MODUL 6. S e s i 1 Struktur Jembatan Komposit STRUKTUR BAJA II. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

dokumen-dokumen yang mirip
Materi Pembelajaran : WORKSHOP/PELATIHAN Perhitungan Tegangan Elastis Pada Penampang Komposit

Materi Pembelajaran : 7. Pelaksanaan Konstruksi Komposit dengan Perancah dan Tanpa Perancah. 8. Contoh Soal.

MODUL 6. S e s i 5 Struktur Jembatan Komposit STRUKTUR BAJA II. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

MODUL 6. S e s i 5 Struktur Jembatan Komposit STRUKTUR BAJA II. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

MODUL 6. S e s i 4 Struktur Jembatan Komposit STRUKTUR BAJA II. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

STRUKTUR JEMBATAN BAJA KOMPOSIT

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

MODUL 5 STRUKTUR BAJA II. Perencanaan Lantai Kenderaan. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

MODUL 5. Addendum Perencanaan Lantai Kenderaan Dengan Corrugated Steel Plate STRUKTUR BAJA II. Dosen Pengasuh : Ir.

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector)

MODUL 5 STRUKTUR BAJA II. Perencanaan Lantai Kenderaan. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

MODUL 4 STRUKTUR BAJA II S E S I 1 & S E S I 2. Perencanaan Lantai Kenderaan. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

MODUL 4 STRUKTUR BAJA 1. S e s i 1 Batang Tekan (Compression Member) Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

ANALISIS PENGHUBUNG GESER (SHEAR CONNECTOR) PADA BALOK BAJA DAN PELAT BETON

MODUL 4 STRUKTUR BAJA 1. S e s i 3 Batang Tekan (Compression Member) Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

MODUL 4 STRUKTUR BAJA II S E S I 1 & S E S I 2. Perencanaan Lantai Kenderaan. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

MODUL 4 STRUKTUR BAJA II. Perencanaan Lantai Kenderaan. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

STUDIO PERANCANGAN II PERENCANAAN GELAGAR INDUK

MODUL 3 STRUKTUR BAJA 1. Batang Tarik (Tension Member)

Materi Pembelajaran : 10. WORKSHOP/PELATIHAN II PERENCANAAN DAN EVALUASI STRUKTUR.

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN BALOK ANAK KONSTRUKSI PROPPED PADA BANGUNAN TINGKAT DUA DENGAN VARIASI JARAK BALOK DAN PORTAL DARI SEGI TEKNIK DAN BIAYA

Analisis Balok Anak Konstruksi Propped pada Portal Tingkat Dua berdasarkan Variasi Jarak Balok dan Portal (Aspek Tehnis dan Biaya)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL 3 STRUKTUR BAJA 1. Batang Tarik (Tension Member) Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

EVALUASI KEKUATAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN BALOK KOMPOSIT BAJA MENGGUNAKAN FLOOR DECK

STUDI PENGGUNAAN, PERBAIKAN DAN METODE SAMBUNGAN UNTUK JEMBATAN KOMPOSIT MENGGUNAKAN LINK SLAB

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PRILAKU LENTUR BALOK KOMPOSIT DENGAN INTERAKSI PARSIAL

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

BAB III LANDASAN TEORI. Dimensi, berat kendaraan, dan beban yang dimuat akan menimbulkan. dalam konfigurasi beban sumbu seperti gambar 3.

Mencari garis netral, yn. yn=1830x200x x900x x x900=372,73 mm

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pendahuluan Permasalahan Yang Akan Diteliti 7

Perancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori

BAB III LANDASAN TEORI. dibebani gaya tekan tertentu oleh mesin tekan.

pemberian reaksi tekan tersebut, gelagar komposit akan menerima beban kerja

MODUL 4 STRUKTUR BAJA 1. S e s i 7 Batang Tekan (Compression Member) Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

BAB II PERATURAN PERENCANAAN

BAHAN KULIAH Struktur Beton I (TC214) BAB IV BALOK BETON

BAB III METODOLOGI. 3.1 Dasar-dasar Perancangan

sejauh mungkin dari sumbu netral. Ini berarti bahwa momen inersianya

Data data perencanaan: 1. Bentang jambatan : 2. Lebar jembatan : 3. Lebar trotoar : 4. Jarak gelegar memanjang : 5. Jenis lantai :

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

PERENCANAAN JEMBATAN MALANGSARI MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR RANGKA TIPE THROUGH - ARCH. : Faizal Oky Setyawan

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN...

