VARIASI KONSENTRASI BAP DAN IAA PADA PERBANYAKAN JERUK KEPROK MAGA (Citrus nobilis L. Var. Chrysocarpa) SECARA IN VITRO

dokumen-dokumen yang mirip
RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO

RESPON PERTUMBUHAN MERISTEM KENTANG (Solanum tuberosuml) TERHADAP PENAMBAHAN NAA DAN EKSTRAK JAGUNG MUDA PADA MEDIUM MS

Pengaruh Retardan dan Aspirin dalam Menginduksi Pembentukan Umbi Mikro Kentang (Solanum tuberosum) Secara In Vitro

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Staf pengajar PS Pemuliaan Tanaman, Jurusan BDP FP USU Medan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN JERUK KEPROK (CITRUS NOBILIS LOUR) VAR. PULAU TENGAH: Rensi Novianti dan Muswita

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Kombinasi BAP dan IBA terhadap Waktu Munculnya Tunas Akasia (Acacia mangium Willd.)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

I. PENDAHULUAN. Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis (L.) Blume) merupakan jenis. pesona, bahkan menjadi penyumbang devisa bagi negara.

Pengaruh Konsentrasi IAA dan BAP Terhadap Pertumbuhan Stek Mikro Kentang Secara In Vitro Munarti, Surti Kurniasih

ORGANOGENESIS TANAMAN BAWANG MERAH (ALLIUM ASCALONICUM L.) LOKAL PALU SECARA IN VITRO PADA MEDIUM MS DENGAN PENAMBAHAN IAA DAN BAP ABSTRACT

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

PENDAHULUAN. stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Frageria x ananasa var

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Riau-Pekanbaru

RESPON REGENERASI EKSPLAN KALUS KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) TERHADAP PEMBERIAN NAA SECARA IN VITRO

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

Perbanyakan Tanaman Melon (Cucumis melo L.) Secara In Vitro Pada Medium Ms Dengan Penambahan Indole Acetic Acid (IAA) Dan Benzil Amino Purin (BAP)

PENGARUH PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK Dendrobium phalaenopsis Fitzg TERHADAP PEMBERIAN IBA DAN KINETIN SECARA IN VITRO

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah tropis

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

Pertumbuhan dan Perkembangan Cabai Keriting (Capsicum annuum L.) secara In Vitro pada beberapa Konsentrasi BAP dan IAA

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGANDAAN TUNAS KRISAN MELALUI KULTUR JARINGAN MULTIPLICATION OF CRISAN BUD THROUGH TISSUE CULTURE. Yekti Maryani 1, Zamroni 1

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan komoditas pangan sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. dan siklamat semakin meningkat. Hal ini nampak pada industri makanan, meningkatkan gizi makanan, dan memperpanjang umur simpan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perbanyakan Tunas Mikro Pisang Rajabulu (Musa AAB Group) dengan Eksplan Anakan dan Jantung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

REGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

PERKEMBANGAN PISANG RAJA NANGKA (Musa sp.) SECARA KULTUR JARINGAN DARI EKSPLAN ANAKAN DAN MERISTEM BUNGA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Oleh : PINAWATI Pembimbing Milda Ernita, SSi, MP dan Dra. Zaharnis, M.Si ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi. Sebagai buah segar,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. zat pengatur tumbuh memperlihatkan pertumbuhan yang baik. Hal tersebut sesuai

BAB 1 TIPE KULTUR JARINGAN TANAMAN

SKRIPSI. Oleh : RATRIANA RINDA FITRISWARI NPM :

KULTUR JARINGAN TANAMAN

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.1, Desember (582) :

I. PENDAHULUAN. energi utama umat manusia diperoleh dari bahan bakar fosil. Masalahnya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai macam tanaman hias. Pengembangan komoditi tanaman hias dilakukan

Ketersediaan Eksplan, Tunas Aksiler dan Kalugenesis pada Perbanyakan Mikro Toona sinensis

Tugas Akhir - SB091358

Program Studi Agronomi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado korespondensi:

PENGARUH PEMBERIAN HORMON NAFTALEN ACETYL ACYD (NAA) DAN KINETIN PADA KULTUR JARINGAN NANAS BOGOR (Ananas comosus (L.) Merr.) cv.

