DAFTAR LARANGAN BAGI KONSULTAN DAN FASILITATOR



dokumen-dokumen yang mirip
PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

DAFTAR SINGKATAN. Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan

PTO PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN

PNPM MANDIRI PERDESAAN

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

KEBERLANJUTAN DAN PENATAAN KELEMBAGAAN PNPM MPd

PENJELASAN V PEMANGKU KEPENTINGAN DAN PELAKU PNPM MANDIRI PERDESAAN

(PNPM-MP) adalah bagian dari upaya Pemerintah

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 103 TAHUN 2008 TENTANG

BAB II PERATURAN PNPM MANDIRI PEDESAAN DAN PERATURAN KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH

Lampiran Surat Nomor : 134/DPPMD/VII/2015 Tanggal : 13 Juli 2015

PENJELASAN IX PENDANAAN DAN ADMINISTRASI KEGIATAN PNPM MANDIRI PERDESAAN

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A. 2010

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG HARI

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 15

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2016

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KABUPATEN PASURUAN

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERUBAHAN JUKNIS MUSRENBANG KOTA SURAKARTA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 01 TAHUN 2016

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA

WALIKOTA BANJAR. PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 2.a TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 5 Tahun : 2013

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2014

KELEMBAGAAN BKAD KECAMATAN KARANGSAMBUNG 1

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN ANGGARAN 2015

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 3 LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

PENJELASAN VII PEMANTAUAN, PENGAWASAN, EVALUASI, AUDIT, DAN PELAPORAN

Transkripsi:

DAFTAR LARANGAN BAGI KONSULTAN DAN FASILITATOR Untuk mendukung terlaksananya tugas dan tanggung jawab dalam melakukan Fasilitasi maka konsultan dan fasilitator dilarang: 1.1. Mengambil keputusan, melakukan negosiasi, dan melakukan kompromi yang menjadi hak masyarakat, serta melakukan tindakan apa pun yang merugikan masyarakat. 1.2. Menerima apa pun dari pihak mana pun dengan tujuan: 2.1.1. Memengaruhi proses seleksi desa dalam penetapan alokasi dana PNPM; 2.1.2. Memengaruhi pemilihan jenis kegiatan, lokasi, dan spesifikasi kegiatan PNPM dalam proses perencanaan; 2.1.3. Sebagai hadiah, kompensasi, komisi, tanda terima kasih, atau apa pun dalam kaitannya dengan profesi sebagai fasilitator. 1.3. Bertindak sebagai pemasok bahan dan alat, menunjuk salah satu pemasok, atau berfungsi sebagai perantara; 1.4. Bertindak sebagai juru bayar, menerima titipan uang, atau merekayasa pembayaran atau administrasi atas nama UPK, Tim Pengelola Kegiatan, atau kelompok masyarakat; 1.5. Membantu atau menyalahgunakan dana PNPM untuk kepentingan pribadi, keluarga, atau kelompok; 1.6. Meminjam dana PNPM dengan alasan apa pun, baik atas nama pribadi, keluarga, maupun kelompok; 1.7. Memalsukan arsip, tanda tangan, atau laporan yang merugikan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung; 1.8. Dengan sengaja mengurangi kualitas atau kuantitas pekerjaan dalam upaya mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok; 1.9. Dengan sengaja membiarkan, tidak melaporkan, atau menutupi proses penyimpangan yang terjadi, yang mengakibatkan kerugian bagi masyarakat dan program; 1.10. Menjadi pengurus partai politik dan calon legistatif yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang serta terlibat dalam tim sukses Pilkada dan Legistatif; 1.11. Pelanggaran terhadap salah satu poin di atas dapat berakibat pada Pemutusan Hubungan Kerja. 1 Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan

DAFTAR SINGKATAN 1. AD : Anggaran Dasar 2. ADD : Alokasi Dana Desa 3. AP : Administrasi Pusat 4. APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 5. APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 6. ART : Anggaran Rumah Tangga 7. BA : Berita Acara 8. BBM : Bahan Bakar Minyak 9. BASPK : Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan 10. Bappeda : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 11. Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 12. BKAD : Badan Kerja sama Antar Desa 13. BLM : Bantuan Langsung Masyarakat 14. BM : Buku Material 15. BOS : Bantuan Operasional Sekolah 16. BPD : Badan Permusyawaratan Desa 17. BPK : Badan Pemeriksa Keuangan 18. BPKP : Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan 19. BP-UPK : Badan Pengawas UPK 20. BP : Badan Pemeriksa 21. CSR : Corporate Social Responsibility 22. DAU : Daftar Alokasi Umum 23. DU-RKPDes : Daftar Usulan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa 24. DIPA : Daftar Isian Penggunaan Anggaran 25. DPA : Dokumen Pelaksanaan Anggaran 26. DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 27. FK : Fasilitator Kecamatan 28. FT : Fasilitator Teknik 29. Faskab : Fasilatator Kabupaten 30. Fastkab : Fasilitator Teknik Kabupaten 31. Faskeu : Fasilitator Keuangan 32. HOK : Hari Orang Kerja 33. Kades : Kepala Desa 34. KM-Nas : Konsultan Manajemen (tingkat) Nasional 35. KMW : Konsultan Manajemen (tingkat) Wilayah 36. KM-Prov : Koordinator Manajemen Provinsi 37. KPMD/K : Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan 38. KPPN : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara 39. KUA : Kebijakan Umum APBD 40. KUB : Kelompok Usaha Bersama 41. KSP : Kelompok Simpan Pinjam 42. LKM : Lembaga Keuangan Mikro 43. LKPj : Laporan Keterangan Pertanggungjawaban 44. LPPD : Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa 45. LP2K : Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan 46. LPD : Laporan Pengunaan Dana 47. LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat 48. MAD : Musyawarah Antar Desa 49. MDKP : Musyawarah Desa Khusus Perempuan 50. MKP : Musyawarah Dusun Khusus Kelompok Perempuan 51. Musdes : Musyawarah Desa 52. Musrenbang : Musyawarah Perencanaan Pembangunan 53. PAH : Penampungan Air Hujan Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan 2

