BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH MOD AL KERJA D AN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHAD AP PEND APATAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat perekonomian nasional mengalami stagnasi, usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. dan peningkatan ekspor non-migas. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa industri

2015 ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI KREATIF SUBSEKTOR KERAJINAN KERAMIK

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Muhammad Rizki, 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Risna Khoerun Nisaa, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup. penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada sebuah pembangunan dapat mendatangkan dampak berupa manfaat yang

BAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian ini adalah dengan cara mengembangkan industri kecil.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan UMKM di Kabupaten Cirebon Berdasarkan. Kelompok Usaha Industri Jasa Perdagangan

2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP PENDAPATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak era reformasi di Indonesia, berbagai pihak termasuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum keberadaan usaha kecil menengah (UKM) di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. seperti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Hal ini tentunya membuat jumlah

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. indikator perkembangan ekonominya. Perkembangan ekonomi yang telah

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan UMKM di Indonesia dari tahun telah. Tabel 1.1. Jumlah Unit UMKM dan Industri Besar

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui

BAB I PENDAHULUAN. parah bagi perekonomian nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri kecil di perdesaan dikenal sebagai tambahan sumber pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran, juga akan membantu tercapainya pertumbuhan ekonomi yang. Usaha Kecil Menengah (UKM) mempunyai keunggulan-keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang, termasuk didalamnya adalah pembangunan di bidang ekonomi. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. bagian penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal itu disebabkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun

2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA AIR MINUM ISI ULANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nia Nurlina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi fundamental ekonomi Indonesia tampak masih cukup kokoh

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan merupakan suatu kebutuhan individu dalam memenuhi. perekonomiannya, bermacam-macam pekerjaan telah menjadi pilihan setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap usaha di sektor informal dituntut memiliki daya adaptasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting

EVALUASI PERTUMBUHAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI SURAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

BAB I PENDAHULUAN. Industri kecil merupakan salah satu penggerak utama dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Analisis Pengaruh Usaha Mikro Kecil Menengah Terhadap Pendapatan Daerah Kota Bekasi. Nama : Risandra Rejina NPM : Kelas : 3 EB 15

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

BAB I PENDAHULUAN. lagi. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Hasan dalam Republika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peluang besar dalam rangka perluasan lapangan pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN an merupakan pukulan yang sangat berat bagi pembangunan Indonesia. ekonomi yang lebih besar justru tumbang oleh krisis.

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan industri.pengembangan Industri kecil merupakan salah satu jalur

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah telah menunjukkan bahwa usaha Mikro, Kecil, dan. Menengah (UMKM) di Indonesia tetap eksis dan berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan persaingan pada dunia bisnis di era globalisasi ini

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan nasional adalah

BAB I PENDAHULUAN. kota ataupun kabupaten untuk berlomba-lomba mengembangkan daerahnya di

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah UMKM dan Usaha Besar Tahun Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pergerakan perekonomian nasional. UMKM memiliki kontribusi dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkepanjangan, hampir semua perusahaan yang ada mengalami kemunduran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wenni Febriani Setiawati, 2015

PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, SEGMENTASI PASAR DAN MODAL USAHA TERHADAP LABA USAHA INDUSTRI KERAJINAN MEUBEL DI SAMBI BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja menjadi berkurang. Sektor UKM telah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri yang semakin pesat menyebabkan para

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti saat ini, usaha kecil dan menengah semakin

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan sektor yang mendapat perhatian dalam setiap

sehingga mempunyai ciri-ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap

KELOMPOK USAHA ROTI DI DESA PECALONGAN KECAMATAN SUKOSARI KABUPATEN BONDOWOSO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang melanda Negara-negara sekarang ini, banyak industri kecil yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. pengembangannya akan mempengaruhi perkembangan daerah. Dari segi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

DENI HAMDANI, 2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, PERSAINGAN, DAN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG

BAB I PENDAHULUAN. penulis untuk membahas topik tersebut didasari oleh beberapa pokok pikiran;

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional baik di bidang ekonomi maupun sosial, termasuk

PENGARUH BESARAN MODAL DAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP LABA USAHA PADA CELLULER PHONE

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian suatu negara, Usaha Mikro Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang besar dalam

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Ketahanan ekonomi merupakan syarat mutlak bagi kemakmuran sebuah

Perekonomian Indonesia telah mengalami transformasi yang. mengagumkan selama dekade yang lalu. Deregulasi yang dilakukan sejak

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2011

BAB I PENDAHULUAN. pula orang yang menganggur, maka semakin dirasakan pentingnya dunia wirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Menurut Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya senantiasa melakukan riset dan pengembangan agar selalu dapat. perusahaan baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, menaikan devisa negara serta mengangkat prestise nasional.