BAB I PENDAHULUAN. yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting

PELATIHAN KULTUR JARINGAN ANGGREK TAHUN 2013 MATERI 4 BAHAN TANAM (EKSPLAN) DALAM METODE KULTUR JARINGAN. Oleh: Paramita Cahyaningrum Kuswandi, M.Sc.

Regenerasi Tanaman secara In Vitro dan Faktor-Faktor Yang Mempenaruhi

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN)

Induksi Tunas Kunyit Putih (Curcuma zedoaria Roscoe) Pada Media MS Dengan Penambahan Berbagai Konsentrasi BAP dan Sukrosa Secara In Vitro

TINJAUAN PUSTAKA Botani, Penyebaran dan Manfaat Tanaman Jarak Pagar ( Jatropha curcas L.) Kultur Jaringan Tanaman

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengatnatan terhadap parameter saat muncul tunas setelah dianalisis. Saat muncul tunas (hari)

BAB I PENDAHULUAN. Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk. atau Pimpinella alpine Molk.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum) Anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) merupakan anggrek yang

PENGARUH KONSENTRASI NAA DAN KINETIN TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS PISANG (Musa paradisiaca L. cv. Raja Bulu ) SECARA IN VITRO

Imam Mahadi, Sri Wulandari dan Addarwida Omar Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru ABSTRACT

GAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

OPTIMASI KOMBINASI NAA, BAP DAN GA 3 PADA PLANLET KENTANG SECARA IN VITRO

PENGARUH HORMON IAA DAN BAP TERHADAP PERBANYAKAN TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L.) SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 3 BAHAN DAN METODA

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa (Cocos nucifera L) disebut pohon kehidupan, karena hampir semua

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika, tepatnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman panili termasuk famili Orchidaceae, yang terdiri dari 700 genus

PENDAHULUAN. Sumatera Utara, karena mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif

Gambar 4. A=N0K0; B=N0K1; C=N0K2

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas pangan

PENGARUH IAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN NILAM (Pogestemon cablin Benth) IN VITRO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Murashige-Skoog dengan penambahan zat pengatur tumbuh 2,4-D dan

Repositori FMIPA UNISMA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Umum Percobaan

PENGARUH KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS EKSPLAN TANAMAN PISANG CAVENDISH (Musa paradisiaca L.) MELALUI KULTUR IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. sandang dan papan. Allah Subhanahu Wa Ta ala berfirman dalam surat Ali-Imran

Transkripsi:

VARIASI KONSENTRASI BAP DAN IAA PADA PERBANYAKAN JERUK KEPROK MAGA (Citrus nobilis L. Var. Chrysocarpa) SECARA IN VITRO ABSTRAK Nurhayati Kultivar jeruk Keprok Maga (Citrus nobilis var. chrysocarpa) merupakan salah satu komoditi buah-buahan andalan Sumatera Utara. Perbanyakan bibit dengan cara okulasi menghasilkan jumlah bibit terbatas. Perbanyakan secara in vitro dalam waktu cepat dapat menghasilkan jumlah bibit yang lebih banyak, homogen, sama seperti induk, serta tersedia secara kontinu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian BAP dan IAA serta interaksinya terhadap pertumbuhan jeruk Keprok Maga pada media MS secara in vitro. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Dinas Pertanian Sumatera Utara, Kecamatan Medan Johor, Kotamadya Medan, Propinsi Sumatera Utara pada bulan Mei 2002 sampai Juli 2002. percobaan di tata menurut Rancangan Acak Lengkap. Faktor yang diuji terdiri atas konsentrasi BAP (0 mg/l, 1.25 mg/l dan 2.25 mg/l) dan konsentrasi BAP berpengaruh nyata terhadap tinggi planet dan jumlah tunas, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, berat basah dan berat kering planet. Pemberian IAA dan interaksi kedua faktor tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan planlet jeruk Keprok Maga. Kata kunci: Jeruk keprok maga, BAP, dan IAA in vitro PENDAHULUAN Kultivar jeruk Keprok Maga (Citrus nobilis var. chrysocarpa) merupakan salah satu komiditi buah-buahan andalan Sumatera Utara, karena mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif dengan kultivar jeruk lainnya, yaitu penampilannya yang menarik dan rasanya yang manis segar (Sinaga et al. 2000). Jeruk ini banyak diminati para konsumen, disebabkan mutu hasil buah relatif cukup baik, dimana kulitnya lembut dan mudah dikupas, buahnya beraroma harum dan warna buah matang yang manis, menyegarkan dengan tekstur daging buah yang halus dan berair, serta septanya mudah dilepas. Kandungan air banyak mencapai 87.2% berakar asam sitrat 0.14% dengan kandungan gizi tinggi karena mengandung vitami C sampai 3.97 mg/100 g. Setiap buah terdiri atas 10 2 septa (Anonimus, 2001). Daerah pemasarannya yang luas di samping Propinsi Sumatera Utara, juga daerah Sumatera Barat, Riau, Jakarta bahkan export ke Singapura (Sinaga, et al, 2000). Jeruk Keprok Maga dewasa ini berumur 20 30 tahun berasal dari perbanyakan biji dari tanaman induk yang telah dibudidayakan sejak 100 tahun yang lalu. Akhir-akhir ini (kurang lebih 4 tahun terakhir) petani sudah mulai menggunakan bibit vegetatif yaitu dengan perbanyakan cara okulasi (Sinaga et al, 2000). Dengan cara tersebut bibit yang dalam waktu cepat dan jumlah yang banyak, yaitu teknik in vitro. Memenuhi kebutuhan bibit unggul berkualias dalam jumlah banyak dan tersedia secara kontinu setiap tahun merupakan hal yang sangat penting (Anwar, 2000). Keberhasilan dalam penggunaan metode in vitro sangat tergantung pada media yang digunakan. Kultur media jaringan tanaman tidak hanya menyediakan unsur hara makro dan mikro saja tetapi juga vitamin, karbohidrat dan zat pengatur tumbuh (Pierik, 1987). Sel-sel memerlukan zat pengatur tumbuh untuk insiasi dalam media kultur jaringan. Pembentukan kalus organ ditentukan oleh penggunaan yang tepat dari zat pengatur tumbuh tersebut. 10