54. PAP : (dana) Pembinaan dan Administrasi Proyek 55. PNPM MPd : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan 56. Perda : Peraturan Daerah 57. PerDes : Peraturan Desa 58. PIK : Paket Informasi Kecamatan 59. PjOK : Penanggung Jawab Operasional Kegiatan 60. PjOKab : Penanggung Jawab Operasional Kabupaten 61. PjOProv : Penanggung Jawab Operasional Provinsi 62. PKK : Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga 63. PL : Pendamping Lokal 64. PMD : Pemberdayaan Masyarakat Desa 65. Pokmas : Kelompok Masyarakat 66. PPAS : Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara 67. PPM : Penanganan Pengaduan dan Masalah 68. PUK : Paket Usulan Kegiatan 69. PTO : Petunjuk Teknis Operasional 70. RAB : Rencana Anggaran Biaya 71. RBM : Ruang Belajar Masyarakat 72. Renja : Rencana Kerja 73. Renstra : Rencana Strategis 74. RKA : Rencana Kerja Anggaran 75. RKB : Rencana Kegiatan dan Biaya 76. RKP : Rencana Kerja Pemerintah 77. RKPD : Rencana Kerja Pemerintah Daerah 78. RKPDes : Rencana Kerja Pembangunan Desa 79. RKTL : Rencana Kerja Tindak Lanjut 80. RPD : Rencana Penggunaan Dana 81. RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah 82. RPJMDes : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa 83. RTRWK/K : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota 84. RT : Rukun Tetangga 85. RW : Rukun Warga 86. SDM : Sumber Daya Manusia 87. SE : Surat Edaran 88. SEB : Surat Edaran Bersama 89. SetDa : Sekretariat Daerah 90. Semiloka : Seminar dan Lokakarya 91. SKMP : Surat Kesanggupan Menyelesaikan Pekerjaan 92. SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah 93. SPP : Simpan Pinjam Perempuan 94. SPP-SPPN : Sistem Pembangunan Partisipatif Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional 95. SP2 : Surat Perjanjian Pendanaan 96. SP3K : Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan 97. SPC : Surat Penetapan Camat 98. SPM : Surat Perintah Membayar 99. SPPB : Surat Perjanjian Pemberian Bantuan 100. SPP-LS : Surat Permintaan Pembayaran Langsung 101. TA : Tahun Anggaran 102. TKPKD : Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah 103. TK-PNPM MPd : Tim Koordinasi-PNPM MPd 104. TOT : Training Of Trainer 105. TBM : Tempat Belajar Masyarakat 106. TPK : Tim Pengelola Kegiatan Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan 3

107. TPM : Tenaga Pelatih Masyarakat 108. TP3 : Tim Pengelola dan Pemelihara Prasarana 109. TPU : Tim Penulis Usulan 110. TV : Tim Verifikasi 111. UEP : Usaha Ekonomi Produktif 112. UPK : Unit Pengelola Kegiatan 113. UPT : Unit Pelaksana Teknis Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan 4

BAB I KEBIJAKAN POKOK 1.1. Latar Belakang Indonesia menghadapi permasalahan kemiskinan, pengangguran, dan ketergantungan. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat melalui tiga pendekatan, yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antarwilayah. Persoalan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Strategi untuk penanggulangan dan penyelesaiannya harus menggunakan pendekatan multi disiplin yang berdimensi pemberdayaan. Pemberdayaan yang tepat harus memadukan aspek-aspek penyadaran, peningkatan kapasitas, pendayagunaan, dan penempatan masyarakat sebagai subjek pembangunan. Mulai tahun 2007, Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal. PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Pendekatan PNPM Mandiri Perdesaan merupakan pengembangan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan PPK antara lain berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat. Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisasi diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan. Misi PNPM Mandiri Perdesaan adalah: (1) peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya; (2) pelembagaan dan pengintegrasian pembangunan partisipatif; (3) pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal; (4) peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana sosial dasar serta ekonomi masyarakat; (5) pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan. Dalam rangka mencapai visi dan misi PNPM Mandiri Perdesaan, strategi yang dikembangkan PNPM Mandiri Perdesaan adalah menjadikan masyarakat miskin sebagai kelompok sasaran, menguatkan sistem dan pengintegrasian pembangunan partisipatif, serta mengembangkan kelembagaan kerja sama antar desa. Berdasarkan visi, misi, dan strategi yang dikembangkan, PNPM Mandiri Perdesaan lebih menekankan pentingnya pemberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih. Melalui PNPM Mandiri Perdesaan, masyarakat diharapkan dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan, yaitu tercapainya kemandirian dan keberlanjutan setelah tahapan pembelajaran dilakukan melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK). 1.2. Tujuan Tujuan Umum PNPM Mandiri Perdesaan adalah meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan yang berkelanjutan. Tujuan khususnya meliputi: 1.2.1. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan atau kelompok perempuan serta masyarakat adat dalam pengambilan Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan 5

keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pelestarian pembangunan; 1.2.2. Menyatupadukan sistem pembangunan partisipatif model PNPM MPd dan program sejenis ke dalam sistem pembangunan reguler; 1.2.3. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan sumber daya manusia dan sumber daya alam lokal dengan mempertimbangkan kelestariannya; 1.2.4. Mengembangkan kapasitas kelembagaan masyarakat, pemerintahan khususnya pemerintahan desa, dalam fasilitasi pengelolaan pembangunan partisipatif yang berwawasan lingkungan; 1.2.5. Menyediakan sarana dan prasarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan oleh masyarakat; 1.2.6. Melembagakan pengelolaan dana bergulir; 1.2.7. Mendorong terbentuk dan berkembangnya kerjasama antardesa; 1.2.8. Mengembangkan kerja sama antarpemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan dan perbaikan lingkungan hidup. 1.3. Keluaran Program 1.3.1. Terjadinya peningkatan keterlibatan Rumah Tangga Miskin (RTM) dan kelompok perempuan serta kelompok masyarakat adat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan/pengawasan, sampai dengan pelestarian. 1.3.2. Adanya keterpaduan sistem pembangunan partisipatif model PNPM MPd dan program sejenis ke dalam sistem pembangunan reguler. 1.3.3. Terlembaganya sistem pembangunan partisipatif di desa dan antardesa. 1.3.4. Terjadinya peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat, kelembagaan pemerintahan lokal, khususnya pemerintahan desa, dalam fasilitasi pembangunan partisipatif yang berwawasan lingkungan. 1.3.5. Berfungsi dan bermanfaatnya hasil kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan bagi masyarakat. 1.3.6. Terlembaganya pengelolaan dana bergulir dalam peningkatan pelayanan sosial dasar dan ketersediaan akses ekonomi terhadap RTM. 1.3.7. Terbentuk dan berkembangnya kerja sama antardesa dalam pengelolaan pembangunan. 1.3.8. Terjadinya peningkatan peran serta dan kerja sama para pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan di perdesaan. 1.4. Prinsip Dasar PNPM Mandiri Perdesaan Pedoman Umum, PNPM Mandiri Perdesaan mempunyai prinsip atau nilai-nilai dasar yang selalu menjadi landasan atau acuan dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan yang akan diambil dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan. Nilai-nilai dasar tersebut diyakini mampu mendorong terwujudnya tujuan PNPM Mandiri Perdesaan. Prinsip-prinsip itu meliputi: 1.4.1. Bertumpu pada pembangunan manusia. Pengertian prinsip bertumpu pada pembangunan manusia adalah masyarakat hendaknya lebih memilih kegiatan yang berdampak langsung terhadap upaya pembangunan manusia daripada pembangunan fisik semata. Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan 6

