II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8/POJK.03/2014 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/1/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 1 /PBI/2011 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

a. Penilaian Faktor Profil Risiko

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Analisis. tingkat kesehatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

No.13/ 24 /DPNP Jakarta, 25 Oktober Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum

I. PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

- 1 - TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM

BAB III PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO MENURUT KETENTUAN PBI 13/23/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14 /SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

Tugas Manajemen Risiko NAMA KELOMPOK : 1. Aditya Bangun Subagja Heru Setyawan Ella Rizky Aisah

III. METODE PENELITIAN. dan evaluatif, yaitu dengan menganalisis penilaian sendiri (self assessment)

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

persamaan dan perbedaan

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. beberapa pengertian ataupun definisi bank, yaitu: 1. Joseph Sinkey, bank adalah departement store of finance yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah dalam hal penentuan harga, baik harga jual maupun harga beli. Bank

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 65 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kelembagaan Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

BAB V PENUTUP. Devisa periode dengan menggunakan metode RGEC adalah sebagai

BAB 2 LANDASAN TEORI

Analisis Tingkat Kesehatan Bank Pada PT. Bank Central Asia, Tbk dan PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dengan banyaknya pendirian bank-bank. Baik itu bank milik pemerintah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN PENILAIAN FAKTOR RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, DAN CAPITAL (RGEC) PADA PT.

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

- 1 - TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK (PENDEKATAN RGEC) PADA BANK RAKYAT INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Matriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

BAB I PENDAHULUAN. Melemahnya nilai tukar rupiah yang terus berubah-ubah menjadi masalah

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/2/PBI/2013 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM KONVENSIONAL

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/10/PBI/2004 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

Mentari Anggraini Moch. Dzulkirom AR Muhammad Saifi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

BAB I PENDAHULUAN. faktor RGEC (Risk profile, Good Corporate Governance, Earnigs, Capital).

BAB II LANDASAN TEORI

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR:9/17/PBI/2007 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2014 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM SESUAI PROFIL RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Kelembagaan. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-2- sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu diperlukan penyempurnaan mekanisme tindak lanjut penanganan permasalahan Ban

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 17/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga intermediasi keuangan yang menjadi pilar

METODOLOGI PENELITIAN. aspek-aspek yang relevan dengan fenomena dari dua perspektif, baik dari sisi

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan strategis dalam kegiatan perekonomian. Sarana tersebut dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. berperan dalam berbagai aktivitas jasa keuangan yang dilaksanakan oleh lembaga

- 3 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN.

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA PT BANK MANDIRI ( PERSERO

MANAJEMEN RISIKO TENTANG ANALISIS MANAJEMEN BANK CENTURY (PROFIL RISK, GCG, RENTABILITAS DAN CAPITAL)

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNING, CAPITAL (RGEC) METHOD SEBAGAI INSTRUMEN PENGUKUR TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha Bank Mandiri Syariah Bentuk Usaha Bank Syariah Mandiri

BAB II TELAAH PUSTAKA. usahanya. Perbankan memiliki kedudukan yang strategis, yakni sebagai. transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /POJK.03/2017 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

Fitrawati Muhammad Saifi Zahroh Z. A. Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang ABSTRACT ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam berbagai alternatif investasi.

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bersumber dari dana yang diterima dari masyarakat maupun berdasarkan. lintas pembayaran dan peredaran uang (Martono, 2002).

Laporan Penilaian Sendiri (Self Assessment) Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG)

BAB I PENDAHULUAN. Masih terbayang dibenak kita aksi protes yang dilakukan salah satu nasabah

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 3 /PBI/2011 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB I PENDAHULUAN. semua sektor perekonomian. Dengan memberikan kredit kepada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam perekonomian suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. dan untuk menghadapi risiko di masa yang akan datang (PBI No. 13/1/PBI/2011).