Dalam kultur jaringan, dua golongan zat pengatur tumbuh yang sangat penting adalah auksin dan sitokinin. Pertumbuhan serta morfogenesis jaringan yang dikulturkan diatur oleh interaksi serta keseimbangan antara zat pengatur tumbuh yang diberikan ke dalam media serta hormon endogen. Dari semua jenis zat pengatur tumbuh auksin dan sitokinin yang paling banyak digunakan (George dan Sherington, 1984). Faktor yang perlu mendapat perhatian dalam penggunaan zat pengatur tumbuh antara lain jenis zat pengatur tumbuh dan konsentrasi yang digunakan IAA merupakan golongan auksin yang digunakan pada konsentrasi antara 1.01 10 mg/l air, dan konsentrasi sitokinin yang digunakan berkisar dari 0.1 10 mg/l air. (Bhojwani dan Razdan, 1983). Perbanyakan tanaman Gerbera terbatas diperoleh pada perlakuan IAA 0.5 mg/l (Yelinitis dan Kristina, 1994). Regenerasi kultur antara tanaman padi sawah berhasil dilakukan pada media yang mengandung IAA dengan kosentrasi 0.2 mg/l (Masyhudi, et.al, 1997). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi BAP dan IAA yang optimin untuk perbanyak Jeruk Maga secara in vitro. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksankaan di Laboratorium kultur jaringan Dinas Pertanian Sumatera Utara, Kecamatan Medan Johor, Kotamadya Medan. Propinsi Sumatera Utara pada bulan Mei 2002 sampai Juli 2002. Penelitian ini menggunakan stek kecambah jeruk Maga umur 4 minggu. Penelitian masing-masing disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial terdiri dari tiga ulangan. Faktor I terdiri dari tiga ulangan. Faktor I terdiri dari konsentrasi BAP (B) terdiri dari dari 3 taraf yaitu : B0 = 0 mg/l air (kontrol), B1 = 1.25 mg/l air dan B2 = 2.25 mg/l air. Faktor II konsentrasi IAA terdiri dari dari 3 taraf yaitu : I0 mgh/air (kontrol), I1 = 0.3 mg/l air dan I2 = 0.6 mg/l air. Analisis data dilakukan dengan uji sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji DMRT dan regresi untuk perlakuan yang nyata. Pengamatan meliputi jumlah tunas, tinggi planlet jeruk (cm), jumlah daun (helai), berat basah planlet (g), berat kering planlet (g). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Pengaruh Pemberian BAP terhadap Pertumbuhan Planlet Jeruk Maga Dari Tabel I dapat dilihat bahwa pemberian BAP berpengaruh nyata terhadap tinggi planlet dan jumlah tunas, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, berat basah dan berat kering planlet jeruk maga. Tabel 1. Pengaruh Variasi Konsentrasi BAP dan IAA pada Perbanyakan Stek Jeruk Maga (Citrus nobilis L) Secara In Vitro Perlakuan Tinggi Planlet (cm) Jumlah Daun (helai) Jumlah Tunas (tunas) Berat Basah (g) Konsentrasi BAP 1.25 BO (0 mg/l air) 0.88 a 4.44 2.89 b 0.15 0.03 B1 (1.25 mg/l air) 0.54 b 3.71 2.64 a 0.16 0.03 B2 (2.25 mg/l air) 0.40 c 3.51 a 0.14 0.03 Konsentrasi IAA 10 (0 mg/l air) 0.74 4.25 2.33 0.16 0.03 11 (0.3 mg/l air) 0.53 3.48 1.64 0.13 0.03 12 (0.6 mg/l air) 0.55 3.93 2.80 0.17 0.03 Interaksi BOIO 1.09 5.85 1.17 0.16 0.04 BOI1 0.63 2.67 0.50 0.09 0.03 BO12 0.93 4.79 2.08 0.20 0.03 BO11O 0.78 3.97 3.42 0.15 0.03 BO111 0.57 3.84 2.08 0.13 0.03 Berat Kering (g) JURNAL PENELITIAN BIDANG ILMU PERTANIAN Volume 2, Nomor 1, April 2004: 8-12 11