BAB I PENDAHULUAN. upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian. Koperasi merupakan badan hukum sekaligus badan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Kecil Menengah (UMKM). Adalah suatu kegiatan ekonomi yang berperan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memiliki kontribusi yang cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan dimasa krisis ekonomi merupakan bukti bahwa sektor UMKM ini merupakan bagian dari industri yang kuat. Keberhasilan pembangunan ditunjukan oleh nilai tambah, kesempatan kerja dan pemerataan kesempatan berusaha, sehingga industri makin efektif menjadi penggerak utama dalam pembangunan. Saat ini UMKM menjadi satu fenomena perekonomian tersendiri ketikan terjadi kenaikan harga pangan dan bahan bakar sehingga banyak usaha besar mengalami kesulitan dalam usahanya, UMKM mampu mempertahankan usahannya di tengah krisis ekonomi. Peranan UMKM juga sering di kaitkan dengan upaya-upaya pemerintah untuk mengurangi pengangguran, memerangi kemiskinan, dan pemerataan pendapatan. Oleh karena itu, kebijakan pengembangan UMKM di Indonesia sering dianggap sebagai kebijakan pencipta kesempatan kerja. Pada saat terjadinya krisis moneter yang melanda, dan disertai kondisi ekonomi yang kurang mendukung, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) tampil sebagai penolong perekonomian rakyat kecil. UKM mampu bertahan dalam menghadapi gejolak perekonomian. Hal ini terbukti pada saat krisis ekonomi melanda, dimana dalam kondisi tersebut banyak perusahaan yang gulung tikar karena tidak mamapu menghadapi tekanan krisis. Akibatnya terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang menyebabkan angka pengagguran semakin banyak. Dengan terjadinya PHK banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan sedangkan kebutuhan hidupnya semakin menghimpit. Dengan kondisi tersebut para pengusaha kecil menengah justru lebih mampu bertahan menghadapi badai krisis dibandingkan dengan usaha-usaha berskala besar.

2 No Skala Usaha Tabel 1.1 Jumlah Unit UMKM dan Industri Besar di Indonesia 2007-2011 Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah 1 Usaha Mikro 84.452.022 87.810.366 90.012.694 93.014.759 94.957.797 450.247.638 2 Usaha Kecil 3.278.793 3.519.843 3.521.073 3.627.164 3.919.992 17.866.865 3 Usaha Menengah 2.761.135 2.694.069 2.677.565 2.759.852 2.844.669 13.737.290 4 UMKM 90.491.950 94.024.278 96.211.332 99.401.775 101.722.458 481.851.793 5 Usaha Besar 2.535.411 2.756.205 2.674.671 2.839.711 2.891.224 13.697.222 Jumlah 93.027.361 96.780.483 98.886.003 102.241.486 104.613.682 495.549.015 Sumber : Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Dari tabel 1.1 di atas terlihat bahwa perkembangan UMKM dari tahun 2007 ke tahun 2011 mengalami peningkatkan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya unit usaha yang ada dibandingkan dengan usaha berskala besar. Pada tahun 2007 UMKM di Indonesia menunjukan jumlah 90.491.950 unit usaha. Kontribusi usaha mikro 84.452.022 usaha, usaha kecil 3.278.793 unit dan usaha menengah 2.761.135 unit. Jumlah ini jauh lebih besar jika dibandingkan jumlah unit usaha besar yang ada di Indonesia yaitu sebesar 2.535.411 unit usaha. Selanjutnya tahun 2008 jumlah UMKM terus meningkat menjadi 94.024.278 unit usaha yaitu usaha mikro sebesar 87.810.366 unit, usaha kecil 3.519.843 unit dan usaha menengah 2.694.069 unit. Pada tahun 2009 jumlah UMKM terus meningkat menjadi 96.211.332 unit usaha yaitu usaha mikro sebesar 90.012.694 unit, usaha kecil 3.521.073 unit dan usaha menengah 2.677.565 unit. Selanjutnya tahun 2010 dan 2011 jumlah UMKM terus meningkat menacapai 99.401.775 dan 101.722.458 unit usaha yaitu usaha mikro sebesar 93.014.759 dan 94.957.797 unit, usaha kecil 3.919.992 dan 3.919.992 unit dan usaha menengah 2.759.852 dan 2.844.669 unit. Dari jumlah tersebut maka usaha mikro memang layak disebut tulang punggung perekonomian Indonesia. Keberadaan usaha mikro kecil menengah (UMKM) selain untuk memperkuat struktur perekonomian, kegiatan ini juga dapat mengurangi jumlah pengangguran, memerangi kemiskinan, menciptakan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan daerah dan juga kesadaran masyarakat dalam

