provinsi dan Kabupaten/Kota, untuk melaksanakan

Gambar 3.1 Denah Lokasi Alam Wisata Cimahi

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI DKI JAKARTA 2014

BOKS 3 Survei Optimalisasi Penggunaan Alat Pembayaran Non Tunai Di Sulawesi Tenggara

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Total Factor Productivity (TFP)

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB V PENUTUP. Sebagai daerah yang miskin dengan sumber daya alam, desentralisasi

Analisis Isu-Isu Strategis

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan ekonomi suatu negara akan mengalami kemajuan jika diiringi dengan

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN Chrisnoxal Paulus Rahanra 1

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA 2014

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013

KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN BABEL TRIWULAN II 2008 MAKIN EKSPANSIF

KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN BABEL TRIWULAN III 2008 MASIH CUKUP EKSPANSIF

IDENTIFIKASI SEKTOR BASIS DAN KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI PROVINSI PAPUA OLEH BAMBANG WAHYU PONCO AJI H

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 2014

PROFIL PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA di DKI JAKARTA TAHUN 2011

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan suatu perekonomian dalam satu periode ke periode

BAB III METODE PENELITIAN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan rangkuman dari Indeks Perkembangan dari berbagai sektor ekonomi

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

Transkripsi:

Poverty Gap Indeks

Tingkat Kepadatan Penduduk

Nilai Tambah Pengangkutan per Kapita

Kondisi Jalan dengan Kondisi Baik

Prosentase Penduduk Pengguna HP

Prosentase Rumah Tangga yang memakai Penerangan Utama

Produksi Listrik per Kapita

Rasio Luas Lahan Produktif terhadap Total Luas Lahan

Sumber Daya Air per Kapita

Nilai Tambah Sektor Pertambangan & Penggalian per kapita

Jumlah Kantor Bank

Nilai Volume Usaha terhadap Jumlah Koperasi Aktif

Total Kredit Perbankan

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Nilai Tambah Sektor Keuangan per Kapita

Produktivitas Tenaga Kerja

PDRB per Kapita

Tingkat Kesempatan Kerja

Implikasi Pengembangan Daya Saing Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Timur

Untuk kabupaten/kota yang berada pada kuadran I, menunjukkan daerah dalam kondisi kuat dan ditunjang oleh peluang pengembangan yang besar. Kabupaten/kota dalam kuadran ini bisa mempertahankan posisinya serta bisa juga meningkatkan kemampuan daya saing dengan cara lebih memaksimalkan potensi keunggulan yang dimiliki daerahnya serta mengatasi kelemahan-kelemahan yang masih menjadi penghambat perkembangan daya saing daerahnya. Selain itu, kabupaten/kota dalam kuadran I ini sangat mudah untuk melakukan developing dan expansi keluar.

Untuk kabupaten/kota yang berada pada kuadran II, menandakan daerah yang kuat namun menghadapi tantangan besar sehingga diperkirakan daerah akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Kabupaten/kota dalam kuadran ini perlu untuk meningkatkan kemampuan daya saingnya pada indikator outputnya karena setelah dianalisis, kabupaten/kota yang berada pada kuadran II memiliki skor indikator output lebih kecil dari rata-rata skor output kabupaten/kota secara keseluruhan. Maka daerah dalam kuadran ini disarankan untuk memperbanyak ragam strategi taktisnya.

Untuk kabupaten/kota yang berada pada kuadran III, menandakan daerah sangat lemah namun sangat berpeluang. Kabupaten/kota dalam kuadran ini perlu untuk meningkatkan kemampuan daya saingnya pada indikator inputnya karena setelah dianalisis, kabupaten/kota yang berada pada kuadran III memiliki skor indikator input lebih kecil dari rata-rata skor input kabupaten/kota secara keseluruhan. Untuk itu, kabupaten/kota yang ada dalam kuadran ini disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya.

Untuk kabupaten/kota di kuadran IV, menandakan kondisi internal daerah ini lemah dan dihadapkan pada kondisi eksternal yang sulit. Kabupaten/kota dalam kuadran ini perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah, baik di kabupaten/kota (yang masuk kuadran IV) maupun pemerintah propinsi, sehingga kedepannya bisa mempersempit jarak daya saing dengan kabupaten/kota yang memiliki daya saing serta bisa mendongkrak daya saing Propinsi Jawa Timur di tingkat nasional. Menggunakan strategi bertahan berarti mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok, strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi internal daerahnya terlebih dahulu. Sebab diperkirakan dengan strategi lama sangat sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja daerah tersebut.