BO112 0.27 3.33 3.17 0.19 0.03 B21O 0.34 2.94 2.42 0.16 0.03 B211 0.39 3.93 2.33 0.15 0.03 B212 0.46 3.67 3.17 0.11 0.02 KK (%) 44.47 35.59 45.42 39.11 30.65 Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kelompok perlakuan yang sama dan yang tidak bernotasi menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya respon berbeda antara pertumbuhan tinggi planlet dan pembentukan tunas planlet. Pertumbuhan tinggi planlet menunjukkan respon kuadratik terhadap peningkatan konsentrasi BAP dari 0 1.25 dan 2.25 mg/l, perbedaan respon antara pertumbuhan tinggi planlet dengan pertumbuhan jumah tunas menunjukkan perbedaan sensitifitas kedua daerah meristem terhadap kisaran konsentrasi BAP yang diberikan. trewavas dala Davies (1993) menyebutkan bahwa perbedaan respon terhadap konsentrasi hormon akibat perbedaan sensitifitas jaringan tersebut dan menurut Pierik (1987) pada konsentrasi tinggi (1-10 mg/l) sitokonin dapat menginduksi pembentukan tunas. Pertumbuhan tinggi planlet menunjukkan respon linier negatif terhadap pemberian BAP, planlet tertinggi diperoleh pada perlakuan tanpa BAP. Hal ini diduga karena kisaran konsentrasi BAP yang diberikan cenderung mendorong pembentukan tunas, sehingga pertumbuhan pada titik tumbuh primer menjadi terhambat. Hal ini sesuai dengan Bhowaqni dan Razdan (1983) yang menyatakan bahwa golongan sitokinin mendorong pembentukan tuna aksilar dengan mengurangi penonjolan apikal dan menghambat proses penuaan. Gambar 1. Hubungan Tinggi Planlet (cm) Jeruk Maga dengan Konsentrasi BAP (mg/l) Respon pertumbuhan tinggi planlet linier adalah negatif dengan persamaan regresi Y = 0.860.22, r = -98. Peningkatan konsentrasi BAP dari 0 sampai 2.25 mg/l nyata menghambat pertumbuhan tinggi planlet. Zat pengatur tumbuhan BAP memiliki bahan aktif sitokinin yang penting dalam proses pembelahan sel, namun endogen. Secara alami sitokinin ditentukan dalam tubuh tanaman. Hal ini mengakibatkan perlakuan sudah cukup untuk merangsang pertumbuhan tinggi planlet (Bidwell, 1990). Efektifitas pemberian Zat pengatur tumbuh secara eksogen tergantung pada konsentrasi zat pengatur tumbuh endogen (hormon) di samping waktu pemberian dan bahan aktif (Wattimena, 1988). Jaringan eksplan melakukan sintesa hormon endogen khususnya auksin dan sitokinin (Rismayani, dkk, 2000). Respons pembentukan tunas adalah kuadratik dengan persamaan regresi Y = 1.25 + 2.18B 0.69B 2, R 2 = 1 (gambar 2). Peningkatan konsentrasi BAP dari 0 mg/l sampai 1.579 mg/l nyata meningkatkan jumlah tunas, sedangkan peningkatan sampai konsentrasi 2.25 mg/l justru menghambat pertumbuhan tunas. Gambar 2. Hubungan Jumlah Tunas Planlet Jeruk Maga dengan Konsentrasi BAP (mg/l) BAP merupakan sitokinin yang dapat merangsang pembentukan tunas. Hasil penelitian Drew dan Smith (1986) diperoleh bahwa pertumbuhan tunas planlet pepaya dapat terjadi dengan penambahan sitokinin sangat berpengaruh dalam perkembangan tunas. Pada daerah meristem menunjukan terjadi pembentukan asam-asam amino dan protein yang sangat aktif dengan adanya penambahan sitokinin. Asam-asam amino dan protein tersebut digunakan untuk pembentukan tunas. 12