3 berwirausaha. Oleh sebab itu, tidak heran jika kebijakan penciptaan kesempatan kerja atau kebijakan anti kemiskinan (Tulus Tambunan, 2002:16). Perkembangan UMKM yang sangat pesat dapat membantu pembangunan ekonomi daerah. Pembangunan ekonomi ini ditunjang dengan pembangunan industri baik industry manufaktur, industri minyak dan gas, industri jasa transportasi, industri perdagangan, dan berbagai industri lain sesuai dengan potensi daerah masing-masing. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa industri kecil memiliki banyak kelemahan. Menurut Suryana (2006:121) kelemahan dalam industri kecil tersebut dapat dikategorikan kedalam dua aspek : 1. Aspek kelemahan sruktural, yaitu kelemahan strukturnya, misalnya kelemahan dalam bidang manajemen dan organisasi, kelemahan dalam pengndalian mutu, kelemahan dalam mengadopsi dan penguasaan teknologi, tenaga kerja masih lokal yang umumnya masih kurang atau tidak memiliki ketrampilan. 2. Kelemahan kultural mengakibatkan kurangnya akses informasi dan lemahnya berbagai persyaratan guna memperoleh akses permodalan, pemasaran dan bahan baku, seperti informasi mengenai peluang cara memasarkan produk. Kelemahan yang dimiliki industri kecil tersebut haruslah diantisipasi dengan solusi kongkrit tidak hanya oleh pelaku industri tersebut namun didukung juga dengan pemerintah serta masyarakatnya. Jika industri kecil terpuruk maka akan mengakibatkan tergangunya stabilitas perekonomian nasional. Walaupun pengaruhnya tidak sebesar industri menegah atau industri besar namun dikarenakan kegiatan dari industri kecil menyentuh langsung pada kegiatan ekonomi masyarakat maka sudah barang tentu akan berpengaruh langsung pada masyarakat terutama masyarakat bawah dan menengah. Masyarakat haruslah mencintai serta menghargai produk dalam negeri. Dimulai dengan semangat tersebut akan menjadi motivasi pada industri dalam negeri khusunya industri kecil supaya mampu bersaing dalam era globalisasi ini.

4 Pemerintah pun tidak kalah penting memiliki peranan dalam mengembangkan industri kecil. Pemerintah dengan program-programnya sudah semestinya melakukan bantuan baik moril (pembinaan, penyuluhan, kebijakan) maupun materil seperti JPS (Jaringan Pengaman Sosial), PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat), serta bantuan dana sektor rill lainnya supaya industri kecil dapat berkembang dengan baik. Melalui pengembangan industri kecil akan memberikan suatu peranan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh. Selain itu, industri kecil mampu memainkan peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Sumbangannya dalam berbagai sektor pembangunan nasional adalah wujud nyata yang tidak perlu disangsikan lagi, seperti banyaknya menyerap tenaga kerja, memperluas lapangan usaha dan kontribusinya terhadap penerimaan negara. Terlebih lagi operasional usaha industri kecil langsung menyentuh lapisan masyarakat, dan bisa pula dilakukan secara home industry ( industri rumahan) yang tidak terlalu memerlukan modal yang besar untuk memulainya. Pertumbuhan sektor industri kecil banyak dan tersebar luas diseluruh wilayah tanah air yang disesuaikan dengan potensi dan karakteristik masing-masing daerah. Potensi yang dimiliki industri kecil ini cukup besar untuk dapat lebih berkembang dan memiliki posisi di masyarakat. Oleh karena itu, industri kecil memiliki andil yang sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini mengingat potensi yang terkandung dari industri kecil yaitu : 1. Menciptakan lapangan kerja. 2. Memelihara dan membentuk modal sektor usaha. 3. Penyebaran kekuatan ekonomi, pertahanan dan keamanan. 4. Peningkatkan keterampilan dan kesadaran dan keamanan. 5. Penggunaan sumber daya alam bagi produksi. Potensi dan beberapa kelebihan dari karakteristik industri kecil tersebut merupakan suatu alasan bagi industri kecil untuk layak dikembangkan dan tidak seharunya berada dalam keterbatasan. Dengan alasan jenis-jenis industri kecil banyak sekali jenisnya, dan mengacu pada potensi daerah yang seharusnya diberdayakan maka pada penelitian ini akan membahas salah satu jenis dari contoh industri kecil di daerah yang berupa usaha home industry yang ada