BAB I PENDAHULUAN. signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi

BAB I PENDAHULUAN. mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LIKUIDASI BANK DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN. Pengertian Likuidasi Bank menurut Pasal 1 angka 13 Peraturan Lembaga

No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum

No.12/ 32 /DPbS Jakarta, 18 November 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA Institusi Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No.10 tahun 1998 Pasal 1 tentang perbankan, dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka


ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero), Tbk PERIODE

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat dengan sector keuangan. Banyak sekali lembaga-lembaga keuangan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/ 9 /PBI/2004 TENTANG TINDAK LANJUT PENGAWASAN DAN PENETAPAN STATUS BANK GUBERNUR BANK INDONESIA,

KESEHATAN DAN RAHASIA BANK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 21 /PBI/2010 TENTANG RENCANA BISNIS BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Dictionary of Banking and financial service by Jerry Rosenberg dalam Taswan (2010) menyatakan bahwa yang dimaksud bank adalah lembaga yang menerima simpanan giro, deposito, dan membayar atas dasar dokumen yang ditarik pada orang atau lembaga tertentu, mendiskonto surat berharga, memberikan pinjaman, dan menanamkan dananya dalam surat berharga. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan menyebutkan: Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara, dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya

11 kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 2.1.2 Jenis Bank Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan pada Pasal 5 membagi bank menurut jenisnya menjadi dua. Bank tersebut terdiri dari: 1. Bank umum; 2. Bank Perkreditan Rakyat. Pada Pasal 1 Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan menyebutkan apa yang dimaksud dengan bank umum, yakni: Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Secara langsung dari pengertian diatas maka bank umum dibagi menjadi dua berdasarkan kegiatan usahanya, yaitu: 1. Bank Umum Konvensional (BUK) 2. Bank Umum Syariah (BUS)

12 2.1.3 Bank Umum Syariah (BUS) Undang-undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pada Pasal 1 menjelaskan berbagai istilah yang berkaitan dengan bank syariah, yaitu: Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya." Pada ayat 7 disebutkan Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah. Lalu dilanjutkan pada ayat 8 dan 12, yakni: Bank umum syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.

13 2.2 Tingkat Kesehatan Bank Kesehatan bank adalah kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen) bank, masyarakat pengguna jasa bank, Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank. Tingkat kesehatan bank dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen risiko. (Taswan, 2010) Berdasarkan POJK No. 8 Tahun 2014 pada Pasal 1 ayat 6 Tentang penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah dan unit usaha syariah menyebutkan: Tingkat Kesehatan Bank adalah hasil penilaian kondisi Bank yang dilakukan berdasarkan risiko termasuk risiko terkait penerapan prinsip syariah dan kinerja Bank atau disebut dengan Risk-based Bank Rating. Bank Umum Syariah (BUS) wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank baik secara individual atau sendiri (self assessment) maupun secara konsolidasi. Setelah melakukan penilaian tingkat kesehatan kemudian hasil dari penilaian tersebut disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pada pasal 5 ayat 1 dan 2 menyebutkan bahwa dalam hal terdapat perbedaan antara hasil penilaian tingkat kesehatan bank yang dilakukan oleh OJK dengan hasil self assessment oleh bank itu sendiri, OJK wajib melakukan prudential meeting dengan bank. Apabila setelah melakukan prudential

14 meeting masih terdapat perbedaan maka yang berlaku adalah hasil penilaian tingkat kesehatan bank yang dilakukan oleh OJK. Prudential meeting adalah pertemuan antara OJK dengan bank dalam rangka menggali informasi terkait proses pelaksanaan penilaian tingkat kesehatan bank. Penilaian pada setiap bank diberi peringkat komposit tingkat kesehatan bank. Pada pasal 9 dalam POJK No. 8 Tahun 2014 menyebutkan peringkat komposit tingkat kesehatan bank dikategorikan sebagai berikut: 1. Peringkat Komposit 1 (PK-1) PK-1 mencerminkan kondisi Bank yang secara umum sangat sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya. 2. Peringkat Komposit 2 (PK-2) PK-2 mencerminkan kondisi Bank yang secara umum sehat sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya. 3. Peringkat Komposit 3 (PK-3) PK-3 mencerminkan kondisi Bank yang secara umum cukup sehat sehingga dinilai cukup mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya. 4. Peringkat Komposit 4 (PK-4) PK-4 mencerminkan kondisi Bank yang secara umum kurang sehat sehingga dinilai kurang mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