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

TUGAS AKHIR RC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

Tegangan Dalam Balok

PERENCANAAN GELAGAR BAJA PADA JEMBATAN DESA BUKET LINTEUNG KECAMATAN LANGKAHAN KABUPATEN ACEH UTARA

REVIEW DESAIN STRUKTUR GEDUNG CENTER FOR DEVELOPMENT OF ADVANCE SCIENCE AND TECHNOLOGY (CDAST) UNIVERSITAS JEMBER DENGAN KONSTRUKSI BAJA TAHAN GEMPA

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BAJA BERDASARKAN TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI ) MENGGUNAKAN MATLAB

MODUL 5 STATIKA I MUATAN TIDAK LANGSUNG. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS TINGGI LUBANG BAJA KASTILASI DENGAN PENGAKU BADAN PADA PROFIL BAJA IWF 500 X 200

LENDUTAN PELAT LANTAI GEDUNG REKTORAT UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI FLOOR PLATES DEFLECTION OF A RECTORATE BUILDING AT ISLAMIC UNIVERSITY "45" BEKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI HALAMANJUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATAPENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI FAKTOR KONVERSI

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Balok Lentur Pertemuan - 6

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON

MODUL 4 STRUKTUR BAJA 1. S e s i 4 Batang Tekan (Compression Member) Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari ketinggian shear wall yang optimal untuk gedung perkantoran 22

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

32 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan SNI Untuk mendukung penulisan tugas akhir ini

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB )

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

Studi Analisis Tinggi Lubang Baja Kastilasi dengan Pengaku.Ni Kadek Astariani 25

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG B RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA GUNUNGSARI SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain ( jalan

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

PERHITUNGAN SLAB LANTAI JEMBATAN

PERHITUNGAN BALOK DENGAN PENGAKU BADAN

ANAAN TR. Jembatan sistem rangka pelengkung dipilih dalam studi ini dengan. pertimbangan bentang Sungai Musi sebesar ±350 meter. Penggunaan struktur

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut McComac dan Nelson dalam bukunya yang berjudul Structural

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desain struktur merupakan faktor yang sangat menentukan untuk menjamin

Analisis Profil Baja Kastilasi. Ni Kadek Astariani

ANALISIS PENGARUH DIMENSI DAN JARAK PELAT KOPEL PADA KOLOM DENGAN PROFIL BAJA TERSUSUN

Modifikasi Perencanaan Gedung Office Block Pemerintahan Kota Batu Menggunakan Struktur Komposit Baja Beton

1.2 Tujuan Penelitian 2

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

DAFTAR ISI. LEMBAR JUDUL... i KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK...

Transkripsi:

STRUKTUR BAJA II MODUL 6 S e s i 1 Struktur Jembatan Komposit Dosen Pengasuh : Materi Pembelajaran : 1. Pengertian Konstruksi Komposit. 2. Aksi Komposit. 3. Manfaat dan Keuntungan Struktur Komposit. 4. Lebar Efektif. 5. Tegangan Elastis Pada Penampang Komposit. 6. CONTOH SOAL : 6.1). Perhitungan Modulus Penampang Elastis. 6.2). Perhitungan Tegangan Elastis Pada Penampang Komposit. Tujuan Pembelajaran : Mahasiswa mengetahui dan memahami struktur jembatan komposit. DAFTAR PUSTAKA a) Agus Setiawan, Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-2002), Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008. b) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson, STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku, Jilid 2, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 1996, atau, c) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson, Steel Structures Design and Behavior, 5th Edition, Pearson Education Inc., 2009 d) RSNI T-03-2005, Perencanaan Struktur Baja Untuk Jembatan. e) Tabel Baja PT. GUNUNG GARUDA.

UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pemilik hak cipta photo-photo, buku-buku rujukan dan artikel, yang terlampir dalam modul pembelajaran ini. Semoga modul pembelajaran ini bermanfaat. Wassalam Penulis Thamrin Nasution thamrinnst.wordpress.com thamrin_nst@hotmail.co.id thamrinnst.wordpress.com

STRUKTUR JEMBATAN BAJA KOMPOSIT 1. Pengertian Konstruksi Komposit. Konstruksi komposit adalah sebuah konstruksi yang bahan-bahannya merupakan perpaduan dari dua jenis material yang berbeda sifat, yang disatukan sedemikian rupa, sehingga bekerja sama dalam memikul beban. Konstruksi seperti ini ditemukan pada struktur jembatan, yaitu gambungan antara pelat lantai dari bahan beton dan gelagar dari bahan baja. Gabungan kedua elemen struktur ini dapat memikul beban lentur (momen) secara bersama-sama. Dalam bentuk lain adalah struktur tiang/kolom dimana lapis luar tiang/kolom digunakan besi hollow dari baja, dan didalamnya diisi dengan material beton. Gambar 1 : Jembatan komposit, gelagar kotak. Sumber : Composite steel highway bridges, A.C.G. Hayward, Corus Construction & Industrial, www.corusconstruction.com Gambar 2 : Jembatan komposit, gelagar kotak. Sumber : Composite steel highway bridges, A.C.G. Hayward, Corus Construction & Industrial, www.corusconstruction.com Konstruksi komposit bisa merupakan perpaduan antara baja dengan beton, kayu dengan beton, dan lain-lain. Konstruksi komposit dibuat sedemikian rupa dengan memanfaatkan keunggulan dari masing-masing bahan, dari kedua jenis bahan yang berbeda tadi, terutama dalam kemampuannya memikul gaya tarik dan gaya tekan. Hal ini pada umumnya dijumpai pada baja dan beton. Material baja adalah bahan yang kuat terhadap gaya tarik dan kuat juga terhadap gaya tekan, tetapi gaya tekan yang dapat dipikul sangat erat kaitannya dengan kelangsingan profil. Sebaliknya, beton sangat kuat memikul gaya tekan dan sangat lemah terhadap gaya tarik. Pada mulanya balok baja hanya dipakai sebagai penopang pelat lantai, sehingga pada balok baja terjadi lendutan yang besar yang diakibatkan oleh beban yang besar yang harus dipikul balok baja tersebut. Pelat beton dan gelagar baja mengalami deformasi sendirisendiri, dengan besar deformasi tergantung dari kekuatan masing-masing bahan (baja dan beton). Pada pertemuan kedua bahan akan terjadi gelincir karena tidak ada penahan. Penampang yang seperti ini termasuk kategori non komposit, lihat Gambar 3 berikut. 1

Pelat lantai beton Tergelincir/slip Gelagar baja Pelat lantai beton Tekan Tarik Tekan Gelagar baja Tarik Diagram tegangan Gambar 3 : Penampang baja beton non komposit Pada awal tahun 1930 kanstruksi komposit dibuat pada jembatan, dan untuk gedung pada tahun 1960. Semenjak tahun 1979 yang lalu, aksi komposit selalu dimanfaatkan pada bangunan gedung terutama pada jembatan, dimana baja dan beton saling melekat dengan bantuan penghubung geser (Shear connector). Shear Connector Gambar 4 : Jembatan komposite dengan penghubung geser. Sumber : http://www.doka.com Sumber : http://www.directindustry.com 2

Gambar 5 : Bangunan komposit, lantai menggunakan deck Sumber : http://www.antec.com.au 2. Aksi Komposit ("Composite Action"). Aksi komposit terjadi apabila dua batang/bagian struktur pemikul beban, misalnya konstruksi lantai beton dan balok profil baja, dihubungkan secara komposit menjadi satu, sehingga dapat melentur secara bersamaan dan menyatu, dengan kata lain tidak terjadi gelincir diantara permukaan beton dan baja. Aksi komposit hanya dapat terjadi apabila anggapan-anggapan berikut ini dapat dipenuhi atau mendekati keadaan sebenarnya antara lain : a. Lantai beton dengan balok profil baja dihubungkan dengan penghubung geser secara tepat pada seluruh bentangnya. b. Gaya geser pada penghubung geser adalah sebanding secara proportional dengan beban pada penghubung geser. c. Distribusi tegangan adalah linier disetiap penampang. d. Lantai beton dan balok baja tidak akan terpisah secara vertikal dibagian manapun sepanjang bentangan. 3. Manfaat dan Keuntungan Stuktur Komposit. Bila dibandingkan dengan konstruksi non komposit, konstruksi komposit memberikan beberapa keuntungan, antara lain : a. Profil baja dapat dihemat dibandingkan dengan balok non komposit. b. Penampang atau tinggi profil baja lebih rendah, sehingga dapat mengurangi atau menghemat tinggi lantai (storey height) pada bangunan gedung dan tinggi ruang bebas pada bangunan jembatan. 3