1.4.2. Otonomi. Pengertian prinsip otonomi adalah masyarakat memiliki hak dan kewenangan mengatur diri secara mandiri dan bertanggung jawab, tanpa intervensi negatif dari luar. 1.4.3. Desentralisasi. Pengertian prinsip desentralisasi adalah memberikan ruang yang lebih luas kepada masyarakat untuk mengelola kegiatan penyelarasan pembangunan sektoral dan antardesa yang bersumber dari pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kapasitas masyarakat. 1.4.4. Berorientasi pada masyarakat miskin. Pengertian prinsip berorientasi pada masyarakat miskin adalah segala keputusan yang diambil berpihak kepada masyarakat miskin. 1.4.5. Partisipasi. Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materiil. 1.4.6. Kesetaraan dan keadilan gender. Pengertian prinsip kesetaraan dan keadilan gender adalah masyarakat, baik laki-laki dan perempuan, mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahapan program dan dalam menikmati manfaat kegiatan pembangunan. Kesetaraan juga dalam pengertian kesejajaran kedudukan pada saat situasi konflik. 1.4.7. Demokratis. Pengertian prinsip demokratis adalah masyarakat mengambil keputusan pembangunan secara musyarawah untuk mufakat. 1.4.8. Transparansi dan Akuntabel. Pengertian prinsip transparansi dan akuntabel adalah masyarakat memiliki akses terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan, baik secara moral, teknis, legal, maupun administratif. 1.4.9. Prioritas. Pengertian prinsip prioritas adalah masyarakat memilih kegiatan yang diutamakan dengan mempertimbangkan kemendesakan dan kemanfaatan untuk pengentasan kemiskinan serta upaya perbaikan lingkungan. 1.4.10. Keterpaduan, keselarasan, dan kesatupaduan kebijakan. Pengertian prinsip ini menekankan bahwa arah kebijakan dan atau tindakan dari berbagai aspek kegiatan program lebih menekankan sistem penyelarasan perencanaan politik, teknokratis dengan tetap mengacu pada perencanaan partisipatif yang diintegrasikan kedalam sistem reguler. 1.4.11. Keberlanjutan. Pengertian prinsip keberlanjutan adalah bahwa dalam setiap pengambilan keputusan atau tindakan pembangunan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pemeliharaan kegiatan harus telah mempertimbangkan sistem pelestariannya. 1.5. SASARAN PNPM MANDIRI PERDESAAN 1.5.1. Lokasi Sasaran Lokasi sasaran PNPM Mandiri Perdesaan meliputi seluruh kecamatan perdesaan di Indonesia yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dan tidak termasuk kecamatan-kecamatan kategori kecamatan bermasalah dalam PPK/PNPM Mandiri Perdesaan. 1.5.2. Kelompok Sasaran a. Masyarakat miskin dan masyarakat adat di perdesaan, b. Kelembagaan masyarakat di perdesaan, c. Kelembagaan pemerintahan lokal. Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan 7

1.6. Pendanaan PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah. Artinya, program ini direncanakan, dilaksanakan, dan didanai bersama-sama berdasarkan persetujuan dan kemampuan yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat dan Daerah. 1.6.1. Sumber dan Ketentuan Alokasi Dana BLM PNPM Mandiri Perdesaan Sumber dana berasal dari: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) c. Swadaya masyarakat d. Partisipasi dunia usaha/swasta/corporate Social Responsibility (CSR) dan, e. Sumber lain yang tidak mengikat. 1.6.2. Kriteria Alokasi Alokasi dana BLM per kecamatan ditetapkan oleh Pemerintah yang diatur dengan ketentuan tersendiri. 1.6.3. Mekanisme Pencairan Dana Pencairan dana diatur sebagai berikut. a. Pencairan dana BLM yang bersumber dari APBN mengacu pada petunjuk teknis pencairan dana dan peraturan lain yang diterbitkan oleh Pemerintah. b. Pencairan dana yang berasal dari Pemerintah Daerah, dilakukan melalui mekanisme APBD sesuai aturan yang berlaku di daerah dan peraturan lain yang ditetapkan oleh Pemerintah. c. Pencairan BLM yang bersumber diluar APBN dan APBD dapat dilakukan dengan melakukan kerja sama dengan BKAD dengan melibatkan UPK dan TPK. d. Besaran dana BLM dari APBD yang dicairkan ke masyarakat harus utuh tidak termasuk pajak, retribusi, atau biaya lainnya. 1.6.4. Mekanisme Penyaluran Dana Penyaluran dana adalah proses penyaluran dari rekening kolektif BLM yang dikelola Unit Pengelola Kegiatan (UPK) kepada Tim Pengelola Kegiatan (TPK) di desa. Mekanisme penyaluran dana sebagai berikut. a. Pembuatan Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB) antara UPK dengan TPK dengan diketahui oleh Camat dan Kepala Desa/Lurah. b. TPK menyiapkan Rencana Penggunaan Dana (RPD) sesuai kebutuhan yang dilampiri dengan dokumen-dokumen perencanaan kegiatan (gambar desain, RAB, dan lampirannya). c. Penyaluran berikutnya perlu dilengkapi dengan Laporan Penggunaan Dana (LPD) sebelumnya dan dilengkapi dengan bukti-bukti yang sah. d. Jika dana telah dipergunakan semuanya maka TPK wajib memberikan laporan penggunaan dana sebagai bagian dari laporan akhir. Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan 8

Alur Penyaluran Dana PNPM dari Rekening Kolektif ke Desa Proses penyelesaian tahap terkahir UPK SPPB+ RPD+LPD + KW 2 + SKMP tahap akhir 1,2,dst. Tahap pencairan Uang masuk ke Kas TPK Penyiapan masih habis Catatan kegiatan yang harus dibayar Saldo Kas Pembayaran Bukti-bukti Pembukuan 1.6.5. Dana Operasional UPK dan Operasional TKP Dana operasional UPK maksimal sebesar dua persen (2%) dari dana bantuan PNPM Mandiri Perdesaan yang dialokasikan di kecamatan tersebut. Dana operasional TPK/desa maksimal sebesar tiga persen (3%) dari dana PNPM Mandiri Perdesaan yang dialokasikan sesuai hasil Musyawarah Antar Desa Penetapan Kegiatan menurut Surat Penetapan Camat (SPC) untuk desa yang bersangkutan. 1.7. Ketentuan Dasar PNPM Mandiri Perdesaan Ketentuan dasar PNPM Mandiri Perdesaan merupakan ketentuan-ketentuan pokok yang digunakan sebagai acuan bagi masyarakat dan pelaku lainnya dalam melaksanakan kegiatan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemeliharaan, sampai dengan pelestarian. Ketentuan dasar PNPM Mandiri Perdesaan dimaksudkan untuk mencapai tujuan secara lebih terarah. Ketentuan dasar tersebut meliputi : 1.7.1. Desa Berpartisipasi Seluruh desa/kelurahan atau nama lain di kecamatan penerima PNPM Mandiri Perdesaan berhak berpartisipasi dalam seluruh tahapan program. Untuk dapat berpartisipasi dalam PNPM Mandiri Perdesaan, dituntut adanya kesiapan dari masyarakat dan desa dalam menyelenggarakan pertemuan-pertemuan musyawarah secara swadaya dan menyediakan kader-kader desa yang bertugas secara sukarela serta adanya kesanggupan untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan dalam PNPM Mandiri Perdesaan. Untuk mengoptimalkan pengelolaan program, kecamatan dengan jumlah desa lebih dari 20 disarankan untuk menggabungkan desa-desa tersebut menjadi sekurang-kurangnya 10 satuan desa cluster. Penggabungan tersebut didasarkan atas kesepakatan desa-desa dengan mempertimbangkan Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan 9