15 5. Peringkat Komposit 5 (PK-5) PK-5 mencerminkan kondisi Bank yang secara umum tidak sehat sehingga dinilai tidak mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya. Pasal 10 menegaskan penurunan peringkat komposit tingkat kesehatan bank oleh OJK jika setelah identifikasi dan penilaian ditemukan permasalahan atau pelanggaran yang secara signifikan mempengaruhi atau akan mempengaruhi operasional dan atau kelangsungan usaha Bank. 2.3 Pendekatan Risiko Tata cara penilaian tingkat kesehatan bank syariah diatur seluruhnya dalam Surat Edaran Ototritas Jasa Keuangan No. 10 Tahun 2014. Bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank baik secara individual maupun konsolidasi dengan menggunakan pendekatan risiko (Risk-based bank Rating) dengan cakupan penilaian terhadap faktor-faktor sebagai berikut: 1. Profil risiko (risk profile) 2. Good Corporate Governance 3. Rentabilitas (earnings); dan 4. Permodalan (capital).

16 2.3.1 Profil Risiko (Risk Profile) Pasal 7 ayat 1 pada POJK No. 8 Tahun 2014 menyebutkan penilaian terhadap faktor profil risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a dan Pasal 6 ayat (2) merupakan penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam operasional Bank yang dilakukan terhadap 10 (sepuluh) risiko yaitu: 1. Risiko kredit; Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati. 2. Risiko pasar; Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif akibat perubahan harga pasar, antara lain risiko berupa perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau disewakan. 3. Risiko likuiditas; Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank.

17 4. Risiko operasional; Risiko operasional adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan atau adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank. 5. Risiko hukum; Risiko hukum adalah risiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan atau kelemahan aspek yuridis. Risiko ini juga dapat timbul antara lain karena ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendasari atau kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya perjanjian atau agunan yang tidak memadai. 6. Risiko stratejik; Risiko stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. 7. Risiko kepatuhan; Risiko kepatuhan adalah risiko akibat bank tidak mematuhi dan atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku, serta prinsip syariah. 8. Risiko reputasi; Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank.

18 9. Risiko imbal hasil; dan Risiko imbal hasil (rate of return risk) adalah risiko akibat perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan bank kepada nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima bank dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi perilaku nasabah dana pihak ketiga bank. 10. Risiko investasi Risiko investasi (equity investment risk) adalah risiko akibat bank ikut menanggung kerugian usaha nasabah yang dibiayai dalam pembiayaan berbasis bagi hasil, baik yang menggunakan metode net revenue sharing maupun yang menggunakan metode profit and loss sharing. Sepuluh risiko tersebut menjadi acuan bank dalam menilai risiko inheren. Penilaian risiko inheren merupakan penilaian atas risiko yang melekat pada kegiatan bisnis bank, baik yang dapat dikuantifikasikan maupun yang tidak, yang berpotensi mempengaruhi posisi keuangan bank. Setiap risiko inheren bersifat kuantitatif maupun kualitatif dan dikatagorikan ke dalam 5 (lima) predikat yakni predikat rendah (low), predikat rendah ke sedang (low to moderate), predikat sedang (moderate), predikat sedang ke tinggi (moderate to high), dan predikat tinggi (high).