c. Kekakuan lantai pelat beton bertulang semakin tinggi karena pengaruh komposit (menyatu dengan gelagar baja), sehingga pelendutan pelat lantai (komposit) semakin kecil. d. Panjang bentang untuk batang tertentu dapat lebih besar, artinya dengan sistem komposit baja dan beton, untuk penampang yang sama, mempunyai momen pikul yang lebih besar. e. Kapasitas daya pikul beban bertambah dibandingkan dengan pelat beton yang bebas di atas gelagar baja. 4. Lebar Efektif. Konsep lebar efektif bermanfaat dalam disain bila kekuatan harus ditentukan untuk suatu elemen yang terkena distribusi tegangan tidak seragam. be b b bf Gambar 6 : Bentuk distribusi tegangan pada pelat beton akibat momen lentur. Dari gambar diatas terlihat bahwa tegangan paling ektrim terdapat pada daerah diatas sayap gelagar, dan terus menurun secara non-liner sebanding dengan letaknya yang semakin jauh dari sayap gelagar. Lebar efektif balok komposit dapat dinyatakan dengan persamaan berikut,..1 be = bf + 2 b be bf Gelagar dalam be b b bo bo bf b bo Gelagar luar Gambar 7 : Ukuran-ukuran dalam penetapan lebar efektif gelagar baja-beton komposit. 4

Penyederhanaan penetapan lebar efektif untuk keperluan perencanaan diberikan oleh AISC LRFD untuk beban layan maupun perhitungan kekuatan nominal, adalah sebagai berikut, a. Gelagar interior (dalam), L 1.a. be 4 be bo (jarak gelagar sama) 1.b. Dimana, L = panjang bentang jembatan bo = jarak antara gelagar memanjang, (lihat gambar 7). b. Gelagar eksterior (luar), L be + jarak dari pusat gelagar ke tepi slab. 1.c. 8 be 1 / 2 bo jarak dari pusat gelagar ke tepi slab (lihat gambar 7). 1.d. RSNI T-03-2005, Perencanaan Struktur Baja Untuk Jembatan, menetapkan lebar efektif sebagai berikut : Bila lantai beton meliputi kedua sisi badan gelagar, lebar efektif lantai harus diambil sebagai nilai terkecil dari : a. 1/5 x panjang bentang gelagar untuk bentang sederhana atau 1/7 x panjang bentang gelagar untuk bentang menerus, atau b. Jarak pusat-pusat antara badan gelagar, be bo, atau c. 12 x tebal minimum lantai. 5. Tegangan Elastis Pada Penampang Komposit. Pada balok T yang homogen, bentuk diagram tegangan-regangan dalam kondisi layan terlihat seperti gambar berikut, a fa Y1 M Y2 b fb regangan tegangan Gambar 8 : Diagram tegangan regangan balok homogen. Besar tegangan lentur adalah, fa Dimana, I M M. Y1 M. Y2 ; fb I I = momen inertia penampang balok T. = momen lentur. 5 2.

Pada balok komposit, dengan jenis bahan yang berbeda (beton baja) dimana mempunyai modulus elastis yang berbeda pula, maka diagram tegangannya menjadi tidak sama dengan balok yang homogen, sekalipun hubungan baja beton sangat kaku, dengan kata lain baja beton mengalami deformasi serentak Hubungan tegangan dan regangan baja beton dapat dilihat pada persamaan berikut ini, s c 3.a. (besar deformasi yang terjadi antara baja dan beton adalah sama) Atau, fs fc Es Ec 3.b. Es. fc n. fc Ec 3.c. Sehingga, fs Dimana, Es = ratio modulus. Ec Es = modulus elastisitas baja = 200.000 MPa. Ec = modulus elastisitas beton, diberikan oleh persamaan berikut, Ec = Wc1,5 (0,043) fc' Dimana, Wc = berat jenis beton. Lihat Modul 2, 2400-2600 kg/m3, ambil Wc = 2500 kg/m3. fc = kekuatan tekan beton umur 28 hari. n = 3.d. Untuk beton normal dapat diambil, Ec 4700 fc' 3.e. Bentuk tegangan lentur pada penampang komposit seperti gambar berikut, dimana slab beton penampang komposit di transformasikan menjadi baja equivalen, kalau pada beton bertulang adalah kebalikannya, yaitu luas tulangan di transformasikan menjadi luas beton equivalen. be be / n hc Luas baja equivalen fca fcb M Garis netral komposit fsa yca ysa Garis netral profil hs ysb b bf fsb b Gambar 9 : Tegangan pada penampang komposit. 6 ycb