kedekatan wilayah. Proses pembentukan desa cluster dilakukan dalam MAD Sosialisasi. 1.7.2. Kriteria dan Jenis Kegiatan a. Kegiatan yang akan dibiayai melalui dana BLM dan dana bergulir diutamakan untuk kegiatan yang memenuhi kriteria: 1) Lebih bermanfaat bagi masyarakat miskin atau rumah tangga miskin; 2) Memenuhi kebutuhan antardesa dan/atau antarkecamatan; 3) Berdampak langsung dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin; 4) Berdampak langsung terhadap perkembangan ekonomi perdesaan; 5) Dapat dikerjakan oleh masyarakat; 6) Didukung oleh sumber daya yang ada; 7) Memiliki potensi berkembang dan berkelanjutan; 8) Mendukung kualitas lingkungan hidup dengan tidak merusak lingkungan hidup. b. Jenis-jenis kegiatan yang dibiayai melalui BLM PNPM Mandiri Perdesaan adalah sebagai berikut. 1) Kegiatan pembangunan atau perbaikan sarana dan prasarana dasar yang dapat memberikan manfaat jangka pendek maupun jangka panjang secara ekonomi bagi masyarakat miskin, rumah tangga miskin di dalam desa, antardesa/kelurahan, atau sebutan lainnya. 2) Kegiatan peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan, termasuk kegiatan pelatihan pengembangan keterampilan masyarakat (pendidikan nonformal). 3) Kegiatan peningkatan kapasitas/keterampilan kelompok usaha ekonomi, terutama bagi kelompok usaha yang berkaitan dengan produksi berbasis sumber daya lokal (tidak termasuk penambahan modal). 4) Penambahan permodalan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP). 5) Kegiatan Usulan Pengganti bagi lokasi kecamatan yang tidak memenuhi kriteria bisa mengajukan dana SPP. Dana tersebut mencakup pembiayaan, penyediaan sarana atau prasarana usaha, dan modal kerja yang dilakukan oleh kelompok usaha yang dikelola oleh perempuan. 6) Kegiatan pembangunan atau perbaikan sarana dan prasarana yang berhubungan dengan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana. Ketentuan yang terkait dengan kegiatan ini dijelaskan lebih lanjut dalam PTO Penjelasan XIII. c. Jenis-jenis kegiatan yang dibiayai melalui dana bergulir adalah: 1) Pendanaan permodalan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP) dapat didanai dari alokasi SPP dan UEP yang telah diputuskan melalui MAD. 2) Pendanaan kegiatan permodalan bagi Usaha Ekonomi Produktif (UEP) hanya dapat didanai dari alokasi UEP yang sudah ada. Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan 10

1.7.3. Mekanisme usulan kegiatan Setiap desa dapat mengajukan 3 (tiga) usulan yang dapat didanai dengan BLM PNPM Mandiri Perdesaan. Setiap usulan harus merupakan 1 (satu) jenis kegiatan/satu paket kegiatan yang saling berkaitan langsung. Tiga usulan yang dimaksud adalah: a. Usulan kegiatan sarana dan prasarana dasar atau kegiatan peningkatan kualitas hidup masyarakat (kesehatan atau pendidikan) atau peningkatan kapasitas/keterampilan kelompok usaha ekonomi yang ditetapkan oleh Musyawarah Desa Khusus Perempuan. b. Usulan kegiatan Simpan Pinjam bagi Kelompok Perempuan (SPP) yang ditetapkan oleh Musyawarah Desa Khusus Perempuan. Alokasi dana kegiatan SPP ini maksimal sebesar 25% dari BLM kecamatan. Tidak ada batasan alokasi maksimal per desa, tetapi harus mempertimbangkan hasil verifikasi kelayakan kelompok atau usulan penggati SPP bagi kecamatan yang terkena sangsi pendanaan. c. Usulan kegiatan sarana dan prasarana dasar, kegiatan peningkatan kualitas hidup masyarakat (kesehatan atau pendidikan), dan peningkatan kapasitas/keterampilan kelompok usaha ekonomi yang ditetapkan oleh Musyawarah Desa Perencanaan. Kegiatan sarana dan prasarana yang diutamakan adalah kegiatan yang secara langsung dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan membuka lapangan kerja baru. Usulan yang dimaksud dalam butir a,b, dan c di atas merupakan kegiatan yang wajib ditetapkan berdasarkan hasil Musrenbangdes sesuai Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes). Kecamatan yang memiliki jumlah desa sedikit dengan jumlah alokasi BLM maksimal, memiliki kemungkinan setiap desanya bisa mengajukan lebih dari 3 usulan. Jika usulan non-spp dari musyawarah khusus perempuan sama dengan usulan musyawarah desa campuran maka kaum perempuan dapat mengajukan usulan pengganti sehingga usulan kegiatan dari musyawarah desa perencanaan tetap berjumlah tiga usulan. Nilai maksimal satu usulan kegiatan yang dapat didanai BLM PNPM Mandiri Perdesaan diatur sebagai berikut: a. Jawa & Bali Rp350 juta, dan usulan antardesa maksimal Rp500 juta. b. Luar Jawa & Bali Rp500 juta. Khusus untuk kegiatan antardesa di luar Jawa dan Bali tidak dilakukan pembatasan maksimal. Akan tetapi, usulan antardesa harus mengacu kepada kesepakatan kerja sama desa untuk mewujudkan pembangunan desa dan antardesa. Usulan yang diajukan tersebut harus sudah masuk dalam RKPDes dan RPJMDes yang melakukan kerja sama dengan kriteria jenis kegiatan yang tetap mengacu kepada ketentuan kelayakan usulan. Jika nilai usulan antardesa melebihi 1,5 miliar rupiah maka sebelum diputuskan, usulan tersebut harus mendapat persetujuan tertulis dari Satker Kabupaten dan Tim Faskab. Usulan kegiatan pendidikan atau kesehatan harus mempertimbangkan rencana induk dari instansi pendidikan atau kesehatan di kabupaten, dan memberitahukan secara tertulis kepada instansi terkait sebagai informasi agar tidak terjadi overlapping (tumpang tindih) perencanaan dan pendanaan. Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan 11

1.7.4. Swadaya Masyarakat Swadaya adalah kemauan dan kemampuan masyarakat yang disumbangkan sebagai bagian dari rasa ikut memiliki terhadap program. Swadaya masyarakat merupakan salah satu wujud partisipasi dalam pelaksanaan tahapan PNPM Mandiri Perdesaan. Swadaya bisa diwujudkan dengan menyumbangkan tenaga, dana, maupun material pada saat pelaksanaan kegiatan. Dasar swadaya adalah kerelaan masyarakat sehingga harus dipastikan bebas dari tekanan atau keterpaksaan. 1.7.5. Kesetaraan dan Keadilan Gender Pengertian pencapaian kesetaraan dan keadilan gender sebagai salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan pemihakan kepada perempuan. Pemihakan tersebut memberi makna berupa upaya pemberian kesempatan bagi perempuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, ekonomi, dan politik serta mengakses dan memiliki kendali atas aset produktif. Salah satu wujud keberpihakan kepada perempuan adalah PNPM Mandiri Perdesaan mengharuskan adanya keterlibatan perempuan sebagai pengambil keputusan dan pelaku dalam semua tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian. Kepentingan perempuan harus terwakili secara memadai dengan mendorong masyarakat menciptakan ruang di mana perempuan bisa terlibat secara aktif. 1.7.6. Jenis Kegiatan yang Dilarang (Negative List) Jenis kegiatan yang tidak boleh didanai oleh PNPM Mandiri Perdesaan adalah sebagai berikut. a. Pembiayaan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan militer atau angkatan bersenjata, pembiayaan kegiatan politik praktis/partai politik; b. Pembangunan/rehabilitasi bangunan kantor pemerintah dan tempat ibadah; c. Pembelian chainsaw, senjata, bahan peledak, asbes, dan bahan-bahan lain yang merusak lingkungan (pestisida, herbisida, obat-obat terlarang, dan lain-lain); d. Pembelian kapal ikan yang berbobot di atas 10 ton dan perlengkapannya; e. Pembiayaan gaji pegawai negeri; f. Pembiayaan kegiatan yang mempekerjakan anak-anak di bawah usia kerja; g. Kegiatan yang berkaitan dengan produksi, penyimpanan, atau penjualan barang-barang yang mengandung tembakau; h. Kegiatan pengolahan tambang atau pengambilan dan penggunaan terumbu karang; i. Kegiatan yang berhubungan pengelolaan sumber daya air dari sungai yang mengalir dari atau menuju negara lain; j. Kegiatan yang berkaitan dengan pemindahan jalur sungai; k. Kegiatan yang berkaitan dengan reklamasi daratan yang luasnya lebih dari 50 Hektar (Ha); l. Pembangunan jaringan irigasi baru yang luasnya lebih dari 50 Ha; m. Kegiatan pembangunan bendungan atau penampungan air dengan kapasitas besar, lebih dari 10.000 meter kubik; n. Kegiatan konstruksi dan pemanfaatan lahan di wilayah kawasan konservasi dan hutan lindung tanpa izin tertulis dari instansi pemangku kawasan/pihak yang berwenang, kecuali untuk desa-desa yang sudah masuk dalam kawasan konservasi (enclave); o. Kegiatan yang mengarah kepada perdagangan tumbuhan dan satwa yang dilindungi. Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan 12