5 disekitar, khususnya di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta, tumbuh usaha pembuatan simping yang merupakan khas Indonesia yang berasal dari Provinsi Jawa Barat yang potensi industrinya berada di. Simping merupakan salah satu jenis makanan ringan yang bahan utamanya terbuat dari campuran tepung terigu, tepung tapoika, garam, kelapa dan kencur yang dibuat berbentuk bulat tipis, dan kemudian dibakar. Simping merupakan komoditas industri yang merupakan salah satu produk unggulan usaha kecil dan menengah di. Simping sendiri masuk kedalam jajaran usaha mikro kecil menengah (UMKM) karena karakteristik usahanya yang padat modal dan padat karya. Hal tersebut bisa dilihat melalui tabel 1.2 yang memperlihatkan produk unggulan usaha mikro kecil menengah (UMKM) di : Tabel 1.2 Tabel Produk Unggulan UMKM Tahun 2010-2013 Nama Produk Jumlah Unit Usaha Tenaga Kerja Investasi (Rp. 000) Kapasitas Produksi Simping 71 208 Orang 111.000 5.328.00 Emping Melinjo 19 80 Orang 16.000 437.000 Tape Singkong 120 635 Orang 60.000 1.440 Topi 127 580 Orang 2.195.000 8.800.000 Kramik 126 1.102 Orang 946.000 16.260.000 Genteng Press 153 3.067 Orang 5.674.000 8.262.000 Wayang Golek 19 60 Orang 41.200 360.000 Batu Templek 12 84 Orang 500.000 105.000 Bata Merah 20 60 Orang 160.000 2.800.000 Batu Belah/Split 6 90 Orang 300.000 4.800.000 Aneka Kue Kering 89 445 Orang 480.000 1.668.750 Meubel 31 124 Orang 186.000 4.650.000 Batako 35 185 Orang 210.000 1.312.00 Percetakan 11 45 Orang 165.000 412.500 Jumlah 839 6.765 Orang 11.044.200 50.876.690 Sumber : Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan, Tahun 2010

6 Berdasarkan tabel 1.2, dapat kita lihat bahwa home industry simping ini termasuk salah satu industry unggulan di yang memiliki kapasitas produksinya mencapai 5.328.000. Kapasitas produksi pada industry simping di sendiri termasuk besar dibandingkan dengan kapasitas produksi pada produk unggulan UMKM lain yang ada di Kabupaten Purwakarta. Kapasitas produksi industry simping ini merupakan kapasitas produksi terbesar ke-4 diantara produk unggulan UMKM lain yang kapasitas produksi di yaitu terbesar setelah industry kramik, topi dan genteng press. Dengan besarnya kapasitas produksi tersebut, industry simping sebagai salah satu usaha home industry yang telah memberikan penghasilan yang cukup besar bagi para pengusahanya dan telah mampu menyerap tenaga kerja di wilayah Kecamatan Purwakarta dan Kecamatan Wanayasa. Pada tahun 2010, industry simping telah mampu menyerap sebanyak 208 orang pekerja yang merupakan penyerapan angka tenaga kerja terbesar ke-6 setelah genteng press, kramik, tape singkong, topi dan aneka kue kering di. Penyerapan tenaga kerja ini sedikit banyak telah menunjang kesejahteraan masyarakat sekitarnya. Salah satu indikator dari keberhasilan usaha adalah laba, apabila laba atau keuntungan perusahaan terus menerus menurun maka keberhasilan usaha tidak akan tercapai. Melalui data yang diperoleh dari industry simping yang di ambil dari 46 pengusaha di wilayah Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta pada bulan Maret - Agustus 2013 yang menggambarkan tingkat keberhasilan usaha pada industry simping di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta yang diukur dengan perolehan laba atau keuntungan mengalami penurunan. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel 1.3 di bawah ini :