Tegangan lentur yang terjadi pada profil baja, M. y sb M. ysa ; fsb fsa I gn I gn 4.a. Tegangan lentur tekan yang terjadi pada serat atas/bawah slab beton, M. yca M. ycb fca ; fcb n. I gn n. I gn 4.b. 6. Contoh Soal. 6.1. Hitunglah modulus penampang elastis dari penampang komposit, dengan mutu beton, fc = 21 Mpa, memakai baja mutu BJ-41, fy = 250 MPa. Panjang bentang, L = 10 meter. Gunakan lebar penampang efektif. WF 400.400.13.21 WF 400.400.13.21 WF 400.400.13.21 Panjang bentang L = 10 m bo = 1,5 m bo = 1,5 m 20 cm WF 400.400.13.21 WF 400.400.13.21 bo bo Gambar 10 : Jembatan komposit Penyelesaian : Lebar efektif (RSNI T-03-2005), be = L / 5 = 10 m / 5 = 2,0 m. be = bo = 1,5 m (menentukan). be = 12 x hc = 12 x 0,20 m = 2,40 m Modulus elastis, Baja, Es = 200.000 MPa. Beton, Ec = 4700 fc' = 4700. 21 = 21538 MPa. Modulus ratio, n = Es / Ec = (200.000 MPa)/(21538 MPa) = 9,3 7

Lebar equivalen baja, be / n = 1,5 m / 9,3 = 0,161 m = 16,1 cm. be = 150 cm be / n = 16,1 cm hc = 20 cm Garis netral komposit 60 cm hs = 40 cm d1 30 cm ya d2 Garis netral profil 20 cm yb WF 400.400.13.21 Gambar 11 : Letak garis netral penampang komposit Letak garis netral komposit. Luas penampang baja equivalen, Luas profil WF 400.400.13.21 Luas total, Ac = (16,1 cm). (20 cm) As Atotal = 322 cm2. = 218,7 cm2. = 540,7 cm2. - Statis momen ke sisi atas pelat beton, Atotal. ya = Ac. (hc/2) + As. (hs/2 + hc) (540,7 cm2). ya = (322 cm2). (20 cm/2) + (218,7 cm2). (40 cm/2 + 20 cm) (540,7 cm2). ya = 3220,0 cm3 + 8748,0 cm3 = 11968,0 cm3 ya = (11968,0 cm3)/(540,7 cm2) = 22,1 cm. - Statis momen ke sisi bawah flens bawah profil, Atotal. yb = Ac. (hs + hc/2) + As. (hs/2) (540,7 cm2). yb = (322 cm2). (40 cm + 20 cm/2) + (218,7 cm2). (40 cm/2) (540,7 cm2). yb = 16100,0 cm3 + 4374,0 cm3 yb = (20474,0 cm3)/(540,7 cm2) = 37,8 cm - Kontrol, Ya + yb = hs + hc 22,1 cm + 37,8 cm = 40 cm + 20 cm 60 cm = 60 cm (memenuhi). Perhitungan momen inertia komposit (I), terhadap garis netral komposit adalah sebagai berikut, a. Penampang baja equivalen. Luas penampang baja equivalen, Ac = 322,0 cm2. Momen inertia terhadap diri sendiri, Io = 1/12. (16,1 cm). (20 cm)3 = 10733,3 cm4. 8