1.7.7. Pengamanan Sosial dan Lingkungan Hidup (Safeguards) Kebijakan safeguards atau pengamanan sosial dan lingkungan hidup merupakan upaya dari kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan dalam melakukan pencegahan, pengelolaan, dan penanganan risiko terjadinya potensi dampak yang mungkin terjadi sebagai akibat adanya kegiatan yang didanai. Kebijakan pengamanan tidak hanya untuk menghindari dampak sosial dan lingkungan hidup yang merugikan sebagai akibat adanya suatu kegiatan yang didanai oleh program, tetapi juga meminimalkan risiko dampak negatif tersebut. Jika dampak-dampak negatif tidak dapat dihindarkan, program harus merencanakan dan melaksanakan langkah-langkah penanggulangan perbaikan serta kompensasi jika diperlukan. Kebijakan pengamanan sosial dan lingkungan hidup sepenuhnya dijelaskan dalam PTO Penjelasan XIV. 1.7.8. Sanksi Sanksi adalah salah satu bentuk pemberlakuan kondisi karena adanya pelanggaran atas peraturan dan tata cara yang telah ditetapkan di dalam PNPM Mandiri Perdesaan. Sanksi bertujuan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab berbagai pihak terkait dalam pengelolaan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan. Sanksi dapat berupa: a. Sanksi masyarakat, yaitu sanksi yang ditetapkan melalui kesepakatan dalam musyawarah masyarakat. Semua kesepakatan sanksi dituangkan secara tertulis dan dicantumkan dalam berita acara pertemuan, b. Sanksi hukum, yaitu sanksi yang diberikan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, c. Sanksi program adalah pemberhentian bantuan jika kecamatan atau desa yang bersangkutan tidak dapat mengelola PNPM Mandiri Perdesaan dengan baik, seperti menyalahi prinsip-prinsip, menyalahgunakan dana atau wewenang, melakukan penyimpangan prosedur, hasil kegiatan tidak terpelihara, atau hasil kegiatan tidak dapat dimanfaatkan. Kecamatan tersebut akan dianggap sebagai kecamatan bermasalah sehingga dapat dilakukan penundaan pencairan dana yang sedang berlangsung, serta tidak dialokasikan untuk tahun berikutnya. 1.7.9. Peningkatan Kapasitas Masyarakat, Lembaga, dan Pemerintahan Lokal Dalam rangka peningkatan kapasitas masyarakat, lembaga, dan pemerintahan lokal menuju kemandirian maka: a. Di setiap desa, dipilih, ditetapkan, dan dikembangkan: Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan (KPMD/K dengan kualifikasi teknik, pemberdayaan, dan ekonomi), Tim Penulis Usulan (TPU), Tim Pengelola Kegiatan (TPK), Tim 11 yang membantu pemerintah desa dalam penyusunan/pengkajian ulang rancangan RPJMDes dan RKPDes, Tim Pemandu dan Tim Delegasi/Utusan Musrenbang, Tim Pemantau, baik untuk memantau program yang sedang dilaksanakan maupun memantau pelestarian dan dana bergulir, serta Tim Pemelihara. Diperlukan kepastian keterlibatan perempuan dalam tim-tim yang ada. b. Di kecamatan, dibentuk dan dikembangkan: Badan Kerja Sama Antar Desa (BKAD), Badan Pengawas UPK (BP UPK), Tim Verifikasi, UPK, Tim Penyehatan Pinjaman, Pendamping Lokal (PL), Tim Pemandu dan Tim Delegasi/Utusan Musrenbang, serta Tenaga Pelatih Masyarakat (TPM). Keterlibatan perempuan dalam tim-tim ini perlu didorong dan dipastikan. Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan 13

c. Di kabupaten, dibentuk dan dikembangkan kemandirian Ruang Belajar Masyarakat (RBM). RBM perlu dikembangkan sebagai tempat belajar warga masyarakat yang murah dan dikembangkan dalam wadah Tempat Belajar Masyarakat (TBM). Karena itu, RBM menjadi suatu kultur atau perilaku belajar yang terorganisir, terstruktur, dan sistematis melalui kegiatan belajar bersama. Selain itu, RBM juga bertujuan untuk meningkatkan/mengembangkan kapasitas pelaku dan masyarakat (pelaku PNPM Mandiri Perdesaan), Fasilitator Kabupaten-Kecamatan, aparat pemerintahan di kabupaten/kota yang terlibat dalam PNPM Mandiri Perdesaan. Pada awalnya, organisasi kerja yang dibangun adalah lembaga-lembaga di desa dan antardesa yang dibentuk untuk kebutuhan fungsional program. Dalam PNPM Mandiri Perdesaan, organisasi kerja tersebut diharapkan mampu mengelola secara mandiri hasil-hasil program, baik yang telah dikerjakan melalui PPK maupun yang dikerjakan melalui PNPM Mandiri Perdesaan. Untuk melakukan kemandirian dan keberlangsungan kelembagaan, perlu dilakukan kebijakan penataan kelembagaan. Kebijakan penataan menyesuaikan perkembangan yang terjadi di lapangan dan dukungan kebijakan serta peraturan perundangan yang ada. Penataan sebagaimana di atas memadukan aspek statuta dan payung hukum. Statuta menuntaskan status hak milik, keterwakilan dalam delegasi, serta lingkup kewenangan untuk merepresentasikan kepentingan masyarakat. Pokok-pokok kebijakan penataan organisasi kerja/kelembagaan masyarakat desa dan antardesa dalam kaitan PNPM Mandiri Perdesaan adalah sebagai berikut. a. Kebijakan diarahkan kepada kebutuhan pengintegrasian perencanaan dan pembangunan partisipatif, pelestarian, dan pengembangan hasil-hasil program yang mendapatkan kepastian kebijakan dari pemerintahan lokal; b. Melakukan pembentukan kerja sama desa, yaitu suatu rangkaian kegiatan bersama antardesa atau desa dengan pihak ketiga dalam bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan yang perlu ditindaklanjuti dengan Penetapan Keputusan Bersama atau Perjanjian Bersama; c. Legalisasi pembentukan BKAD, penetapan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART); d. Keberadaan Badan Pengawas dapat diperluas perannya dan berfungsi melakukan evaluasi BKAD beserta Unit/ Tim Kerja di bawah BKAD; e. Penetapan kedudukan UPK dan Unit/Tim Kerja dalam wadah BKAD; f. Pola hubungan UPK dan Unit/Tim Kerja dalam bentuk kesepakatan kerja sama antardesa melalui BKAD; g. Pola hubungan BKAD dengan lembaga-lembaga lain di desa, antardesa, dan pihak ketiga; h. Penguatan Badan Pengawas UPK, UPK, dan Unit/Tim Kerja BKAD dalam menjalankan peran, fungsi, dan keberlanjutannya; i. Dalam menjalankan fungsinya Badan Pengawas UPK, UPK, dan Unit/Tim kerja BKAD wajib mempunyai Standard Operating Procedure (SOP). Standar prosedur dibuat dan dikembangkan dengan mengacu kepada AD/ART BKAD yang telah ditetapkan oleh MAD; j. UPK memiliki fungsi pokok dan fungsi pengembangan. Fungsi pokok UPK adalah dalam hal pengelolaan perguliran dan pengelolaan teknis program. Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan 14