19 2.3.2 Good Corporate Governance Penilaian faktor Good Corporate Governance (GCG) bagi Bank Umum Syariah merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen bank. Kualiatas manajemen bank didasarkan atas pelaksanaan 5 (lima) prinsip GCG. Kelima prinsip GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, profesional, dan kewajaran. Penerapan lima prinsip Good Corporate Governance (GCG) dipastikan dengan menilai paling kurang meliputi 11 (sebelas) faktor pelaksanaan GCG. Sebelas faktor GCG tersebut sebagai berikut: 1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris; 2. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi; 3. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite; 4. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah; 5. Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa; 6. Penanganan benturan kepentingan; 7. Penerapan fungsi kepatuhan; 8. Penerapan fungsi audit intern; 9. Penerapan fungsi audit ekstern; 10. Batas Maksimum Penyaluran Dana (BMPD); dan 11. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS, laporan pelaksanaan GCG serta pelaporan internal.

20 Penetapan peringkat faktor Good Corporate Governance dikategorikan dalam 5 (lima) peringkat yakni peringkat 1, peringkat 2, peringkat 3, peringkat 4, dan peringkat 5. Urutan peringkat faktor GCG yang lebih kecil mencerminkan penerapan GCG yang lebih baik. Bank Umum Syariah perlu memperhatikan bahwa dalam penilaian telah mencakup tindak lanjut yang perlu dilakukan oleh bank untuk mengatasi permasalahan saat ini dan mengantisipasi timbulnya permasalahan di masa mendatang. Dalam hal berdasarkan hasil penilaian sendiri pelaksanaan GCG diperoleh peringkat 3, 4 atau 5 maka Bank Umum Syariah wajib menyusun dan menyampaikan action plan yang memuat langkah-langkah perbaikan secara komprehensif dan sistematis beserta target waktu pelaksanaannya kepada Otoritas Jasa Keuangan. 2.3.3 Rentabilitas (earnings) Rentabilitas adalah kemampuan bank dalam menghasilkan laba secara efektif dan efisien. Bank Umum Syariah dalam menilai faktor rentabilitas menggunakan lima parameter. Kelima parameter rentabilitas yaitu: 1. Kinerja bank dalam menghasilkan laba (rentabilitas) 2. Sumber-sumber yang mendukung rentabilitas 3. Stabilitas komponen-komponen yang mendukung rentabilitas 4. Manajemen rentabilitas 5. Pelaksanaan fungsi sosial oleh bank

21 Kelima parameter rentabilitas memiliki indikator. Penilaian setiap indikator dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat, tren, struktur, stabilitas rentabilitas BUS, dan perbandingan kinerja BUS dengan kinerja peer group baik melalui analisis aspek kuantitatif maupun kualitatif. Saat menentukan peer group, Bank Umum Syariah perlu memperhatikan skala bisnis, karakteristik, dan kompleksitas usaha. 2.3.4 Permodalan (capital) Faktor keempat dari pendekatan risiko adalah permodalan. Bank Umum syariah dalam menilai faktor permodalan meliputi dua parameter. Setiap parameter memiliki indikator. Kedua parameter tersebut meliputi: 1. Kecukupan modal. 2. Pengelolaan permodalan. Parameter rentabilitas dinilai baik secara kuantitatif dan kualitatif. Pada penilaian parameter kecukupan modal, Bank Umum Syariah harus mengaitkannya dengan profil risiko. Semakin tinggi risiko, semakin besar modal yang harus disediakan untuk mengantisipasi risiko tersebut.

22 2.4 Profil Bank 2.4.1 Bank Syariah Mandiri Pada tanggal 31 Juli tahun 1999, berdiri satu bank yang kokoh dengan nama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk hasil penggabungan (merger) empat bank milik pemerintah, yaitu Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim dan bapindo. Hasil penggabungan tersebut menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai pemilik mayoritas PT Bank Susila Bakti (BSB). PT BSB juga melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing. Sejak diberlakukannya UU No. 10 Tahun 1998, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk berusaha mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Sejak tahun 1999 secara resmi PT BSB bertransformasi dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri (BSM). Tepatnya pada tanggal 1 November 1999, PT BSM secara resmi mulai beroperasi. Pada tahun 2013, total aset BSM sebesar Rp 63,97 triliun meningkat 17,95% dari tahun sebelumnya. Dari sisi total aset, BSM masih menguasai 26,40% pangsa pasar perbankan syariah dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp 56,46 triliun atau 30,76% dari total

