PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI DAERAH PERBATASAN : STUDI KASUS KABUPATEN BELU PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Azwar Wahirudin, 2013

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, tiap daerah mempunyai

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan I 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dapat bermanfaat. Metode penelitian dilakukan guna menunjang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Embung Logung Dusun Slalang, Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian.

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi

VII ANALISIS PENDAPATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

I. PENDAHULUAN. besar yaitu 76% dari total kebutuhan air. Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah, terletak antara 2 lintang utara -

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung. Secara geografis, kabupaten ini terletak pada

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini. Berdasarkan UU RI No.7

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Resti Viratami Maretria, 2011 Perencanaan Bendung Tetap Leuwikadu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

OPTIMALISASI PENGGUNAAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI RENTANG KABUPATEN MAJALENGKA. Hendra Kurniawan 1 ABSTRAK

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha pertanian. Cara mengaliri air ketanaman yaitu dengan sistem irigasi,

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

BAB III METODOLOGI. Dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi bendungan Ketro, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain :

III. KEADAAN UMUM LOKASI

FORMAT MONOGRAFI BAGI PENYULUH PERTANIAN DI BALAI PENYULUHAN KECAMATAN SEJANGKUNG KABUPATEN SAMBAS

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Kebutuhan yang paling banyak memerlukan air yaitu lahan pertanian.

1. JUMLAH RTUP MENURUT GOL. LUAS LAHAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, sehingga wajar apabila prioritas

STUDI PEDOMAN POLA OPERASI EMBUNG KULAK SECANG UNTUK KEBUTUHAN AIR IRIGASI DESA JATIGREGES KECAMATAN PACE KABUPATEN NGANJUK


V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Desa Negara Saka Kabupaten Pesawaran. 1. Kondisi Umum Desa Negara Saka Kabupaten Pesawaran

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun ,

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD)

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN I - 1

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

KAJIAN MANFAAT IRIGASI WADUK PELAPARADO DI KABUPATEN BIMA TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DAN KESEMPATAN KERJA

PRESENTASI TUGAS AKHIR PERENCANAAN BENDUNG TETAP SEMARANGAN KABUPATEN TRENGGALEK PROPINSI JAWA TIMUR KHAIRUL RAHMAN HARKO DISAMPAIKAN OLEH :

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kecamatan Kretek

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2015)

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG

Transkripsi:

PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI DAERAH PERBATASAN : STUDI KASUS KABUPATEN BELU PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Ernawati* Email: Ernawati_effendi@yahoo.com ABSTRAK Sebagai salah satu daerah perbatasan di Indonesia, Kabupaten Belu berusaha untuk meningkatkan ketahanan pangan dengan menjadikan Kabupaten Belu sebagai salah satu alternatif lumbung pangan khususnya, dan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada umumnya. Untuk menunjang hal tersebut rencana pembangunan bendung di Dusun Oetfo Desa Naekasa Kecamatan Tasifeto barat diharapkan dapat mengoptimalkan daerah irigasi seluas 500 ha. Pola tanam yang dikembangkan padi palawija - palawija diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat yang mayoritas adalah petani. Kata Kunci : ketahanan pangan, bendung Oetfo, daerah irigasi ABSTRACT As one of the border areas in Indonesia, Belu regency is seeking to improve food security by making the Belu district an alternative barns in particular, and East Nusa Tenggara Province in general. To support this construction of the dam in the hamlet plan Oetfo Village West Tasifeto Naekasa District is expected to optimize the irrigation area of 500 ha. Rice cropping pattern developed- paddy - crops - crops are expected to improve the living standard of the majority of local people who are farmers. Keywords: food security, Oetfo weir, irrigation areas * Dosen Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Bandung 169