Letak pusat berat penampang baja equivalen terhadap garis netral komposit, d1 = ya (hc/2) = (22,1 cm) (20 cm/2) = 12,1 cm. Momen inertia penampang baja equivalen terhadap garis netral komposit, Ic = Io + A. d12 = 10733,3 cm4 + (322,0 cm2).(12,1 cm)2 = 57877,3 cm4. b. Profil WF 400.400.13.21. Luas profil WF, As = 218,7 cm2. Momen inertia terhadap diri sendiri, Io = 66600 cm4. Letak pusat berat profil WF terhadap garis netral komposit, d2 = yb (hs/2) = (37,8 cm) (40 cm/2) = 17,8 cm. Momen inertia profil WF terhadap garis netral komposit, Is = Io + A. d22 = 66600 cm4 + (218,7 cm2).(17,8 cm)2 = 135982,9 cm4. c. Momen inertia penampang komposit. I = Ic + Is = 57877,3 cm4 + 135982,9 cm4 = 193860,2 cm4. Modulus penampang elastis. - Pada tepi atas pelat beton, Sc = I / ya = (193860,2 cm4)/(22,1 cm) Sc = 8772,0 cm3. - Pada tepi atas sayap baja, Ssa = I / (ya 20 cm) = (193860,2 cm4)/(22,1 cm 20 cm) Ssa = 92314,4 cm3. - Pada tepi bawah sayap baja, Ssb = I / yb = (193860,2 cm4)/(37,8 cm) Ssb = 5128,6 cm3. 6.2. Sebuah jembatan komposit dengan perletakan sederhana, mutu beton, K-300, panjang bentang, L = 12 meter. Tebal lantai beton hc = 20 cm, jarak antara gelagar, S = 1,10 meter. Gelagar memakai WF 600.300.12.20, mutu baja BJ-41. Hitunglah tegangan yang terjadi pada penampang komposit akibat berat sendiri. Penyelesaian : A). DATA - DATA 1. DATA GEOMETRIS JEMBATAN Tebal slab lantai jembatan hc = 20,0 cm. Jarak antara gelagar baja S = bo = 110,0 cm. Panjang bentang jembatan L = 12,0 m. 2. DATA MATERIAL a. BETON Mutu beton, K-300 = 9 300 kg/cm2

Kuat tekan beton, Modulus Elastis, Berat beton bertulang, fc' = 0,83 K/10 = 24,9 MPa. Ec 4700 fc' = 23453 MPa. Wc = 25 kn/m3 WF 600.300.12.20 WF 600.300.12.20 WF 600.300.12.20 Panjang bentang L = 12 m bo = 1,10 m bo = 1,10 m 20 cm WF 600.300.12.20 WF 600.300.12.20 S = bo S = bo Gambar 12 : gambar soal 6.2. b. BAJA Mutu baja, BJ - 41 Tegangan leleh baja, fy = 250 MPa. Modulus elastis, Es = 200.000 Mpa. Profil WF 600.300.12.20 Io = 118000 cm4. hs = 58,8 cm. As = 192,5 cm2. qs = 151 kg/m = 1,51 kn/m. B). ANALISA STRUKTUR. a. Berat Sendiri. - Pelat beton, qc = (1,10 m). (0,20 m). (25 kn/m3) = 5,500 kn/m. - Profil WF 600.300.12.20, qs = 1,510 kn/m. q = 7,010 kn/m. b. Momen lentur. Momen maksimum terjadi di tengah bentang sebesar, Mmaks = 1/8 q L2 = 1/8. (7,010 kn/m ). (12 m)2 Mmaks = 126,180 kn.m. 10

