Analisis Kecepatan Gelombang Seismik Bawah Permukaan Di Daerah Yang Terkena Dampak Gempa Bumi 4 Juni 2000 (Studi Kasus: Kampus Universitas Bengkulu)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Tektonik Indonesia (Bock, dkk., 2003)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI ZONA SESAR OPAK DI DAERAH BANTUL YOGYAKARTA MENGGUNAKAN METODE SEISMIK REFRAKSI

tektonik utama yaitu Lempeng Eurasia di sebelah Utara, Lempeng Pasifik di

PENYEBAB TERJADINYA TSUNAMI

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN

Studi Lapisan Batuan Bawah Permukaan Kawasan Kampus Unsyiah Menggunakan Metoda Seismik Refraksi

BAB I PENDAHULUAN. Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Hindia-Australia yang lazim

INVESTIGASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH JALUR LINTAS BENGKULU-CURUP KEPAHIYANG. HENNY JOHAN, S.Si

BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG

Studi Analisis Parameter Gempa Bengkulu Berdasarkan Data Single-Station dan Multi-Station serta Pola Sebarannya

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

KEGEMPAAN DI INDONESIA PERIODE BULAN APRIL AGUSTUS 2008

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

BAB III DESKRIPSI WILAYAH STUDI

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia terletak pada daerah yang merupakan pertemuan dua

Gambar 1.1 Jalur tektonik di Indonesia (Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok

PENGIDENTIFIKASIAN DAERAH SESAR MENGGUNAKAN METODE SEISMIK REFRAKSI DI KECAMATAN PANTI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI. Oleh:

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*)

Jurnal Gradien Vol. 11 No. 2 Juli 2015:

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Sistematika Penulisan...

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. pada episentrum LU BT (

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian

13 Tahun Tsunami Aceh Untuk Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan Masyarakat Sumatera Barat akan Ancaman Bencana Gempabumi dan Tsunami

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu

Komputasi Geofisika 1: Pemodelan dan Prosesing Geofisika dengan Octave/Matlab

BAB I PENDAHULUAN. manusia, yang dapat terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, yang. serta melampaui kemampuan dan sumber daya manusia untuk

MITIGASI, REHABILITASI DAN RECOVERY MAKAM RAJA-RAJA MATARAM IMOGIRI BANTUL YOGYAKARTA PASCA GEMPA BUMI 27 MEI 2006

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari katalog gempa BMKG Bandung, tetapi dikarenakan data gempa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia terletak pada daerah yang merupakan pertemuan dua

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id. 1.1 Latar Belakang

ANALISA STRUKTUR DI WILAYAH SUMATERA BARAT (KOTA PADANG) PASCA GEMPA 30 SEPTEMBER 2009

Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu

UNIT X: Bumi dan Dinamikanya

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang subduksi Gempabumi Bengkulu 12 September 2007 magnitud gempa utama 8.5

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

ANALISIS TERHADAP INTENSITAS DAN PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM GEMPA SUMBAR

Penentuan Tingkat Kekerasan Batuan Menggunakan Metode Seismik Refraksi di Jatikuwung Karanganyar

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sabuk Gempa Pasifik, atau dikenal juga dengan Cincin Api (Ring

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng raksasa, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia,

BAB I PENDAHULUAN. menyertai kehidupan manusia. Dalam kaitannya dengan vulkanisme, Kashara

MENENTUKAN KEDALAMAN BEDROCK MENGGUNAKAN METODE SEISMIK REFRAKSI (Studi Kasus di Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember) SKRIPSI.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam selama ini selalu dipandang sebagai forcemajore yaitu

I. PENDAHULUAN. Geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN BERBASIS MITIGASI BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Judul Penelitian. I.2. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GEOLOGI DAERAH KETENONG DAN SEKITARNYA, KECAMATAN PINANG BERLAPIS, KABUPATEN LEBONG, BENGKULU TUGAS AKHIR A

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3

Refraksi Picking First Break

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

BAB I PENDAHULUAN. Bencana geologi merupakan bencana yang terjadi secara alamiah akibat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dilintasi lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan

Puslit Geoteknologi LIPI Jl. Sangkuriang Bandung Telepon

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersumber dari ledakan besar gunung berapi atau gempa vulkanik, tanah longsor, atau

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.4

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh faktor alam, atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga

EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 2008

TSUNAMI. 1. Beberapa penyebab lainnya ialah : 3. Tsunami Akibat Letusan Gunungapi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STUDI A ALISIS PARAMETER GEMPA DA POLA SEBARA YA BERDASARKA DATA MULTI-STATIO (STUDI KASUS KEJADIA GEMPA PULAU SULAWESI TAHU )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS HIPOSENTER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE FEBRUARI 2018 (GEMPABUMI PIDIE 08 FEBRUARI 2018) Oleh ZULHAM SUGITO 1