PENDAHULUAN Kabupaten Belu merupakan kabupaten di NTT yang berbatasan langsung dengan negara lain. Secara geografis Kabupaten Belu terletak pada koordinat antara 124 o - 126 o BT dan 9 o - 10 o LS dengan batas wilayah sebagai berikut : - utara : Selat Ombai - selatan : Laut Timor - timur : TimorLeste - barat : Kabupaten Timor Tengah Utara dan Timor Tengah Selatan Gambar 1. Peta Kabupaten Belu Kabupaten Belu beribu kota Atambua dengan luas wilayah 2.445,57km², terbagi dalam 24 kecamatan, 12 kelurahan, dan 196 desa. Tiga puluh desa dalam 8 kecamatan berada di daerah perbatasan. Sebagai kabupaten yang berada di daerah perbatasan, Kabupaten Belu berupaya untuk meningkatkan ketahanan nasional melalui upaya peningkatan pangan. Salah satu peningkatannya yaitu menjadikan Dusun Oetfo yang berada di Desa Naekasa, Kecamatan Tasifeto Barat sebagai salah satu alternatif lumbung pangan di Kabupaten Belu khususnya dan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada umumnya. Berdasarkan potensi lahan dan sumber air (Sungai Motabuik) di daerah Irigasi Oetfo dapat dikembangkan dengan mengoptimalkan perencanaan sistem jaringan irigasi untuk menjadi lahan persawahan yang lebih luas. Pertimbangannya adalah dalam 1 tahun dapat ditanami 3x dengan pola tanam yang direncanakan, yaitu padi-padi-palawija, atau padi-palawija-palawija. Akan tetapi, untuk penghematan air pola tanam ditekankan padipalawija-palawija. Hasil analisis kebutuhan air irigasi di daerah tersebut sebesar 2.084 lt/det/ha, ketersediaan air terendah 0.338 m 3 /detik dan tertinggi 1.784 m 3 /det. Hal itu mengakibatkan akan terjadi kekurangan air jika harus mengairi areal yang diinginkan seluas 500 Ha. Untuk menunjang upaya tersebut secara teknis diperlukan pembangunan bendung agar sawah dapat terairi dengan luas dan pola tanam yang diinginkan, mengingat pada saat musim kemarau kebutuhan air sering tidak terpenuhi baik untuk kebutuhan irigasi maupun untuk kebutuhan air baku. Hal in disebabkan Nusa Tenggara Timur termasuk daerah kering dengan curah hujan tahunan kurang dari 1000 mm. Berikut gambar Pola hujan tahunan di seluruh Indonesia. 170

Gambar 2. Pola Curah hujan Tahunan di Indonesia Adanya bendung di dusun Oetfo diharapkan dapat mengairi daerah irigasi seluas ± 415 ha sampai 500 ha yang berpotensi untuk dapat dikembangkan sebagai lahan pertanian. Spesifikasi ukuran bendung yang direncanakan adalah sebagai berikut: + 483,797 Z = 3,1 H1 = 2,50 + 481.297 hc = 2,08 + 0.67 1 1 1 R R = 5,90 D = 2a = t min = 5,3 + 475.4 a = 0,50 L min= 5,50 Sumber : Hasil analisis 2012 171

Keterangan : Elevasi bendung = 481,297 m Ketinggian mercu bendung = 1,397 m diambil 1,4 m lebar bendung = 24 meter Lebar pintu penguras = 2,592 m Tipe bendung = tipe mercu bulat (OGEE) lantai olak V lugter Tinggi bendung = 2,557 m. tinggi air di atas mercu = 2,50 m jari-jari mercu bendung R = 1,25 m Lebar busu rmercu I = 1,41 m Kolam olak V lugter debit satuan = 9,842 m 3 /dt Kedalaman kritis (h c ) = 2,08 m Tinggi energy hulu = 483,797 m Kecepatan pada kaki pelimpah = 8,96 m/dt Tebal aliran di kaki pelimpah = 1,01 m Jaringan irigasi yang direncanakan di bangun di antaranya : Petak tersier : 18 petak Saluran irigasi primer : 2 buah Saluran irigasi primer kiri : 3.780,15 m Saluran irigasi primer kanan : 640,66 m tersier (Saluran Muka 3) : 714,79 m Penamaan saluran tersebut berdasarkan nama sungai yang ada di daerah tersebut yaitu Sungai Motabuik. Foto Sungai Motabuik PERKIRAAN PENDAPATAN PETANI APABILA BENDUNG OETFO DILAKSANAKAN Untuk menjaga ketersediaan air, pola tanam yang dilakukan sebaiknya padi palawija-palawija. Dengan asumsi pola tersebut dan berdasarkan hasil perhitungan analisis pendapatan usaha tani tanaman padi dan palawija, apabila Bendung di Oetfo dibangun maka petani dusun Naekasa dapat panen 3 x dalam setahun dengan pola tanam padi-palawija-palawija. Selain itu, produktivitas padi meningkat dari 2 ton/ha menjadi 6 ton/ha karena pemakaian pupuk sesuai dengan dosis, yaitu urea: TSP: KCL = 172