23 DPK perbankan syariah. Pembiayaan pada tahun tersebut mengalami pertumbuhan hingga menjadi Rp 50,46 triliun atau sebesar 27,41% dari pembiyaan perbankan syariah. Ekuitas BSM sebesar Rp 4,86 triliun pada tahun 2013. Hal tersebut menjadikan rasio kecukupan modal terhadap risiko kredit dan pasar dalam posisi yang aman atau sebesar 14,10% jauh dari rasio kecukupan modal minimum sebesar 8%. Penghargaan dalam berbagai bidang dan beragam institusi mencapai 42 penghargaan baik dari dalam dan luar negeri. Pendapatan BSM pada tahun 2013 sebesar Rp 5.438 miliar dengan laba bersih sebesar Rp 651 miliar. 2.4.2 Bank Muamalat Indonesia Lokakarya bunga bank dan perbankan yang diselenggarakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada bulan Agustus tahun 1990 berlanjut dalam Musyawarah Nasional IV MUI membentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank murni syariah pertama di Indonesia. Hal tersebut akhirnya menciptakan PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk (BMI) yang secara resmi beroperasi pada 1 Mei 1992. Pada tahun 1994 BMI mendapat kepercayaan dari Bank Indonesia sebagai Bank Devisa.

24 Tahun 1998, krisis moneter mempengaruhi perbankan nasional yang menimbulkan kredit macet pada segmen korporasi. Kondisi tersebut membuat BMI memasuki era baru dengan keikutsertaan Islamic Development Bank (IDB) sebagai salah satu pemegang saham luar negeri. Pada tahun 1999 hingga tahun 2002, Bank Muamalat berhasil membalikan keadaan dari rugi menjadi laba. Hingga pada tahun 2009 BMI membuka kantor cabang internasional pertamanya di Kuala Lumpur. Pada tahun 2013, total aset BMI sebesar Rp 54,69 triliun meningkat 21,94% dari tahun sebelumnya. Dari sisi total aset, BMI masih menguasai 22,57% pangsa pasar perbankan syariah dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp 41,79 triliun atau 22,77% dari total DPK perbankan syariah. Pembiayaan pada tahun tersebut mengalami pertumbuhan hingga menjadi Rp 41,87 triliun atau sebesar 22,74% dari pembiyaan perbankan syariah. Ekuitas BMI sebesar Rp 4,29 triliun pada tahun 2013. Hal tersebut menjadikan rasio kecukupan modal terhadap risiko kredit dan pasar dalam posisi yang aman atau sebesar 17,27% jauh dari rasio kecukupan modal minimum sebesar 8%. Penghargaan dalam berbagai bidang dan beragam institusi mencapai 32 penghargaan baik dari dalam dan luar negeri. Pendapatan BSM pada tahun 2013 sebesar Rp 4.352 miliar dengan laba bersih sebesar Rp 476 miliar.

25 2.5 Penelitian Terdahulu No. Judul Penelitian Penulis Hasil Penelitian 1. Analisis perbandingan Wira Zaza Bank Syariah Mandiri kinerja keuangan pada PT. Bank Syariah Mandiri dengan PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (Skripsi) 2. Analisis tingkat kesehatan bank berdasarkan metode CAMELS dan metode RGEC (Jurnal) 3. Analisa kinerja keuangan perbankan syariah dan perbankan konvensional dengan metode RGEC (Skripsi) Qumullah Tahun 2014 Universitas Lampung Bayu Aji Permana 2012 Universitas Negeri Surabaya Deasy Mariana Tahun 2013 Bina Nusantara lebih unggul dalam menghasilkan laba, sedangkan Bank Muamalat lebih baik dalam aspek permodalan dan kualitas aktiva. Metode RGEC menekankan akan pentingnya kualitas manajemen dan memberikan suatu kesimpulan serta satu penilaian Bank Muamalat lebih baik dibandingkan Bank DKI dengan metode RGEC