Penentuan Kedalaman Bedrock Menggunakan Metode Seismik Refraksi di Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

RESUME LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PELAKSANAAN KEGIATAN APBD DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI PROVINSI BANTEN T.A 2014

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, terutama Pulau Jawa. Karena Pulau Jawa merupakan bagian dari

GEMPA BUMI DAN AKTIVITASNYA DI INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat disimpulkan hal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Pasirmunjul, Kabupaten Purwakarta, masuk ke dalam zona

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS. Bayu Baskara

Gambar 1. Posisi Indonesia dalam Area Ring of Fire Sumber: Puslit Geoteknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KARAKTERISTIK INTENSITAS CURAH HUJAN DI KOTA BENGKULU

Dalam menentukan jenis pondasi bangunan ada beberapa hal yang harus diperhatiakan dan dipertimbangkan diantaranya :

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

BAB 1 PENDAHULUAN. pulau yang secara geografis terletak antara 6º LU 11º LS dan 95º BT 140º BT

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pemodelan Penjalaran Gelombang Tsunami Melalui Pendekatan Finite Difference Method

ANALISIS PROBABILITAS GEMPABUMI DAERAH BALI DENGAN DISTRIBUSI POISSON

Rumah Tahan Gempa (Bagian 2) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.

I. PENDAHULUAN. semakin kuat gempa yang terjadi. Penyebab gempa bumi dapat berupa dinamika

Transkripsi:

Jurnal Gradien Vol.1 No.2 Juli 2005 : 69-73 Analisis Kecepatan Gelombang Seismik Bawah Permukaan Di Daerah Yang Terkena Dampak Gempa Bumi 4 Juni 2000 (Studi Kasus: Kampus Universitas Bengkulu) Ashar Muda Lubis dan Arif Ismul Hadi Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Bengkulu, Indonesia Diterima 19 Februari 2005; direvisi 10 Mei 2005; Disetujui 10 Juni 2005 Abstrak - Analisis kecepatan gelombang seismik bawah permukaan telah dilakukan di daerah gedung rektorat sisi barat, depan FKIP, sisi depan GKB III, dan jalan depan asrama PGSD. Penelitian ini bertujuan mengetahui dampak kerusakan bangunan akibat gempa bumi dengan kekuatan 7,3 skala Richter pada tanggal 4 Juni 2000 ditinjau dari penjalaran kecepatan gelombang seismik bawah permukaan. Penelitian ini menggunakan metode seismik refraksi. Hasil yang diperoleh menunjukkan : daerah gedung rektorat sisi barat, kecepatan gelombang pada lapisan pertama V 1 = 25,64 m/s 23,88 m/s, sedangkan kedalaman lapisannya adalah 3,06 m. Daerah depan FKIP, kecepatan gelombang pada lapisan pertama V 1 = 82,76 m/s 78,12 m/s, sedangkan kedalaman lapisannya adalah 2,04 m. Daerah sisi depan GKB III, kecepatan gelombang pada lapisan pertama V 1 = 133,33 m/s dan kecepatan gelombang pada lapisan kedua V 2 = 123,08 m/s, sedangkan kedalaman lapisannya adalah 5,5 m. Untuk daerah jalan depan asrama PGSD, kecepatan gelombang pada lapisan pertama V 1 = 625 m/s dan kecepatan gelombang pada lapisan kedua V 2 = 248,23 m/s, sedangkan kedalaman lapisannya adalah 15,11 m. Data di atas menunjukkan bahwa kecepatan gelombang seismik yang paling tinggi (batuan paling padat) adalah daerah depan asrama PGSD, sehingga daerah ini paling ringan kerusakan bangunannya. Kata Kunci : kecepatan gelombang seismik; gempa bumi; seismik refraksi. I. Pendahuluan Bengkulu telah mengalami gempa dahsyat pada tanggal 4 Juni 2000 jam 23.28.24,4 dengan kekuatan 7,3 Skala Riechter, pusat gempa terletak 4,7 LS-102,0 BT pada kedalaman 33 km. Gempa ini telah mengakibatkan paling sedikit 90 orang lebih meninggal 18.928 tempat tinggal rusak ringan dan 10.460 gedung rusak berat. Bengkulu memang termasuk daerah yang sangat tinggi frekuensi terjadinya gempa yaitu sekitar 10 kali gempa setiap bulan dengan kekuatan 4-6 skala Riechter [4]. Dampak adanya gempa bumi tergantung dari besarnya gempa, kondisi tanah atau batuannya, struktur geologi, serta kondisi infrastruktur yang ada [2]. Hasil penelitian tim Departemen Pekerjaan Umum menunjukkan kerusakan pada bangunanbangunan memiliki jenis kerusakan yang tipikal [1]. Beberapa tempat yang mengalami kerusakan hebat salah satunya Kampus Universitas Bengkulu. Bangunan yang mengalami kerusakan berat antara lain : gedung rektorat, Lab. MIPA dan perpustakaan yang hampir rusak total, sedangkan gedung lainnya mengalami kerusakan ringan yaitu keretakan pada dinding dan lantai bangunan. Bangunan yang rusak berat (ambruk) biasanya disebabkan oleh lapisan tanah/batuan yang labil, yang berhubungan dengan kepadatan suatu batuan, oleh karena itu analisis kecepatan gelombang seismik bawah permukaan di daerah yang terkena dampak gempa bumi, khususnya di daerah Kampus Universitas Bengkulu menjadi sangat penting untuk diketahui. Analisis gelombang seismik bawah permukaan dapat dipakai