100 : 50 : 50 dan biaya lain tetap sehingga pendapatan petani dengan sebelum dan sesudah ada bendung dapat dilihat pada tabel dibawah ini. TABEL 1. RERATA BIAYA PENDAPATAN USAHA TANI TANAMAN PADI SAWAH PER HA DI DESA NAEKASA SEBELUM ADA BENDUNG DAN JARINGAN IRIGASI PADA MUSIM TANAM TAHUN 2012 Uraian Satuan (Kg,botol,HKO) Harga (Rp/kg, lt) Nilai (Rp) Bibit 25 5.000 150.000 Urea 100 2.200 220.000 TSP 50 2.500 125.000 NPK 50 2.500 125.000 Pestisida 3 80.000 240.000 Traktor 1 hari 200.000/hari 200.000 BiayaPanen 5 hari/7 orang 20.000/hari 700.000 Tenaga Kerja 5 hari/7 orang 20.000/hari 700.000 Biaya Pengangkutan 1 hari 200.000 200.000 Total Biaya 2.660.000 Produksi 2.000 3.500 7.000.000 Penerimaan 7.000.000 Pendapatan 4.340.000 Efisiensi 2,62 % Sumber : Diolah dari Data Primer, 2012. Keterangan : untuk bibit hasil perhitungan dibulatkan. TABEL 2. RERATA BIAYA DAN PENDAPATAN USAHA TANI TANAMAN JAGUNG/HA DI DESA NAEKASA PADA MUSIM TANAM TAHUN 2012 Uraian Satuan (Kg,HKO) Harga (Rp/kg) Nilai (Rp) Bibit 50 3.000 150.000 Urea TSP KCL Pestisida Pembersihrumput 5 hari/5 orang 20.000/hari 500.000 Biayapanen Biayapengangkutan 1 hari 200.000/hari 200.000 Total Biaya 850.000 Produksi 2.600 3.000 7.800.000 Penerimaan 6.950.000 Pendapatan 6.950.000 Efisiensi 12,4 % Sumber: Diolah dari Data Primer, 2012. Berdasarkan hasil analisis di atas apabila luas lahan sawah 120 ha dan luas lahan ladang 76 173

ha pendapatan petani adalah : Padi = Rp. 4.340.000 X 120 = Rp. 20.800.000 Jagung = Rp. 6.950.000 X 76 = Rp. 528.200.000 Foto Daerah Irigasi Oetfo TABEL 3. ESTIMASI RERATA BIAYA, PENDAPATAN USAHA TANI TANAMAN PADI SAWAH PER HA SETELAH ADA BENDUNG JARINGAN IRIGASI Uraian Satuan(Kg,botol,HKO) Harga (Rp/kg, lt) Nilai (Rp.) Bibit 25 5.000 150.000 Urea 100 2.200 220.000 TSP 50 2.500 125.000 NPK 50 2.500 125.000 Pestisida 3 80.000 240.000 Traktor 1 hari 200.000/hari 200.000 BiayaPanen 5 hari/7 orang 20.000/hari 700.000 Tenaga Kerja 5 hari/7 orang 20.000/hari 700.000 Biaya Pengangkutan 1 hari 200.000 200.000 Total Biaya 7.980.000 Produksi 6.000 3.500 21.000.000 Penerimaan 21.000.000 Pendapatan 13.020.000 Efisiensi 2,62 % Sumber : Diolah dari Data Primer, 2012. Setelah ada bendung, jaringan irigasi dan kondisi air memungkinkan petani Naekasa panen 3 x setahun dengan pola tanam padi palawija-palawija, sehingga pendapatan petani dalam setahun adalah: 175

Padi Palawija I Palawija II = Rp. 13.020.000 x 1 = Rp. 13.020.000 = Rp. 6.950.000 x 1 = Rp. 6.950.000 = Rp. 6.950.000 x 1 = Rp. 6.950.000 Total Pendapatan = Rp. 26.920.000 Bila dikalikan dengan luas lahan yang akan terairi dengan pola tanam padi-palawijapalawija, total pendapatan petani di lokasi daerah irigasi Oetfo seluas 500 ha adalah : Padi Palawija I Palawija II = Rp. 13.020.000 x 350 = Rp. 4.557.000.000 = Rp. 6.950.000 x 100 = Rp. 695.000.000 = Rp. 6.950.000 x 50 = Rp. 347.500.000 Total Pendapatan = Rp. 5.599.500.000 Berdasarkan simulasi sebagaimana yang telah diuraikan di atas, akan lebih menguntungkan apabila menggunakan pola tanam padi-palawija-palawija. Argumen ini berlaku karena dianggap bahwa kondisi air yang tersedia tidak mencukupi untuk mengairi lahan petani dengan penerapan pola tanam padi-padi-palawija. Oleh karena itu, diterapkan pola tanam padi-palawija-palawija, tetapi keputusan dalam penanaman di Desa Naekasa merupakan hak petani yang disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat. TANGGAPAN MASYARAKAT TERHADAP RENCANA PEKERJAAN Setiap proses pembangunan selalu mempunyai dampak sosial maupun ekonomi pada masyarakat, untuk memperoleh tanggapan yang positif, maka sedini mungkin melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi langsung, sehingga sejak awal masyarakat dapat mengetahui keberadaannya, dan bersama-sama menikmati manfaatnya. Untuk mengetahui tanggapan masyarakat secara langsung terhadap rencana pembangunan bendung dilakukan wawancara terhadap petani yang mempunyai lahan di Desa Naekasa Dusun Oetfo. Sampel diambil terhadap 100 petani. Umur responden bervariasi antara 21 sampai 55 tahun. Responden termasuk kategori usia produktif, sehingga diharapkan masih mampu berusaha secara optimal dan dapat mengelola lahannya lebih luas lagi. Secara terperinci distribusi umur responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini. TABEL 4. DISTRIBUSI UMUR RESPONDEN Umur (Thn) % < 20-21-30 26,667 31-40 13,333 41-50 53,333 51-60 6,517 >60 - Total 100 Sumber : Diolah dari Data Primer, 2012 175