2. Pengaruh Pemberian IAA terhadap Pertumbuhan Planlet Jeruk Mega Hasil analisis pada Tabel 1 menunjukan bahwa pemberian IAA tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan planlet jeruk maga. Pada penelitian ini diuji penggunaan IAA pada konsentrasi 0-0.6 mg/l. diduga karena kisaran konsentrasi IAA yang diuji dalam penelitian masih terlalu rendah sehingga pengaruhnya belum nyata terhadap pertumbuhan planlet. Menurut Katuuk (1989) pemberian IAA pada kisaran konsentrasi antara 0.01-10 mg/i. IAA merupakan auksin lemah yang harus diberikan dalam konsentrasi tinggi untuk perpanjangan sel, pembengkakan jaringan, pembelahan sel, pembentukan organ. Hasil penelitian Lubis et.al (1997) pada perbanyakan tunas pisang barangan secara in vitro dengan pemberian IAA pada konsentrasi 0.02 dan 0.6 mg/l juga menunjukkan hasil tidak berpengaruh nyata. 3. Interaksi Pemberian BAP dan IAA terhadap Pertumbuhan Planlet Jeruk Maga. Hasil analisis pada tabel 1 menunjukkan bahwa interaksi BAP dan IAA tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan planlet jeruk maga. Kombinasi BAP dan IAA yang diuji belum menunjukkan keseimbangan dalam mempengaruhi pola aktivitas fisiologi eksplan. Biasanya konsentrasi auksin yang lebih rendah dan digunakan bersamasama konsentrasi sitokinin yang lebih rendah dan digunakan bersama-sama konsentrasi sitokinin yang lebih tinggi dengan perbandingan antara sitokinin dan auksin kira-kira 10 : 1. Konsentrasi auksi dan sitokinin yang digunakan tergantung pada spesies dan kultivar tumbuhan (Setia budi dkk, 1999). Penambahan auksin dan sitokinin akan menghasilkan pembesaran sel secara sempurna tergantung pada tipe eksplan dan spesies tumbuhan yang dikulturkan (Budipramana, 1991). Menurut Davies (1993) bahwa didalam tubuh tanaman zat pengatur tumbuh tidak bekerja sendirisendiri, tetapi saling berinteraksi yang dicirikan dalam perkembangan tanaman. Perbandingan konsentrasi antara zat pengatur tumbuh tersebut menentukan arah pertumbuhan tanaman. Namun interaksi tersebut belum nampak pada penelitian ini karena diduga perbandingan IAA dan BAP yang diberikan belum dapat mendorong pertumbuhan planlet jeruk Maga. Dibutuhkan kisaran konsentrasi IAA yang lebih lebar untuk dapat berinteraksi dengan BAP dalam mempengaruhi pertumbuhan planlet jeruk Maga. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Perbanyakan jeruk Maga secara in vitro dapat dilakukan dengan menambahkan BAP pada konsentrasi tersebut diperoleh jumlah tunas terbanyak. 2. Pemberian IAA pada konsentrasi 0 0.6 mg/l belum dapat mendukung perbanyakan jeruk maga secara in vitro. 3. Perbandingan konsentrasi BAP dan IAA yang digunakan belum tepat untuk mendukung perbanyakan jeruk maga secara in vitro. Saran Disarankan untuk meneliti penggunaan berbagai jenis auksin terhadap perbanyakan jeruk maga secara in vitro. DAFTAR PUSTAKA Anonimus. 2001. Keprok Sipirok Sempalannya Jeruk Medan. Majalah Trubus 379 Juni 2001/II. Jakarta. Hal 57. Anwar. A. 2000. Sertifikasi Benih-Benih Tanaman Hasil Kultur Jaringan dan Rekayasa Genetik. http://www.hayati-ipb.com/user/ rudyct00/pps702/aswaldi.htm More Result From: www.hayati-ipb.com Bhojwani. S.S dan M.K Razdan. 1983. Plant tissue culture : Theory and Practice Esevier, New York. Pp.37, 91-99. Bidwel, R.G.S. 1990. Plant Physiology. Macmilan Publishing. Co. Inc. New York. Budipramana. L.S. 1991. Kultur Jaringan Tumbuhan. Laboratorium Biologi. Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut JURNAL PENELITIAN BIDANG ILMU PERTANIAN Volume 2, Nomor 1, April 2004: 8-12 13