Fungsi pengembangan UPK adalah berkewajiban dalam pembinaan kelompok dan penanganan pinjaman bermasalah; k. Unit/Tim Kerja BKAD, baik bersifat tetap maupun bersifat sementara, memiliki tugas dan fungsi yang disesuaikan dengan kebutuhan BKAD dalam menjalankan tugasnya; l. Kelompok usaha ekonomi dan SPP terbagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok usaha bersama dan kelompok simpan pinjam. Pembagian perlu ditindaklanjuti dengan penguatan kapasitas lembaga kelompok usaha ekonomi dan SPP, Penguatan kapasitas kelembagaan LPM Desa, serta dapat mengakomodinir Tim Pelaksana Kegiatan (TPK), KPMD, TKD, dan Kader-Kader Program masuk dalam salah satu Unit/Tim Kerja LPM Desa; m. Penguatan Kapasitas Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan adanya kelembagaan ekonomi lokal sebagai salah satu alternatif dalam pelembagaan pelestarian program; n. Penguatan kelembagaan kelompok masyarakat (Pokmas) dilaksanakan dengan strategi pendampingan yang bersifat partisipatif, kolektif, dan representatif. 1.7.10. Pendampingan Masyarakat dan Pemerintahan Lokal Masyarakat, kelompok masyarakat, dan pemerintahan lokal dalam melaksanakan PNPM Mandiri Perdesaan mendapatkan pendampingan dari fasilitator. Peran pendampingan ditujukan bagi penguatan atau peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan lokal. Pendampingan yang dilaksanakan adalah pendampingan perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan pembangunan desa serta kawasan perdesaan secara mandiri di wilayahnya. Fasilitator yang akan mendampingi masyarakat dan pemerintahan lokal adalah sebagai berikut. a. Di setiap kecamatan disediakan Tim Fasilitator Kecamatan; b. Di setiap kabupaten disediakan Tim Fasilitator Kabupaten. 1.7.11. Kerja Sama Antarprogram Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan di pedesaaan didorong untuk mewujudkan kerja sama dan sinergi antarprogram pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan. Kerja sama ini bertujuan: a. Mendorong Pemda dalam merumuskan kebijakan dalam kerja sama antarprogram, b. Memperkuat kapasitas kelembagaan program PNPM MPd dengan program lainnya di tingkat kabupaten, kecamatan, dan desa dalam pengendalian sistem perencanaan dan pembangunan partisipatif, c. Mengembangkan jejaring antarpelaku program dalam fasilitasi pengelolaan program pemberdayaan agar fungsi dan peran kelembagaan di desa, kecamatan, dan kabupaten menjadi optimal, d. Secara teknis, kerja sama antarprogram menjadi bagian dari strategi berbagi urusan, berbagi wilayah dampingan, mengembangkan jejaring, team work para pendamping, fasilitasi kebijakan lokal terkait dengan kerja sama antarprogram. Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan 15

BAB II PERAN PELAKU-PELAKU Masyarakat adalah pelaku utama PNPM Mandiri Perdesaan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian. Sedangkan pelaku-pelaku lainnya di desa, kecamatan, kabupaten, dan seterusnya berfungsi sebagai pelaksana, fasilitator atau pendamping profesional, pembimbing, dan pembina agar tujuan, prinsip, kebijakan, prosedur, dan mekanisme PNPM Mandiri Perdesaan tercapai serta dilaksanakan secara benar dan konsisten. 2.1. Pelaku di Desa Pelaku di desa adalah pelaku-pelaku yang berkedudukan dan berperan dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di wilayah desa. Pelaku di desa meliputi: 2.1.1. Kepala Desa (Kades) Kepala Desa berperan sebagai pembina dan pengendali kelancaran serta keberhasilan pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di desa. Kepala Desa bersama BPD menyusun peraturan desa yang relevan dan mendukung terjadinya proses pelembagaan prinsip dan prosedur PNPM Mandiri Perdesaan sebagai pola perencanaan dan pembangunan partisipatif, pengembangan, serta pelestarian aset PNPM Mandiri Perdesaan yang telah ada di desa. Kepala desa juga berperan untuk mewakili desanya dalam pembentukan Kerja sama Antar Desa yang ditetapkan dengan Keputusan Bersama dalam Badan Kerja sama Antar Desa (BKAD) atau istilah sejenis. 2.1.2. Badan Permusyawarahan Desa (BPD atau sebutan lainnya) BPD, atau sebutan lainnya dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan, berperan sebagai lembaga yang mengawasi proses dari setiap tahapan PNPM Mandiri Perdesaan, termasuk sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian di desa. Selain itu, BPD juga berperan dalam melegalisasi atau mengesahkan peraturan desa yang berkaitan dengan pelembagaan dan pelestarian PNPM Mandiri Perdesaan di desa. BPD juga bertugas mewakili masyarakat bersama Kepala Desa dalam pembentukan Kerja sama Antar Desa yang ditetapkan dengan Keputusan Bersama dalam Badan Kerja sama Antar Desa (BKAD) atau istilah sejenis. 2.1.3. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan (LPMD/K) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah lembaga atau wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai mitra Pemerintah Desa beserta Lurah dalam menampung dan mewujudkan aspirasi serta kebutuhan masyarakat di bidang pembangunan. LPMD/K berperan menyusun rencana pembangunan secara partisipatif, melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara, dan mengembangkan pembangunan secara partisipatif. 2.1.4. Tim Pengelola Kegiatan (TPK) TPK terdiri dari anggota masyarakat yang dipilih melalui musyawarah desa sosialisasi. TPK mempunyai fungsi dan peran untuk mengoordinasikan pelaksanaan kegiatan di desa dan mengelola administrasi serta keuangan PNPM Mandiri Perdesaan. TPK sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, Bendahara, dan Sekretaris. Keanggotaan TPK akan dilengkapi pada saat Musyawarah Desa Informasi hasil MAD dan dilengkapi dengan Ketua Bidang yang menangani suatu jenis kegiatan yang akan dilaksanakan. Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan 16