Mata pencaharian utama penduduk Desa Naekasa masih didominasi sebagai petani (67,34%) artinya sektor primer yaitu pertanian masih merupakan mata pencaharian utama penduduk di perdesaan. Oleh karena itu, tingkat pengangguran di perdesaan relatif rendah. Walaupun lebih dominan di sektor pertanian, kondisinya masih bersifat subsisten, masyarakat hanya menanam untuk memenuhi kebutuhan hidup setahun, itupun masih kurang karena memang ketersediaan air sangat terbatas. Berikut tabel mata pencaharian penduduk Desa Naekasa. TABEL 5. MATA PENCAHARIAN PENDUDUK DESA NAEKASA No. Mata Pencaharian Jiwa 1. Petani 973 2. Swasta/Pedagang (kios) 25 3. Guru/PNS 180 4. TNI 4 5. POLRI 8 6. Wiraswasta 25 7. Buruh 230 Total 1.445 Sumber : Desa Naekasa Dalam Angka,2011. Jumlah penduduk Desa Naekasa adalah 6575 jiwa yang terdiri dari 3680 jiwa laki-laki dan 2895 jiwa perempuan dengan jumlah KK sebanyak 1375 dan rata-rata jumlah anggota keluarga sebanyak 5 orang. TABEL 6. JUMLAH DAN TINGKAT KEPADATAN PENDUDUK DESA NAEKASA No. Uraian DesaNaekasa 1. JumlahPenduduk (jiwa) 6575 2. Jumlah KK 1375 3. LuasDesa (Km 2 ) 45.06 4. KepadatanPenduduk (jiwa/km 2 ) 120 Sumber : Kecamatan Tasifeto Barat Dalam Angka, 2011. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden di Desa Naekasa Dusun Oetfo, 100% responden mengatakan setuju dengan adanya rencana pembuatan bendung untuk irigasi. Hal itu karena yang menjadi kendala/hambatan petani saat ini adalah keterbatasan air terutama di musim kemarau. Bila pembangunan bendung irigasi jadi dilakukan dan petani mendapatkan cukup air, 100% responden siap untuk memanfaatkan lahan dengan 3 x tanam dalam setahun dengan pola tanam padi-palawija-palawija. Petani juga 100% siap untuk beralih dari lahan kering ke lahan basah. Yang menjadi persoalan sekarang adalah apabila cukup air, lahan yang tersedia cukup banyak, kepemilikan lahan berkisar 1 1,5 ha, para petani hanya mampu mengolah lahan maksimum seluas 1,5 ha/kk karena keterbatasan tenaga kerja dalam keluarga. Permasalahan ini dapat diatasi dengan sewa tenaga dari luar keluarga atau kerja sama dengan kelompok tani yang aktif dan efektif. Di Desa Naekasa sudah ada kelompok tani, untuk lebih optimal direkomendasikan untuk membentuk P3A yaitu Perkumpulan Petani 176

Pengguna Air. Simpulan Sebagai kabupaten yang berbatasan langsung dengan negara lain peningkatan kesejahteraan masyarakat sangat penting salah satunya dengan peningkatan ketahanan pangan. Peningkatan ketahanan pangan ini dioptimalkan dengan pembangunan bendung dan jaringan irigasi yang secara tidak langsung dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat khususnya dan Nusa Tenggara Timur umumnya. Badan Pertanahan Nasional Provinsi NTT http://soerya.surabaya.go.id Kecamatan Tasifeto Barat Dalam Angka, 2011. KPPN Atambua.com Laporan sosial Ekononomi Detail Desain D.I. Oetfo di Kabupaten BeluPT. Jasakons Putra Utama, 2012 Laporan akhir Detail Desain D.I. Oetfo di Kabupaten Belu Provinsi NTT dalam Angka Tahun 2008, BPS Prov. NTT. Wikipedia DAFTAR PUSTAKA 177