Perencanaan pembangunan daerah kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur bersifat spesifik. Keberhasilan perencanaan pembangunan di daerah perlu mempertimbangkan beberapa aspek yang tergambarkan oleh neraca daya saing daerah, lebih khusus untuk variabel yang menjadi kelemahan daerahnya masing-masing. Neraca daya saing 38 kabupaten/kota hasil analisis dan pembahasan sebelumnya kiranya bisa menjadi input dalam perencanaan pembangunan masing-masing kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur.

Bab V penutup

Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Tiap kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur memiliki kemampuan daya saing, hal tersebut bisa dilihat dari hasil pengukuran skor daya saing tiapa kabupaten. Penelitian ini telah menghasilkan pemetaan kemampuan daya saing tiap kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur. Hasil pemetaan secara keseluruhan menunjukkan bahwa daerah yang memiliki daya saing tinggi secara umum didominasi oleh daerah yang memiliki basis di indikator Perekonomian dan Keuangan Daerah serta Lingkungan Usaha Produktif.

2. Pemetaan Daya Saing dilakukan dengan cara mengklasifikasikan daya saing daerah dalam 4 kuadran berdasarkan skor daya saing indikator input-ouput. Hasil menunjukkan bahwa terdapat 9 kabupaten/kota yang masuk kedalam kuadran I. Hal tersebut menunjukkan bahwa kabupaten/kota tersebut termasuk karakteristik kabupaten/kota yang memiliki daya saing tinggi, baik dari sisi input maupun output ataupun keduanya. Kuadran II menunjukkan posisi kabupaten/kota yang memiliki skor input kabupaten/kota tersebut, lebih besar dari rata-rata keseluruhan skor daya saing keseluruhan, tapi output lebih kecil dari rata-rata skor daya saing output keseluruhan. Dalam kelompok ini terdapat 8 kabupaten/kota. Kabupaten/kota dalam kuadran ini dicirikan dengan produktivitas output yang lebih kecil/sama dengan produktivitas inputnya. Kuadran III menunjukkan posisi kabupaten/kota yang memiliki skor input kabupaten/kota tersebut, lebih kecil dari rata-rata keseluruhan skor daya saing tapi skor daya saing output lebih besar dari rata-rata skor daya saing output keseluruhan kabupaten/kota. Terdapat 4 kabupaten/kota dalam kelompok ini. Kuadran IV menunjukkan posisi kabupaten/kota yang memiliki skor input dan output kabupaten/kota tersebut, lebih kecil dari rata-rata skor input dan output keseluruhan. Hasil pemetaan menunjukkan bahwa ada total 17 kabupaten/kota atau 44,74% dari jumlah keseluruhan kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur.

3. Setelah dilakukan analisis neraca daya saing, hampir semua kabupaten/kota yang masuk kuadran I, merupakan kabupaten/kota yang memiliki kategori keunggulan banyak dan kelemahan sedikit. Dan hampir semua kabupaten/kota yang masuk dalam kuadran IV, merupakan kategori yang memiliki kategori keunggulan sedikit dan kelemahan banyak.

4. Banyaknya kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur yang masuk kedalam kuadran IV, perlu adanya perhatian yanng cukup serius bagi pemerintah kabupaten/kota maupun pemerintah di tingkat propinsi. Banyaknya kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur yang masuk kedalam kuadran IV mengindikasikan bahwa sebagian besar kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur memiliki skor daya saing yang rendah serta memiliki kualitas input dan output di bawah rata-rata. Hal ini berdampak pada daya saing Propinsi Jawa Timur di tingkat nasional karena pada dasarnya daya saing Propinsi Jawa Timur ditentukan dari daya saing di tingkat kabupaten/kotanya.

5. Dari 32 variabel indikator input dan 3 indikator output, terdapat 3 variabel pada indikator input yang menunjukkan angka minus dalam pengembangan daya saing yakni variabel government size, rasio ketergantungan, dan poverty gap indeks

Saran Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan ini, maka saran penelitian lanjutan yang dapat dilakukan antara lain : Implikasi pengembangan yang dirumuskan dalam penelitian ini dapat dilemparkan kepada stakeholder terkait, sehingga pada prosesnya tidak hanya memperhatikan teori, best practice saja namun juga bisa diambil konsensus pendapat para stakeholder misalnya dengan analisa Delphi. Ruang lingkup variabel-variabel pembentuk daya saing daerah sebaiknya tidak hanya menggunakan data sekunder saja, tetapi juga memperhitungkan data primer sebagai penguat data sekunder. Oleh karena itu, kedepan penelitian ini perlu terus dikembangkan sehingga dapat memberikan input yang optimal kepada berbagai pihak, terutama para pengambil kebijakan.

Daftar pustaka

LAMPIRAN