C). GARIS NETRAL PENAMPANG KOMPOSIT. Lebar efektif (RSNI T-03-2005), be = L / 5 = 12 m / 5 = 2,4 m be = bo = 1,10 m (menentukan). be = 12 hc = 12. (0,20 m) = 2,40 m. Modulus ratio, n = Es / Ec = (200.000 MPa)/(23500 MPa) = 8,5 Lebar equivalen baja, be / n = 1,10 m / 8,5 = 0,129 m = 12,9 cm. be = 110 cm be / n = 12,9 cm hc = 20 cm Garis netral komposit 78,8 cm hs = 58,8 cm d1 39,4 cm ya d2 Garis netral profil 29,4 cm yb WF 600.300.12.20 Gambar 13 : Letak garis netral penampang komposit Letak garis netral komposit. Luas penampang baja equivalen, Luas profil WF 600.300.12.20 Luas total, Ac = (12,9 cm). (20 cm) As Atotal = 258 cm2. = 192,5 cm2. = 450,5 cm2. - Statis momen ke sisi atas pelat beton, Atotal. ya = Ac. (hc/2) + As. (hs/2 + hc) (450,5 cm2). ya = (258 cm2). (20 cm/2) + (192,5 cm2). (58,8 cm/2 + 20 cm) (450,5 cm2). ya = 2580,0 cm3 + 9509,5 cm3 = 12089,5 cm3 ya = (12089,5 cm3)/(450,5 cm2) = 26,84 cm. - Statis momen ke sisi bawah flens bawah profil, Atotal. yb = Ac. (hs + hc/2) + As. (hs/2) (450,5 cm2). yb = (258 cm2). (58,8 cm + 20 cm/2) + (192,5 cm2). (58,8 cm/2) (450,5 cm2). yb = 17750,4 cm3 + 5659,5 cm3 = 23409,9 cm3. yb = (23409,9 cm3)/(450,5 cm2) = 51,96 cm - Kontrol, Ya + yb = hs + hc 26,84 cm + 51,96 cm = 58,8 cm + 20 cm 78,8 cm = 78,8 cm (memenuhi). 11

D). MOMEN INERTIA PENAMPANG KOMPOSIT. Perhitungan momen inertia komposit (I), terhadap garis netral komposit adalah sebagai berikut, a. Penampang baja equivalen. Luas penampang baja equivalen, Ac = 258,0 cm2. Momen inertia terhadap diri sendiri, Ioc = 1/12. (12,9 cm). (20 cm)3 = 8600,0 cm4. Letak pusat berat penampang baja equivalen terhadap garis netral komposit, d1 = ya (hc/2) = (26,84 cm) (20 cm/2) = 16,84 cm. Momen inertia penampang baja equivalen terhadap garis netral komposit, Ic = Ioc + Ac. d12 = 8600,0 cm4 + (258,0 cm2).(16,84 cm)2 = 81765,1 cm4. b. Profil WF 600.300.12.20. Luas profil WF, As = 192,5 cm2. Momen inertia terhadap diri sendiri, Ios = 118000 cm4. Letak pusat berat profil WF terhadap garis netral komposit, d2 = yb (hs/2) = (51,96 cm) (58,8 cm/2) = 22,56 cm. Momen inertia profil WF terhadap garis netral komposit, Is = Ios + A. d22 = 118000 cm4 + (192,5 cm2).(22,56 cm)2 = 215973,6 cm4. c. Momen inertia penampang komposit. I = Ic + Is = 81765,1 cm4 + 215973,6 cm4 = 297738,7 cm4. E). TEGANGAN LENTUR PADA PENAMPANG KOMPOSIT. Pada tepi atas pelat beton, M. ya (126,180 x10 6 N.mm) x (268,4 mm) fca = 1,3 MPa (tekan). n.i (8,5). (297738,7 x 10 4 mm 4 ) Pada tepi bawah pelat beton, M. ( ya - 200 mm) (126,180 x10 6 N.mm) x (268,4 mm - 200mm) fcb n.i (8,5). (297738,7 x 10 4 mm 4 ) = 0,3 MPa (tekan). Pada tepi atas flens atas profil WF, M. ( ya - 200 mm) (126,180 x10 6 N.mm) x (268,4 mm - 200mm) fsa I (297738,7 x 10 4 mm 4 ) = 2,9 Mpa (tekan). 12

Pada tepi bawah flens bawah profil WF, M. ( yb) (126,180 x10 6 N.mm) x (519,6 mm) fsa I (297738,7 x 10 4 mm 4 ) = 22,0 Mpa (tarik). be = 110 cm be / n = 12,9 cm 1,3 MPa 20 cm Ya = 26,84 cm 0,3 MPa 2,9 MPa Garis netral komposit 78,8 cm 58,8 cm Garis netral profil Yb = 51,96 cm 22,0 MPa WF 600.300.12.20 Gambar 14 : Diagram tegangan penampang komposit akibat berat sendiri. Keterangan : Dari diagram tegangan terlihat, bagian beton sepenuhnya mengalami tegangan tekan. 13