Untuk pengelolaan kegiatan yang diusulkan oleh beberapa desa perlu dibentuk TPK antardesa yang berkedudukan di salah satu desa dan dipilih oleh wakilwakil desa. Tugas, peran, dan fungsi TPK antardesa, serupa/sama dengan TPK di tingkat desa. 2.1.5. Tim Penulis Usulan (TPU) TPU berasal dari anggota masyarakat yang dipilih melalui musyawarah desa. Tim Penulis Usulan berperan menyiapkan dan menyusun semua gagasan/usulan kegiatan yang telah ditetapkan dalam musyawarah desa dan musyawarah khusus perempuan. TPU bersama Tim 11 juga menyiapkansemua dokumen perencanaan yang diperlukan untuk musrenbang reguler, termasuk RPJMDes dan RKPDes. Anggota TPU dipilih oleh masyarakat berdasarkan keahlian dan ketrampilan yang sesuai dengan jenis kegiatan yang diajukan masyarakat. Dalam menjalankan tugasnya, TPU bekerja sama dengan kader-kader desa yang ada. Setelah MAD II, TPU bersama kader teknis menyiapkan desain teknis secara detail, termasuk perhitungan rencana anggaran belanja (RAB). 2.1.6. Tim 11 Tim 11 adalah tim yang dibentuk untuk membantu masyarakat dan pemerintah desa dalam penyusunan rancangan dokumen RPJMDes dan RKPDes. Jumlah anggota Tim Penyusun sekurang-kurangnya 11 (sebelas) orang, yang terdiri dari: a) Kepala Desa; b) Sekretaris Desa, c) Sekurang-kurangnya 2 (dua) orang Pengurus LPMD, dan apabila belum terbentuk LPMD maka digantikan oleh wakil dari pengurus Ormas dan/atau LSM yang ada di desa yang bersangkutan; d) Sekurang-kurangnya 2 (dua) orang KPMD, yang salah satunya adalah perempuan; e) Sekurang-kurangnya 2 (dua) orang Kepala dusun; dan f) Sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang wakil masyarakat yang satu di antaranya adalah perempuan dan Kader Teknik Desa. 2.1.7. Tim Pemantau Tim Pemantau menjalankan fungsi pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan yang ada di desa. Tim Pemantau berasal dari anggota masyarakat yang dipilih melalui musyawarah desa. Jumlah anggota Tim Pemantau sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan saat musyawarah dan wajib melibatkan perempuan di dalamnya. Hasil pemantauan kegiatan disampaikan saat musyawarah desa, antardesa, atau musyawarah sejenis. Tim Pemantau dalam pelaksanaan kegiatan pemantauan diharapkan dapat bekerja sama dengan BPD. Tim Pemantau bekerja/menjalankan fungsi pemantauan kegiatan yang sedang dilaksanakan. Tim Pemantau juga dibentuk dalam rangka untuk melakukan pemantuan proses pelaksanaan pembangunan secara menyeluruh di tingkat desa. Pemantauan difokuskan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan, baik yang berupa sarana dan prasarana, peningkatan kualitas hidup, maupun pengelolaan dana bergulir. Khusus untuk pemantau pengelolaan dana bergulir, Tim Pemantau dipilih berdasarkan keterwakilan dari kelompok-kelompok Simpan Pinjam dan Usaha Ekonomi produktif. 2.1.8. Tim Pengelola dan Pemelihara Prasarana Desa (TP3D) Tim Pengelola dan Pemelihara Prasarana Desa berperan menjalankan fungsi pemeliharaan terhadap hasil-hasil kegiatan yang ada di desa, termasuk perencanaan, kegiatan, dan pelaporan. Keanggotaannya berasal dari anggota masyarakat yang dipilih melalui musyawarah desa perencanaan. Jumlah anggota tim pengelola dan pemelihara prasarana perdesaan sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan saat musyawarah. Hasil laporan pemeliharaan Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan 17

disampaikan saat musyawarah desa dan antardesa. Tim Pemeliharaan dalam menjalankan fungsinya didukung dengan dana yang telah dikumpulkan atau yang berasal dari swadaya masyarakat setempat. 2.1.9. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan (KPMD/K) KPMD/K adalah warga desa terpilih yang memfasilitasi atau memandu masyarakat dalam mengikuti atau melaksanakan tahapan perencanaan pembangunan partisipatif dan secara khusus PNPM Mandiri Perdesaan di desa serta kelompok masyarakat pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan. Peran dan tugas KPMD/K adalah membantu pengelolaan pembangunan di desa dan diharapkan tidak terikat oleh waktu. Jumlah KPMD/K disesuaikan dengan kebutuhan desa dengan mempertimbangkan keterlibatan atau peran serta kaum perempuan. KPMD/K diharapkan dari unsur yang mempunyai kemampuan pemberdayaan, teknik, dan kualifikasi pendampingan kelompok ekonomi. I KPMD/K terdiri dari 5 (lima) orang, sekurang-kurangnya 2 orang dari unsur perempuan. Kader dengan kualifikasi kemampuan teknik atau Kader Teknik Desa (KTD) bertugas untuk memfasilitasi dan membantu TPU membuat penulisan usulan dan membantu pelaksanaan kegiatan prasarana infrastruktur yang diusulkan masyarakat. Kualifikasi keterlibatan kader perempuan adalah perwujudan kebijakan untuk lebih berpihak, memberi peran, dan akses dalam kegiatan pembangunan bagi perempuan, terutama dalam meningkatkan mutu fasilitasi musyawarah khusus perempuan. Kualifikasi kemampuan kader pemberdayaan masyarakat terutama untuk memfasilitasi dan membantu Fasilitator Kecamatan dalam perencanaan partisipatif, tahapan kegiatan, dan pendampingan kelompok masyarakat. Kader dengan kualifikasi pengembangan ekonomi berguna untuk memfasilitasi dan membantu masyarakat atau kelompok dalam pengembangan ekonomi masyarakat dan BUMDes. 2.1.10. Panitia Pengadaan Panitia pengadaan adalah tim yang merencanakan, melaksanakan, bertanggung jawab, dan akuntabel terhadap kegiatan pengadaan. Panitia ini dibentuk melalui Musyawarah Desa 2 yang terdiri dari minimal 3 orang, yaitu 2 orang wakil masyarakat dan 1 orang wakil TPK, dan harus terdapat minimal 1 orang wakil perempuan. 2.1.11. Kelompok Masyarakat Kelompok masyarakat adalah kelompok yang terlibat dan mendukung kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan, baik kelompok sosial, kelompok ekonomi, maupun kelompok perempuan. Kategori atau unsur kelompok masyarakat, misalnya kelompok arisan, pengajian, kelompok ibu-ibu PKK, kelompok SPP, kelompok usaha ekonomi, kelompok pengelola air, kelompok pengelola pasar desa, dan sebagainya. 2.1.12. Kelompok Kerja (Pokja) Khusus bagi desa yang mendapatkan alokasi dana tahun jamak (multiyears) dibentuk Kelompok Kerja (Pokja). Kepengurusan Pokja terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan Bendahara atau sesuai kebutuhan, dan dipilih dari anggota masyarakat yang memiliki kompetensi serta pengalaman sesuai jenis kegiatan tahun jamak yang didanai. Misalnya, untuk Pokja kegiatan pendidikan dapat diambil dari Komite Sekolah dan sebagainya. Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan 18