Ashar Muda Lubis / Jurnal Gradien Vol. 1 No. 2 Juli 2005 : 69-73 70 untuk menentukan kepadatan batuan. Perlu kita ketahui bahwa gempa di Bengkulu akan terus berlangsung mengingat Bengkulu terletak di antara dua patahan, yaitu patahan Mentawai di sepanjang Samudera Hindia dengan patahan Sumatera di sepanjang Bukit Barisan yang cukup aktif. Pertimbangan yang lain karena sumber gempa bumi yang paling dominan, adalah sumber gempa yang berada di dekat pulau Enggano, kurang lebih 110 Km barat daya kota Bengkulu, sehingga arah gelombang yang menggoyang bangunan relatif memiliki arah yang sama. Dasar ini dapat dipakai untuk mempertimbangkan konstruksi dan renovasi yang akan dibuat, supaya bangunan tersebut lebih tahan goncangan jika sewaktu-waktu gelombang gempa menerjang. Kampus Universitas Bengkulu merupakan salah satu lokasi yang parah terkena bencana gempa bumi pada 4 Juni 2000 yang lalu. Daerah ini merupakan daerah tempat para mahasiswa melakukan perkuliahan dan pengembangan tri darma perguruan tinggi bagi para dosen. Untuk keberlanjutan universitas ini tentu diperlukan pengembangan sarana dan prasana fisik, seperti pembuatan gedung dan jalan kampus. Pembangunan sarana dan prasaran fisik yang baru perlu memperhatikan aspek stuktur tanah yang ada didalam kampus. Sampai saat ini informasi tentang kecepatan gelombang seismik sebagai dasar untuk menentukan kepadatan batuan di areal Kampus Universitas Bengkulu belum diketahui, sehingga dapat dipakai untuk mempertimbangkan konstruksi bangunan yang cocok. Jangan sampai kampus yang telah dibangun dengan megahnya tiba-tiba karena gempa sesaat saja menjadi rusak total. Penelitian ini bertujuan mengetahui dampak kerusakan bangunan akibat gempa bumi dengan kekuatan 7,3 skala Richter pada tanggal 4 Juni 2000 ditinjau dari kecepatan gelombang seismik bawah permukaan. Penelitian ini dapat juga untuk menentukan jenis batuan dan ketebalan lapisan (kedalaman) di setiap cross section yang diambil. Hasil penelitian struktur geologi ini dapat dipakai sebagai dasar untuk penataan pembangunan kampus dan perencanaan mitigasi bencana gempa bumi yang akan datang, sehingga resiko bencana gempa bumi untuk terhadap mahasiswa, karyawan dan dosen daerah ini dapat diminimalisir. 2. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Seismik bias dangkal dua lapis, alat yang dipergunakan ialah Seismograf tipe MC SEIS-160 OYO made in Japan. Rekaman data yang diperoleh kemudian dianalisis kecepatan gelombang seismik bawah permukaannya dengan metode sistem Hagiwara. Penelitian ini mengikuti garis besar dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menyiapkan peta topografi daerah Kampus Universitas Bengkulu dan Kandang Limun sekitarnya, peta geologi global daerah Kotamadia Bengkulu. 2. Melakukan survai lapangan untuk menentukan jalur-jalur yang akan diambil datanya minimal 4 jalur crossection yang terdiri dari 1 jalur arah di lapangan PGSD, 1 jalur di depan gedung Rektorat, 1 jalur di gedung GKB III dan 1 jalur depan perpustakaan dan gedung dekanat FKIP. 3. Memberi patok-patok bambu untuk menandai line yang akan dipasang geophon. 4. Mengambil data menggunakan Seismograf. 5. Perhitungan menggunakan grafik T (waktu) versus X (jarak) interpretasi sistem Hagiwara. 6. Dari grafik pada No. 5 dapat diketahui kecepatan gelombang seismik, kedalaman lapisan, maupun jenis batuannya. 7. Untuk menghitung ketebalan (kedalaman) lapisan (h) digunakan persamaan : X h = 1 2 c V2 V1 2 V2 + V1 X c = perpotongan garis antara V 1 dan V 2, V 1 = kecepatan gelombang pada lapisan pertama, V 2 = kecepatan gelombang pada lapisan kedua. 3.. Hasil Dan Pembahasan Hasil-hasil yang diperoleh ditampilkan pada Gambar 1, 2, 3, dan 4. Slope dari garis 1/V 1 dan