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surabaya. Hal. 35 40. Davies.P.J. 1993. Plant Hormones and their Role in Plant Growth and Development. Martinus Nijhoff Publisher. Boston. P: 15 25. Drew. R.A dan G.N Smith. 1986. Growth Apical and Lateral Buds of Papaya (Carica papaya) as affected by nutritional and hormonal factors. J.of Hort.Sci. 61(4) : 535 543. George. E.F and P.D. Sherrington. 1984. Plant Propagation by tissue culture. Exegetics Ltd.pp.338,479. Katuuk.J.R.P. 1989. Teknik Kultur Jaringan Dalam Mikro Propagasi Tanaman Depdikbud Dirjen Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Jakarta. Hal : 1 2, 46-68, 73-77, 90-93. Sinaga, S., Situmorang, Rajikan, Ranu. N.L.S Purnomo, D. Djatmiadi, M. Siregar dan A. Sitanggang. 2000. Usulan Pelepasan Jeruk Varietas Lokal Jeruk Keprok Balai Pengawasan dan Sertivikasi Benih Tanaman Pangan dan Holtikultura IV. Sumatera Utara. Medan. Wattimena, G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Pusat Antar Universitas IPB. Bogor. Yelnitis dan N.N Kristina. 1994. Pengaruh Auksin (IAA, IBA) dan Ekstrak Malt Terhadap Perakaran Gerbera Secara in vitro. Buletin Penelitian Tanaman Industri No 8 : 30-33. Lubis.M.C. Rasjidin, Markhaini dan T.M Oeliem. 1997. Pengaruh Konsentrasi IAA dan Kinetin terhadap Insiasi dan Multipikasi Tunas Pisang Barangan (Musa accuminata L) secara in vitro. Jurnal Penelitian Pertanian. Fakultas Pertanian UISU, Medan 16 (1) : 47-52. Masyudi. M..S Tjokrowidjojo. S. Rianawati dan I.S Dewi. 1997. Regenerasi Kultur Antera Beberapa Varietas Tanaman Padi Sawah di Indonesia. Jurnal Penelitian, UISU, Medan. 16 (2): 77-85. Pierik, R.L.M. 1987. In Vitro Culture of Higher Plants. Matinus Nijhoff Publisher Boston pp : 183-230. Rismayani, L.T.M.H Oelim, dan P. Pasaribu, 2000. Pengaruh Jenis Media dan Varietas terhadap Kultur Embrio Kedelai (Glycine max L. Merril). Jurnal Penelitian Pertanian, Fakultas Pertanian, UISU 19 (2) : 94-99. Setiabudi, R., Suwardi dan C.K.H. Teo. 1999. Perbanyakan Mikro dan Aklimatisasi Bunga Gerbera (Gerbera jamesonii Bolus). Jurnal Penelitian Pertanian, Fakultas Pertanian UISU, Medan 19 (1) : 40 47. 14