7 Tabel 1.3 Rata-Rata Perkembangan Laba Home Industry Simping di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta (Periode Bulan Maret Desember 2013) Bulan Laba (Rp) Pertumbuhan (%) Maret 13.882.609 - April 11.505.435-17,12 Mei 11.128.261-3,278 Juni 10.376.304-6,757 July 10.403.478 0,262 Agustus 15.525.000 49,23 September 14.239.130-8,283 Oktober 12.988.043-8,786 November 13.472.826 3,733 Desember 16.310.870 21,06 Sumber : Pengusaha Simping Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Berdasarkan survey yang dilakukan penulis, pada umumnya para pengusaha simping menyatakan adanya fluktuasi pada laba/keuntungan yang mereka peroleh. Dari data tabel 1.3 terlihat bahwa dari bulan Maret sampai dengan bulan Desember 2013, laba para pengusaha simping mengalami naikturun (Fluktuasi). Pada bulan Maret 2013 diketahui jumlah laba sebesar Rp.13.882.609 sedangkan pada bulan April, Mei dan Juni menagalami penurunan yaitu menjadi Rp.11.505.435, Rp.11.128.261 dan Rp.10.376.304 sedangkan pada bulan July 2013 laba mengalami kenaika menjadi Rp.10.403.478 dan pada bulan Agustus 2013 laba mengalami kenaikan sebesar Rp.15.525.000 dan mengalami penurunan kembali pada bulan September dan Oktober 2013 menjadi Rp14.239.130 dan Rp. 12.988.043 sedangkan pada bulan November sampai Desember laba mengalami kenaikan kembali pda bulan November 2013 sebesar Rp. 13.472.826 dan bulan Desember 2013 sebesar Rp. 16.310.870. Menurut hasil wawancara dengan para pengusaha simping kaum di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta sehingga yang mempengaruhi naik-turunnya laba

8 pengusaha simping disebabkan oleh waktu-waktu tertentu, pada bulan Agustus dan Desember pengusaha simping mengalami kenaikan laba yang cukup tinggi karena banyaknya pemesanan simping untuk dibawa sebagai oleh-oleh pada saat Lebaran, Natal dan Tahun Baru. Sedangkan pada bulan-bulan lain pengusaha simping mengalami penurunan karena permintaan simping tidak sebanyak bulan Agustus dan Desember. Perolehan laba dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, faktor-faktor tersebut antara lain besarnya modal, kebiasaan berpikir kreatif termasuk kemampuan manajerial, strategi biaya rendah, diferensiasi produk, tingkat resiko yang harus dihadapi perusahaan dan inovasi yang dilakukan perusahaan. Dengan adanya perkembangan produk yang bervariatif akan membuat harapan terhadap minat konsumen. Ketertarikan konsumen terhadap produk yang bervariatif pengusaha dalam diferensiasi produknya menyebabkan industri ini lemah dalam variasi produk yang ditawarkannya. Selain itu modal menjadi faktor yang sangat cukup penting bagi wirausaha dalam mengembangkan usahanya. Banyak indutri kecil yang tidak maju karena terbetur oleh permasalahan modal, mereka hanya mengandalkan modal pribadi karena sulitnya mendapatkan pinjaman dari modal dari pihak luar. Bagi sebagian industri, terbatasnya modal kerja akan menghasilkan proses produksi yang tidak efisien karena membawa pengaruh terhadap daya saing sehingga harga produk yang ditawarkan menjadi lebih tinggi. Berdasarkan uraian diatas penulis memandang penting untuk mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Diferensiasi Produk dan Modal Kerja Terhadap Laba Home Industry Simping. (Survey pada Home Industry Simping di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta).

9 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang yang dikemukakan di atas, dalam penelitian ini penulis membatasi lingkup permasalahan yang akan diteliti, yaitu diferensiasi produk, modal kerja. Sehingga rumusan masalahnya sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh diferensiasi produk dan modal kerja terhadap laba pengusaha simping? 2. Bagaimana pengaruh diferensiasi produk terhadap laba pengusaha simping? 3. Bagaimana pengaruh modal kerja terhadap laba pengusaha simping? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini berdasarkan masalah yang telah dirumuskan adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh diferensiasi produk dan modal kerja terhadap laba pengusaha simping. 2. Untuk mengetahui pengaruh diferensiasi produk terhadap laba pengusaha simping. 3. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja terhadap laba pengusaha simping. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu ekonomi mikro terkait dengan laba pengusaha. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah agar penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan dan gambaran tentang pengaruh diferensiasi produk dan modal kerja terhadap laba home industry simping di Kabupaten Purwakarta Kecamatan Cipaisan Kaum Kidul, dan dengan adanya laba

10 pengusaha yang meningkatkan diharapkan akan memberikan keuntungan yang lebih terhadap pengusaha juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat melalui penyerapan tenaga kerjanya.