Ashar Muda Lubis / Jurnal Gradien Vol. 1 No. 2 Juli 2005 : 69-73 71 1/V 2 digunakan untuk mendapatkan nilai kecepatan (V 1 dan V 2 ) dalam satuan m/s. Untuk daerah gedung rektorat sisi barat, kecepatan gelombang pada lapisan pertama V 1 = 25,64 m/s 23,88 m/s, sedangkan kedalaman lapisannya adalah 3,06 m. Untuk daerah depan FKIP, kecepatan gelombang pada lapisan pertama V 1 = 82,76 m/s 78,12 m/s, sedangkan kedalaman lapisannya adalah 2,04 m. Untuk daerah sisi depan GKB III, kecepatan gelombang pada lapisan pertama V 1 = 133,33 m/s 123,08 m/s, sedangkan kedalaman lapisannya adalah 5,5 m. Untuk daerah jalan depan asrama PGSD, kecepatan gelombang pada lapisan pertama V 1 = 625 m/s dan kecepatan gelombang pada lapisan kedua V 2 = 248,23 m/s, sedangkan kedalaman lapisannya adalah 15,11 m. Berdasarkan data di atas dan analisis kecepatan gelombang seismik, daerah yang mempunyai kecepatan gelombang paling tinggi adalah jalan depan asrama PGSD dan secara umum kecepatan gelombang pada lapisan pertama lebih besar dari kecepatan gelombang pada lapisan kedua. Ini menunjukkan bahwa lapisan pertama lebih padat Gambar 1. Grafik kecepatan gelombang seismik pada lokasi sisi barat rektorat. Gambar 2. Grafik kecepatan gelombang seismik pada lokasi depan gedung FKIP.

Ashar Muda Lubis / Jurnal Gradien Vol. 1 No. 2 Juli 2005 : 69-73 72 Gambar 3. Grafik kecepatan gelombang seismik pada lokasi depan GKB III. Gambar 4. Grafik kecepatan gelombang seismik pada lokasi depan asrama PGSD. daripada lapisan kedua, namun perbedaan ini tidaklah signifikan. Menurut [3] jangkauan dengan nilai antara >0-1000 m/s termasuk dalam satuan batuan kering. Dapat dikatakan bahwa daerah depan asrama PGSD kerapatan batuannya adalah yang paling padat. Kenyataan di lapangan menunjukkan waktu terjadinya gempa bumi 4 Juni 2000 daerah ini adalah yang paling ringan kerusakannya dibandingkan dengan daerah survai lain. 4. Kesimpulan Berdasarkan analisis kecepatan gelombang seismik daerah yang mempunyai kerapatan batuan paling padat berturut-turut adalah depan asrama PGSD, sisi depan GKB III, depan FKIP, dan gedung rektorat sisi barat, sehingga daerah yang paling ringan kerusakan batuannya adalah depan asrama PGSD.

Ashar Muda Lubis / Jurnal Gradien Vol. 1 No. 2 Juli 2005 : 69-73 73 Daftar Pustaka [1] Maryoko H, Petunjuk Perbaikan Bangunan Yang Rusak Akibat Gempa Bumi, 2000, Departemen Pekerjaan Umum, Bengkulu. [2] Naryanto H. S, Alami Air Lahan dan Mitigasi Bencana, 1998, BBPT, Jakarta. [3] Schon, J.H, Phyisical Properties of Rocks: Fundamentals and Principles of Petrophysics, Second Edition, 1998, British Library Cataloguing in Publication Data, Netherland. [4] Suwarsono, Karakteristik Gempa Bumi di Bengkulu, 1998, Seminar Sehari Universitas Bengkulu, Bengkulu.