2.2. Pelaku di Kecamatan 2.2.1. Camat Camat atas nama Bupati berperan sebagai pembina pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan kepada desa-desa di wilayah kecamatan. Selain itu, camat juga bertugas untuk membuat Surat Penetapan Camat (SPC) tentang usulanusulan kegiatan yang telah disepakati musyawarah antardesa untuk didanai melalui PNPM Mandiri Perdesaan. 2.2.2. Penanggung jawab Operasional Kegiatan (PjOK) PjOK adalah seorang Kasi pemberdayaan masyarakat atau pejabat lain yang mempunyai tugas pokok sejenis di kecamatan yang ditetapkan berdasar Surat Keputusan Bupati dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan operasional kegiatan serta keberhasilan seluruh kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan di kecamatan. 2.2.3. Tim Verifikasi (TV) Tim Verifikasi adalah tim yang dibentuk dari anggota masyarakat yang memiliki pengalaman dan keahlian khusus di bidang teknik prasarana, simpan pinjam, pendidikan, kesehatan, atau pelatihan keterampilan masyarakat sesuai usulan kegiatan yang diajukan masyarakat dalam musyawarah desa perencanaan. Peran TV adalah melakukan pemeriksaan serta penilaian usulan kegiatan semua desa peserta PNPM Mandiri Perdesaan dan selanjutnya membuat rekomendasi kepada musyawarah antardesa sebagai dasar pertimbangan pengambilan keputusan. TV menjalankan tugas ini berdasarkan penugasan yang diperoleh dari MAD/BKAD. 2.2.4. Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Peran UPK adalah sebagai unit pengelola dan operasional pelaksanaan kegiatan antardesa. Pengurus UPK sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara serta ditambahkan minimal 1 orang yang mengelola kegiatan dana bergulir pada Kecamatan PNPM MPd yang memiliki total kas, bank, dan pinjaman kegiatan dana bergulir minimal 2 miliar rupiah. Berkaitan dengan kelancaran pelaksanan program, kepengurusan UPK harus bebas dari keterikatan dengan partai politik, atau pengurusnya tidak menjadi pengurus partai politik, tim sukses pemilihan kepala daerah, atau pemilihan legistatif. 2.2.5. Badan Pengawas UPK Badan Pengawas UPK hanya dipergunakan untuk kepentingan program PNPM dan mempunyai tugas utama mengawasi pengelolaan kegiatan, administrasi, dan keuangan yang dilakukan oleh UPK. Badan Pengawas UPK dibentuk melalui musyawarah antardesa, sekurang-kurangnya tiga orang, terdiri dari ketua dan anggota. Badan Pengawas UPK menjalankan tugas ini berdasarkan penugasan yang diperoleh dari Keputusan Bersama Kerja sama Antar Desa diputuskan dalam MAD/BKAD. Namun demikian, keberadaan dapat diperluas perannya dalam mengawasi BKAD termasuk Unit/Tim Kerja di bawah BKAD. 2.2.6. Pendamping Lokal (PL) Pemberdayaan Pendamping Lokal Pemberdayaan adalah tenaga pendamping dari masyarakat yang membantu Fasilitator Kecamatan untuk memfasilitasi masyarakat dalam melaksanakan perencanaan pembangunan partisipatif, tahapan, dan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian. Di setiap kecamatan akan ditempatkan minimal satu orang pendamping lokal. Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan 19

2.2.7. Pendamping Lokal (PL) UPK Pendamping Lokal (PL) Kegiatan Dana Bergulir adalah tenaga pendamping dari masyarakat yang membantu fasilitator untuk memfasilitasi kelompok dan masyarakat dalam pelaksanaan, pelestarian, dan pengembangan kegiatan dana bergulir. 2.2.8. Tim Pengamat Tim pengamat adalah anggota masyarakat yang dipilih untuk memantau dan mengamati jalannya proses musyawarah antardesa. Tim Pengamat juga memberikan masukan dan saran agar MAD dapat berlangsung secara transparan, akuntabel, dan partisipatif. 2.2.9. Tenaga Pelatih Masyarakat (TPM) Tenaga Pelatih Masyarakat (TPM) adalah sekelompok warga masyarakat setempat yang memiliki kemampuan/kompetensi khusus di bidang tertentu terkait pembangunan partisipatif dan pemberdayaan masyarakat. TPM berperan memfasilitasi kegiatan pelatihan masyarakat. TPM adalah seorang pelatih dari unsur masyarakat yang secara sukarela memfasilitasi masyarakat. TPM merupakan pelatih dari unsur masyarakat, agar di antara masyarakat saling belajar, mempunyai kemampuan dalam merumuskan strategi penyelesaian masalah, dan peningkatkan kualitas dari mereka sendiri. Fungsi TPM, yaitu: a) fasilitasi penguatan kapasitas dan pelatihan masyarakat; dan b) peningkatan kapasitas perlindungan dan pelestarian untuk penataan kelembagaan. Keanggotaan TPM berdasarkan kemampuan dan/atau keahlian di bidang teknis tertentu atau keahlian khusus yang terkait dengan kegiatan pembangunan dan pelatihan partisipatif. Keanggotaan TPM menjadi bagian dari unsur Tim Ruang Belajar Masyarakat dan memperkuat serta mengembangkan kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan kapasitas pelaku di kecamatan dan desa. 2.2.10. Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) Kelembagaan BKAD merupakan hasil keputusan bersama dari kerja sama desa. Kerja sama desa merupakan rangkaian kegiatan bersama antardesa atau desa dengan pihak ketiga dalam bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Sementara itu, kerja sama desa dengan pihak ketiga ditetapkan dengan perjanjian bersama. Pembentukan BKAD PNPM MPd pada awalnya dibentuk untuk melindungi dan melestarikan hasil-hasil program dalam bentuk kelembagaan, seperti UPK dan Unit/Tim Kerja lainnya. Melestarikan hasil-hasil kegiatan dalam bentuk sarana dan prasarana, hasil kegiatan bidang pendidikan, hasil kegiatan bidang kesehatan, peningkatan kualitas hidup, dan perguliran dana. BKAD berkembang sebagai lembaga pengelola perencanaan pembangunan partisipatif, pengelola kegiatan masyarakat, pengelola aset produktif dan sumber daya alam, serta program/proyek dari pihak ketiga yang bersifat antardesa/kawasan perdesaan. Keberadaan BKAD dalam keberlanjutan, perlu dukungan kemandirian legalitas maka diperlukan adanya kepastian kebijakan yang disesuaikan dengan kebijakan yang ada. Kebijakan tersebut, antara lain Undang-Undang Desa, Peraturan Pemerintah, Permendagri, dan Perda Kabupaten. Kepastian kebijakan BKAD inilah yang menjadi agenda strategis dalam perlindungan pelestarian dan kemandirian kelembagaan. Kepastian kebijakan ini juga untuk mengatur hubungan dengan Unit/Tim Kerja (BP, UPK, TV, TPK, dan Unit/Tim Kerja lainnya). Perlu ada upaya yang strategis terkait dengan keberadaan BKAD, tentang status legalitas Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan 20